PAKET 5
Pelajar merupakan generasi penerus bangsa yang harus memiliki karakter kuat dan
tangguh untuk menghadapi segala tantangan yang akan datang. Banyak kasus korupsi,
penurunan nilai moral, dan penurunan kualitas sumber daya manusia (SDM)
merupakan alasan utama pendidikan karakter penting diterapkan di sekolah. Tuntutan
kualitas SDM pada tahun 2021 juga menjadi faktor penting pendidikan karakter bagi
pelajar.
Kutipan Cerpen II
Malam itu, kami-aku dan Sum (istriku)- merasa bosan dengan kehidupan
(kemiskinan) kami. Lalu, Sum mengajakku bangkit dari kasur untuk kemudian
berkumpul di ruang tamu kami yang sempit. Dia punya ide untuk mengusir kebosanan
kami itu.
“Kita, sudah terlalu lama tak bahagia, terlalu lama tak tertawa. Mari kita buat malam
ini menjadi meriah dengan cara kita,” kata Sum penuh semangat.
Dikutip dari: Agus Salim, “Pencuri Kesunyian”, dalam Media Indonesia, 2
September 2018
Perbedaan pola pengembangan pada dua kutipan cerpen tersebut adalah....
Kutipan Cerpen I Kutipan Cerpen II
A diakhiri dengan pengenalan masalah diakhiri dengan penyelesaian masalah
B diakhiri dengan penyelesaian masalah diakhiri dengan pengenalan masalah
C diawali dengan pemunculan konflik diawali dengan pengenalan masalah
D diawali dengan pengenalan masalah diawali dengan pemunculan konflik
Kutipan Cerpen II
Laki-laki itu membuka mata. Selang infus menancap di tangannya. Beberapa wajah
yang semula tamapak kabur, kini semakin jelas. Ada wajah hakim, jaksa, polisi,
kepala departemen, dan orang-orang politik. Laki-laki itu berusaha keras mengingat,
siapa saja yag kini membesuknya. Beberapa nama dia ingat, beberapa nama dia lupa.
Dikutip dari: Indra Tranggono, “Sumur Gumuling” dalam Kasur Tanah Air Cerpen
Pilihan Kompas 2017, Jakarta, Kompas 2017
Teks 1 Teks 2
A cerpen fabel
B dialog cerita
C tokoh utama binatang tokoh utama ibu
D fabel cerpen
Adi berkata kalian harus selalu waspada dalam menghadapi berbagai kemungkinan.
Penggunaan tanda baca yang tepat untuk kalimat langsung adalah ...
Kutipan Cerpen 2
Gadis bernama Indri berusia 12 tahun seorang yatim yang miskin. Ia tinggal bersama
ibunya yang sudah renta di rumah yang sempit. Gadis itu menjadi tulang punggung
keluarga, bagaimana tidak. Paman yang menderita struk pun ditinggal pergi istrinya.
Anaknya yang sudah mapan juga nggak peduli. Akhirnya Indri sanggup untuk
merawat dan dibawalah ke rumah ibunya yang sempit itu. Sehari-hari gadis itu tetap
bersekolah dengan rajin di siang hari. Setiap pagi Indri bekerja membantu para
tengkulak di pasar, dengan upah sekadarnya. Belanja, memasak, menyuapi ibu dan
pamannya, menjadi pekerjaan rutinnya. Indri melakukan dengan penuh kesabaran.
Dia tidak ingin jadi aanak durhaka.
“ Jalan licin!” terdengar Putri Tangguk menyumpah. “Hari ini kita tidak perlu terlalu lama bekerja.
Padi yang tertuai kita tumpahkan di jalan ini sebagai pengganti pasir. Besuk kita masih dapat menuai
padi,” kata Putri Tangguk sambil menggerutu. Hari itu mereka cepat kembali ke rumah, padi yang
sudah tertuai, mereka taburkan di sepanjang jalan yang mereka lalui. Mereka berharap jalan yang
selalu mereka lalui tidak licin lagi. Keesokan malam anak Putri Tangguk menangis kelaparan dan
Putri Tangguk amat sedih karena putri tangguk jatuh miskin.