Anda di halaman 1dari 17

Berbagi

Berbagi ilmu dan pengetahuan akan menambah pengetahuan kita dan akan banyak
menambah persaudaraan

Makalah Konflik Sosial


MAKALAH TENTANG KONFLIK SOSIAL
MAKALAH KONFLIK SOSIAL

MAKALAH
IPS TENTANG KONFLIK SOSIAL

Disusun oleh :
Ana Nur Azizah
Diah Ayu Kartika
Ida Nur Fitri
Lailatul Qori’ah
Riska Fadriah
SMK PERIKANAN DAN KELAUTAN
Jl. A. Yani Puger Kulon - Puger - Jember
AGUSTUS 2017
 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya, tugas kelompok “Makalah tentang Konflik Sosial” ini  dapat
diselesaikan tepat pada  waktunya.
Tugas kelompok ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS). Dalam makalah ini disajikan materi pembelajaran  tentang pengertian konfik
sosial, faktor-faktor penyebab konflik sosial, dampak akibat konflik sosial, bentuk
pengendalian konflik sosial.  Tujuannya untuk mempermudah dalam memahami
materi yang sedang dipelajari.
 Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan tugas ini. Dan kami menyadari bahwa dalam pembuatan tugas makalah ini
masih banyak kekurangan, namun kami harap bahwa dengan pembuatan tugas ini
akan meningkatkan pengetahuan kami. Kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan , guna memperbaiki tugas ini di kemudian hari.
Demikian semoga tugas ini ada manfaatnya, khususnya bagi kami umumnya
bagi semua pihak. Amin.

Puger, 14 Agustus 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................................   i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................   ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................................   iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................   1
A.      Latar Belakang ............................................................................................................   1
B.       Rumusan Masalah ........................................................................................................   1
C.       Tujuan ..........................................................................................................................   2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................   3
A.      Pengertian Konflik Sosial ............................................................................................   3
B.       Faktor –Faktor penyebab terjadinya konflik ...............................................................   4
C.       Sumber Konflik Sosial .................................................................................................   6
D.      Bentuk Konflik Sosial .................................................................................................   7
E.       Proses Konflik .............................................................................................................   7
F.        Pengendalian Konflik ..................................................................................................   10
G.      Pola Penyelesaian Konflik ...........................................................................................   11
BAB III PENUTUP ...........................................................................................................   14
A.      Kesimpulan ..................................................................................................................   14
B.       Saran ............................................................................................................................   14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................   15

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masalah Kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini tengah menghadapi ancaman serius
berkaitan dengan mengerasnya konflik-konflik dalam masyarakat, baik yang bersifat vertikal
maupun horizontal.
Kita sebagai makhluk sosial yang melakukan interaksi dengan masyarakat yang ada di
sekitar kita pasti pernah mengalami suatu pertentangan atau perbedaan dengan orang – orang
yang ada di sekitar kita. Pertentangan ini yang nantinya akan menjadi sebuah konflik yang
jika dibiarkan akan menjadi suatu masalah yang akan membesar. Bisa dikatakan bahwa
konflik merupakan suatu proses social antara satu orang atau lebih yang mana salah seorang
di antaranya berusaha menyingkirkan pihak lain. Seperti yang dikatakan salah satu teori dari
Karl Marx yang melihat masyarakat manusia sebagai sebuah proses perkembangan yang akan
menyudahi konflik melalui konflik. Kalau kita melihat dari teori tersebut, bias kita simpulkan
bahwa kita sebagai masyarakat tidak bias menghindari adanya konflik yang pastinya akan
terjadi di kehidupan kita. Contoh kecil dari konflik yaitu dari lingkungan keluarga, terkadang
kita mengalami perbedaan pendapat dengan salah satu anggota keluarga, yang nantinya pasti
akan menjadi sebuah konflik karena konflik terjadi karena beberapa penyebab yang masing –
masing mempunyai jalan tersendiri untuk menyelesaikan konflik tersebut. Ada empat bentuk
konflik yaitu konflik tujuan, konflik peranan, konflik nilai dan konflik kebijakan. Konflik
juga tidak begitu saja muncul tapi konflik mempunyai sumber – sumber yang menjadi
patokan atu pemicu munculnya konflik antar individu maupun antar kelompok sosial.

B.     Rumusan Masalah
Untuk dapat membahas lebih jauh tentang konflik social, kita harus member batasan -
batasan materi yang akan dibahas, agar materi yang disajikan tidak keluar dari pembahasan.
1.      Apa pengertian dari konflik sosial ?
2.      Apa saja faktor - faktor penyebab terjadinya konflik sosial ?
3.      Apa Sumber Konflik pada manusia?
4.      Apa bentuk - bentuk dari konflik sosial ?
5.      Bagaimana proses dari konflik itu sendiri ?
6.      Bagaimana cara kita mengendalikan konflik dan bagaimana cara penyelesaiannya ?

C.    Tujuan
Kita sebagai masyarakat harus bisa lebih teliti dengan semua yang ada di sekitarr
lingkungan, agar setidaknya kita bisa menghindari masalah-masalah dengan orang-orang
yang ada di sekitar  kita, teruama konflik yang selalu menemani setiap langkah keidupan.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Konflik Sosial


Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan
ciri
Karl Marx melihat masyarakat sebagai sebuah proses perkembangan yang akan
menyudahi konflik melalui konflik.
Konflik dapat kita artikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa
juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Karl Marks mengantisipasi bahwa kedamaian dan harmoni akan menjadi hasil akhir
sejarah perang dan revolusi kekerasan. Dengan kekecualian masa-masa yang paling awal dari
masyarakat sebelum munculnya hak milik pribadi, karena ciri utama hubungan – hubungan
sosial adalah perjuangan kelas. Namun bentrokan kepentingan – kepentingan ekonomis ini
akan berakhir di dalam sebuah masyarakat yang tanpa kelas, bebas konflik dan kreatif yang
disebut komunisme.akan tetapi perhatian Marx tidak terpusat pada ciri – ciri hubungan –
hubungan sosial yang kooperatif dari utopia komunis yang dijanjikan.
Tulisan-tulisan teoritisnya banyak menangani penjelasan mengenai kenyataan-
kenyataan sosial yang ada, dan sumbangan pokoknya bagi pemahaman kita tentang
masyarakat terletak dalam analisanya mengenai sebab – sebab ekonomis dari konflik sosial
dan cara – cara konflik itu dibendung dan ditekan oleh kelas yang berkuasa di dalam setiap
masyarakat sebelum meledak menjadi bentuk – bentuk kehidupan sosial yang baru.
Tekanan Marx pada peranan konflik  dalam hubungan – hubungan sosial mengingatkan
pada Hobbes, tetapi Marx melihat konflik sosial lebih terjadi di antara individu – individu
dan meskipun ada kesamaan dalam pandangan mengenai topik yang disebut Marx kesadaran
palsu, Marx mempunyai sebuah kepercayaan yang optimistis akan mungkinnya kehidupan
komunitas yang secara manusiawi memuaskan yang lebih khas pada Aristoteles daripada
Hobbes.
Sedangkan White & Bednar (1991) mendefinisikan konflik sebagai suatu interaksi
antara orang-orang atau kelompok yang saling bergantung merasakan adanya tujuan yang
saling bertentangan dan saling mengganggu satu sama lain dalam mencapai tujuan itu.

B.       Faktor – penyebab terjadinya konflik


Faktor – penyebab terjadinya konflik antar kelompok sosial antara lain sebagai berikut :
a.       Adanya perbedaan antar kelompok sosial, baik secara fisik maupun mental, atau perbedaan
kemampuan, pendirian, dan perasaan sehingga menimbulkan pertikaian atau bentrokan di
antara mereka.
b.      Perbedaan pola kebudayaan seperti prbedaan adat istiadat, suku bangsa, agama, paham
politik, pandangan hidup, dan budaya darah sehingga mendorong timbulnya persaingan dan
pertentangan, bahkan bentrokan di antara anggota kelompok sosial tersebut.
c.       Perbedaan mayoritas dan minoritas yang dapat menimbulkan kesenjangan sosian di antara
kelompok sosial tersebut. Misalnya antara etnis Cina (minoritas) dan etnis pribumi
(mayoritas).
d.      Perbedaan kepentingan antar kelompok sosial, seperti perbedaan kepentingan politik,
ekonomi, sosial, budaya, agama, dan sejenisnya merupakan faktor penyebab timbulnya
konflik.
e.       Perbedaan individu
Perbedaan kepribadian antar individu bisa menjadi faktor penyebab terjadinya konflik,
biasanya perbedaan individu yang menjadi sumber konflik adalah perbedaan pendirian dan
perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik, artinya setiap orang memiliki pendirian
dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya.
f.       Perbedaan latar belakang kebudayaan
Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan
perbedaan individu yang dapat menghasilkan konflik.
g.      Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok Manusia memiliki perasaan, pendirian
maupun latar belakang kebudayaan.
h.      Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung
cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.
Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak
akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang
biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Selain dari tujuh faktor penyebab konflik seperti yang di atas, ada juga beberapa factor
penyebab terjadinya konflik antar kelompok sosial, yang antara lain adalah sebagai berikut :
Faktor – faktor penyebab terjadinya konflik antar kelompok sosial antara lain adalah
sebagai berikut :
a.       Konflik antar kelompok sosial
            Dalam masyarakat Indonesia, ada beberapa kelompok yang menganut agama yang
berbeda-beda. Ada yang memeluk agama islam, Kristen, Hindu, dan Budha. Adanya
perbedaan agama ini akan membawa perbedaan dalam kehidupan sehari – hari. Misalnya,
cara peribadatan, acara perkawinan, dan penerapan hukum warisan.
            Adanya perbedaan-perbedaan tersebut, jika dijadikan masalah akan menimbulkan
konflik antara pemeluk agama yang satudengan yang lain. Konflik yang terjadi dapat dalam
skala kecil, besar, lama, atau hanya sebentar. Konflik tersebut sangat dipengaruhi oleh situasi
dan kondisi masing – masing . Biasanya aspek SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan)
merupakan aspek yang sangat peka dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya, konflikdi
Poso dan Ambon yang melibatkan dua penganut agama yang berbeda.
b.      Konflik antar kelompok suku bangsa
Dalam kehidupan masyrakat multikultural seperti indonesia, antara kelompok suku
bangsa yang satu dan suku bangsa yang lain terdapat perbedaan- perbedaan yang khas.
Perbedaan – perbedaan tersebut mencakup  hal – hal sebagai berikut :
1.  Perbedaan tata susunan dan kekerabatan, misalnya patrilineal, matrilineal, dan parental.
2.   Perbedaan seni bangunan rumah, peralatan kerja, dan pakaian-pakaian adat.
3.   Perbedaan kesenian daerah, misalnya tarian, musik, seni lukis, dan seni pahat.
4.   Perbedaan adat istiadat dalam perkawinan, upacara ritual, dan hukum adat.
5.   Perbedaan bahasa daerah, misalnya bahasa Jawa, Sunda, Madura, Bali, Batak, Papua,
Makassar, dan Minangkabau
Perbedaan tersebut di atas, sering kali dapat menjadi pemicu timbulnya konflik antar
kelompok suku bangsa.
Perbedaan ini disebabkan oleh faktor-faktor antara lain sebagai berikut :
1.      Hukum adat  dan garis kekerabatan yang berbeda.
2.      Latar belakang sejarah yang berbeda
3.      Wilayah Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau
4.      Kebudayaan geografis yang tidak sama.

c.       Konflik antar kelompok Ras (Rasial)


Tiap – tiap kelompok ras pasti menyadari perbedaan-perbedaan dalam kelompoknya,
misalnya tabiat, tingkah laku, etika pergaulan, dan ciri – ciri fisik (warna kulit, warna
mata,warna dan bentuk rambut, serta bentuk hidung). Adanya perbedaan tersebut
menyebabkan antara kelompok ras satu dan kelompok ras yang lainnya terjadi pertenatangan.
Misalnya, ras kulit hitam dengan ras kulit putih yang menimbulkan politik apartheid yang
merendahkan martabat orang kulit hitam.

C.    Sumber Konflik Sosial


Konflik yang terjadi pada manusia bersumber pada berbagai macam sebab. Begitu
beragamnya sumber konflik yang terjadi antar manusia, sehingga sulit itu untuk
dideskripsikan secara jelas dan terperinci sumber dari konflik. Hal ini dikarenakan sesuatu
yang seharusnya bisa menjadi sumber konflik, tetapi pada kelompok manusia tertentu
ternyata tidak menjadi sumber konflik, demikian halnya sebaliknya. suatu konflik dapat
terjadi karena perbendaan pendapat, salah paham, ada pihak yang dirugikan, dan perasaan
sensitif.
1.      Perbedaan pendapat
Suatu konflik yang terjadi karena pebedaan pendapat dimana masing-masing pihak merasa
dirinya benar, tidak ada yang mau mengakui kesalahan, dan apabila perbedaan pendapat
tersebut amat tajam maka dapat menimbulkan rasa kurang enak, ketegangan dan sebagainya.
2.      Salah paham
Salah paham merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan konflik. Misalnya tindakan
dari seseorang yang tujuan sebenarnya baik tetapi diterima sebaliknya oleh individu yang
lain.
3.      Ada pihak yang dirugikan
Tindakan salah satu pihak mungkin dianggap merugikan yang lain atau masing-masing pihak
merasa dirugikan pihak lain sehingga seseorang yang dirugikan merasa kurang enak, kurang
senang atau bahkan membenci.
4.      Perasaan sensitive
Seseorang yang terlalu perasa sehingga sering menyalah artikan tindakan orang lain.
Kadang sesuatu yang sifatnya sepele bisa menjadi sumber konflik antara manusia.
Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,
pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap
masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar
anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan
dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Kesimpulannya sumber konflik itu sangat beragam
dan kadang sifatnya tidak rasional. Oleh karena kita tidak bisa menetapkan secara tegas
bahwa yang menjadi sumber konflik adalah sesuatu hal tertentu, apalagi hanya didasarkan
pada hal-hal yang sifatnya rasional. Pada umumnya penyebab munculnya konflik
kepentingan sebagai berikut:
1.   Perbedaan kebutuhan, nilai, dan tujuan.
2.   Langkanya sumber daya seperti kekuatan, pengaruh, ruang, waktu, uang, popularitas dan
posisi, dan
3.   Persaingan.

D.    Bentuk Konflik Sosial


Sasse (1981) mengajukan istilah yang bersinonim maknanya dengan nama conflict
style, yaitu cara orang bersikap ketika menghadapi pertentangan. Conflict style ini memiliki
kaitan dengan kepribadian. Maka orang yang berbeda akan menggunakan conflict style yang
berbeda pada saat mengalami konflik dengan orang lain. Sedangkan Rubin (dalam Farida,
1996) menyatakan bahwa konflik timbul dalam berbagai situasi sosial, baik terjadi dalam diri
seseorang individu, antar individu, kelompok, organisasi maupun antar negara. Ada banyak
kemungkinan menghadapi konflik yang dikenal dengan istilah manajemen konflik. Konflik
yang terjadi pada manusia ada berbagai macam ragamnya, bentuknya, dan jenisnya. Soetopo
(1999) mengklasifikasikan jenis konflik, dipandang dari segi materinya menjadi empat, yaitu:
1.      Konflik tujuan
Konflik tujuan terjadi jika ada dua tujuan atau yang kompetitif bahkan yang kontradiktif.
2.      Konflik peranan
Konflik peranan timbul karena manusia memiliki lebih dari satu peranan dan tiap peranan
tidak selalu memiliki kepentingan yang sama.
3.      Konflik nilai
Konflik nilai dapat muncul karena pada dasarnya nilai yang dimiliki setiap individu dalam
organisasi tidak sama, sehingga konflik dapat terjadi antar individu, individu dengan
kelompok, kelompok dengan organisasi.
4.      Konflik kebijakan
Konflik kebijakan dapat terjadi karena ada ketidaksetujuan individu atau kelompok terhadap
perbedaan kebijakan yang dikemuka- kan oleh satu pihak dan kebijakan lainnya.

E.     Proses Konflik
Karakter pribadi yang mencakup sistem nilai individual tiap orang dan karakteristik
kepribadian, serta perbedaan individual bisa menjadi titik awal dari konflik. Kognisi dan
personalisasi adalah persepsi dari salah satu pihak atau masing-masing pihak terhadap konflik
yang sedang dihadapi. Kesadaran oleh satu pihak atau lebih akan eksistensi kondisi-kondisi
yang menciptakan kesempatan untuk timbulnya konflik. Bilamana hal ini terjadi dan
berlanjut pada tingkan terasakan, yaitu pelibatan emosional dalam suatu konflik yang akan
menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi dan pemusuhan. Maksud adalah keputusan
untuk bertindak dalam suatu cara tertentu dari pihak-pihak yang berkonflik. Maksud dari
pihak yang berkonflik ini akan tercermin atau terwujud dalam perilaku, walaupun tidak selalu
konsisten.
Menurut Robbins (1996) proses konflik terdiri dari lima tahap, yaitu:
1.      Oposisi atau ketidakcocokan potensial.
2.      Kognisi dan personalisasi.
3.      Maksud.
4.      Perilaku
5.      Hasil.
Oposisi atau ketidakcocokan potensial adalah adanya kondisi yang mencipta-kan
kesempatan untuk munculnya koinflik. Kondisi ini tidak perlu langsung mengarah ke konflik,
tetapi salah satu kondisi itu perlu jika konflik itu harus muncul. Kondisi tersebut
dikelompokkan dalam kategori: komunikasi, struktur, dan variabel pribadi. Komunikasi yang
buruk merupakan alasan utama dari konflik, selain itu masalah-masalah dalam proses
komunikasi berperan dalam menghalangi kolaborasi dan merangsang kesalahpahaman.
Struktur juga bisa menjadi titik awal dari konflik. Struktur dalam hal ini meliputi: ukuran,
derajat spesialisasi dalam tugas yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan
jurisdiksi, kecocokan anggota tujuan, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat
ketergantungan antara kelompok-kelompok. Variabel pribadi juga bisa menjadi titik awal dari
konflik. Pernahkah kita mengalami situasi ketika bertemu dengan orang langsung tidak
menyukainya? Apakah itu kumisnya, suaranya, pakaiannya dan sebagainya. Karakter pribadi
yang mencakup sistem nilai individual tiap orang dan karakteristik kepribadian, serta
perbedaan individual bisa menjadi titik awal dari konflik. Kognisi dan personalisasi adalah
persepsi dari salah satu pihak atau masing-masing pihak terhadap konflik yang sedang
dihadapi. Kesadaran oleh satu pihak atau lebih akan eksistensi kondisi-kondisi yang
menciptakan kesempatan untuk timbulnya konflik. Bilamana hal ini terjadi dan berlanjut pada
tingkan terasakan, yaitu pelibatan emosional dalam suatu konflik yang akan menciptakan
kecemasan, ketegangan, frustasi dan pemusuhan. Maksud adalah keputusan untuk bertindak
dalam suatu cara tertentu dari pihak-pihak yang berkonflik. Maksud dari pihak yang
berkonflik ini akan tercermin atau terwujud dalam perilaku, walaupun tidak selalu konsisten.
Maksud dalam penanganan suatu konflik ada lima, yaitu:
1.      Bersaing, tegas dan tidak kooperatif, yaitu suatu hasrat untuk memuaskan kepentingan
seseorang atau diri sendiri, tidak peduli dampaknya terhadap pihak lain dalam suatu episode
konflik.
2.      Berkolaborasi, bila pihak-pihak yang berkonflik masing-masing berhasrat untuk memenuhi
sepenuhnya kepentingan dari semua pihak, kooperatif dan pencaharian hasil yang bermanfaat
bagi semua pihak.
3.      Mengindar, bilamana salah satu dari pihak-pihak yang berkonflik mempunyai hasrat untuk
menarik diri, mengabaikan dari atau menekan suatu konflik.
4.      Mengakomodasi, bila satu pihak berusaha untuk memuaskan seorang lawan, atau kesediaan
dari salah satu pihak dalam suatu konflik untuk menaruh kepentingan lawannya diatas
kepentingannya.
5.      Berkompromi, adalah suatu situasi di mana masing-masing pihak dalam suatu konflik
bersedia untuk melepaskan atau mengurangi tuntutannya masing-masing.
Perilaku mencakup pernyataan, tindakan, dan reaksi yang dibuat an untuk
menghancurkan pihak lain, serangan fisik yang agresif, ancaman dan ultimatun, serangan
verbal yang tegas, pertanyaan atau tantangan terang-terangan terhadap pihak lain, dan
ketidaksepakatan atau salah paham kecil. Hasil adalah jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak
yang berkonflik dan menghasilkan konsekuensi. Hasil bisa fungsional dalam arti konflik
menghasilkan suatu perbaikan kinerja kelompok, atau disfungsional dalam arti merintangi
kinerja kelompok.oleh pihak-pihak yang berkonflik. Perilaku meliputi: upaya terang-terangan
untuk menghancurkan pihak lain, serangan fisik yang agresif, ancaman dan ultimatun,
serangan verbal yang tegas, pertanyaan atau tantangan terang-terangan terhadap pihak lain,
dan ketidaksepakatan atau salahpaham kecil. Hasil adalah jalinan aksi-reaksi antara pihak-
pihak yang berkonflik dan menghasilkan konsekuensi. Hasil bisa fungsional dalam arti
konflik menghasilkan suatu perbaikan kinerja kelompok, atau disfungsional dalam arti
merintangi kinerja kelompok.
Konflik sosial bisa terjadi pada setiap lapisan masyarakat dan golongan. Dengan suatu
pertentangan yang bisa dijadikan ukuran untuk melakukan suatu pemberontakan, maka
konflik tersebut tidak bisa dihindari lagi karena Pertentangan dikatakan sebagai konflik
manakala pertentangan itu bersifat langsung, yakni ditandai interaksi timbal balik di antara
pihakpihak yang bertentangan. Selain itu, pertentangan itu juga dilakukan atas dasar
kesadaran pada masing-masing pihak bahwa mereka saling berbeda atau berlawanan. Dalam
hubungannya dengan pertentangan sebagai konflik, Marck, Synder dan Gurr membuat
kriteria yang menandai suatu pertentangan sebagai konflik. Pertama, sebuah konflik harus
melibatkan dua atau lebih pihak di dalamnya; Kedua, pihak-pihak tersebut saling tarik-
menarik dalam aksi-aksi saling memusuhi (mutualy opposing actions). Ketiga, mereka
biasanya cenderung menjalankan perilaku koersif untuk menghadapi dan menghancurkan
“sang musuh”. Keempat, interaksi pertentangan di antara pihak-pihak itu berada dalam
keadaan yang tegas, karena itu keberadaan peristiwa pertentangan itu dapat dideteksi dan
dimufakati dengan mudah oleh para pengamat yang tidak terlibat dalam pertentangan.
Konflik dalam pengertian yang luas dapat dikatakan sebagai segala bentuk hubungan antar
manusia yang bersifat berlawanan. Konflik adalah relasi-relasi psikologis yang antagonis,
berkaitan dengan tujuan-tujuan yang tak bisa dipertemukan, sikap-sikap emosional yang
bermusuhan, dan struktur-struktur nilai yang berbeda.
Konflik juga merupakan suatu interaksi yang antagonis mencakup tingkah laku lahiriah
yang tampak jelas mulai dari bentuk perlawanan halus, terkontrol, tersembunyi, tak langsung,
sampai pada bentuk perlawanan terbuka. Konflik dapat dikatakan sebagai suatu oposisi atau
pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok, organisasi-organisasi yang
disebabkan oleh adanya berbagai macam perkembangan dan perubahan dalam bidang
manajemen, serta menimbulkan perbedaan pendapat, keyakinan dan ide.
Konflik muncul diakibatkan salah satunya perebutan sumberdaya. Misalnya, jika dua
orang duduk sebangku dalam kelas, maka bangku itu menjadi sumberdaya. Apabila salah satu
pihak bertingkah laku seakanakan mau menguasai kamar, pihak lain akan terganggu maka
terjadilah konflik diakibatkan sumberdaya.

F.     Pengendalian Konflik
Pengendalian konflik dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu dengan konsiliasi
(conciliation), mediasi (mediation), dan perwasitan (arbitration). Konflik bertentangan
dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik
yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna
dapat menciptakan konflik. Pengendalian konflik dengan cara konsiliasi, terwujud melalui
lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan
keputusan di antara pihak-pihak yang berkonflik. Lembaga yang dimaksud diharapkan
berfungsi secara efektif, yang sedikitnya memenuhi empat hal:
1.      Harus mampu mengambil keputusan secara otonom, tanpa campur tangan dari badan-badan
lain.
2.      Lembaga harus bersifat monopolistis, dalam arti hanya lembaga itulah yang berfungsi
demikian
3.      Lembaga harus mampu mengikat kepentingan bagi pihak-pihak yang berkonflik.
4.      Lembaga tersebut harus bersifat demokratis.
Tanpa keempat hal tersebut, konflik yang terjadi di antara beberapa kekuatan sosial,
akan muncul ke bawah permukaan, yang pada saatnya akan meledak kembali dalam bentuk
kekerasan. Pengendalian dengan cara mediasi, dengan maksud bahwa  pihak-pihak yang
berkonflik bersepakat untuk menunjuk pihak ketiga yang akan memberikan nasihat-nasihat,
berkaitan dengan penyelesaian terbaik terhadap konflik yang mereka alami. Pengendalian
konflik dengan cara perwasitan, dimaksudkan bahwa pihak-pihak yang berkonflik bersepakat
untuk menerima pihak ketiga, yang akan berperan untuk memberikan keputusan-keputusan,
dalam rangka menyelesaikan yang ada. Berbeda dengan mediasi, cara perwasitan
mengharuskan pihak-pihak yang berkonflik untuk menerima keputusan yang diambil oleh
pihak wasit.

G.    Pola Penyelesaian Konflik


Konflik yang berkepanjangan selalu menyisakan ironi dan tragedi. Kekerasan yang
terjadi dalam rentang waktu lama menjadikannya sebagai perilaku yang seolah wajar dan
bahkan terinstitusionalisasi. Akibatnya lingkaran setan kekerasan menjadimata rantai yang
semakin sulit untuk diputuskan. Karena perasaan masing-masing pihak adalah victim
(korban) memicu dendam yang jika ada kesempatan akan dibalaskan melalui jalan kekerasan
pula. Belum lagi kerusakan dan kerugian materiil yang harus di tanggung, sungguh tak
terperikan lagi. Dampak konflik lainnya adalah mengundang turun tangan keluarga dan sanak
saudaradari kepulauan, kecamatan, kabupaten, propinsi hingga ibu kota negara datang
membantu keluarganya secara ekonomi, tenaga, ikut berperang dll. Di sudut agama
terpanggil rasa solidaritas se-agama dari pelbagai organisasi sosial keagamaan dari pelbagai
penjuru tanah air hingga dari luar negeri.
Pada masyarakat multikultular, suatu konflik bisa diatasi dengan cara-cara seperti
berikut:
1.      Sikap tidak diskriminatif
Diskrimatif adalah perbedaan perlakuan terhadap sesama warga negara. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka diskriminatif adalah yaitu sikap tidak membedakan perlakuan
terhadap semua warga negara, seperti tidak memandang warga negara asli atau bukan asli,
pribumi atau nonpribumi. Dengan tidak membedakan antara kelompok sosial tersebut, maka
negara harus memberikan ruang gerak yang sama untuk kelangsungan hidup kelompok –
kelompok tersebut. Masing – masinf kelompok sosial mendapat jaminan hukum yang pasti.
2.      Rasional
Rasional berarti pikiran sehat, cocok dengan akal, patut, dan layak. Utnuk menghindari
konflik, antara kelompok sosial yang beraneka ragam, perlu dikembangkan sikap yang masuk
akal. Jangan menggunakan emosi atau perasaan semata. Perbuatan yang tidak menggunakan
akal yang jernih dan sehat serta pemikiran yang tidak matang akan mengakibatkan kerugian
yang luar biasa. Oleh karena itu, dalam kehidupan masyarakat multikultural selalu dituntut
untuk menyadari keanekaragaman yang dimiliki, sehingga jika akan melakukan sesuatu perlu
dipertimbangkan secara rasional.
3.      Persaingan yang sehat
Dalam masyarakat multikultural, adanya keanekaragaman kelompok sosial pasti selalu
muncul persaingan, baik yang bersifat positif maupun yang negatif. Untuk itu, perlu
diciptakan kondisi persaingan yang positif dan sehat. Dengan adanya persaingan positif
tersebut, kelompok yang satu akan belajar dari kelompok yang lain dan akan timbul sikap
saling menghormati antar kelompok.
4.      Dialogis
Untuk mengatasi konflik antar kelompok soial di dalam masyarakat multikultural, diperlukan
pendekatan antara kelompok yang satu dan kelompok yang lain dengan cara dialog, sehingga
perbedaan yang ada bisa saling dimengerti  dan dihormati. Perlu disadari, bahwa di dalam
keanekaragaman kelompok sosial terdapat pula keanekaragaman kepentingan. Adanya
keanekaragaman kepentingan perlu dibicarakan bersama antar kelompok satu dengan
kelompok yang lain sehingga akan tercapai kesepakatan yang menggantungkan kedua belah
pihak.
Ada juga beberapa cara untuk memecahkan konflik yang terjadi, yaitu :
1.      Pemecahan masalah dengan cara pertemuan tatap muka dari pihak – pihak yang berkonflik
dengan maksud mengidentifikasi masalah dan memecahkannya dengan cara terbuka.
2.      Menciptakan suatu  tujuan bersama yang tidak dapat dicapai tanpa kerjasama dari masing –
masing pihak yang berkonflik.
3.      Dengan cara penghindaran atau berusaha untuk menarik diri konflik misalnyan mengurangi
kesempatan untuk bertemu.
4.      Berusaha untuk mengecilkan arti perbedaan sementara menekankan kepentingan bersama
antara pihak – pihak yang berkonflik.
5.      Melakukan tindakan kompromi dengan cara tiap pihak yang berkonflik melepaskan atau
mengorbankan sesuatu yang berharga.
6.      Mengubah variabel atau menggunakan teknik pengubahan perilaku manusia misalnya
pelatihan hubungan manusia untuk mengubah sikap dan perilaku yang menyebabkan konflik.
Dengan adanya sebuah konflik juga bisa menghasilkan suatu perubahan pada
masyarakat yang terkadang juga membawa dampak positif namun juga banyak yang
menghasilkan sesuatu yang bersifat negatif. Antara lain hasil yang didapatkan dari aanya
suatu konflik adalah sebagai berikut :
1.      Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (in-group) yang mengalami  konflik
dengan kelompok lain.
2.      Keretakan hubungan antar kelompokyang bertikai.
3.      Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga
dan lain-lain.
4.      Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
5.      Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik. Pengelolaan
konflik merupakan cara yang digunakan individu dalam mengontrol, mengarahkan, dan
menyelesaikan konflik, dalam hal ini adalah konflik interpersonal.
Ada juga strategi yang dipandang lebih efektif dalam pengelolaan konflik yaitu:
         Koesistensi damai, yaitu mengendalikan konflik dengan cara tidak saling mengganggu dan
saling merugikan, dengan menetapkan peraturan yang mengacu pada perdamaian serta
diterapkan secara ketat dan konsekuen.
         Dengan mediasi (perantaraan). Jika penyelesaian konflik menemui jalan buntu, masing-
masing pihak bisa menunjuk pihak ketiga untuk menjadi perantara yang berperan secara jujur
dan adil serta tidak memihak.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk social yang selalu berinteraksi dengan sesama yang ketika
melakukan suatu interaki dengan sesama manusia terkadang diwarnai dengan adanya konflik
karena konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia. Perbedaan dan pertentangan –
pertentangan yang terkadang terjadi di antara sesama bias menyebabkan suatu masalah yang
jika terus dibiarkan berlarut – larut akan menyebabkan suatu masalah yang besar. Biasanya
konflik – konflik yang terjadi bias menghasilakn sesuatu yang lain dari sebelumnya, yang
antara lain adalah meningkatkan solidaritas antara sesama kelompok, keretakan antar
kelompok yang bertikai, kerus harta benda dan hilangnya  nyawa manusia, perubahan
kepribadian individu, dan lain – lain.
Bentuk – bentuk konflik meliputi konflik nilai, konflik tujuan, konflik kebijaksanaan,
dan konflik perantara. Salah satu pola penyelesaian konflik adalah dengan cara menghindar
dari konflik yang sedang terjadi.

B.     Saran
Sebaiknya kita sebagai bangsa beragama dan juga Negara kita adalah Negara
hukum,berusaha menghindari adanya konflik sosil di antara masyarakat, agar Negara kita ini 
bias menjadi Negara yang penuh dengan kedamaian dan bebas dari konflik dan pertentangan.

Anda mungkin juga menyukai