Anda di halaman 1dari 2

Pemberontakan

PRRI/Permesta (XI)
Atalya Bunga Alfreda - XII MIPA H - 8
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (biasa disingkat dengan
PRRI) merupakan gerakan pertentangan antara pemerintah daerah
dengan pemerintah pusat (Jakarta) yang dideklarasikan pada 15
Februari 1958.

Gerakan ini didahului oleh keluarnya ultimatum Piagam Perjuangan


untuk Menyelamatkan Negara dari Dewan Perjuangan yang dipimpin
oleh Letnan Kolonel Ahmad Husein di Padang, Sumatra Barat, Indonesia.

Ahmad Husein

1956 - 1957
PENYEBAB tuntutan otonomi luas dan kekecewaan terhadap
pemerintah pusat karena cenderung sentralis sehingga
pembangunan di daerah menjadi terabaikan

20-25 November 1956 reuni Divisi Banteng Menyusul Dewan Banteng, muncul pula dewan-
menghasilkan perlunya otonomi daerah agar dewan lain di berbagai daerah yakni
bisa menggali potensi dan kekayaan daerah di Sumatra Utara
dan disetujui pula pembentukan Dewan DEWAN GAJAH pimpinan Kolonel
Banteng yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Maludin Simbolon
Husein, komandan resimen IV dan tetorium I
di Sumatra Selatan
20 Desember 1956 Letkol Ahmad Husein
DEWAN GARUDA pimpinan Letkol
merebut kekuasaan Pemerintah Daerah dari Barlian
Gubernur Ruslan Muljohardjo karena beliau di Sumatra Utara
tidak berhasil menjalankan pembangunan DEWAN MANGUNI pimpinan Letkol
daerah Ventje Sumual

September 1957 pemerintah pusat mengadakan Musyawarah Nasional. Kemudian Musyawarah


Nasional Pembangunan pada November 1957 yang bertujuan mempersiapkan pembangunan di
daerah secara integral. Namun, tetap saja gagal bahkan semakin memanas.

1958
Ahmad Husein selaku Ketua Dewan Banteng 15 Februari 1958 bertepatan dengan batas
mengeluarkan ultimatum yang isinya akhir ultimatum, Letkol Ahmad Husein
meminta Kabinet Djuanda menyerahkan mengumumkan berdirinya Pemerintahan
mandatnya kepada Presiden dengan Revolusioner Republik Indonesia di Padang
waktu 5 x 24 jam
Presiden diminta kembali kepada 17 Februari 1958 Sulawesi Utara dan Sulawesi
kedudukan konstitusionalnya Tengah tersebut menyatakan mendukung PRRI
Ultimatum ini tidak digubris oleh pemerintah (gerakannya dikenal sebagai Permesta).
pusat dan Ahmad Husein dan kawan- Namun, PRRI dianggap sebagai gerakan
kawannya dipecat dari Angkatan Darat. separatis oleh pemerintah pusat.

Kabinet PRRI
PRRI membuat kabinet dengan Syafruddin Prawiranegara
sebagai Perdana Menterinya
Mr. Sjafruddin Prawiranegara merangkap Menteri
Keuangan,
Mr. Assaat Dt. Mudo sebagai Menteri Dalam Negeri,
Dahlan Djambek sempat memegangnya sebelum Mr. Assaat
sampai di Padang,
Kol. Maludin Simbolon sebagai Menteri Luar Negeri,
Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo sebagai Menteri Syafruddin P. Mr. Assat Dt.
Perhubungan dan Pelayaran,
Muhammad Sjafei sebagai Menteri PPK dan Kesehatan,
Saladin Sarumpaet sebagai Menteri Pertanian dan
Perburuhan,
Muchtar Lintang sebagai Menteri Agama,
Saleh Lahade sebagai Menteri Penerangan,
Abdul Gani Usman sebagai Menteri Sosial,
Kol. Dahlan Djambek sebagai Menteri Pos dan
Telekomunikasi setelah Mr. Assaat sampai di Padang.
Dr. Soemitro
Kol. Maludin

https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_Revolusioner_Republik_Indonesia
Operasi Militer
Pemerintah pusat menganggap gerakan Amnesti itu dituangkan melalui Keputusan
tersebut harus segera ditumpas dengan Presiden No. 322 Tahun 1961 tanggal 22 Juni
kekuatan senjata. Pemerintah melakukan 1961. Namun janji amnesti hanya sebatas
operasi gabungan yang terdiri dari Angkatan retorika sehingga selama beberapa tahun
Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. pimpinan sipil dan militer PRRI dikarantina.
Operasi dilancarkan sebagai berikut: Jenderal Abdul Haris Nasution melakukan
1. Operasi Tegas dengan sasaran Riau Operasi Pemanggilan Kembali pendekatan
2. Operasi 17 Agustus di bawah pimpinan secara diplomatis yakni membujuk tentara
Kolonel Inf. Ahmad Yani PRRI untuk menyerah dan kembali setia pada
3. Operasi Sapta Marga NKRI. 29 Mei 1961 Ahmad Husein secara
4. Operasi Sadar di bawah pimpinan Letkol resmi menyerah bersama sekitar 24.500
Inf. Ibnu Sutowo pengikutnya.
5. Operasi Merdeka di bawah pimpinan Letkol
Inf. Rukmito Hendraningrat

akhir tahun 1960 seluruh wilayah Sumatra


Barat berhasil dikuasai tentara APRI. Elemen
sipil dan militer yang pernah terlibat PRRI dan
telah kembali ke "pangkuan ibu pertiwi"
diberikan amnesti oleh pemerintah.

Ahmad Yani Abdul Haris N.

Anda mungkin juga menyukai