Anda di halaman 1dari 2

Latar belakang pemberontakan DI/TII

Pemberontakan DI/TII di Aceh dimulai pada tanggal 20 September 1953. Alasan pertama
yang menjadi latar dari gerakan DI/TII Aceh adalah kekecewaan para tokoh pimpinan
masyarakat di Aceh atas dileburnya provinsi Aceh ke dalam provinsi Sumatra Utara yang
beribu kota di Medan. Peleburan provinsi itu seakan mengabaikan jasa baik masyarakat Aceh
ketika perjuangan mempertahankan kedaulatan Negara Republik Indonesia dimasa revolusi
fisik kemerdekaan Indonesia (1945-1950). Kekhawatiran kembalinya kekuasaan para ulee
balang yang sejak lama telah menjadi pemimpin formal pada lingkup adat dan politik di
Aceh[1][2]. Keinginan dari masyarakat Aceh untuk menetapkan hukum syariah dalam kehidupan
mereka.[ Sejarawan berkebangsaan Belanda, Cornelis Van Dijk, menyebutkan, kekecewaan
Daud Beureueh terhadap Jakarta semakin berat dengan beredarnya rumor tentang sebuah
dokumen rahasia dari Jakarta. Dokumen itu disebut-sebut dikirim oleh Perdana Menteri Ali
Sastroamidjojo yang isinya berupa perintah pembunuhan terhadap 300 tokoh masyarakat Aceh.
Rumor ini disebut sebagai les hitam. Perintah tersebut dikabarkan diambil oleh Jakarta
berdasarkan kecurigaan dan laporan bahwa Aceh sedang bersiap untuk sebuah pemberontakan
guna memisahkan diri dari negara Indonesia3]

.
Tujuan Pemberontakan DI/TII

Tujuan utama dari pemberontakan DI/TII adalah membangun sebuah negara islam di
Indonesia sesuai dengan cita-cita dari pemimpin sebuah gerakan dari Jawa Barat yaitu S.M
Kartosuwiryo yang dulunya merupakan seorang tokoh dari Partai Sarekat Islam Indonesia (
PSII ) Namun setiap daerah juga memiliki tujuan khusus sendiri. Misalnya, di Aceh,
pemberontakan DI/TII bertujuan mengembalikan otonomi provinsi Aceh yang sebelumnya
dihapus dan digabung dengan provinsi Sumatera Utara.

Cara mengatasi pemberontakan DI/TII

Secara umum, pemerintah melancarkan sejumlah operasi militer dan taktik untuk menumpas
pemberontakan DI/TII di berbagai wilayah. Pemberontakan DI/TII sendiri terjadi di sejumlah
wilayah antara lain Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Aceh, Jawa Barat, dan Kalimantan Selatan.
●Upaya Pemerintah menumpas pemberontakan DI/TII di JAWA BARAT adalah dengan
melancarkan operami militer tanggal 17 Agustus tahun 1949. Karena usaha ini tidak berhasil
maka dilakukan operasi Bharatayuda dengan menggunakan taktik bernama Pagar Betis.
●Upaya Pemerintah menumpas pemberontakan DI/TII di JAWA TENGAH adalah dengan
membentuk pasukan khusus yang dinamai Banteng Raiders. Pasukan ini menjalankan operasi
militer ketat yang dinamakan GBN atau Gerakan Banteng Negara.
●Upaya Pemerintah menumpas pemberontakan DI/TII di ACEH adalah dengan mengerahkan
kekuatan senjata. Namun upaya ini kemudian diubah atas saran Kol. M. Yasin. Kemudian
terjadilah Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh dimana wilayah ini mendapat keistimewaan.
Keistimewaan ini berhasil meredam pemberontakan DI/TII.
●Upaya Pemerintah dalam menumpas pemberontakan DI/TII di SULAWESI SELATAN
adalah dengan melaksanakan operasi militer yang menyeluruh untuk menghadapi taktik
gerilya Kahar Muzakkar.

Anda mungkin juga menyukai