KELAS XI IPS 3
SMA NEGERI 1 BENGKAYANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
ANGGOTA-ANGGOTA KELOMPOK 1A
1. Ketua :
2. Sekretaris :
3. Notulen :
4. Moderator :
5. Penyaji 1 :
6. Penyaji 2 :
7. Penyaji 3 :
8. Penyaji 4 :
9. Penyaji 5 :
10. Penyaji 6 :
11. Penyaji 7 :
12. Penyaji 8 :
13. Penyaji 9 :
14. Penyaji 10 :
15. Penyaji 11 :
16. Penyaji 12 :
ANGGOTA-ANGGOTA KELOMPOK 1B :
1. Ketua : Cassandra Putri
2. Sekretaris : Emmanuela Garcia Nazarethi Hutagaol
3. Notulen : Mellda Marccela F
4. Moderator : Qodri Akbar Firmansyah
5. Penyaji 1 : Emmanuela Garcia Nazarethi Hutagaol
6. Penyaji 2 : Nayla Rahmadani
7. Penyaji 3 : Flavianus Tri Arjuna Sera
8. Penyaji 4 : Mellda Marccela F
9. Penyaji 5 : Putri Salma Andini
10. Penyaji 6 : Yosepha Sarita Yungka
11. Penyaji 7 : Fernando Carlos
12. Penyaji 8 : Cassandra Putri
KATA PENGANTAR
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................iii
Daftar Isi..........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................2
C. Tujuan..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konflik Sosial...................................................................3
1. Pengertian Kelompok Sosial........................................3
2. Syarat Kelompok Sosial...............................................4
3. Ciri-Ciri Kelompok Sosial...........................................5
4. Pembentukan Kelompok Sosial...................................6
5. Tinjauan Sosiologi dalam Mengkaji Kelompok
Sosial...........................................................................11
B. Kekerasan........................................................................12
1. Definisi Kekerasan......................................................12
2. Syarat Terjadinya Kekerasan......................................28
3. Faktor Penyebab Kekerasan........................................
4. Karakteristik Kekerasan..............................................
5. Bentuk-Bentuk Kekerasan..........................................
6. Teori Tentang Kekerasan............................................
7. Upaya Mengatasi Kekerasan......................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konflik sosial adalah pertentangan antar anggota
masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam kehidupan. Konflik
berasal dari kata kerja latin "configere". Artinya saling memukul.
Sedangkan, kekerasan merupakan tindakan agresi dan
pelanggaran (penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan lain-
lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan
penderitaan atau menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu
tindakan menyakiti binatang dapat dianggap sebagai kekerasan.
Kekerasan dan konflik yang berkepanjangan bukan hanya
akan menimbulkan kerugian nyawa dan ancaman disintegrasi
bangsa, tetapi melahirkan manusia yang kehilangan masa depan,
yakni keluarga para pengungsi dan anak-anak mereka.
Pernyataan tersebut mengambarkan bahwa posisi subjek sebagai
survivor konflik mengalami banyak tekanan. Penderitaan para
survivor tidak berhenti sampai konflik tersebut terjadi, namun
juga keadaan selama di pengungsian sekaligus karena masih
adanya ancaman dari penyerang yang bisa berujung pada
kekerasan.
Upaya tersebut dapat dilakukan salah satunya yaitu dengan
membangun komunikasi yang efektif kepada anak, tentunya
diawali dari satuan terkecil dari masyarakat yakni keluarga.
Sejalan dengan Dweck yang mengatakan bahwa pola pikir mulai
dibentuk sejak masa kanak-kanak seiring dengan interaksi anak
dengan orang tua, guru, dan pelatih, baik yang memiliki pola
tetap maupun berkembang.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan konflik sosial?
b. Bagaimana bentuk dari kekerasan?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui arti dari konflik sosial.
b. Untuk mengetahui bentuk dalam kekerasan.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
A. KONFLIK SOSIAL
1. Definisi Konflik Sosial
Masyarakat mempunyai dua wajah yaitu konflik dan
konsensus. Dalam hal ini masyarakat merupakan arena konflik
dan integrasi yang senantiasa berlangsung. Oleh karena itu,
konflik dan integrasi sosial merupakan gejala yang selalu
mengisi setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong
timbulnya konflik dan integrasi adalah adanya persamaan dan
perbedaan kepentingan sosial.
Konflik merupakan gejala sosial yang bersifat inheren
dalam masyarakat Secara etimologis, konflik berasal dari
bahasa Latin yaitu con yang memiliki arti bersama dan fliger
yang memiliki pengertian benturan atau tabrakan. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konflik adalah
percekcokan, perselisihan, dan pertentangan. Adapun kamus
sosiologi mendefinisikan konflik sebagai proses pencapaian
tujuan dengan cara melemahkan pihak lawan tanpa
memperhatikan norma dan nilai yang berlaku.
Dean G. Pruit dan Jeffrey Rubin mengangkat pendapat
Webster bahwa istilah conflict di dalam bahasa aslinya berarti
perkelahian, peperangan, atau perjuangan yaitu berupa
konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Tokoh lain, Alo Liliweri
merumuskan konflik sebagai bentuk pertentangan alamiah
yang dihasilkan oleh individu atau kelompok karena mereka
yang terlibat memiliki perbedaan sikap, kepercayaan, nilai,
atau kebutuhan.
b. Kartono
Konflik merupakan proses sosial yang bersifat antagonistik
dan terkadang tidak bisa diserasikan karena dua belah pihak
yang berkonflik memiliki tujuan, sikap, dan struktur nilai
yang berbeda yang tecermin dalam berbagai bentuk
perilaku perlawanan, baik yang halus, terkontrol,
tersembunyi, tidak langsung, terkamuflase, maupun yang
terbuka dalam bentuk tindakan kekerasan.
c. Nimran
Konflik sebagai kondisi yang dipersepsikan pihak tertentu,
baik individu, kelompok, mau- pun lainnya yang merasakan
ketidaksesuaian tujuan dan peluang.
d. Robbins
Konflik sebagai proses yang berawal dari satu pihak
menganggap pihak lain secara negatif memengaruhi sesuatu
yang menjadi kepedulian pihak pertama.
b. Perbedaan Kepentingan
Setiap individu ataupun kelompok sering memiliki
kepentingan yang berbeda dengan atau kelompok lainnya.
Semua itu bergantung pada kebutuhan-kebutuhan
hidupnya. Perbedaan kepentingan ini menyangkut
kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Sebagai
contoh, seorang pengusaha menghendaki adanya
penghematan dalam biaya suatu produksi sehingga dengan
terpaksa harus melakukan rasionalisasi pegawai. Namun,
para pegawai yang terkena rasionalisasi merasa hak-haknya
diabaikan sehingga perbedaan kepentingan tersebut
menimbulkan suatu konflik.
c. Perbedaan Agama
Agama sebenamya bukan merupakan pencetus
utama terjadinya suatu konflik sosial Hal ini karena masing-
masing umat tidak pernah mempertentangkan akidah dan
keyakinan agama masing-masing. Adapun yang sering
terjadi adalah konflik agama yare merupakan muara atau
dampak negatif dan konflik yang terjadi sebelumnya.
Sebagai contoh konflik Poso dan Ambon. Semula
konflik ini berawal dari konflik etnik akibat primordialisme,
etnocentrisme, dan kesenjangan sosial yang akhirnya
merembes pada sentimen keagamaan. Sentimen
keagamaan memang sangat rentan terhadap isu-isu yang
berbau sara.
d. Perbedaan Kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak semua
masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang
sama. Suatu hal yang d anggap baik oleh suatu masyarakat
belum tentu sama dengan yang dianggap baik ole
masyarakat lain.
Sebagai contoh, seseorang yang dibesarkan dalam
lingkungan keluarg dan masyarakat yang menjunjung tinggi
nilai-nilai tradisional bertemu dengan seseorang yang
dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang
menjunjung tingg nilai-nilai modem, maka akan terdapat
perbedaan-perbedaan nilai yang dianut oleh keduabelah
pihak sehingga dapat menimbulkan konflik.
e. Perbedaan Etnik
Setiap etnik tertentu memiliki kepribadian yang
melatarbelakangi kebudayaannya. Setiap kebudayaan
memiliki sistem nilai dan norma sosial yang mungkin
berbeda dengan kebudayaan lainnya. Dalam masyarakat
yang multikultural, sering terjadi pergesekan sistem nilai
dan norma sosial antara etnik yang satu dan etnik yang
lainnya.
Ditambah dengan fenomena primordialisme dan
etnosentrisme yang tumbuh pada masing-masing etnik,
maka akan tumbuh pertentangan-pertentangan yang
memicu terjadinya konflik sosial. Sebagai contoh, dalam
merekrut pegawai, masing-masing pemerintah daerah akan
memprioritaskan etniknya sendiri, padahal di daerah
tersebut terdapat etnik lain.
f. Perbedaan Ras
Walaupun ras tidak ada kaitannya dengan etnik, agama,
ataupun ideologi kenegaraan, dalam kasus-kasus tertentu
sering terjadi konflik rasial. Konflik rasial didasari oleh
paham rasialisme atau diskriminasi ras. Di Indonesia, konflik
ras terjadi akibat adanya kecemburuan sosial terhadap ras
tertentu yang minoritas, tetapi memiliki akses ekonomi yang
besar dan kuat.
b. Max Weber
Max Weber berpendapat bahwa penyebab konflik sosial
adalah stratifikasi sosial. Untuk memperoleh posisi yang
lebih tinggi dalam pelapisan sosial, tak jarang individu
harus berkonflik dengan individu atau kelompok lain yang
juga menginginkan posisi tersebut.
c. Karl Marx
Karl Marx mengemukakan bahwa konflik merupakan
bentuk perjuangan revolusioner kelas proletariat atau
buruh untuk mencapai perubahan sosial yang diharapkan,
yaitu tercipta masyarakat tanpa kelas (classless society).
Konflik terjadi karena kaum buruh tidak tahan lagi terus-
menerus dieksploitasi oleh kaum borjuis atau pemilik alat-
alat produksi.
Para buruh akhirnya tak bisa bersabar lagi
membiarkan dirinya dieksploitasi jam kerja yang panjang
dan upah murah, hingga akhirnya melakukan perlawanan.
Marx meramalkan, perjuangan revolusioner tadi akan
dimenangkan oleh buruh yang lantas mengakhiri dominasi
kaum borjuis.
3. Karakteristik Konflik
Konflik sebagai suatu proses sosial yang oposisional
(oppositional process) memiliki beberapa karakteristik. Berikut
beberapa karakteristik konflik.
a. Tidak Selamanya Berdampak Negatif
Konflik tidak selalu harus dihindari karena tidak selamanya
berdampak negatif. Berbagai konflik ringan dan terkendali
(dikenal dan ditanggulangi) dapat berpengaruh positif bagi
individu ataupun kelompok yang terlibat di dalamnya.
c. Bersifat Inheren
Konflik bersifat inheren atau merupakan bagian tak
terpisahkan dari keberadaan suatu masyarakat. Tidak ada
satu masyarakat pun yang bisa mencegah dan menghindari
konflik sosial sepenuhnya. Itulah sebabnya yang terpenting
adalah mengelola konflik. Konfilk harus dikelola dengan baik
karena konflik memiliki sejumlah aspek positif. Dengan
menerapkan strategi pengelolaan yang tepat, konflik
mewujud menjadi sumber energi perubahan dan inovasi
positif.
d. Dilatarbelakangi oleh Perbedaan Ciri
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa
oleh individu dalam suatu interaksi sosial. Dengan perkataan
lain, konflik pada umumnya adalah hasil dari kemajemukan
masyarakat. Oleh sebab itu, penanganan konflik seharusnya
diawali dengan ditokopou pilipili hubungan sosial yang
luhur, seperti toleransi dan pluralisme. Nilai-nilai tersebut
merupakan wujud dan keadaban, dalam artian bahwa
masing-masing pribadi atau kelompok pada suatu
lingkungan interaksi sosial yang lebih luas, memiliki
kesediaan memandang yang lain dengan penghargaan,
tanpa saling memaksakan kehendak, pendapat, atau
pandangan sendiri
6. Teori Konflik
Tahukah Anda, kapan teori kontik pertama kali muncul? Teori
konflik muncul pada abad ke-18 dan ke-10 sebagai respons dan
lahirnya dual revolution, yaitu demokratisasi dan
industrialisasi. Selain itu, teon konflik adalah alternatif dan
ketidakpuasan terhadap analisis fungsionalisme struktural
Talcott Parsons dan Robert K. Merton yang menilai masyarakat
denga. paham konsensus dan integralistiknya. Perspektif
konflik dapat dilacak melalui pemikiran tokoh-tokoh klasik,
seport Thomas Hobbes (1588-1679). Karl Marx (1818-1883),
George Simmel (1858- 1918), dan Max Weber (1864-1920)
Keempat tokoh tersebut memberikan kontribusi besar
terhadap perkembangan analisis konflik kontemporer.
b. Teori Identitas
Menurut teori identitas, konflik disebabkan oleh
ancaman terhadap identitas kelompok yang sering berakar
pada hilangnya sesuatu (misalnya tanah ulayat, hak-hak
adat, dan tergerusnya nilai-nilai budaya) atau penderitaan di
masa lalu.
Tindakan pemerintah atau pengusaha yang mengambil
alih tanah ulayat milik masyarakat adat secara paksa, telah
berulang kali mengakibatkan terjadinya konflik di berbagai
wilayah. Penyelesaian konflik dapat dengan merumuskan
kesepakatan bersama yang mengakui kebutuhan identitas
pokok semua pihak.
d. Teori Permainan
Menurut teori permainan, konflik sama halnya dengan
permainan, yaitu dua pihak atau lebih menggunakan taktik
atau strategi tertentu untuk mengalahkan pihak lawan.
Menurut Joseph P. Folger dan Marshal S, Poole, teori
permainan memiliki sejumlah asumsi sebagal berikut.
1) Struktur konflik dibentuk oleh berbagai pilihan yang
tersedia dalam jumlah terbatas. 2) Para pihak mengetahui
imbalan (reward) yang akan diperoleh dari pilihan
tertentu.
3) Para pihak mengetahui pilihan yang dibuat oleh pihak
lainnya.
4) Para pihak menentukan taktik dan strategi dalam konflik
untuk memperoleh imbalan dengan mempertimbangkan
keadaan serta kekuatan pihak lawan.
f. Teori Psikodinamika
Menurut teori psikodinamika, konflik muncul akibat adanya
ketidaksesuaian antara ide (dorongan) dalam diri individu
dan nilai-nilai atau keadaan di masyarakatnya. Sebagai
contoh, individu memiliki dorongan untuk mewujudkan
kesejahteraan, tetapi keadaan dalam masyarakat justru
menghambat pencapaian dorongan tersebut. Ini dapat
mengakibatkan timbulnya konflik.
j. Teori Sistem
Menurut Ludwig von Bertalanffy, konflik dalam sistem atau
masyarakat disebabkan oleh hal-hal berikut.
1) Perbedaan pendapat mengenai tujuan sistem atau
masyarakat.
2) Benturan fungsi dan tugas antarsubsistem atau bagian-
bagian dalam masyarakat.
3) Perebutan sumber daya antarsubsistem atau bagian-
bagian dalam masyarakat.
4) Persaingan antarsubsistem atau bagian-bagian untuk
memperebutkan kepemimpinan.
5) Perbedaan latar belakang budaya.
7. Bentuk-Bentuk Konflik
Berdasarkan sejumlah kriteria, konflik sosial dapat
dibedakan atas beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut.
a. Berdasarkan Hubungannya dengan Tujuan Organisasi
1) Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung tujuan
organisasi. Konflik ini bersifat konstruktif. Contoh: konflik
antaranggota suatu organisasi politik tentang pencalonan
bupati dan wakil bupati.
2) Konflik disfungsional adalah konflik yang menghambat
tercapainya tujuan organisasi dan sifatnya destruktif.
b. Berdasarkan Hubungannya dengan Posisi Pelaku Konflik
1) Konflik vertikal adalah konflik antartingkatan kelas atau
antara atasan dan bawahan Contoh konflik antara buruh dan
manajer dalam suatu perusahaan.
2) Konflik horizontal adalah konflik yang terjadi antarindividu
atau kelompok yang sekelas atau sederajat. Contoh konflik
antarumat beragama yang terjadi di Poso
3) Konflik diagonal adalah konflik yang terjadi karena
ketidakadilan alokasi sumber daya keseluruh organisasi yang
menimbulkan pertentangan secara ekstrem dari bagian-bagian
yang membutuhkan sumber daya tersebut. Contoh: konflik
antara sebuah PT bersama segenap jajarannya dan pemerintah
daerah yang didukung rakyat.
c. Berdasarkan Hubungannya dengan Struktur Organisasi
1) Konflik hierarki adalah konflik dari berbagai tingkatan
(posisi) yang ada dalam suatu organisasi. Contoh: konflik
antara presiden direktur dan dewan komisaris dalam suatu
perusahaan.
2) Konflik lini staf adalah konflik antara lini dan staf yang ada
dalam organisasi. Hal tersebut terjadi karena pegawai staf yang
secara formal tidak lagi mempunyai kekuasaan atas pegawai
lini karena tidak dalam satu garis komando, sementara
pegawai staf merasa posisinya lebih baik daripada pegawai lini.
Contoh: konflik antara petugas tata usaha sekolah dan pesuruh
sekolah.
3) Konflik formal-informal adalah konflik antara kelompok
formal dalam suatu organisasi dan kelompok informal yang
berkaitan dengan organisasi tersebut.
d. Berdasarkan Hubungannya dengan Konsentrasi Aktivitas
Manusia dalam Masyarakat
1) Konflik ekonomi adalah konflik yang disebabkan oleh adanya
perebutan sumber daya ekonomi dari pihak yang berkonflik.
Contoh: konflik antarperusahaan rokok yang berusaha
merebut pasar dengan iklan-iklan yang gencar.
2) Konflik politik adalah konflik yang dipicu oleh adanya
kepentingan politik dari pihak-pihak yang berkonflik. Contoh:
konflik antarparpol berebut massa dalam berkampanye.
3) Konflik budaya adalah konflik yang disebabkan oleh adanya
perbedaan kepentingan budaya dari pihak yang berkonflik.
Contoh: konflik antarsuku mengenai sistem kekerabatan.
4) Konflik pertahanan adalah konflik yang dipicu oleh adanya
perebutan hegemoni pihak-pihak yang berkonflik. Contoh:
konflik antara Israel-Palestina serta konflik antara Korea Utara-
Korea Selatan.
5) Konflik antarumat beragama adalah konflik yang dipicu oleh
adanya sentimen agama. Contoh: konflik di Ambon atau konflik
Perang Salib.
e. Berdasarkan Hubungannya dengan Pelaku
1) Konflik intrapribadi (konflik di dalam diri sendiri) adalah
konflik yang terjadi dalam diri seseorang sebagai akibat
perbedaan atau kesenjangan antara kemauan dan
kemampuannya untuk melakukan keinginannya. Konflik ini
dibagi menjadi dua, yaitu konflik afektif, yang menyangkut
emosional, seperti stres, menurunnya produktivitas, atau
menurunnya rasa kepuasan; dan konflik kognitif, yang
menyangkut intelektual yaitu seseorang yang secara
intelektual mampu, tetapi berbenturan dengan ke- terbatasan
waktu, biaya, dan tenaga sehingga harus menerima kegagalan.
2) Konflik antarpribadi adalah apabila terjadi pertentangan
antara dua individu yang disebabkan oleh perbedaan persepsi,
orientasi, atau kedudukan. Konflik ini biasanya menimbulkan
like and dislike (rasa suka dan tidak suka) dalam hubungan
antarindividu.
1) Konflik Positif-Positif
Konflik positif-positif terjadi apabila seorang individu
menghadapi dua keinginan atau tujuan yang sama-sama
menarik, tetapi harus dipilih satu di antaranya. Sebagai contoh,
dalam waktu yang sama seorang individu mendapat tawaran
pekerjaan yang sama- sama menarik, maka ia harus
menentukan satu pilihan setelah mempertimbangkan dari
beberapa aspek. Bagan konflik positif-positif seperti terlihat
pada gambar berikut.
2) Konflik Negatif-Negatif
Konflik negatif-negatif terjadi apabila pada saat yang
bersamaan seseorang dihadap- kan pada dua yang sama-sama
tidak menarik atau sama-sama tidak diinginkan Ketika
menghadapi situasi semacam ini, individu mendapat dorongan
yang kuat untuk lari dari masalah dengan cara melakukan hal
lain. Sebagai contoh, Tino sebagai siswa lulusan SMA disuruh
ayahnya untuk memilih bekerja atau melanjutkan ke
perguruan tinggi, padahal Tino tidak menyukai dua pilihan
tersebut. Apabila Tino dipaksa untuk bekerja, kemungkinan ia
akan menjadi pekerja yang suka membolos atau bekerja
dengan seenaknya, sedangkan kalau dipaksa kuliah, mungkin
Tino akan sering membolos juga. Bagan konda negatif-negut
per terminat pada gambar beri
3) Konflik Positif-Negatif
Konflik positif-negatif berjadi apabila pada saat yang sama
vidavidu dihadapkan pada pilihan yang bertolak belakang
antara pilihan yang menarik/menyenangkan dan pihak yang
menyusahkan menyedihkan Sebagai contoh, Pak Wawan suka
minuman manis, tetapi ia mempunyal penyakit diabetes.
Namun, konflik tersebu dapat diatasi dengan cara Pak Wawan
mengonsumsi gula rendah kalori sehingga tidak perlu khawatir
dengan gula darahanya dan tetap bisa merasakan manis.
Bagan konflik positif negatif seperti terlihat pada gambar
berikut.
b. Lewis A. Coser
Lewis A. Coner membedakan konflik berdasarkan bentuk dan
tempat terjadinya konflik
1) Konflik Berdasarkan Bentuk Berdasarkan bentuknya, kita
mengenal konta realistis dan konflik nonrealistis.
a. Konflik Realistis
Konflik realistis adalah konflik yang berasal dan kekecewaan
individu atau kelompok atas tuntutan-tuntutan ataupun
perkiraan-perkiraan keuntungan yang terjadi dalam hubungan-
hubungan sosial Sebagai contoh, beberapa orang karyawan
melakukan aksi mogok kana karena tidak sepakat dengan
kebijakan yang telah dibuat oleh perusahaan.
b. Konflik Nonrealistis
Konflik nonrealistis adalah konflik yang bukan berasal dari
tujuan-tujuan saingan yang bertentangan, tetapi dari
kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari
salah satu pihak. Sebagai contoh, penggunaan jasa ilmu gaib
atau dukun dalam usaha untuk membalas dendam atas
perlakuan yang membuat seseorang turun pangkat pada suatu
perusahaan
2) Konflik Berdasarkan Tempat Terjadinya
Berdasarkan tempat terjadinya, kita mengenal konflik in-group
dan konflik out-group.
a) Konflik In-group
Konflik in-group adalah konflik yang terjadi dalam kelompok
atau masyarakat sendiri, sampai misalnya pertentangan karena
permasalahan di dalam masyarakat itu sendiri menimbulkan
pertentangan dan permusuhan antaranggota dalam
masyarakat itu.
b) Konflik Out-group.
Konflik out-group adalah konflik yang terjadi antara suatu
kelompok atau masyarakat dan suatu kelompok atau
masyarakat lain, misalnya konflik yang terjadi antara
masyarakat desa A dan masyarakat desa B.
c. Ralf Dahrendorf
Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik dapat dibedakan
atas empat macam yaitu sebagai berikut
1) Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau
disebut dengan konflik peran. Konflik peran adalah suatu
keadaan individu menghadapi harapan-harapan yang
berlawanan dari bermacam-macam peranan yang dimilikinya.
2) Konflik antara kelompok-kelompok sosial.
3) Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisasi dan
tidak terorganisasi.
1) Konflik Antarkelompok
3) Konflik Antarindividu
1) Konflik Intrapersonal
2) Konflik Interpersonal
Konflik interpersonal adalah pertentangan antara seseorang
dan orang lain akibat perbedaan kepentingan atau keinginan.
Hal ini sering terjadi antara dua orang yang
3) Konflik Terbuka
4) Konflik di Permukaan,
B. KEKERASAN
1. Definisi Kekerasan
a. Thomas Hobbes
Kekerasan merupakan sesuatu yang alamiah dalam manusia.
Dia percaya bahwa manusia adalah makhluk yang dikuasai
oleh dorongan-dorongan irasional, anarkis, saling ini, serta
benci sehingga menjadi jahat, buas, kasar, dan berpikir
pendek. Hobbes mengatakan bahwa manusia adalah serigala
bagi manusia lain (homo homini lupus). Oleh karena itu,
kekerasan adalah sifat alami manusia. Dalam ketatanegaraan,
sikap kekerasan digunakan untuk menjadikan warga takut dan
tunduk kepada pemerintah.
c. J.J. Rousseau
Pada dasarnya manusia itu polos mencintai diri secara
4. Karakteristik Kekerasan
Ketika membahas mengenai karakteristik kekerasan, perlu
dilakukan pembedaan atas kekerasan yang dilakukan individu
dan kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang
5. Bentuk-Bentuk Kekerasan
a. Robert F. Litke
Berikut dua bentuk kekerasan menurut Robert F. Litke.
1) Kekerasan personal, adalah kekerasan yang dilakukan
oleh individu (pribadi) dan berwujud dalam dimensi fisik
ataupun psikologis. Kekerasan fisik dapat berupa
tindakan mencederal atau melukai. Adapun kekerasan
psikologis bisa muncul dalam bentuk ancaman atau
pembunuhan karakter.
b. Johan Galtung
Berikut tiga bentuk kekerasan menurut Johan Gattung
1) Kekerasan Struktural
Galtung berpendapat bahwa ketidakadian
yang diciptakan oleh suatu sistem hingga menyebabkan
manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
(basic needs) merupakan konsep kekerasan struktural.
Kekerasan ini dapat mewujud sebagai rasa
tidak aman karena tekanan lembaga-lembaga militer
yang dilandasi oleh kebijakan politik otoriter,
pengangguran akibat sistem ekonomi yang tidak
berfungsi dengan baik dan kurang mampu menyerap
sumber daya manusia di lingkungannya. Banyaknya
anak-anak yang kelaparan, menderita busung lapar,
bahkan meninggal karena gizi buruk juga merupakan
konsep kekerasan struktural.
2) Kekerasan Kultural
Kekerasan kultural adalah aspek-aspek dari
kebudayaan, ruang simbolis dan keberadaan masyarakat
manusia (dicontohkan oleh agama dan ideologi, bahasa
dan seni, serta ilmu pengetahuan empiris dan formal)
yang bisa digunakan untuk melegitimasi atau
membenarkan kekerasan struktural dan langsung.
3) Kekerasan Langsung
Kekerasan langsung dapat berwujud tindakan intimidasi
hingga menyebabkan ketakutan dan trauma psikis,
mencederai, melukai, hingga mengakibatkan kematian
pihak lain. Kekerasan langsung dapat dilakukan oleh satu
individu pada individu lain, kelompok terhadap
kelompok lain, atau kelompok terhadap individu.
f. Teori Ideologi
h. Teori Frustasi-Agresi
Teori frustasi-agresi dikemukakan oleh Dollard. Teori ini
mengatakan bahwa frustasi terjadi karena terhalangnya suatu
tujuan dan akan menyebabkan agresi, yaitu intensi untuk
menyakiti orang lain. Ilustrasi yang dapat menggambarkan
teori ini adalah sebuah tim sepak bola yang merasa dirugikan
oleh wasit (kondisi frustasi) akan melakukan pemukulan
kepada wasit yang bersangkutan (perilaku agresi).
i. Menyediakan Katarsis
Katarsis adalah sarana yang dapat digunakan menyalurkan
atau menurunkan rasa marah ataupun kebencian sehingga
A. Kesimpulan
Konflik lebih mengarah pada pertikaian yang dilakukan oleh
dua pihak atau lebih. Jadi dapat kita artikan bahwa konflik adalah
suatu proses interaksi sosial untuk mencapai tujuan dengan cara
menyingkirkan lawan atau pihak lain. Sementara kekerasan
mengarah pada dorongan nafsu untuk menghancurkan pihak yang
lemah dan tak berdaya. Kekerasan dapat menjadi faktor yang
menyebabkan kekerasan begitu pula sebaliknya, kekerasan dapat
menjadi faktor yang menyebabkan konflik.
Kedua hal ini tentunya dapat menimbulkan dampak negatif
bagi generasi muda. Oleh sebab itu, diperlukannya kontrol dari
orang tua. Jangan sampai anak terpengaruh hal negatif karena
pergaulan bebas tersebut dan agar tidak terjadi lagi tawuran
antarpelajar yg disebabkan oleh konflik yang berujung pada
kekerasan dan mengalami kerugian baik bagi diri sendiri maupun
orang lain.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas, diharapkan pembaca dapat
memahami arti penting dari konflik dan kekerasan serta paham
bagaimana upaya penyelesaian dari konflik dan kekerasan, yang di
mana konflik dan kekerasan sangat berdampak buruk bagi
kehidupan bermasyarakat. Edukasi terhdap anak sangat diperlukan
agar hal yang tidak diinginkan tidak terjadi untuk kedepannya.
DAFTAR PUSAKA
Herimanto dan Winarno. 2010. Ilmu sosial & Budaya Dasar. Jakarta:
Bumi Aksara
34