Anda di halaman 1dari 15

i

MAKALAH TEORI KONFLIK

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Sosiologi yang diampu oleh
Prof. Dr. Wahyu, M.S dan Dedy Ari Nugroho, M.Pd

DISUSUN OLEH:

Mawaddah (2210112120003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2022/2023

i
ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Allah swt, yang telah memberikan rahmat,taufik dan
hidayah-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Teori Konflik"
dengan tepat waktu.

Dalam makalah ini penulis membahas tentang "Teori Konflik". Makalahini disusun guna
memenuhi tugas dari Prof. Dr. H. Wahyu, M.S. dan bapak Dedy Ari Nugroho, M.Pd selaku
dosen pada mata kuliah Pengantar Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat. Semoga
dengan terselesaikannya dapat menjadi manfaat bagi pembaca sekalian.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. H. Wahyu, M.S. dan bapak Dedy Ari
Nugroho, M. Pd. Yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi penulis tekuni.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi
materi, susunan kalimat maupun tata bahasanya. Dengan ini penulis sangat berluas hati untuk
menerima segala saran, kritik pro dan kontra pagi para pembaca agar penulis dapat memperbaiki
makalah ini.

Atas kekurangannya penulis ucapkan maaf dan terimakasih.

Banajarmasin,September 2022

ii
iii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................1
B. Fokus Masalah.....................................................................................................................................1
C. Rumusan Masalah...............................................................................................................................2
D. Tujuan.................................................................................................................................................2
E. Manfaat...............................................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................2
LANDASAN TEORI........................................................................................................................................2
BAB III..........................................................................................................................................................3
METODE PENELITIAN...................................................................................................................................3
BAB IV..........................................................................................................................................................5
HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................................................................5
BAB V.........................................................................................................................................................10
PENUTUP...................................................................................................................................................10
A. KESIMPULAN.....................................................................................................................................10
B. SARAN....................................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................11

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konflik merupakan suatu fenomena sosial yang sering terjadi dalam masyarakat. Pada
dasarnya, manusia merupakan mahluk sosial yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang
berbeda dimana dari perbedaan itulah ada kalanya memunculkan suatu pertentangan atau
konflik.
Sebagaimana konflik didefinisikan sebagai keadaan yang ditimbulakan oleh adanya
kekuatan yang saling bertentangan. Konflik merupakan gejala kemasyarakatan yang melekat
di dalam kehidupan masyarakat, dan oleh karena itu tidak mungkin dihilangkan. sebagai
gejala kemasyarakat yang melekat di dalam kehidupan setiap masyarakat. ia akan hilang
bersama hilangnya masyarakat itu sendiri.
Di dalam kehidupan manusia, konflik tidak pernah dapat teratasi sepanjang sejarah umat
manusia. Sepanjang seseorang masih hidup hampir mustahil utuk menghilangkan konflik di
muka bumi ini.Pada umumnya konflik diakibatkan oleh perbedaan pendapat, pemikiran,
ucapan maupun perbuatan. Sikap dasar yang sering menimbulkan konflik adalah yang tidak
mau menerima serta menghargai perbedaan. Sebuah ambisi maupun keinginan yang kuat
dalam diri seseorang yang akan menyebabkan terjadinya konflik antarperorangan, sedangkan
dorongan emosi yang kuat menyalahkan orang lain akan menyebabkan seseorang terlibat
konflik dengan orang lain.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam sebuah
interaksi. Perbedaan tersebut diantaranya menyangkut perbedaan ciri fisik, kepandaian,
pengetahuan, keyakinan, dan lain sebagainya.

B. Fokus Masalah
1. Teori konflik cenderung melihat masyarakat sebagai konflik terus-menerus dalam
kelompok dan kelas.
2. Masih rendahnya sikap saling menghargai pendapat sehingga sering terjadi perselisihan.

1
2

3. Ketidakadilan distribusi kekuasaan yang tidak merata.

C. Rumusan Masalah
1). Apa yang dimaksud dengan teori konflik?
2). Apa faktor penyebab terjadinya konflik?
3). Apa pendapat menurut para ahli tentang teori konflik?

D. Tujuan
1). Mendefinisikan teori konflik
2). Untuk mengetahui faktor pemyebab terjadinya konflik
3). Untuk mengetahui pendapat para ahli tentang teori konfl

E. Manfaat
1. Teoritis
Mampu memberikan pemahaman pengetahuan untuk mahasiswa tentang teori konflik
Sebagai pijakan dan referensi selanjutnya yang berhubungan dengan teori konflik.
2. Praktis
a. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan tentang teori konflik. Selain manfaat akademis, harapan
penulis juga, semoga bisa diterima serta menjadi masukan yang berguna terhadap
masyarakat dan bisa mengurangi tingkat keegoisan satu sama lain dan konflik yang
terjadi dapat segera terselesaikanm
b. Bagi masyarakat
Dapat menambah pengetahuan tentang teori konflik agar dapat menyikapi konflik
dengan baik.

BAB II

LANDASAN TEORI
Konflik menurut beberapa ahli:

2
3

1. Konflik secara etimologis berasal dari bahasa Latin "con" yang berarti bersama dan
"fligere" yang berarti benturan atau tabrakan. Konflik berarti benturan kepentingan,
keinginan. pendapat, dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih
(Elly & Kolip, 2013).
2. Dalam kamus Bahasa Inggris, kata konflik dimaksudkan beragam pula yakni
percekcokan yang serius, perbedaan yang serius dua atau lebih keyakinan, ide atau
kepentingan (Afrizal, 2018)
3. Menurut UU No. 7 Tahun 2012 tentang penanganan konflik sosial, dalam pasal 1 ayat (1)
dinyatakan konflik sosial adalah perseturuan dan/atau benturan fisik dengan kekerasan
antara dua kelompok masyarakat atau lebih yang berlangsung dalam waktu tertentu dan
berdampak luas yang mengakibatkan ketidaknyamanan dan disintegrasi sosial sehingga
mengganggu stabilitas nasional dan menghambat pembangunan nasional.
4. Minnery (1985), konflik merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama
lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
5. Pace & Faules (1994), konflik menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih
individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami.
6. Folger & Poole (1984), konflik dapat dirasakan, diketahui. diekspresikan melalui
perilaku-perilaku komunikasi

BAB III

METODE PENELITIAN
Dalam metodologi penelitian ini, ada dua pendekatan yang umumnya digunakan oleh para
ahli yaitu pendekatan metode kualitatif dan metode kuantitatif.

1. Metode Kualitatif.

3
4

Metode kualitatif adalah metode kerja ilmiah yang mengutamakan bahan atau informasi
yang nantinya akan diuji berdasarkan tingkat kualitas data. Dengan metodologi ini, sukar
di dapat indikator atau skala pengukuran berdasarkan angka angka yang bersifat eksak
(tepat/pasti). Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human
instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus
memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis,
memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan
bermakna. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap
situasi sosial yang diteliti. maka teknik pengumpulan data secara gabungan Analists data
yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan
kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori Metode kualitatif digunakan untuk
mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna Makna adalah
data yang sebenarnya data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang
tampak. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi,
tetapi lebih menekankan pada makna.
2. Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif adalah metodologi ilmiah yang menggunakan angka-angka sebagai
bahan bahan keterangan sebagai data ilmiah. Dengan metodologi ini, fenomena sosial
dapat ditelaah melalui angka indeks, skala, tabel, dan rumusan lain yang sedikit banyak
menggunakan statistik. Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel
tertentu yang representati. Proses penelitian bersifat deduktif, di mana untuk menjawab
rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis.
Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan data lapangan. Untuk
mengumpulkan data digunakan instrumen penelitian. Data yang telah terkumpul
selanjutnya dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan statistik sehingga dapat
disimpulkan hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kuantitatif pada
umumnya dilakukan pada sampel yang diambil secara random, sehingga kesimpulan
hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil.

4
5

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa konflik yang terjadi antara masyarakat terjadi
karena adanya perselesihan dan mempunyai tujuan yang sama yaitu meperebutkan kekuasaan.
Sehingga masyarakat saling menjatuhkan satu sama lain demi menggapai tujuannya.

5
6

PEMBAHASAN

PENGERTIAN TEORI KONFLIK

Konflik secara etimologis adalah pertengkaran, perkelahian, perselisihan tentang pendapat


atau keinginan. Dalam kamus sosiologi konflik bermakna the overt struggle between inthviduals
or groups within a society, or between nation states, yakni pertentangan secara terbuka antara
individu dengan individu atau kelompok dengan kelompok di dalam masyarakat atau antara
bangsa-bangsa. Dengan demikian yang dimaksud dengan teori konflik adalah any theory or
collection of theories that emphasizes the role of conflict, especially between groups and classes,
in human societies (beberapa teori atau sekumpulan teori yang menjelaskan tentang peranan
konflik, terutama antara kelompok-kelompok dan kelas-kelas dalam kehidupan sosial
masyarakat.

Kemudian Konflik juga merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan
manusia yang mempunyai karakteristik yang beragam. Manusia memiliki perbedaan kelamin,
suku, agama, kepercayaan, aliran politik, serta budaya dan tujuan hidupnya. Dalam sejarah umat
manusia, Perbedaan inilah yang selalu menimbulkan konflik. Selama masih ada perbedaan
tersebut, konflik tidak dapat dihindari dan selalu akan terjadi. Dari sini ada benarnya jika sejarah
umat manusia merupakan sejarah konflik. Konflik selalu terjadi di dunia, dalam sistem sosial,
yang bernama negara, Organisasi, perusahaan, dan bahkan dalam sistem sosial terkecil yang
Bernama keluarga dan pertemanan, konflik terjadi dimasa lalu dan pasti akan terjadi yang akan
dating.

Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Di Masyarakat

Pandangan Ritzer (2009), factor-faktor penyebab terjadinya konflik di masyarakat, terutama


adanya perbedaan posisi dan wewenang. Ia membuat analisis teori konfliknya sebagai berikut:

1. Konflik bersumber dari adanya distribusi kekuasaan yang tidak merata. Rasional
juga menyebutkan bahwa tidak memungkinkan untuk dilakukan distribusi

6
7

kekuasaan secara merta kepada seluruh masyarakat. Oleh karena itu, maka konflik
akhirnya menjadi suatu keniscayaan dalam masyarakat.
2. Konflik dapat berasal dari tidak tunduknya individu sebagai pihak yang dikuasai
terhadap sanksi yang diberikan oleh pihak yang berada pada posisi menguasai.
3. Konflik meruoakan fungsi dari adanya pertentangan antara penguasa dengan yang
dikuasai di mana penguasa selalu ingin mempertahankan “ set 0f properties”
yang melekat pada kekuasaannya, sedangkan yang dikuasai selalu terobsesi untuk
mewujudkan perubahan yang dianggapnya merupakan satu-satunya jalan untuk
menggapai perbaikan posisi dirinya.

Teori Konflik Menurut Para Ahli


1. Karl Marx
Asumsi dasar dari teori konflik ini, yaitu:
a. Konflik merupakan antitesis dari teori fungsionalisme struktural. Teori
konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sosial. Teori konflik
mengangggap bahwa di dalam masyarakat tidak akan selamanya berada
pada keteraturan. Buktinya, dalam masyaraat pasti pernah mengalami
konflik.
b. Teori konflik juga mengatakan bahwa konflik juga dibutuhkan supaya
terciptanya perubahan sosial. Perubahan sosial disebabkan oleh adanya
konflik-konflik kepentingan. Namun pada waktu tertentu, masyarakat
mampu mencapai suatu kesepakatan Bersama. Di dalam konflik, selalu
ada negosiasi-negosiasi yang dilakukan sehingga terciptalah suatu
konsensus (Ritzer, 2009, Limbong,2012).
Dengan demikian teori konflik yang dikemukaan Marx, memandang
masyarakat terdiri dari dua kelas yang didasarkan pada kepemilikan sarana, alat
produksi (property), modal, yaitu kelas borjuis dan kelas proletar. Kelas borjus
adalah kelompok yang memiliki sarana,alat produksi, dan modal. Kelas proletar
tidak memiliki sarana, alat produksi, dan modal sehingga dalam memenuhi
kebutuhan ekonomi hanya menjual tenaga.
2. Ralf Dahrendorf

7
8

Menurut Ralf Dahrendorf, bahwa masyarakat terbagi dalam dua kelas atas
dasar pemilikan kewenangan (authority), yaitu kelas yang memiliki kewenangan
dan kelas yang tidak memiliki kewenangan. Karena wewenang adalah sah, maka
setiap individu yang tidak tunduk terhadap wewenang akan terkena sanksi.
Dengan demikian, masyarakat disebut Dahrendorf sebagai persekutuan yang
terkoordinir secara paksa (imperatively coordinated associations).
Teori konflik Dahrendorf lainnya adalah mata rantai antara konflik dan
perubahan sosial. la berpendapat, konflik memimpin ke arah perubahan dan
pembangunan. Dalam situasi konflik, golongan yang terlibat melakukan tindakan
untuk mengadakan perubahan dalam struktur sosial. Kalau konflik itu terjadi
secara hebat, maka perubahan yang timbul akan bersifat radikal Begitu pula,
kalau konflik itu disertai oleh penggunaan kekerasan, maka perubahan struktural
akan efektif.
Dahrendorf membedakan tiga tipe perubahan struktural, yaitu:
a. Perubahan keseluruhan personel di dalam posisi dominan
b. Perubahan sebagian personel dalam posist dominan dan
c. Digabungkannya kepentingan kelas subordinat dalam kebijakan kelas yang
berkuasa. Perubahan personel seluruh atau sebagian, berarti bahwa orang-
orang dalam kelas subordinat masuk ke dalam kelas yang berkuasa
Selanjutnya. Dahrendorf mengemukakan bahwa perubahan struktural
berbeda-beda menurut sifatnya, yaitu radikal ata tiba-tiba (sudden) Variavel
variabel seperti intensitas dan kekerasan konflik. secara konseptual berbeda dan
berdiri sendiri Keradikalan menunjukan pada tingkat peruhan struktural, baik
yang berhubungan dengan personel dalam posisi yang berkuasa, kebijaksanaan
kelas yang berkuasa, maupun hubungan antarkelas secara keseluruhan. Perubahan
bisa terjadi tiba-tiba dan radikal atau bisa juga pelan dan radikal.
Dahrendorf meringkaskan asumsi teori konflik sebagai berikut:
a. Setiap masyarakat kapan saja tunduk pada proses perubahan: perubahan sosial ada
di mana-mana.
b. Setiap masyarakat kapan saja memperlihatkan perpecahan dan konflik, konflik-
konflik sosial ada di mana-mana.

8
9

c. Setiap elemen dalam suatu masyarakat menyumbang disintegrasi dan perubahan.


d. Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan dari beberapa anggotanya atas orang
lain.
3. Lewis Coser
Menurut Coser konflik merupakan proses yang bersifat instrumental dalam
pembentukan penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat
menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok Konflik
dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan
melindunginya. Menurut Coser, konflik berfungsi sebagai jalan ke luar yang
meredakan permusuhan, yang tanpa itu hubungan hubungan di antara pihak-pihak
yang bertentangan akan semakin tajam.
Menurut Coser konflik dapat dibagi menjadi dua. Pertama, konflik realistis,
yaitu konflik yang berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan-tuntutan di dalam
organisasi atau lembaga dan ditunjukkan pada objek yang dianggap
mengecewakan. Contohnya, para karyawan mogok kerja agar tuntutan mereka
berupa kenaikan upah atau gaji dinaikkan.
Kedua, konflik nonrealistik, yaitu konflik yang bukan berasal dari tujuan-
tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan
ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Coser menjelaskan dalam
masyarakat yang buta huruf, pembalasan dendam biasanya melalui ilmu gaib,
seperti teluh, santet dan lainnya. Begitu juga dalam masyarakat maju, melakukan
pengkambinghitaman sebagai pengganti ketidakmampuan melawan kelompok
yang sebenarnya menjadi lawan mereka.
Coser menyebutkan beberapa fungsi konflik yaitu sebagai berikut:
a. Konflik dapat memperkuat solidaritas kelompok yang agak longgar. Dalam
masyarakat yang terancam diisintegrasi, konflik dengan masyarakat lain bisa
menjadi kekuatan yang mempersatukan.
b. Konflik dengan kelompok lainnya dapat menghasilkan solidaritas di dalam
kelompok tersebut dan solidaritas itu bisa menghantarnya kepada alsansi
aliansi dengan kelompok-kelompok lainnya

9
10

c. Konflik juga bisa menyebabkan anggota-anggola masyarakat yang terisolasi


menjadi berperan secara aktif.
d. Konflik juga bisa berfungsi untuk komunikasi Sebelum terjadi konflik,
anggota anggota masyarakat akan berkumpul dan merencanakan apa yang
akan dilakukan Lewat tukar menukar pikiran bisa mendapat gambaran yang
lebih jelas akan apa yang harus dibuat, entah untuk mengalahkan lawan atau
untuk menciptakan kedamaian.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

10
11

Dari pemaparan diatas dapat dipahami bahwa teori Konflik telah dikemukakan oleh para
sosiolog. Faktor yang menyebabkan timbulnya konflik menurut pandangan Ritzer adalah
perbedaan utamanya adalah posisi dan wewenang.

Setelah memaparkan tentang teori konflik yang dikemukakan oleh para sosiolog. Penulis
mencoba menarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya kehidupan sosial yang kompleks lebih
mudah terjadi berbagai konflik. Konflik-konflik yang bermunculan seperti sebuah hal alamiah
yang sudah menjadi kodrat hidup bermasyarakat. Pada akhirnya penulis berkesimpulan bahwa
sesungguhnya teori-teori konflik yang dikemukakan oleh para sosiolog cenderung bersifat parsial
dengan tidak menjelaskan bagaimana agar konflik dalam masyarakat dapat dicegah dan
diselesaikan karena semua manusia pada hakikatnya menghendaki perdamaian.

B. SARAN
Sebaiknya dalam kehidupan bermasyaraat harus memiliki sikap saling menghargai, apalagi di
masa sekarang banyak konflik yang terjadi di masyarakt baik itu terpengaruh dari kelompok
internal dan eksternal.

DAFTAR PUSTAKA
Wahyu, (2020). Sosiologi Tokoh,Teori, dan Berbagai Pemikirinnya. Banjarmasin:Tahura Media.

Coser, Lewis, (1997). The Function of Social Conflict. New York: Free Press.

Dahrendorf, Ralf, (1998). Konflik dan Konflik dalam Masyarakat Industri. Jakarta: CV. Rajawali.

Tualeka, M. W. N, (2017). Teori konflik sosiologi klasik dan modern. Al-Hikmah, 3(1), 32-48.

11
12

Dedy Ari Nugroho, Irawan Hadi Wiranata, (2021). Rectoverso Pendidikan Dan Teknologi: Jalur
Digital Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Covid-19
Adaftif.Banjarmasin:Scholar.

Suroto, Dedy Ari Nugroho, Rika Amelia Rafiah, (2021). Penguatan Partisipasi Warga Banua
Melalui Prnsip Ecological Citizenship Pada Program Kampung Iklim Untuk
Mewujudkan Ketahanan Lingkungn Lahan Basah Berkelanjutan. Banjarmasin:Scholar.

Dedy Ari Nugroho, Etty Andyastuti, Irawan Hadi Wiranata, Rusmaniah Rusmaniah, Putri Dyah
Indriyan, (2022). Perspektif Baru Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Dimensi
Sejarah: Belajar Dari Kebangkitan Jepang. Banjarmasin: Scholar.

Harpani Matnuh, Dian Agus Ruchliadi, Dedy Ari Nugroho, (2022). Optimalisasi Peran Serta
Masyarakat dalam Pengolahan Sungai di KelurahanSungai Miai Kecamatan
Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin. Banjarmasin: Scholar.

Dedy Ari Nugroho, (2017). Penguatan Ecological Citizenship melalui Penerapan dan
Kewarganegaraan berbasis masyarakat. Banjarmasin: Scholar.

12

Anda mungkin juga menyukai