Anda di halaman 1dari 1

Nama : Nadia Syifa Salsabila (26)

Kelas : XI IPA 4

Jumlah Putus Sekolah Bertambah saat Pandemi Belum Usai

Setidaknya, terdapat dua persoalan pendidikan yang berhubungan langsung dengan anak
pada masa pandemi. Pertama, menghadirkan proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) berkualitas;
kedua, mengatasi ancaman anak putus sekolah (APS). Yang pertama telah banyak dibicarakan
walaupun belum tampak betul hasilnya, dan yang kedua belum mendapat perhatian semestinya.

Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2019 atau sebelum pandemi,
jumlah anak tidak sekolah (ATS) usia 7-18 tahun sekitar 4,34 juta anak. Tingkat kemiskinan
pada masa pandemi bertambah dan ancaman ATS juga meningkat. Strategi Nasional (Stranas)
yang disusun Unicef dan pemerintah dalam mengatasi masalah ATS mengedepankan strategi
intervensi dan pencegahan. Strategi intervensi untuk mengembalikan ATS ke program
pendidikan dan pelatihan yang relevan. Strategi pencegahan untuk memastikan anak yang
berisiko putus sekolah tetap bersekolah sampai tuntas pendidikan dasar dan menengah.

Pada umumnya kita mengenal lembaga yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
dan kecakapan hidup bagi ATS yang didirikan pemerintah, yaitu Panti Sosial Bina Remaja
(PSBR) dan Balai Latihan Kerja (BLK). Namun, jumlahnya masih terbatas, dan biasanya terletak
di ibu kota kabupaten atau ibu kota kecamatan dengan jumlah penduduk banyak. Banyak
masyarakat, terutama penduduk pedesaan yang kurang dapat menjangkau lembaga pendidikan
dan keterampilan di luar sekolah tersebut. Kalau pun tahu serta berminat di lembaga pendidikan
dan pelatihan semacam PSBR dan BLK, tidak sedikit masyarakat keberatan; walaupun gratis,
masih ada harga yang dikeluarkan untuk mengakses kedua lembaga tersebut, seperti biaya
transportasi ke tempat dan selama pelatihan.

Melalui pendekatan diagnostik terhadap peserta didik, para guru diharapkan lebih menggali
lagi persoalan-persoalan yang dialami peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.
Ketika peserta didik menunjukkan minat yang kurang untuk mengikuti pembelajaran, tidak
dengan mudah memvonis bahwa itu karena kemalasan peserta didik semata.

Anda mungkin juga menyukai