Anda di halaman 1dari 19

FENOMENA TAWURAN ANTAR PELAJAR PADA TINGKAT SEKOLAH

MENENGAH SERTA UPAYA UNTUK MENYELESAIKANYA

Disusun oleh:

1. Anggun Anggita Saputra (E1B020011)


2. Kisnawati (E1B021064)
3. Dixti Fani Azlin (E1B020011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS

MATARAM2023/2024

I
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunian-Nya sehingga penyusunan makalah dengan tema“KONFLIK
ANTAR PELAJAR” dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa kamiucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yakni untuk mengenalkan dan
membahas fenomena tawuran antar pelajar sekaligus membahas resolusi atashal tersebut.
Dengan makalah ini diharapkan baik penulis sendiri maupun pembaca dapat memilki
pengetahuan yang lebih luas mengenai fenomena sosial yang terjadi.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangunsangat kami harapkan.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan kami sendiri
khususnya.

MATARAM, 16 September 2023

PENYUSUN

II
Daftar Isi

1. Cover ....................................................................................................................... I
2. Kata Pengantar ........................................................................................................ II
3. Daftar isi.................................................................................................................. III
4. Bab I (Pendahuluan) ................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................3
1.3 Tujuan .........................................................................................................3
1.4 Manfaat .......................................................................................................3
5. Bab II (Pembahasan) ................................................................................................4
2.1 Landasan Teori ..........................................................................................4
2.2 Deskripsi Kasus .........................................................................................7
2.3 Analisis Kasus Hubungan Dengan Teori ...................................................9
2.4 Resolusi Konflik ........................................................................................ 11
6. Bab III (Penutup) ..................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 15
3.2 Saran ........................................................................................................... 15
7. Daftar Pustaka .......................................................................................................... 16

III
BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar belakang


Indonesia merupakan suatu negara besar yang terdiri dari banyak sekali pulau, baik
pulau besar maupun pulau-pulau kecil, dengan bentuk negara yang terdiri atas pulau-
pulau seperti ini tentu saja mengakibatkan banyak sekali keberagaman baik dalam
bentuk suku,agama,budaya, dan kebiasaan masyrakat. Dengan kemajemukan yang
sangat beragam seperti ini dapat dijadikan modal utama dalam pembangunan nasional
dan identitas yang utama dalam memperkenalkan Indonesia dalam kancah
internasional. Selain menjadi modal utama, kemajemukan yang besar juga menjadi
ancaman bagi pembangunan nasional, hal ini dapat terjadi apabila keberagaman ini
tidak bisadikelola dengan baik.
Berbagai macam keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia sangat rentan
mengakibatkan terjadi konflik. Konflik yang melibatkan kebergaman ini biasanya
terjadi karena hasutan dan politik nasional sehingga menyebabkan terjadi degredasi
bangsa dan berakhir dengan sebuah konflik sebagai upaya akhir untuk menyelesaikan
masalah. Konflik yang mengatasnamakan keberagaman biasanya terjadi di kota-kota
besar dengan presentase kemajemukan lebih tinggi, ini menggambarkan rasa
nasionalisme dan persatuan masih sangat kurang dikalangan masyrakat.
Istilah konflik cenderung menimbulkan respon-respon yang bernada ketakutan dan
kebencian, padahal konflik itu sendiri merupakan suatu unsur yang sangat penting
dalam pengembangan dan perbuatan. Konflik juga dapat memberikan akibat yang
merusak terhadap diri seseorang, anggota kelompok, maupun terhadap masyarakat.
Sebaliknya konflik juga dapat membangun kekuatan yang konstruktif dalam hubungan
kelompok. (Wahyu, 1986: 158) Konflik merupakan suatu sifat dan komponen yang
penting dari proses kelompok, yang terjadi melalui cara-cara yang digunakan orang
untuk berkomunikasi satu sama lain.
Munculnya sebuah konflik dikarenakan adanya perbedaan dan keberagaman. Dari
pernyataan tersebut, maka diambil sebuah contoh yang mana terdapat di negara
Indonesia yang semakin lama menunjukkan adanya

1
konflik dari setiap tindakan-tindakan yang terjadi dan konflik tersebut terbagi secara
horizontal dan vertikal. Konflik horizontal adalah konflik yang berkembang di antara
anggota kelompok, sepertinya konflik yang berhubungan antara suku, agama, ras,
dan antar golongan. Sedangkan konflik vertikal adalah konflik yang terjadi antara
masyarakat dan juga negara atau pemerintahan. Umumnya konflik tersebut muncul
karena masyarakat tidak puas dengan kinerja pemerintahan, maupun munculnya
kebijakan pemerintah yang bertentangan dengan masyrakat seperti kasus pulau
rempang pada saatini.
Terdapat banyak konflik yang terjadi di kehidupan masyarakat, karena dari hal-hal
kecil pun bisa menimbulkan sebuah konflik yang berakhir dengan kerusuhan-
kerusuhan yang besar bila tidak ditanggapi dengan cepat dan serius. Tetapi konflik
tersebut bisa membuat kehidupan masyarakat bersatu apabila golongan-golongan
bawah bisa membentuk sebuah kelompok untuk membereskan permasalan dengan
pikiran dingin. Dan tak banyak konflik yang bisa mengakibatkan perpecahan yang
merusak kehidupan masyarakat, perprcahan tersebut membuat kehidupan tak berjalan
dengan sangat baik.
Kelompok konflik yang sangat umum dan sering terjadi di kota-kota besar yakni
konflik yang melibatkan remaja dan pelajar, terutama mereka yang sedang duduk
dibangku sekolah menengah atas maupun kejuruan . konflik antar pelajar disebut juga
konflik horizontal karean melibatkan kalangan pelajar, konflik antar pelajar biasanya
disebabkan oleh gejolak emosi para remaja yang belum mampu mengendalikan
emosiinya Sebagaimana yang dikemukakan Hurlock (2021) bahwa tugas
perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola
perilaku yang kekanak- kanakan dan mengadakan persiapan menghadapi masa dewasa.
Hal itu berarti bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak
menuju dewasa sehingga seseorang yang berada pada masa tersebut cenderung lebih
labil dan gampang terpengaruh, sehingga hal-hal kecil yang menyinggung dapat
menjadi masalah besar dengan berbagai macam pola.

2
1.2 Rumusan masalah
1. Apa itu tawuran antar pelajar?
2. Apa saja factor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar?
3. Bagaimana upaya-upaya resolusi dari konflik tawuran antar pelajar?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui ap aitu tawuran antar pelajar
2. Mengetahui proses terjadinya tawuran antar pelajar
3. Mengetahui resolusi dari konflik tawuran antar pelajar

1.4 Manfaat
1. Menjadi bahan kajian untuk mengetahui bagaiamana penyebab danproses
terjadinya konflik antar pelajar
2. Sebagai sumber belajar bagi masyrakat untuk bagaimana cara
menyelesaikan konflik antar pelajar

3
BAB II

Pembahasan

2.1 Landasan Teori


1. Konsep konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang
atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak laindengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik
juga dapat diartikan sebagai perdebedaan kepentingan atau tujuan baik antar
individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan
kelompok.
hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung
dapat pula melahirkan konflik Gibson (2015:347). Hal ini dapat terjadi apabila
kedua belah pihak dalam sebuah perjanjian Kerjasama memiliki tujuan ataupun
kepentingan yang berbeda, konflik tidak hanya menyangkut kekerasan fisik
namun juga tujuan yang tidak sesuai sudah bisa dikatakan sebuah konflik
sehingga akhirnya akan semakin membesarapabila tidak cepat diselesaikan.
James A.F. Stoner dan Charles Wankel dalam Wirawan (2011: 22) membagi
konflik menjadi lima jenis konflik yaitu:
a) Konflik Intrapersonal. Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang
dengan dirinya sendiri. Konflik ini terjadi apabila seseorang memiliki
keinginan namun tidak dapat terpenuhi, ketidak sesuaian antara pikiran
dan perasaan juga dapat dikatakan sebagai konflik
b) Konflik Interpersonal.Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar
seseorang dengan orang lain karena pertentangan kepentingan atau
keinginan. Konflik ini yang paling sering kita temui dalam kehidupan
sehari-hari, adanya ketidaksesuaian tujuan dan pendapat akan
menyebabkan seseorang berkonflik dengan orang lain mulai dari skala
kecil hingga besar.
c) Konflik antar individu-individu dan kelompokkelompok.Hal ini seringkali
berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan- tekanan untuk
mencapai konformitas, yang ditekankan kepada

4
mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh Ketika seorang
individu mendapat hukuman dari beberapa orang dalam artian kelompok
dikarenakan sebuah kesalahan yang ia lakukan, maka hal ini sudah dapat
dikatakan sebagai sebuah konflik individu dengan kelompok.
d) Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama. Konflik ini
merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasiorganisasi.
Bentuk konflik yang bis akita amati sendiri dalam lingkungan kampus
adalah perbedaan pendapat beberapa orang yang padahal masih dalam
lingkup 1 organisasi kampus.
e) Konflik antara organisasi. Dalam hal ini umumnya sering kita jumpai
karena 2 organisasi berbeda tentu saja akan memiliki tujuan yang berbeda

Tahapan-tahapan perkembangan kearah terjadinya konflik sebagai berikut:


a) Konflik masih tersembunyi (laten) Berbagai macam kondisi emosional yang
dirasakan sebagai hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang
mengganggu dirinya.
b) Konflik yang mendahului (antecedent condition) Tahap perubahan dari apa
yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu dirinya,
kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan
nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.
c) Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts) Munculnya akibat antecedent
condition yang tidak terselesaikan
d) Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior) Upaya
untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang
ditimbulkannya, individu, kelompok atau organisasi cenderung berbagai
mekanisme pertahanan diri melalui perilaku

2. Konsep remaja/pelajar
Menurut kamus besar Bahasa idonesia pelajar merupakan anak sekolah atau
siswa yang sedang menuntut ilmu dibangku sekolah baik dari tingkat dasar
maupun menengah atas. Pelajar juga dapat dikatakan sebagai remaja karena usia
pelajar yang rata-rata 12-22 tahun yang dimana usia tersebut adalah usia remaja
baik memasuki usia remaja maupun remaja akhir. anak yang dikatakan remaja
5
ialah yang berusia diantara 12-22 tahun(Haryanto, 2011).
Dalam hal ini, terkait psikologi perkembangan remaja, dimana pada masa ini
adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan
jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu
Stanley Hall (Asrori, 2011). Sehingga memang pada saat remaja mereka akan
mencoba melakukan hal-hal baru. Namun terkadang hal-hal baru yang dicoba oleh
para pelajar merupakan hal-hal negative sehingga akan menimbulkan
permasalahan yang lain kedepanya.Sifat rasa ingin tahu yang tinggi dan rasa
solidaritas yang tinggi membuat para remaja sangat mudah untuk dipengaruhi,
dengan sedikit hasutan mereka biasanya langsung menyimpulkan untuk bertindak
tanpa mempertimbangkan dampak yang akan ditimbulkan. Contoh yang sering
kita dengar adalah terjadinya perkelahian antar kelompok pelajar dan kebanyakan
pelaku selalu mengtasnamakan solidaritas.

3. Konsep gejala sosial


Gejala sosial adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di antara dan oleh manusia,
baik secara individu maupun kelompok. Gejala-gejala sosial yang ada di
masyarakat dapat diartikan sebagai sebuah fenomena sosial. Munculnya fenomena
sosial dimasyarakat berawal dari adanya perubahan sosial. Perubahan sosial itu
tidak dapat kkita hindari, namun kita masih dapat mengantisipasinya. Perubahan
sosial adda yang bersifat positif dan negatif, sehingga kita harus hati-hati dalam
menghadapi perubahan yang terjadi.
Fenomena sosial yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat dapat
menimbulkan masalah sosial. Adapun beberapa contoh fenomena sosial seperti
munculnya kesenjangan sosial, pencemaran lingkungan, dan lain sebagainya.
Gejala sosial juga diartikan sebagai suatu pristiwa yang sering terjadi pada lapisan
masyarakat, baik masyarakat tradisional maupun masyarakat modern.
Contoh Gejala sosial antara lain kemiskinan, kejahatan, perang, kewirausahaan,
dan persamaan gender. Setiap gejala sosial menjadi dampak sekaligus penyebab
dari gejala sosial yang lain. Pada dasarnya setiap perubahan sosial akan
menimbulkan gejala sosial dimasyrakat .

6
2.2 Deskripsi kasus

Kasus tawuran antar pelajar yang sedang hangat dibicarakan adalah kasus
tawuran di SMK Negeri 3 Kota Kupang pada Jumat, 13 Oktober 2023,
Viralnya tawuran ini setelah video insiden di SMK Negeri 3 Kota Kupang
tersebut diunggah oleh akun Instagram @ntt.update. Dalam video aksi tawuran
pelajar di SMK Negeri 3 Kota Kupang tersebut, terlihat adegan tawuran pelajar
yang melibatkan sejumlah pelajar SMKN 3 Kota Kupangdan Juga diduga
sejumlah siswa SMK Negeri 2 Kota Kupang.

Tawuran siswa SMK Negeri 3 Kota Kupang vs SMK Negeri 2 Kota Kupang
ini terjadi begitu tiba-tiba dan membuat para murid SMK Negeri 2 Kota Kupang
berhamburan keluar dari ruang kelas mereka. Belum diketahui dengan pasti apa
yang memicu insiden perkelahian siswa SMK Negeri 2 Kota Kupang tersebut,
namun diberitakan bahwa tawuran pelajar ini merupakan buntut dari
pertengkaran antara beberapa siswa dari SMK Negeri 2 Kota Kupang dan SMK
Negeri 3 Kota Kupang. Video yang diunggah oleh @ntt.update berisi tiga klip
singkat dengan durasi masing-masing 15 detik.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat sejumlah kekerasan


yang melibatkan remaja sejak Januari hingga Juni 2022.Hasil pemantauan
menunjukkan bahwa pengeroyokan dan tawuran pelajar kembali marak terjadi
setelah Pembelajaran tatap Muka (PTM) digelar, padahal sedang pandemi covid-
19. “Ternyata, meski masa pandemi covid-19 tidak menghentikan para remaja
terlibat tawuran. Selain tawuran, ada peristiwa pengeroyokan remaja terhadap
seorang remaja yang videonya viral, seperti terjadi di alun-alun kota Semarang
dan di kota Cimahi,” ungkap Retno Listyarti, Komisioner KPAI, Kamis 23 Juni
2022.

Hasil pantauan KPAI ada sejumlah daerah yang tercatat terjadinya peristiwa
tawuran pelajar, yaitu di Kabupaten Pati (Jawa Tengah), Jakarta Timur (DKI
Jakarta), Kota Bogor dan Sukabumi (Jawa Barat), Kabupaten Tangerang
(Banten), Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), dan Soppeng (Sulawesi Selatan).
Sedangkan empat kasus pengeroyokan terjadi, di Kota Cimahi (Jawa Barat),
Kota Semarang (Jawa Tengah), Jakarta Selatan (DKI Jakarta) dan Kota
Kotamobagu (Sulawesi Utara). Bahkan, kasus di Kotamobagu mengakibatkan
korban meninggal dunia. Pada Juni 2022 terjadi pengeroyokan di salah satu
Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara, akibat
pengeroyokan tersebut, BT (13 tahun) meninggal dunia, BT diduga mengalami
pengeroyokan oleh 9 teman temannya, didiuga diikat, ditutup matanya dan
mengalami pemukulan di bagian perut berkali-kali.

Menurut keterangan pihak Kantor Kementerian Agama Kota Kotamobagu,


peserta didik MTs tersebut sedang ujian PAT (Penilaian akhir tahun) dengan
berbasis komputer dan dilakukan di labiratorium computer. Karena jumlah
computer sekolah hanya 95 buah, maka siswa yang ujian PAT harus bergantian,
karena jumlah siswa mencapai lebih dari 400 orang. Namun, siswa yang sudah
selesai ujian PAT harus tetap disekolah untuk melaksanakan sholat dzuhur
berjamaah. “Saat 95 siswa ujian PAT, ada 300 lebih siswa harus menunggu
7
hingga sholat dzuhur berjamaah, disinilah terjadinya pengeroyokan tanpa
pantauan pihak sekolah. Tentu hal ini perlu dievaluasi, karena sekolah memiliki
andil terjadinya peristiwa pengeroyokan akibat lemahnya pengawasan,” tegas
Retno Listyarti. Selain di lingkungan sekolah, kekerasan juga melibatkan
sejumlah pelajar di luar lingkungan sekolah, terkadang, bahkan kerap kali
mereka berasal dari sekolah yang sama. Misalnya kasus yang terjadi pada akhir
Mei 2022 di Alun-alun kota Semarang, dimana seorang anak perempuan
mengalami pengeroyokan oleh sejumlah anak perempuan lainnya, bahkan
korban juga dipukul dan didorong hingga terjatuh. Video pengeroyokan tersebut
viral dan kepolisian dari Polrestabes Semarang ikut turun tangan.

Konflik tawuran antar pelajar dapat melibatkan beberapa tahapan, meskipun tidak
semua konflik akan mengikuti urutan yang sama. Beberapa tahapan umum yang
mungkin terjadi dalam konflik tawuran pelajar meliputi:

a) Provokasi: Konflik sering dimulai dengan provokasi, baik secara verbal maupun
tindakan fisik, yang membuat suasana tegang antar kelompok pelajar.
b) Eskalasi: Konflik bisa menjadi semakin intens ketika kedua kelompok mulai
membalas provokasi dengan tindakan yang lebih serius. Ini bisa termasuk
perkelahian fisik atau ancaman yang lebih besar.
c) Mobilisasi: Kelompok pelajar mungkin mulai mengumpulkan lebih banyak
anggota untuk mendukung atau melindungi mereka dalam konflik.
d) Pertempuran: Konflik mencapai tahap pertempuran fisik, di mana anggota
kelompok terlibat dalam perkelahian. Ini bisa berupa tinju, tendangan, atau
penggunaan objek tumpul.
e) Intervensi pihak berwenang: Seringkali, pihak berwenang seperti guru, staf
sekolah, atau polisi akan ikut campur untuk menghentikan konflik dan menjaga
keamanan.
f) Konsekuensi: Setelah konflik selesai, pelajar yang terlibat bisa menghadapi
konsekuensi, seperti hukuman sekolah, sanksi sosial, atau bahkan tindakan
hukum jika tindakan mereka ilegal.

2.3 Analisis kasus hubungan dengan teori


A. Konflik
Munculnya konflik merupakan awal utama terjadinya kasus tawuran, perbedaan
pendapat dan tujuan menyebabkan para pelaku tawuran terus menerus mencari
cara untuk mengatasi konflik namun jalan yang dipilih terkadang malampaui
norma-norma masyrakat. Konflik yang semulanya berawal antar individu dengan
individu akan membesar menjadi konflik kelompok dengan kelompok apabila
salah satu dari individu tidak bisa menyelesaikanya sendiri.
Perkelahian, atau yang sering disebut tawuran, sering terjadi di antara pelajar.
8
Bahkan bukan “hanya” antar pelajar SMU, tapi juga sudah melanda sampai ke
kampus-kampus. Ada yang mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang wajar
pada remaja. Pengertian tawuran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah perkelahian massal atau perkelahian yang dilakukansecara beramai-ramai.
Sebagai mana yang dikemukakan oleh James A.F. Stoner dan Charles Wankel
dalam Wirawan (2010: 22):

a) Konflik antar individu-individu dan kelompokkelompok.Hal ini seringkali


berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan- tekanan untuk
mencapai konformitas, yang ditekankan kepadamereka oleh kelompok
kerja mereka. Sebagai contoh Ketika seorang individu mendapat hukuman
dari beberapa orang dalam artian kelompok dikarenakan sebuah kesalahan
yang ia lakukan, maka hal ini sudah dapat dikatakan sebagai sebuah konflik
individu dengan kelompok.

b) Konflik antara organisasi. Dalam hal ini umumnya sering kita jumpai
karena 2 organisasi berbeda tentu saja akan memiliki tujuan yang berbeda

Hal ini selaras dengan fenomena konflik tawuran antar pelajar yang pasti
selalu melibatkan banyak masa, konflik yang melibatkan banyak masa seperti ini
dapat disebut dengan konflik kelompok antar kelompok. Jarang sekali terjadi
kasus tawuran yang hanya melibatkan individu, pasti akan selalu merembet ke
kelompok.

(Maftuh, 2005 : 38 ) menyebutkan bahwa prilaku individu didalam satu


kelompok menjadi perhatian bagi kelompoknya Hal ini selaras dengan factor
penyebab tawuran yang sering terjadi banyak dari para remaja atau pelajar yang
memiliki konflik pribadi, ketika salah satu pihak tidak bisa menerima secara
pribadi maka dia akan melaporkanya kepada teman-teman sehingga yan terlibat
dalam konflik sudah bukan individu lagi melainkan kelompok.
Saat pihak satu sudah membawa permasalahan yang sebelumnya merupakan
masalah pribadi menjadi permasalahan kelompok maka pihak kedua otomatis juga
akan membawa masalahnya ke teman-temanya sehingga yang semula merupakan
permasalahan antar 2 orang kini menjadi permasalahan antar kelompok.Kasus
9
seperti ini sudah termasuk dalam bentuk konflik horizontal dimana yang ikut
terlibat dalam konflik adalah orang-orang yang memiliki status sama dalam hal ini
adalah para remaja atau pelajar yang sedang berkonflik.

B. Remaja/Pelajar
Dalam kasus tawuran pelajar yang menjadi pemeran utamanya adalah mereka
yang masih berusia remaja yakni usia 12-22 tahun, kemampuan mengendalikan
emosi yang masih labil dan rasa ingin mencari jati diri mendorong para pelajar
semangat untuk melakukan perkelahian sekalipun mereka tidak terlibat sama sekali
dalam awal permasalahan.
Dengan mengatasnamakan solidaritas yang tinggi dan setia kawan mereka
dengan siap akan ikut dalam perkelahian hal ini sesuai dengan konsep remaja
yang belum mampu membaca situasi dan memilah baik buruknya sesuatu
dikarenakan emosi yang masih sangat labil.

C. Gejala sosial
Masa remaja adalah masa pencarian jati diri sehingga banyak remaja yang
meniru tingkah laku orang lain. Tindakan remaja bila tidak terkontrol dapat
menjadi suatu masalah sosial yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Masalah remaja ini ditandai oleh adanya keinginan untuk melawan ataupun sikap
apatis. Pada masa ini seharusnya mereka mengenal nilai dan norma-norma yang
berlaku dimasyarakat. Dengan mempelajari norma di masyarakat, diharapkan
mereka dapat berprilaku dan tidak melakukan perbuatan yang menyimpang. Prilaku
menyimpang yang dilakukan oleh remaja dapat beragam, sebagai contoh
membolos, mencontek, pelanggaran lalu lintas dan lain sebagainya.
Dalam kasus tawuran antar pelajar para remaja merupakan pristiwa gejala
sosial yang terbentuk dari konflik sosial, kasus yang semulanya hanya melibatkan
perorangan dalam skala kecil menjadi permasalahan besar yang mengakibatkan
kerugian ke para pelaku,keluarga bahkan orang lain. Ditambah sikap brutal para
pelaku ketika sedang tawuran.

10
2.4 Resolusi tawuran antar pelajar

Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 59 tentang Perlindungan


Anak, para remaja pelaku tawuran termasuk dalam golongan anak korban perlakuan
salah yang seharusnya mendapatkan perlindungan khusus dari Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan lembaga negara lainnya. Perlindungan yang dimaksud adalah
dalam bentuk bimbingan nilai agama dan nilai moral, konseling, dan pendampingan
sosial. Hal tersebut perlu dilakukan karena para remaja mengambil keputusan untuk
melakukan tawuran karena adanya faktor eksternal.

Melindungi anak dari hal yang dapat memicu terjadinya konflik sosial seperti
tawuran, maka Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah
menginisiasi lahirnya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014
tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Konflik
Sosial.Salah satu program tersebut adalah pendidikan damai dan keadilan gender.
Dalam kegiatan ini, anak-anak dan remaja diajarkan agar tidak melakukan aksi
tawuran.

Berdasarkan peraturan presiden republic Indonesia nomor 18 tahun 2014 beberapa


pihak bisa beperan dalam mencegah terjadinya konflik melalui Langkah-langkah
sebagai berikut:

A. Peran pihak sekolah

a) Membuat Peraturan Sekolah Yang Tegas

Bagi siswa siswi yang terlibat dalam tawuran akan dikeluarkan dari
sekolah. Jika semua siswa terlibat tawuran maka sekolah akan
memberhentikan semua siswa dan melakukan penerimaan siswa baru
dan pindahan. Setiap pelajar siswa siswi harus dibuat takut dengan
berbagai hukuman yang akan diterima jika ikut

11
serta dalam aksi tawuran. Bagi yang membawa senjata tajamdan
senjata khas tawuran lainnya juga harus diberi sanksi.

b) Memberikan Pendidikan Anti Tawuran

Pelajar diberikan pemahaman tentang tata cara menghancurkan akar-


akan penyebab tawuran dengan melakukan tindakan-tindakan tanpa
kekerasan jika terjadi suatu hal, selalu berperilaku sopan dan
melaporkan rencana pelajar- pelajar badung yang merencanakan
penyerangan terhadap pelajar sekolah lain. Jika diserang diajarkan
untuk mengalah dan tidak melakukan serangan balasan, kecuali
terpaksa.

c) Memisahkan Pelajar Berotak Kriminal dari Yang Lain

Setiap manusia memiliki sifat bawaan masing-masing. Ada yang


baik, yang sedang dan ada yang kriminil. Daripada menularkan sifat
jahatnya kepada siswa yang lain lebih baik diidentifikasi dari awal dan
dilakukan bimbingan konseling tingkat tinggi untuk menghilangkan
sifat-sifat jahat dari diri siswa tersebut. Jika tidak bisa dan tetap
berpotensi tinggi membahayakan yang lain segera keluarkan dari
sekolah.

d) Kolaborasi Belajar Bersama Antar Sekolah

Selama ini belajar di sekolah hanya di situ-situ saja sehingga tidak


saling kenal mengenal antar pelajar sekolah yang satu dengan yang
lainnya. Seharusnya ada kegiatan belajar gabungan antar sekolah yang
berdekatan secara lokasi dan memiliki kecenderungan untuk terjadi
tawuran pelajar. Dengan saling kenal mengenal karena sering bertemu
dan berinteraksi maka jika terjadi masalah tidak akan lari ke tawuran
pelajar, namun diselesaikan dengan cara baik-baik.

12
e) Membuat Program Ekstrakurikuler Tawuran

Diharapkan setiap sekolah membuat ekskul konsep baru bertema


tawuran, namun tawuran pelajar yang mendidik, misalnya tawuran
ilmu, tawuran olahraga, tawuran otak, tawuran dakwah, tawuran cinta,
dan lain sebagainya yang bersifat positif. Tawuran-tawuran ini
sebaiknya bukan bersifat kompetisi, tetapi bersifat saling mengisi dan
bekerjasama sehingga bisa bergabung dengan ekskul yang sama di
sekolah lain.

B. Peran orang tua


Orang tua yang menjadi lingkungan pertama bagi para remaja hendak juga
memberikan andil yang besar dalam mengawasi tingkah dan prilaku anak,
berikut beberapa cara yang bisa dilakukan oleh lingkungan keluarga dalam
mencegah terjadinya tawuran antar pelajar
:
a) Membuat Program Ekstrakurikuler Tawuran

Diharapkan setiap sekolah membuat ekskul konsep baru bertema


tawuran, namun tawuran pelajar yang mendidik, misalnya tawuran
ilmu, tawuran olahraga, tawuran otak, tawuran dakwah, tawuran
cinta, dan lain sebagainya yang bersifat positif. Tawuran-tawuran ini
sebaiknya bukan bersifat kompetisi, tetapi bersifat saling mengisi dan
bekerjasama sehingga bisa bergabung dengan ekskul yang sama di
sekolahlain.
b) Menjaga Keharmonisan Keluarga

Emosi pada saat usia remaja sangat labil,orang tua harus bisa
menjaga emosi anak,orang tua tidak harus mengekang segala kegiatan
anak selama yang dilakukanya masih positif. Anak biasanya akan
mencontoh apa yang dilakukan oleh orang

13
tua mereka,jadi usahakan orang tua selalu mencontohkansikap-
sikap positif.

c) Memberi Pendekatan Agama yang Benar

Dalam hidup,agama merupakan pondasi dari segala hal, keluarga


berperan penting dalam memberikan pengajaran dalam pembentukan
kepribadian anak dan penerapan nilai-nilaimoral psolidaritas kepada
semua orang.

14
BAB III

Penutup
3.1 Kesimpulan
Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja/pelajar dalam hal ini adalah
tawuran antar pelajar tidak sepenuhnya disebabkan oleh factor internal para remaja.
Sikap remaja yang masih sangat labil menyebabkan mereka sangat mudah
terpengaruh oleh lingkungan terutama lingkungan luar keluarga dan lingkungan luar
sekolah. Sudah menjadi tanggung jawab bagi keluarga dan sekolah untuk terus
memberikan perhatian bagi para remaja, jangan sampai remaja yang seharusnya
menjadikan lingkungan keluarga dan sekolah sebagai tempat untuk bercerita malah
tidak nyaman sehingga mencari pelampiasan kedunia luar.
Penindakan yang tegas terhadap para pelaku tawuran juga perlu dilakukan para
penegak hukum, memberikan efek jera harus benar-benar dilakukan jangan sampai
karena ketidak tegasan penegak hukum membuat para pelaku tidak takut untuk
melakukan aksinya.

3.2 Saran
Tawuran merupakan suatu gejala sosial yang menyimpang dari norma-norma yang
ada, hendaknya semua kalangan ikut terlibat dalam mencegah terjadinya aksi tawuran
karena hal ini merupakan masalah yang berpotensi berdampak ke orang lain.

15
Daftar Pustaka

Asnidar. (2018). KONFLIK ANTAR PELAJAR (studi kasus SMAN 8 Jakarta). Jurnal
Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM, 55-61.
Maya, N. (2019). FENOMENA CYBERBULLYING DI KALANGAN PELAJAR. Jurnal
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 443-450.
Jumrawarsi Jumrawarsi, Neviyarni Suhaili, Peran Seorang Guru Dalam Menciptakan
Lingkungan Belajar Yang Kondusif, Ensikopedia Education Review, Vol 2, No 3
(2020): Volume 2 No.3 Desember 2020

(Maya, 2015)Wirawan. (2018). Konflik dan Manajemen konflik: Teori, Aplikasi, dan
Penelitian. Salemba Empat, Jakarta.
AA.Anwar Abu mangku Negara, “Manajemen Sumber Daya manusia Perusahaan”peneribit
Rosda Karya Bandung, 2020,
Maftuh, Bunyamin. 2020. Implementasi Model Pembelajaran Resolusi Konflik melalui
Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menengah Atas. Disertasi. Tidak Diterbitkan.
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Smith & Mazzarella, piele 2011 Masalah konflik. Jakarta. PT. Rineka citra Wirawan,
Sarlito. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Hendra., 2012. “Interaksi Sosial Dalam Hubungan Antar Manusia”.
http://stikunsap.forumotion.net/t6-interaksi-sosial-dalam-hubungan-antar-manusia

16

Anda mungkin juga menyukai