Berbagi ilmu dan pengetahuan akan menambah pengetahuan kita dan akan banyak
menambah persaudaraan
MAKALAH
IPS TENTANG KONFLIK SOSIAL
Disusun oleh :
Ana Nur Azizah
Diah Ayu Kartika
Ida Nur Fitri
Lailatul Qori’ah
Riska Fadriah
SMK PERIKANAN DAN KELAUTAN
Jl. A. Yani Puger Kulon - Puger - Jember
AGUSTUS 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya, tugas kelompok “Makalah tentang Konflik Sosial” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Tugas kelompok ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS). Dalam makalah ini disajikan materi pembelajaran tentang pengertian konfik
sosial, faktor-faktor penyebab konflik sosial, dampak akibat konflik sosial, bentuk
pengendalian konflik sosial. Tujuannya untuk mempermudah dalam memahami
materi yang sedang dipelajari.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan tugas ini. Dan kami menyadari bahwa dalam pembuatan tugas makalah ini
masih banyak kekurangan, namun kami harap bahwa dengan pembuatan tugas ini
akan meningkatkan pengetahuan kami. Kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan , guna memperbaiki tugas ini di kemudian hari.
Demikian semoga tugas ini ada manfaatnya, khususnya bagi kami umumnya
bagi semua pihak. Amin.
Puger, 14 Agustus 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
A. Pengertian Konflik Sosial ............................................................................................ 3
B. Faktor –Faktor penyebab terjadinya konflik ............................................................... 4
C. Sumber Konflik Sosial ................................................................................................. 6
D. Bentuk Konflik Sosial ................................................................................................. 7
E. Proses Konflik ............................................................................................................. 7
F. Pengendalian Konflik .................................................................................................. 10
G. Pola Penyelesaian Konflik ........................................................................................... 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 14
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 14
B. Saran ............................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini tengah menghadapi ancaman serius
berkaitan dengan mengerasnya konflik-konflik dalam masyarakat, baik yang bersifat vertikal
maupun horizontal.
Kita sebagai makhluk sosial yang melakukan interaksi dengan masyarakat yang ada di
sekitar kita pasti pernah mengalami suatu pertentangan atau perbedaan dengan orang – orang
yang ada di sekitar kita. Pertentangan ini yang nantinya akan menjadi sebuah konflik yang
jika dibiarkan akan menjadi suatu masalah yang akan membesar. Bisa dikatakan bahwa
konflik merupakan suatu proses social antara satu orang atau lebih yang mana salah seorang
di antaranya berusaha menyingkirkan pihak lain. Seperti yang dikatakan salah satu teori dari
Karl Marx yang melihat masyarakat manusia sebagai sebuah proses perkembangan yang akan
menyudahi konflik melalui konflik. Kalau kita melihat dari teori tersebut, bias kita simpulkan
bahwa kita sebagai masyarakat tidak bias menghindari adanya konflik yang pastinya akan
terjadi di kehidupan kita. Contoh kecil dari konflik yaitu dari lingkungan keluarga, terkadang
kita mengalami perbedaan pendapat dengan salah satu anggota keluarga, yang nantinya pasti
akan menjadi sebuah konflik karena konflik terjadi karena beberapa penyebab yang masing –
masing mempunyai jalan tersendiri untuk menyelesaikan konflik tersebut. Ada empat bentuk
konflik yaitu konflik tujuan, konflik peranan, konflik nilai dan konflik kebijakan. Konflik
juga tidak begitu saja muncul tapi konflik mempunyai sumber – sumber yang menjadi
patokan atu pemicu munculnya konflik antar individu maupun antar kelompok sosial.
B. Rumusan Masalah
Untuk dapat membahas lebih jauh tentang konflik social, kita harus member batasan -
batasan materi yang akan dibahas, agar materi yang disajikan tidak keluar dari pembahasan.
1. Apa pengertian dari konflik sosial ?
2. Apa saja faktor - faktor penyebab terjadinya konflik sosial ?
3. Apa Sumber Konflik pada manusia?
4. Apa bentuk - bentuk dari konflik sosial ?
5. Bagaimana proses dari konflik itu sendiri ?
6. Bagaimana cara kita mengendalikan konflik dan bagaimana cara penyelesaiannya ?
C. Tujuan
Kita sebagai masyarakat harus bisa lebih teliti dengan semua yang ada di sekitarr
lingkungan, agar setidaknya kita bisa menghindari masalah-masalah dengan orang-orang
yang ada di sekitar kita, teruama konflik yang selalu menemani setiap langkah keidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
E. Proses Konflik
Karakter pribadi yang mencakup sistem nilai individual tiap orang dan karakteristik
kepribadian, serta perbedaan individual bisa menjadi titik awal dari konflik. Kognisi dan
personalisasi adalah persepsi dari salah satu pihak atau masing-masing pihak terhadap konflik
yang sedang dihadapi. Kesadaran oleh satu pihak atau lebih akan eksistensi kondisi-kondisi
yang menciptakan kesempatan untuk timbulnya konflik. Bilamana hal ini terjadi dan
berlanjut pada tingkan terasakan, yaitu pelibatan emosional dalam suatu konflik yang akan
menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi dan pemusuhan. Maksud adalah keputusan
untuk bertindak dalam suatu cara tertentu dari pihak-pihak yang berkonflik. Maksud dari
pihak yang berkonflik ini akan tercermin atau terwujud dalam perilaku, walaupun tidak selalu
konsisten.
Menurut Robbins (1996) proses konflik terdiri dari lima tahap, yaitu:
1. Oposisi atau ketidakcocokan potensial.
2. Kognisi dan personalisasi.
3. Maksud.
4. Perilaku
5. Hasil.
Oposisi atau ketidakcocokan potensial adalah adanya kondisi yang mencipta-kan
kesempatan untuk munculnya koinflik. Kondisi ini tidak perlu langsung mengarah ke konflik,
tetapi salah satu kondisi itu perlu jika konflik itu harus muncul. Kondisi tersebut
dikelompokkan dalam kategori: komunikasi, struktur, dan variabel pribadi. Komunikasi yang
buruk merupakan alasan utama dari konflik, selain itu masalah-masalah dalam proses
komunikasi berperan dalam menghalangi kolaborasi dan merangsang kesalahpahaman.
Struktur juga bisa menjadi titik awal dari konflik. Struktur dalam hal ini meliputi: ukuran,
derajat spesialisasi dalam tugas yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan
jurisdiksi, kecocokan anggota tujuan, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat
ketergantungan antara kelompok-kelompok. Variabel pribadi juga bisa menjadi titik awal dari
konflik. Pernahkah kita mengalami situasi ketika bertemu dengan orang langsung tidak
menyukainya? Apakah itu kumisnya, suaranya, pakaiannya dan sebagainya. Karakter pribadi
yang mencakup sistem nilai individual tiap orang dan karakteristik kepribadian, serta
perbedaan individual bisa menjadi titik awal dari konflik. Kognisi dan personalisasi adalah
persepsi dari salah satu pihak atau masing-masing pihak terhadap konflik yang sedang
dihadapi. Kesadaran oleh satu pihak atau lebih akan eksistensi kondisi-kondisi yang
menciptakan kesempatan untuk timbulnya konflik. Bilamana hal ini terjadi dan berlanjut pada
tingkan terasakan, yaitu pelibatan emosional dalam suatu konflik yang akan menciptakan
kecemasan, ketegangan, frustasi dan pemusuhan. Maksud adalah keputusan untuk bertindak
dalam suatu cara tertentu dari pihak-pihak yang berkonflik. Maksud dari pihak yang
berkonflik ini akan tercermin atau terwujud dalam perilaku, walaupun tidak selalu konsisten.
Maksud dalam penanganan suatu konflik ada lima, yaitu:
1. Bersaing, tegas dan tidak kooperatif, yaitu suatu hasrat untuk memuaskan kepentingan
seseorang atau diri sendiri, tidak peduli dampaknya terhadap pihak lain dalam suatu episode
konflik.
2. Berkolaborasi, bila pihak-pihak yang berkonflik masing-masing berhasrat untuk memenuhi
sepenuhnya kepentingan dari semua pihak, kooperatif dan pencaharian hasil yang bermanfaat
bagi semua pihak.
3. Mengindar, bilamana salah satu dari pihak-pihak yang berkonflik mempunyai hasrat untuk
menarik diri, mengabaikan dari atau menekan suatu konflik.
4. Mengakomodasi, bila satu pihak berusaha untuk memuaskan seorang lawan, atau kesediaan
dari salah satu pihak dalam suatu konflik untuk menaruh kepentingan lawannya diatas
kepentingannya.
5. Berkompromi, adalah suatu situasi di mana masing-masing pihak dalam suatu konflik
bersedia untuk melepaskan atau mengurangi tuntutannya masing-masing.
Perilaku mencakup pernyataan, tindakan, dan reaksi yang dibuat an untuk
menghancurkan pihak lain, serangan fisik yang agresif, ancaman dan ultimatun, serangan
verbal yang tegas, pertanyaan atau tantangan terang-terangan terhadap pihak lain, dan
ketidaksepakatan atau salah paham kecil. Hasil adalah jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak
yang berkonflik dan menghasilkan konsekuensi. Hasil bisa fungsional dalam arti konflik
menghasilkan suatu perbaikan kinerja kelompok, atau disfungsional dalam arti merintangi
kinerja kelompok.oleh pihak-pihak yang berkonflik. Perilaku meliputi: upaya terang-terangan
untuk menghancurkan pihak lain, serangan fisik yang agresif, ancaman dan ultimatun,
serangan verbal yang tegas, pertanyaan atau tantangan terang-terangan terhadap pihak lain,
dan ketidaksepakatan atau salahpaham kecil. Hasil adalah jalinan aksi-reaksi antara pihak-
pihak yang berkonflik dan menghasilkan konsekuensi. Hasil bisa fungsional dalam arti
konflik menghasilkan suatu perbaikan kinerja kelompok, atau disfungsional dalam arti
merintangi kinerja kelompok.
Konflik sosial bisa terjadi pada setiap lapisan masyarakat dan golongan. Dengan suatu
pertentangan yang bisa dijadikan ukuran untuk melakukan suatu pemberontakan, maka
konflik tersebut tidak bisa dihindari lagi karena Pertentangan dikatakan sebagai konflik
manakala pertentangan itu bersifat langsung, yakni ditandai interaksi timbal balik di antara
pihakpihak yang bertentangan. Selain itu, pertentangan itu juga dilakukan atas dasar
kesadaran pada masing-masing pihak bahwa mereka saling berbeda atau berlawanan. Dalam
hubungannya dengan pertentangan sebagai konflik, Marck, Synder dan Gurr membuat
kriteria yang menandai suatu pertentangan sebagai konflik. Pertama, sebuah konflik harus
melibatkan dua atau lebih pihak di dalamnya; Kedua, pihak-pihak tersebut saling tarik-
menarik dalam aksi-aksi saling memusuhi (mutualy opposing actions). Ketiga, mereka
biasanya cenderung menjalankan perilaku koersif untuk menghadapi dan menghancurkan
“sang musuh”. Keempat, interaksi pertentangan di antara pihak-pihak itu berada dalam
keadaan yang tegas, karena itu keberadaan peristiwa pertentangan itu dapat dideteksi dan
dimufakati dengan mudah oleh para pengamat yang tidak terlibat dalam pertentangan.
Konflik dalam pengertian yang luas dapat dikatakan sebagai segala bentuk hubungan antar
manusia yang bersifat berlawanan. Konflik adalah relasi-relasi psikologis yang antagonis,
berkaitan dengan tujuan-tujuan yang tak bisa dipertemukan, sikap-sikap emosional yang
bermusuhan, dan struktur-struktur nilai yang berbeda.
Konflik juga merupakan suatu interaksi yang antagonis mencakup tingkah laku lahiriah
yang tampak jelas mulai dari bentuk perlawanan halus, terkontrol, tersembunyi, tak langsung,
sampai pada bentuk perlawanan terbuka. Konflik dapat dikatakan sebagai suatu oposisi atau
pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok, organisasi-organisasi yang
disebabkan oleh adanya berbagai macam perkembangan dan perubahan dalam bidang
manajemen, serta menimbulkan perbedaan pendapat, keyakinan dan ide.
Konflik muncul diakibatkan salah satunya perebutan sumberdaya. Misalnya, jika dua
orang duduk sebangku dalam kelas, maka bangku itu menjadi sumberdaya. Apabila salah satu
pihak bertingkah laku seakanakan mau menguasai kamar, pihak lain akan terganggu maka
terjadilah konflik diakibatkan sumberdaya.
F. Pengendalian Konflik
Pengendalian konflik dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu dengan konsiliasi
(conciliation), mediasi (mediation), dan perwasitan (arbitration). Konflik bertentangan
dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik
yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna
dapat menciptakan konflik. Pengendalian konflik dengan cara konsiliasi, terwujud melalui
lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan
keputusan di antara pihak-pihak yang berkonflik. Lembaga yang dimaksud diharapkan
berfungsi secara efektif, yang sedikitnya memenuhi empat hal:
1. Harus mampu mengambil keputusan secara otonom, tanpa campur tangan dari badan-badan
lain.
2. Lembaga harus bersifat monopolistis, dalam arti hanya lembaga itulah yang berfungsi
demikian
3. Lembaga harus mampu mengikat kepentingan bagi pihak-pihak yang berkonflik.
4. Lembaga tersebut harus bersifat demokratis.
Tanpa keempat hal tersebut, konflik yang terjadi di antara beberapa kekuatan sosial,
akan muncul ke bawah permukaan, yang pada saatnya akan meledak kembali dalam bentuk
kekerasan. Pengendalian dengan cara mediasi, dengan maksud bahwa pihak-pihak yang
berkonflik bersepakat untuk menunjuk pihak ketiga yang akan memberikan nasihat-nasihat,
berkaitan dengan penyelesaian terbaik terhadap konflik yang mereka alami. Pengendalian
konflik dengan cara perwasitan, dimaksudkan bahwa pihak-pihak yang berkonflik bersepakat
untuk menerima pihak ketiga, yang akan berperan untuk memberikan keputusan-keputusan,
dalam rangka menyelesaikan yang ada. Berbeda dengan mediasi, cara perwasitan
mengharuskan pihak-pihak yang berkonflik untuk menerima keputusan yang diambil oleh
pihak wasit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk social yang selalu berinteraksi dengan sesama yang ketika
melakukan suatu interaki dengan sesama manusia terkadang diwarnai dengan adanya konflik
karena konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia. Perbedaan dan pertentangan –
pertentangan yang terkadang terjadi di antara sesama bias menyebabkan suatu masalah yang
jika terus dibiarkan berlarut – larut akan menyebabkan suatu masalah yang besar. Biasanya
konflik – konflik yang terjadi bias menghasilakn sesuatu yang lain dari sebelumnya, yang
antara lain adalah meningkatkan solidaritas antara sesama kelompok, keretakan antar
kelompok yang bertikai, kerus harta benda dan hilangnya nyawa manusia, perubahan
kepribadian individu, dan lain – lain.
Bentuk – bentuk konflik meliputi konflik nilai, konflik tujuan, konflik kebijaksanaan,
dan konflik perantara. Salah satu pola penyelesaian konflik adalah dengan cara menghindar
dari konflik yang sedang terjadi.
B. Saran
Sebaiknya kita sebagai bangsa beragama dan juga Negara kita adalah Negara
hukum,berusaha menghindari adanya konflik sosil di antara masyarakat, agar Negara kita ini
bias menjadi Negara yang penuh dengan kedamaian dan bebas dari konflik dan pertentangan.