Anda di halaman 1dari 37

MANAJEMEN KONFLIK

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Manajemen Pendidikan


Dosen Pengampu : Dr. Hj. St. Rodliyah, M. Pd

Oleh:
Kelompok 10

Ali Harozim (T20191066)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN KH. ACHMAD SIDDIQ JEMBER
MEI 2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala
limpahan rahmat dan izin-Nya sehingga mampu menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW,
ahli bait, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Makalah dengan judul Manajemen Konflik disusun untuk memenuhi tugas
individu mata kuliah Manajemen Pendidikan. Dalam menyelesaikan makalah ini
saya mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya mengucapkan
terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM. selaku rektor UIN KH.
Achmad Siddiq Jember
2. Ibu Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan
3. Ibu Dr. Hj. Fathiyaturrahmah, M.Ag. selaku Koordinator Program Studi
Pendidikan Agama Islam
4. Ibu Dr. Hj. St. Rodliyah, M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Pendidikan yang telah banyak memberikan kontribusi,
bimbingan, motivasi serta arahannya dalam proses penyusunan
makalah ini, dan
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan di
dalam makalah ini. Untuk itu saya berharap adanya berupa kritik maupun saran,
yang nantina membangun untuk keberhasilan penulisan yang akan datang.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dalam meningkatkan
wawasannya.

Jember, 31 Mei 2022

Ali Harozim
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................iv
A. Latar Belakang.............................................................................................iv
B. Rumusan Masalah........................................................................................vi
C. Tujuan..........................................................................................................vi
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................1
A. Pengertian Manajemen Konflik....................................................................1
B. Sumber-Sumber Dan Jenis-Jenis Konflik.....................................................8
C. Pengelolaan Konflik....................................................................................13
D. Penyelesaian Konflik..................................................................................20
BAB III PENUTUP..............................................................................................25
A. Kesimpulan.................................................................................................25
B. Saran............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
LAMPIRAN PPT.................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat Islam meyakini dengan sepenuh hati bahwasanya kitab Alquran
yang Allah SWT berikan kepada Rasulullah SAW melalui perantara
malaikat Jibril merupakan sebuah mukjizat yang agung.
Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam beberapa segi
kehidupan, dalam kehidupan ini dapat mendatangkan ketidakselarasan
apabila tidak diatur dan diarahkan sebagaimana mestinya. Kebebasan
individu dan keteraturan sosial biasanya tidak berjalan dengan baik. Oleh
karenanya, harus ada keteraturan sosial. Tanpa adanya keteraturan sosial,
orang tidak akan mampu melakukan segala sesuatu dengan perasaan
tenang dan senang.
Hal ini berarti kebebasan individu diakui dalam masyarakat, tetapi
akan senantiasa dihadapkan pada pengendalian sosial agar tercipta
ketertiban sosial. Bagi masyarakat Indonesia, kebebasan individu adalah
kebebasan yang tidak mengganggu kebebasan orang lain. Pada ruang
lingkup yang luas seperti masyarakat Indonesia yang memiliki
keberagaman etnik, budaya, dan latar belakang, inilah yang
mengakibatkan terjadinya sebuah pertentangan suatu kelompok atau
konflik sosial. Ini sangat mungkin terjadi baik berskala kecil maupun
besar.
Konflik artinya percekcokan, perselisihan dan pertentangan.
Sedangkan konflik sosial yaitu pertentangan antar anggota atau
masyarakat yang bersifat menyeluruh di kehidupan.1 Konflik yaitu proses
pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak lawan, tanpa
memperhatikan norma dan nilai yang berlaku. 2 Dalam pengertian lain,
konflik adalah merupakan suatu proses sosial yang berlangsung dengan
1
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Republik Indonesia, “Pengertian Konflik,” KBBI Daring, diakses 31 Mei 2022,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/konflik.
2
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1993), 99.
v

melibatkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang saling menantang


dengan ancaman kekerasan.3
Masalah konflik di Indonesia merupakan fenomena yang tidak asing
lagi dan menyita perhatian publik karena wujudnya yang sebagian besar
telah mengarah pada suatu kekerasan sosial dan telah meluas pada
berbagai lapisan masyarakat. Pada umumnya, konflik diakibatkan oleh
perbedaan pendapat, pandangan, penafsiran, pemahaman, kepentingan
atau perbedaan lain yang lebih luas dan umum seperti perbedaan agama,
ras, suku, bangsa, bahasa, profesi, golongan politik dan sebagainya.
Konflik adalah hal yang sering terjadi di dalam kehidupan
bermasyarakat yang timbul akibat kesalahpahaman interpersonal maupun
kelompok satu dengan kelompok yang lainnya yang didasarkan pada
kepentingan pribadi maupun kelompok. Konflik tidak bisa dihindarkan
dalam kehidupan manusia, karena pada dasarnya manusia pasti memiliki
konflik. Didasarkan kepada kepentingan-kepentingan yang saling berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Manusia adalah makhluk konfliktis
(homo conflictus) yaitu makhluk yang selalu terlibat dalam perbedaan,
pertentangan dan persaingan baik sukarela maupun terpaksa. Konflik atau
pertikaian dalam kehidupan bermasyarakat tidak dapat dihindari. Mulai
dari lingkungan keluarga maupun dalam ranah yang lebih luas lagi seperti
dalam kelompok.
Dahrendorf beranggapan bahwa jika suatu kelompok terbentuk secara
kebetulan, sangat mungkin akan terhindar dari konflik. Sebaliknya, apabila
kelompok semu yang pembentukannya ditentukan secara struktural, maka
akan memungkinkan untuk terbentuk menjadi kelompok kepentingan yang
dapat menjadi sumber konflik atau pertentangan. Selanjutnya, Dahrendorf
beranggapan bahwa analisis masyarakat itu bertitik tolak dari kenyataan
bahwa para anggotanya dapat dikelompokkan menjadi dua kategori:
mereka yang menguasai dan yang dikuasai. Dualisme ini termasuk struktur

3
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar Dan Terapan (Jakarta:
Kencana, 2004), 35.
vi

dan hakikat hidup bersama, memberi akibat akan kepentingan yang


berbeda dan saling berlawanan. Hal ini merujuk kepada tiga konsep:
kekuasaan, kepentingan, dan kelompok sosial.
Terkadang kita jumpai, konflik yang semula merupakan konflik
pribadi bisa berubah menjadi konflik kelompok. Konflik kelompok yaitu
konflik yang terjadi antara dua kelompok atau lebih. Konflik pribadi dapat
dengan mudah berubah menjadi konflik kelompok karena adanya
kecenderungan yang besar dari individu-individu yang berkonflik untuk
melibatkan kelompoknya masing-masing. Selama manusia masih hidup,
tidak mungkin manusia menghapus konflik antar kelompok bahkan
konflik antar pemeluk agama dan konflik antar negara merupakan bagian
tak terpisahkan dari sejarah manusia. Berbagai macam hal seperti
perbedaan selera, perbedaan pendapat, dan berbagai perbedaan lainya
dapat menimbulkan suatu konflik. Konflik menjadi saluran dari akumulasi
perasaan yang tersembunyi secara terus menerus yang mendorong
seseorang untuk berperilaku dan melakukan sesuatu yang berlawanan
dengan orang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud manajemen konflik ?
2. Apa saja sumber dan jenis-jenis konflik ?
3. Bagaimana pengelolaan konflik ?
4. Bagaimana penyelesaian konflik ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud manajemen konflik.
2. Untuk mengetahui macam-macam jenis konflik.dan sumber konflik.
3. Untuk mengetahui pengelolaan konflik.
4. Untuk mengetahui penyelesaian konflik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere, yang berarti saling
memukul. Dalam kamus bahasa Indonesia konflik berarti percekcokan,
perselisihan, dan pertentangan.4 Sedangkan secara sosiologis, konflik
diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Dalam alquran, konflik sinonim dengan kata “ikhtilaf” sebagaimana


dalam firman Allah dalam Surat Al-Baqarah/2: 176 yang berbunyi:5

ٍ ‫اب لَ ِف ي ِش َق‬
ِ َ‫اخ َت لَ ُف وا يِف الْ ِك ت‬ ِ َّ ‫ِإ‬ ِ َ‫َأن اللَّ هَ َن َّز َل الْ ِك ت‬ ِ
َ ‫َٰذ ل‬
َّ ِ‫ك ب‬
‫اق‬ َ ‫ َو َّن ال ذ‬Fۗ ‫اب ب ا حْلَ ِّق‬
ْ ‫ين‬ َ
ٍ‫ب عِ يد‬
َ

Artinya: “Yang demikian itu adalah karena Allah telah


menurunkan al-Kitab dengan membawa kebenaran; dan
sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) al-
Kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh.”
Menurut Luthans, konflik adalah kondisi yang ditimbulkan oleh
adanya kekuatan yang saling bertentangan. Kekuatan-kekuatan ini
bersumber pada keinginan manusia.6 Sedangkan menurut Asnawir, konflik
adalah reaksi yang timbul karena seseorang merasa terancam, baik
teritorialnya maupun kepentingannya, dengan menggunakan kekuatan
untuk mempertahankan teritorial atau kepentingan tersebut.7 Sementara
Robbins menjelaskan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang
terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang)
4
Depatermen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2013), 723.
5
Rahmat Hidayat, Ayat-Ayat Alquran Tentang Manajemen Pendidikan Islam (Medan: Lembaga
Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2017), 197.
6
Luthans F., Organizational Behavior (Singapore: Mc Graw Hill, 1981), 89.
7
Asnawir, Manajemen Pendidikan (Padang:,IAIN IB Press, 2006), 319.
2

yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif


maupun pengaruh negatif.8

Disisi lain Afzalur Rahim menyatakan bahwa konflik dapat


didefinisikan sebagai keadaan interaktif yang termanifestasikan dalam
sikap ketidakcocokan, pertentangan atau perbedaan dengan atau antara
identitas sosial seperti individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi.9 Sedangkan menurut Wahyosumidjo, yang
mendefenisikan secara mudah, mengatakan bahwa konflik adalah segala
macam bentuk hubungan antara manusia yang mengandung sifat
berlawanan.10

Konflik menimbulkan akibat-akibat atau risiko-risiko tertentu,


disamping juga terkadang membawa dampak positif. GW. Allport
sebagaimana dikutip Hanson, menyatakan bahwa semakin banyak sarjana
sosial yang memaparkan bahwa konflik itu sendiri bukan kejahatan, tetapi
lebih merupakan suatu gejala yang memiliki pengaruh-pengaruh
konstruktif atau destruktif, tergantung pada manajemennya.11 Konflik itu
timbul karena terjadinya ketidakharmonisan antara seseorang dalam suatu
kelompok, dan antara orang lain dari kelompok yang lain, dan antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya. Konflik berbeda pengertiannya
dengan perbedaan pendapat. Akan tetapi perbedaan pendapat yang tidak
diakomodasikan dengan baik akan dapat melahirkan konflik dan
pertentangan yang membahayakan, kemudian mengakibatkan hilangnya
kekuatan persatuan dan kesatuan.12

8
Robbins, SP., Organizational Behaviour (Siding: Prentice Hall, 1979), 23.
9
Afzalur Rahim, Managing Conflict in Organization (New York: Praeger, 1986), 113.
10
Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya
(Jakarta: Raja Gafindo Persada, Jakarta, 2002), 152.
11
Hanson, Educational Administration and Organizational Behavior (Boston Allyn and Bacon,
1990), 273.
12
Asnawir, Manajemen Pendidikan (Padang:,IAIN IB Press, 2006), 320.

2
3

Konflik semacam ini disebut dalam bahasa Arab dengan ”tanazu”


sebagaimana dinyatakan Allah Swt. dalam Alquran surat al-Anfal ayat 46
yang berbunyi:13

ِ
َ‫ ِإ َّن اللَّ ه‬Fۚ ‫اص رِب ُ وا‬
ْ ‫ َو‬Fۖ ‫ب ِر حيُ ُك ْم‬
َ ‫َو َأط يعُ وا اللَّ هَ َو َر ُس ولَ هُ َو اَل َت نَ َاز عُ وا َف َت ْف َش لُ وا َو تَ ْذ َه‬
ِ َّ ‫م ع‬
َ ‫الص اب ِر‬
‫ين‬ ََ

Artinya: “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah


kamu berbantah- bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi
gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Dengan demikian, konflik merupakan segala macam interaksi
pertentangan antara dua pihak atau lebih. Konflik dapat timbul pada
berbagai situasi sosial, baik terjadi dalam diri individu, antar individu,
kelompok, organisasi, maupun negara. Dalam interaksi dan interelasi
sosial antar individu atau antar kelompok, konflik sebenarnya merupakan
hal alamiah.

Peristiwa penciptaan Nabi Adam as. mungkin merupakan sebuah


peristiwa konflik yang pertama. Dalam Surat al-A’raf/7: 11-13 Allah
berfirman:14

‫اس ُج ُد وا آِل َد َم فَ س َج ُد وا ِإ اَّل‬ ِ ‫ِ ِئ‬


َ ْ ‫اك ْم مُثَّ ُق ْل نَ ا ل ْل َم اَل َك ة‬
ُ َ‫ص َّو ْر ن‬
َ َّ‫اك ْم مُث‬
ُ َ‫َو لَ َق ْد َخ لَ ْق ن‬

‫ين‬ ِ ِ َّ ‫ِإ ب لِ يس مَل ي ُك ن ِم ن‬


َ ‫الس اج د‬ َ ْ َ ْ َ ْ

ٍ َ‫ال َأنَ ا َخ ْي ٌر ِم ْن هُ َخ لَ ْق تَ يِن ِم ْن ن‬


ُ‫ار َو َخ لَ ْق تَ ه‬ َ َ‫ ق‬Fۖ ‫ك‬
َ ُ‫َأم ْر ت‬ ‫ِإ‬
َ ‫ك َأ اَّل تَ ْس ُج َد ْذ‬
َ ‫ال َم ا َم َن َع‬
َ َ‫ق‬

ٍ‫ِم ْن ِط ني‬

13
Rahmat Hidayat, Ayat-Ayat Alquran Tentang Manajemen Pendidikan Islam (Medan: Lembaga
Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2017), 198.
14
Hidayat, 198-199.
4

ِ َّ ‫َّك ِم ن‬ ‫ِإ‬ ِ ُ ‫اه بِ ْط ِم ْن َه ا فَ َم ا يَ ُك‬


َ ‫الص اغ ِر‬
‫ين‬ َ َ ‫اخ ُر ْج ن‬
ْ َ‫يه ا ف‬
َ ‫َأن َت تَ َك َّب َر ف‬
ْ ‫ك‬ َ َ‫ون ل‬ ْ َ‫ال ف‬
َ َ‫ق‬

Artinya: “(11) Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu


(Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian kami katakan
kepada para malaikat, “Bersujudlah kamu kepada Adam”, maka
mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang
bersujud (12) Allah berfirman, “Apakah yang menghalangimu
untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu? Iblis
menjawab, “Saya lebih baik dari padanya; Engkau ciptakan saya
dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (13) Allah
berfirman, “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak
sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah,
sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.
Ayat ini menceritakan percakapan antara Allah dan Iblis yang
menolak untuk bersujud kepada Nabi Adam as. penolakan ini dilakukan
oleh iblis, dikarenakan iblis merasa lebih mulia daripada Nabi Adam.
Karena sikap penolakan iblis ini membuat dia harus keluar dari surga.
Menurut Ibnu Katsir, Surat al-A’raf: 11, Allah mengingatkan kepada Bani
Adam tentang kemuliaan bapak mereka, Adam. Allah pun menjelaskan
permusuhan yang dilakukan lawan mereka, iblis, berikut kedengkiannya
kepada mereka dan bapak mereka. Hal ini agar manusia berhati hati
terhadapnya dan tidak mengikuti jalannya.15

Sedangkan Surat al-A’raf ayat 12 menjelaskan perkataan iblis “Saya


lebih baik dari padanya,” adalah sebuah alasan yang merupakan dosa
besar. Seolah-olah ia menolak untuk melakukan ketaatan karena yang
lebih mulia tidak diperintahkan untuk bersujud kepada yang lebih rendah
keutamaannya. Maksud iblis adalah bahwa ia lebih mulia daripada Adam,
karena ia diciptakan dari api daripada Adam yang diciptakan dari tanah.
Iblis melakukan sikap pembangkangan di tengah para malaikat karena
menolak bersujud.16 Akibat pembangkangan iblis tersebut, dalam Surat al-
A’raf ayat 13 Allah memerintah iblis untuk turun dari surga. Ibnu Katsir
merujuk pendapat ahli tafsir dlamir (kata ganti) pada kata minhaa merujuk
15
Hidayat, 199.
16
Hidayat, 199.
5

pada kata surga, bisa juga merujuk pada kedudukan yang dahulu
diperolehnya di surga.17

Selanjutnya menurut Lynne Irvine menyatakan bahwa, manajemen


konflik merupakan strategi yang mempekerjakan organisasi dan individu
untuk mengidentifikasi dan mengelola perbedaan, sehingga mengurangi
beban dan pengeluaran dari konflik yang tidak terkelola, sementara
memanfaatkan konflik sebagai sumber inovasi dan perbaikan.18 Sedangkan
Wirawan menyatakan bahwa manajemen konflik sebagai proses pihak
yang terlibat konflik atau pihak ketiga menyusun strategi konflik dan
menerapkannya untuk mengendalikan konflik agar menghasilkan resolusi
yang diinginkan.19

Dilain pihak Dale Timpe menyatakan bahwa manajemen konflik


adalah proses mengidentifikasi dan menangani konflik secara bijaksana,
adil, dan efisien dengan tiga bentuk metode pengelolaan konflik yaitu
stimulasi konflik, pengurangan atau penekanan konflik, dan penyelesaian
konflik. Pengelolaan konflik membutuhkan keterampilan seperti
berkomunikasi yang efektif, pemecahan masalah, dan bernegosiasi dengan
fokus pada kepentingan organisasi.20

Sedangkan J. Winardi menyatakan bahwa manajemen konflik adalah


serangkaian proses untuk mempertemukan kepentingan dua belah pihak,
menetral konflik, dan memulihkan pasca konflik. Manajemen konflik
harus diawali dengan memetakan konflik, mendengar keterangan dua
belah pihak, mempertemukan kedua belah pihak, dan pengambilan
keputusan untuk mengatasi konflik.21

17
Hidayat, 199.
18
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik: Teori, Aplikasi dan Penelitian (Jakarta: Salemba
Humanika, 2010), 131.
19
Wirawan, 129.
20
Dale Timpe, Memimpin Manusia (Jakarta: Gramedia, 1991), 391.
21
J. Winardi, Manajemen Periaku Organisasi (Jakarta: Kencana,2004), 431.
6

Maka dengan demikian manajemen konflik merupakan cara yang


digunakan individu untuk menghadapi pertentangan atau perselisihan
antara dirinya dengan orang lain yang terjadi di dalam kehidupan.
Semakin baik langkah yang dilalui dalam penyelesaian konflik tersebut
maka semakin baik pula manajemen konflik yang telah dimiliki dan
digunakan.

Dalam manajemen Modern, konflik bukanlah hal yang harus


dikhawatirkan dalam sebuah organisasi. Bahkan konflik bisa bersifat
produktif jika dikelola dengan baik. Hal ini digambarkan Allah dalam
Surat Al- Insyiraah/94: 5-6, yang menyampaikan bahwa dibalik berbagai
permasalahan terdapat sebuah kemudahan.22

F‫ ا‬F‫ ًر‬F‫ ْس‬Fُ‫ ي‬F‫ ِر‬F‫ ْس‬F‫ ُع‬F‫ ْل‬F‫ ٱ‬F‫ َع‬F‫ َم‬F‫ ِإ َّن‬F,F‫ ا‬F‫ ًر‬F‫ ْس‬Fُ‫ ي‬F‫ ِر‬F‫ ْس‬F‫ ُع‬F‫ ْل‬F‫ ٱ‬F‫ َع‬F‫ َم‬F‫ ِإ َّن‬Fَ‫ف‬

Artinya: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada


kemudahan; Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Munculnya konflik biasanya diawali dengan munculnya bibit-bibit
konflik. Sehubungan dengan itu pimpinan baik formal maupun nonformal
bertanggung jawab untuk mengindentifikasi sumber-sumber dan tipe-tipe
dari konflik tersebut sedini mungkin, serta menganalisa akibat-akibat yang
mungkin timbul. Begitu juga pimpinan harus mengetahui kekuatan-
kekuatan dan kelemahan untuk dapat menentukan langkah-langkah
preventif yang dilakukan secara tepat.

Saat muncul sebuah konflik dan konflik tersebut dapat di manajemen,


maka akan terlihat beberapa tujuan konflik, diantaranya:23

1. Memfokuskan para anggota pada visi-misi dan tujuan organisasi.


Saat dalam suatu organisasi terdapat manajemen konflik. Secara
tidak langsung kelompok tersebut akan mempengaruhi kinerja

22
Rahmat Hidayat, Ayat-Ayat Alquran Tentang Manajemen Pendidikan Islam (Medan: Lembaga
Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2017), 200.
23
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik: Teori, Aplikasi dan Penelitian (Jakarta: Salemba
Humanika, 2010), 132.
7

dari masing-masing anggotanya yang pada akhirnya akan


mengarah pada visi dan misi dalam organisasi.
2. Memahami orang lain dan memahami keberagaman. Bahwa saat
akan melakukan pekerjaan akan ada saatnya muncul bantuan dari
pihak- pihak lain. Saat kita berusaha memahami orang lain yang
dalam hal ini telah membantu kita dan kita temukan perbedaan
diri dengan orang tersebut. Manajemen konflik digunakan untuk
memahami keberagaman yang ada.
3. Meningkatkan kreatifitas. Dalam usaha manajemen konflik akan
muncul cara mengurangi konflik. Upaya tersebut memunculkan
kreativitas dan inovasi yang selanjutnya berpengaruh kepada
produktivitas.
4. Meningkatkan keputusan melalui pertimbangan. Dalam
pemecahan konflik akan dihadapkan pada sebuah pertimbangan.
Manajemen konflik yang ada memfasilitasi terciptanya alternatif
yang pada akhirnya membantu menemukan keputusan yang bijak
dalam sebuah pertimbangan.
5. Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan. Peran serta, pemahaman
bersama, dan kerja sama adalah salah satu kunci yang bisa dan
memfasilitasi pelaksanaan kegiatan. Seluruh unit-unit saling
mendukung untuk mencapai tujuan tertentu.
6. Menciptakan prosedur dan mekanisme penyelesaian konflik.
Organisasi dalam perjalanannya akan selalu menemui konflik
yang harus dihadapi. Konflik yang sebelumnya menjadi
pembelajaran bagi sebuah organisasi untuk ke depannya
menciptakan prosedur untuk menyelesaikan konflik berikutnya.
8

B. Sumber-Sumber Dan Jenis-Jenis Konflik


Konflik itu muncul karena dipicu oleh beberapa sumber. Menurut
Wahjosumidjo, konflik itu sendiri terjadi selalu bersumber pada manusia
dan perilakunya, di samping pada struktur organisasi dan komunikasi.24
Kendati ada beberapa sumber konflik, tetapi yang terbesar yang sering
menyebabkan konflik adalah perilaku manusia. Oleh karenanya, sering
terjadi, masalah yang sebenarnya sederhana, tetapi karena perilaku
manusianya yang tidak sehat, akhirnya menjadi masalah yang besar karena
berbagai provokasi.

Peristiwa Habil dan Qabil merupakan peristiwa konflik yang pertama


terjadi di muka bumi. Tidak diterimanya kurban Qabil membuat ia marah
sehingga membunuh saudaranya Habil. Dalam Surat Al-Maidah/05: 27-30
menggambarkan bagaimana proses dan penyebab terjadinya konflik antara
Habil dan Qabil, yang berbunyi:25

‫و ات ل ع لَ ي ِه م ن ب َأ اب آد م بِ ا حْل ِّق ِإ ْذ ق ر ب ا ق ر ب ان ا ف ت ق ب ل ِم ن ِ مِه‬


ْ‫َأح د َ ا َو مَلْ يُ َت َق بَّ ل‬
َ ْ َ ِّ ُ ُ َ ً َ ْ ُ َ َّ َ َ َ َ ْ ‫َ ْ ُ َ ْ ْ َ َ ْ يَن‬
ِ ِ َ َ‫ِم َن ا آْل َخ ِر ق‬
َ‫ال ِإ مَّنَ ا َي َت َق بَّ ُل اللَّ هُ م َن الْ ُم تَّ ق ني‬
َ َ‫ ق‬Fۖ ‫ك‬
َ َّ‫ال َأَل ْق ُت لَ ن‬

ِ ٍ ِ ِ ِ ‫لَ ِئ ن ب س طْ َ ِإ‬
‫اف‬ َ ‫ ِإ يِّن‬Fۖ ‫ك‬
ُ ‫َأخ‬ َ ‫ي ِإ لَ ْي‬
َ َ‫ك َأِل ْق ُت ل‬ َ ‫ت يَلَّ يَ َد َك ل َت ْق ُت لَ يِن َم ا َأنَ ا ب بَ اس ط يَ د‬ ََ ْ
ِ َّ ‫اللَّ هَ َر‬
َ‫ب الْ َع الَ م ني‬

ِ ِ َ ‫ك َف تَ ُك‬
َ ‫ َو َٰذ ل‬Fۚ ‫ار‬
ُ‫ك َج َز اء‬
ِ ‫َأص ح‬
ِ َّ‫اب الن‬ َ ْ ‫ون م ْن‬ َ ِ‫َأن َت بُ وءَ بِ ِإ مْثِ ي َو ِإ مْث‬
ْ ‫يد‬ ِ ‫ِإ يِّن‬
ُ ‫ُأر‬
ِِ
َ‫الظَّ ال م ني‬

ِ ِ ِ ِ
َ ‫َأص بَ َح م َن ا خْلَ اس ِر‬
‫ين‬ ْ َ‫ت لَ هُ نَ ْف ُس هُ َق ْت َل َأخ يه َف َق َت لَ هُ ف‬
ْ ‫فَ طَ َّو َع‬
24
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), 151.
25
Rahmat Hidayat, Ayat-Ayat Alquran Tentang Manajemen Pendidikan Islam (Medan: Lembaga
Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2017), 202-203.
9

Artinya: “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam


(Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya
mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari
mereka berdua (Habil). Ia (Qabil) berkata, “Aku pasti
membunuhmu!” Habil berkata, “Sesungguhnya Allah hanya
menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa. (28) Sungguh,
kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk
membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku
kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada
Allah, Tuhan seru sekalian alam. (29) Sesungguhnya aku ingin
agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan
dosa sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang
demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim. (30)
Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah
membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia
seorang di antara orang-orang yang merugi.”
Ibnu Katsir mengatakan bahwa dalam Surat Al-Maa-idah: 27-30
Allah menjelaskan akibat buruk dari kejahatan, kedengkian dan
kedzaliman dalam kisah dua anak Adam: Habil dan Qabil. Bagaimana
salah satunya menganiaya yang lain hingga membunuhnya; karena jahat
dan dengki kepadanya berkenaan dengan nikmat yang dikaruniakan Allah
kepadanya dan diterimanya kurban orang yang ikhlas karena Allah. Orang
yang dibunuh meraih keberuntungan dengan dihapuskannya dosa-dosa dan
dimasukkan ke dalam surga. Sedangkan orang yang membunuh, ia merugi
dan pulang dengan membawa kerugian di dunia dan akhirat.26

Konflik di dalam organisasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor


sebagai berikut:27

1. Faktor Manusia. Adapun faktor yang bersumber dari manusia


diantaranya, pertama ditimbulkan oleh atasan, terutama karena
gaya kepemimpinannya. Kedua, personil yang mempertahankan
peraturan- peraturan secara kaku. Dan ketiga, timbul karena ciri-
ciri kepribadian individual, antara lain sikap egoistis,
temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.

26
Hidayat, 203.
27
Hidayat, 203-204.
10

2. Faktor Organisasi. Adapun faktor-faktor konflik yang bersumber


dari organisasi antara lain:
a. Persaingan dalam menggunakan sumber daya. Apabila sumber
daya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas
atau dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam
penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik
antar unit atau departemen dalam suatu organisasi.
b. Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi. Tiap-tiap unit
dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas,
dan bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik
minat antar unit tersebut. Misalnya, unit penjualan
menginginkan harga yang relatif rendah dengan tujuan untuk
lebih menarik konsumen, sementara unit produksi
menginginkan harga yang tinggi dengan tujuan untuk
memajukan perusahaan.
c. Interdependensi tugas. Konflik terjadi karena adanya saling
ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok
lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena
menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.
d. Perbedaan nilai dan persepsi. Suatu kelompok tertentu
mempunyai persepsi yang negatif, karena merasa mendapat
perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif muda
memiliki peresepsi bahwa mereka mendapat tugas-tugas yang
cukup berat, rutin dan rumit, sedangkan para manajer senior
mendapat tugas yang ringan dan sederhana.
e. Kekaburan yurisdiksional. Konflik terjadi karena batas-batas
aturan tidak jelas, yaitu adanya tanggung jawab yang tumpang
tindih.
f. Masalah “status”. Konflik dapat terjadi karena suatu unitatau
departemen mencoba memperbaiki dan meningkatkan status,
sedangkan unit atau departemen yang lain menganggap
11

sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam status


hierarki organisasi.
g. Hambatan komunikasi. Hambatan komunikasi, baik dalam
perencanaan, pengawasan, koordinasi bahkan kepemimpinan
dapat menimbulkan konflik antar unit atau departemen.

Dalam manajemen konflik memiliki jenis atau bentuk konflik yang


sering terjadi di lapangan baik dari segi pelaku ataupun dari perannya.
Menurut Robert G. Owens menyebutkan bahwa konflik dapat terjadi
antara seseorang atau unit-unit sosial yang disebut dengan konflik
interpersonal, intergroup, dan internasional.28

Adapun tingkatan dari manajemen konflik itu sendiri terdiri dari:29

1. Konflik intrapersonal, yaitu konflik internal yang terjadi dalam


diri seseorang. Konflik intrapersonal akan terjadi ketika individu
harus memilih dua atau lebih tujuan yang saling bertentangan, dan
bimbang mana yang harus dipilih untuk dilakukan.
2. Konflik interpersonal, yaitu konflik yang terjadi antar individu.
Konflik yang terjadi ketika adanya perbedaan tentang isu tertentu,
tindakan dan tujuan dimana hasil bersama sangat menentukan.
3. Konflik intragrup, yaitu konflik antara anggota dalam satu
kelompok. Setiap kelompok dapat mengalami konflik substantif
atau efektif. Konflik substantif terjadi karena adanya latar
belakang keahlian yang berbeda, ketika anggota dari suatu komite
menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data yang sama.
Sedangkan konflik efektif terjadi karena tanggapan emosional
terhadap suatu situasi tertentu.
4. Konflik intergrup, yaitu konflik yang terjadi antar kelompok.
Konflik intergrup terjadi karena adanya saling ketergantungan,
28
Robert G. Owens, Organizational Bahaviour in Education (Boston: Allyn and Bacon, 1991),
243.
29
Direktorat Pendidikan Menengah dan Umum Depdikbud, Panduan Manajemen Sekolah
(Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah dan Umum Depdikbud, 1999), 188.
12

perbedaan persepsi, perbedaan tujuan, dan meningkatkannya


tuntutan akan keahlian.
5. Konflik intraorganisasi, yaitu konflik yang terjadi antar bagian
dalam suatu organisasi. Konflik intraorganisasi meliputi empat
sub jenis :
a. Konflik vertikal, yang terjadi antara pimpinan dan bawahan
yang tidak sependapat tentang cara terbaik untuk
menyelesaikan sesuatu. Misalnya konflik antara Rektor
dengan tenaga kependidikan.
b. Konflik horizontal, yang terjadi antar karyawan atau
departemen yang memiliki hierarki yang sama dalam
organisasi Misalnya antara tenaga kependidikan.
c. Konflik lini-staf, yang sering terjadi karena adanya perbedaan
persepsi tentang keterlibatan staf dalam proses pengambilan
keputusan oleh manajer lini. Misalnya konflik antara Rektor
dengan tenaga administrasi.
d. Konflik peran, yang terjadi karena seseorang memiliki lebih
dari satu peran. Misalnya Rektor menjabat sebagai ketua
dewan pendidikan.
6. Konflik interorganisasi, yang terjadi antar organisasi. Konflik
inter organisasi terjadi karena mereka memiliki saling
ketergantungan satu sama lain, konflik terjadi bergantung pada
tindakan suatu organisasi yang menyebabkan dampak negatif
terhadap organisasi lain. Misalnya konflik yang terjadi antara
lembaga pendidikan dengan salah satu organisasi masyarakat.
Jenis dan bentuk konflik tersebut memiliki implikasi dan
konsekuensi bagi manajer lembaga pendidikan Islam. Hal ini karena
manajer memiliki peran yang fungsional dalam mengelola konflik dan
diharapkan mampu mengelolanya sebaik mungkin sehingga menghasilkan
kepuasan bagi semua pihak, terutama pihak yang berkonflik.
13

Adapun kegiatan-kegiatan atau tahapan-tahapan yang perlu


dilakukan dalam manajemen konflik meliputi perencanaan analisis
konflik, penilaian konflik, dan pemecahan konflik.

C. Pengelolaan Konflik
Pengelolaan atau menangani konflik tidak hanya sebuah ilmu, tetapi
juga merupakan seni dalam berorganisasi. Berikut seni mengatasi konflik:

1. Pengalaman-pengalaman dalam hal menangani aneka konflik.


2. Kemampuan menerapkan analisis SWOT, dan analisis medan
kekuatan terhadap konflik yang muncul ataupun konflik yang
akan muncul.
3. Kemampuan menerapkan pandangan futuristik terhadap konflik
yang ada maupun konflik potensial.
4. Menggunakan pendekatan sistemik terhadap kasus konflik.
5. Sedapat mungkin menerapkan pendekatan win-win solution.30

Peran seorang pemimpin sangat penting dalam menyelesaikan sebuah


konflik. Anggota dari sebuah organisasi selayaknya memahami peran
seorang pemimpin, sehingga harus mematuhi pimpinannya ketika
memberikan solusi untuk kemaslahatan bersama. Hal ini dapat
digambarkan alquran dalam surat An-Nisa/4:59 yang berbunyi:31

‫ فَ ِإ ْن‬Fۖ ‫ول َو ُأو يِل اَأْل ْم ِر ِم ْن ُك ْم‬ ِ ‫َأط يع وا اللَّ ه و‬


ِ ِ َّ
َ ‫الر ُس‬
َّ ‫َأط يعُ وا‬ َ َ ُ ‫آم نُ وا‬ َ ‫يَ ا َأ يُّ َه ا ال ذ‬
َ ‫ين‬
‫ون بِ اللَّ ِه َو الْ َي ْو ِم‬
َ ُ‫ول ِإ ْن ُك ْن تُ ْم ُت ْؤ ِم ن‬
ِ ‫الر س‬ ِ ‫ِإ‬ ٍ
ُ َّ ‫َت نَ َاز ْع تُ ْم يِف َش ْي ء َف ُر ُّد وهُ ىَل اللَّ ه َو‬
ِ
‫َأح َس ُن تَ ْأ ِو ي اًل‬ َ ‫ َٰذ ل‬Fۚ ‫ا آْل ِخ ِر‬
ْ ‫ك َخ ْي ٌر َو‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan


taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika
kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia
30
Winardi, J, Teori Organisasi dan Pengorganisasian (Jakarta: Rajawali Pers, 2003), 184.
31
Rahmat Hidayat, Ayat-Ayat Alquran Tentang Manajemen Pendidikan Islam (Medan: Lembaga
Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2017), 206.
14

kepada Allah (alquran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-


benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Ketika terjadi konflik, maka pemimpin berperan mengingatkan
kembali tentang visi dan misi bersama. Dengan kembali pada cita-cita
organisasi maka konflik akan menemui jalan damai dan kembali kepada
semangat kebersamaan. Sebagaimana digambarkan dalam Surat Ali
Imran/3: 10332

‫ت اللَّ ِه َع لَ ْي ُك ْم ِإ ْذ ُك ْن تُ ْم‬ ِ
َ ‫ َو اذْ ُك ُر وا ن ْع َم‬Fۚ ‫يع ا َو اَل َت َف َّر قُ وا‬
ِ ِ ‫حِب‬ ِ ْ ‫و‬
ً ‫اع تَ ص ُم وا َ ْب ِل اللَّ ه مَج‬ َ
‫َأص بَ ْح تُ ْم بِ نِ ْع َم تِ ِه ِإ ْخ َو انً ا َو ُك ْن تُ ْم َع لَ ٰى َش َف ا ُح ْف َر ٍة ِم َن‬ َ َّ‫َأع َد اءً فَ َأل‬
ْ َ‫ف َب نْي َ ُق لُ وبِ ُك ْم ف‬ ْ

َ ‫ك يُ َب نِّي ُ اللَّ هُ لَ ُك ْم آيَ اتِ ِه لَ َع لَّ ُك ْم َت ْه تَ ُد‬ ِ


‫ون‬ َ ‫ َك َٰذ ل‬Fۗ ‫ار فَ َأ ْن َق َذ ُك ْم ِم ْن َه ا‬
ِ َّ‫الن‬

Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)


Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-
musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah
kamu karena nikmat Allah, orang- orang yang bersaudara; dan
kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan
kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
Seorang pemimpin harus berikhtiar, dan berusaha keras untuk
menyelesaikan konflik dalam lembaga yang dipimpinnya. Sebagaimana
yang diriwayatkan Aisyah ra. Rasulullah setiap selesai shalat malam selalu
berdoa: “Ya Allah, Tuhan Jibril, Mikail dan Israfil, Pencipta langit dan
bumi, yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Engkaulah yang
memberi putusan antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang mereka
perselisihkan. Berilah aku petunjuk yang benar tentang apa yang
diperselisihkan itu dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkaulah yang
memberi petunjuk kepada orang yang Engkau kehendaki ke jalan yang
lurus.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sedangkan dalam Surat al-Hujurat/49: 9-10 menggambarkan sebuah
resolusi konflik terhadap pihak-pihak yang berkonflik. Dalam
penyelesaian konflik harus dilakukan dengan prinsip keadilan, artinya

32
Hidayat, 206-207.
15

tidak ada pihak yang dirugikan ketika dirumuskannya sebuah


perdamaian.33

ِ َ‫ان ِم ن الْ م ِم نِ ني ا ْق ت ت لُ وا ف‬
‫ت ِإ ْح َد ا مُهَ ا َع لَ ى‬
ْ َ‫ فَ ِإ ْن َب غ‬Fۖ ‫َأص ل ُح وا َب ْي َن ُه َم ا‬
ْ َ َ َ ‫َو ِإ ْن طَ ا ِئ َف تَ ِ َ ُ ْؤ‬

‫َأص لِ ُح وا‬ ِ ِ ِ ِ
ْ َ‫ فَ ِإ ْن فَ اء‬Fۚ ‫اُأْل ْخ َر ٰى َف َق ات لُ وا الَّ يِت َت ْب غ ي َح ىَّت ٰ تَ ف يءَ ِإ ىَل ٰ َْأم ِر اللَّ ه‬
ْ َ‫ت ف‬
ِ ِ ُّ ِ‫ ِإ َّن اللَّ هَ حُي‬Fۖ ‫َب ْي َن ُه َم ا بِ الْ َع ْد ِل َو َأقْ ِس طُ وا‬
َ‫ب الْ ُم ْق س ط ني‬

َ ُ‫ َو َّات ُق وا اللَّ هَ لَ َع لَّ ُك ْم ُت ْر مَح‬Fۚ ‫َأخ َو يْ ُك ْم‬


‫ون‬ ِ َ‫ون ِإ خ و ةٌ ف‬ ِ ‫ِإ مَّن‬
َ َ ‫َأص ل ُح وا َب نْي‬
ْ َ ْ َ ُ‫َ ا الْ ُم ْؤ م ن‬

Artinya: “Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin


berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari
kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain,
maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga
golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu
telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara
keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya orang-
orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara
kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu
mendapat rahmat.”
Manajemen modern melakukan jalan pengadilan sebagai langkah
akhir untuk menyelesaikan konflik. Dalam Surat an-Nisa/4: 65
menggambarkan proses pengadilan yang diputuskan oleh pemimpin yang
adil, agar dapat diterima pihak-pihak yang berkonflik.34

‫يم ا َش َج َر َب ْي َن ُه ْم مُثَّ اَل جَيِ ُد وا يِف َأ ْن ُف ِس ِه ْم‬ ِ َ ‫ون ح ىَّت حُي ِّك م‬ ِ
َ ‫وك ف‬ ُ َ ٰ َ َ ُ‫ك اَل يُ ْؤ م ن‬
َ ِّ‫فَ اَل َو َر ب‬
ِ ‫مِم‬
ً ‫ت َو يُ َس لِّ ُم وا تَ ْس ل‬
‫يم ا‬ َ َ‫َح َر ًج ا َّ ا ق‬
َ ‫ض ْي‬

Artinya: “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak


beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara
yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam

33
Hidayat, 207.
34
Hidayat, 208.
16

hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu


berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
Dalam Surat al-Hujurat: 9 Allah berfirman memerintahkan untuk
mendamaikan dua kubu kaum mukmin yang saling bertikai. Mereka tetap
disebut sebagai orang-orang yang beriman meski saling menyerang satu
sama lain. Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini dengan beberapa hadis,
diantaranya: “Sesungguhnya cucuku ini adalah sayid (pemimpin). Kelak ia
akan mendamaikan dua kubu besar kaum muslimin.”35 Hadis ini
disampaikan Rasulullah ketika berkhotbah, saat itu Rasulullah bersama al-
Hasan bin ‘Ali di atas mimbar. Berita yang disampaikan Rasulullah itu
pun terjadi ketika al- Hasan mendamaikan penduduk Syam dan penduduk
Irak pasca perang berkepanjangan dan kejadian yang mengerikan.
Rasulullah bersabda: “Tolonglah saudaramu yang berbuat zhalim atau
yang dizhalimi.” Aku (Anas) berkata, “Wahai Rasulullah! Yang dizhalimi
pasti aku tolong, lantas bagaimana aku menolong orang yang berbuat
zhalim?” Rasulullah bersabda, “Engkau mencegahnya supaya tidak
berbuat zhalim, itulah caramu menolongnya.

Dalam Islam resolusi konflik juga dapat dilakukan dengan sikap


ihsan, musyawarah, tabayun, silaturahmi, ishlah, hakam (mediator
konflik), dan ukhuwah. Jika konsep ini benar-benar dapat dijalankan
dalam manajemen konflik, maka konflik keorganisasian. sebenarnya dapat
diminimalisir. Ketika melakukan tahap-tahap penyelesaian konflik,
dibutuhkan kesiapan pihak-pihak yang berkonflik untuk terbuka dan siap
saling menghargai, sebagaimana digambarkan dalam Surat
al-Mujadilah/58: 11 yang berbunyi:36

35
Hidayat, 208.
36
Hidayat, 209.
17

ِ ِ‫آم نُ وا ِإ ذَ ا قِ يل لَ ُك ْم َت َف َّس ُح وا يِف الْ َم َج ال‬


ُ‫س فَ افْ َس ُح وا َي ْف َس ِح اللَّ ه‬
ِ َّ
َ ‫يَ ا َأ يُّ َه ا ال ذ‬
َ ‫ين‬
َ
ِ َّ ِ ِ َّ ِ ‫ِإ‬
‫ين ُأوتُ وا‬
َ ‫آم نُ وا م ْن ُك ْم َو ال ذ‬ َ ‫يل انْ ُش ُز وا فَ انْ ُش ُز وا َي ْر فَ ِع اللَّ هُ ال ذ‬
َ ‫ين‬ َ ‫ َو ذَ ا ق‬Fۖ ‫لَ ُك ْم‬
ٍ ‫الْ عِ ْل م د ر ج‬
َ ُ‫ َو اللَّ هُ مِب َ ا َت ْع َم ل‬Fۚ‫ات‬
ٌ‫ون َخ بِ ري‬ َ ََ َ

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan


kepadamu: "Berlapang- lapanglah dalam majelis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Menurut Ibnu Abi Hatim dari Muqatil bin Hibban, ia berkata, “Pada
suatu hari, yaitu hari Jumat, Rasulullah saw. berada di Suffah mengadakan
pertemuan di suatu tempat yang sempit, dengan maksud menghormati
pahlawan-pahlawan Perang Badar yang terdiri atas orang-orang Muhajirin
dan Anshar. Beberapa orang pahlawan Perang Badar itu terlambat datang,
diantaranya Sabit bin Qais. Para pahlawan Badar itu berdiri di luar yang
kelihatan oleh Rasulullah mereka mengucapkan salam,
“Assalamu’alaikum Ayyuhan Nabiyyu warahaturlahi wabarakatuh”, Nabi
saw. menjawab salam, kemudian mereka mengucapkan salam pula kepada
orang-orang yang hadir lebih dahulu dan dijawab pula oleh mereka. Para
pahlawan Badar itu tetap berdiri, menunggu tempat yang disediakan bagi
mereka, tetapi tidak ada yang menyediakannya. Melihat itu Rasulullah
saw. merasa kecewa, lalu mengatakan, “berdirilah, berdirilah”. Berapa
orang yang berada di sekitar itu berdiri, tetapi dengan rasa enggan yang
terlihat di wajah mereka. Maka orang-orang munafik memberikan reaksi
dengan maksud mencela Nabi saw. mereka berkata, “Demi Allah,
Muhammad tidak adil, ada orang yang dahulu datang dengan maksud
memperoleh tempat duduk di dekatnya, tetapi disuruh berdiri agar tempat
itu diberikan kepada orang yang terlambat datang.37

37
Hidayat, 209.
18

Jika mempelajari peristiwa penyebab turunnya Surat Al-Mujadilah:


11 tersebut dapat dilihat bagaimana di dalam sebuah kelompok pasti
terdapat kepentingan yang setiap individu atau kelompok tersebut akan
mempertahankan kepentingannya bahkan dengan cara konflik sekali pun.
Maka selain dibutuhkan sikap seorang pemimpin, maka dalam kelompok
dibutuhkan kesadaran dan kelapangan dada untuk mengakomodir
kepentingan kelompok lain agar tidak terjadi kesalahpahaman yang
berdampak pada penurunan semangat persatuan. Sebagaimana Hadis Nabi
Saw, “Janganlah seseorang menyuruh berdiri, dari tempat-tempat duduk
temannya yang lain, maka orang itu duduk di tempatnya, tetapi hendaklah
ia mengatakan: lapangkanlah atau geserlah sedikit. (HR. Bukhari dan
Muslim).

Ketika kelompok-kelompok yang sedang berkonflik akan menjajaki,


semestinya melakukan dialog, diplomasi yang menggunakan dengan
bahasa yang sejuk dan tidak provokatif yang hanya akan memperuncing
konflik. Maka dalam Islam bertutur kata dengan lemah lembut akan lebih
baik, sebagaimana dalam Surat Taha/20: 44.38

‫َف ُق و اَل لَ هُ َق ْو اًل لَ ِّي نً ا لَ َع لَّ هُ َي تَ َذ َّك ُر َْأو خَي ْ َش ٰى‬

Artinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-


kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".
Hal terpenting setelah adanya kesepakatan damai untuk tidak lagi
berkonflik, maka dibutuhkan komitmen untuk menjalankan resolusi
konflik tersebut, hal ini disampaikan Allah swt. dalam Surat Ali Imran/3:
105.

ٰ ‫ و‬Fۚ ‫و اَل تَ ُك ونُوا َك الَّ ِذ ين َت َف َّر قُ وا و اخ َت لَ ُف وا ِم ن ب ع ِد م ا ج اء ه م الْ ب ِّي نَ ات‬


َ ‫ُأولَ ِئ‬
‫ك‬ َ ُ َ ُ َُ َ َ َْ ْ ْ َ َ َ
ِ
ٌ‫اب َع ظ يم‬
ٌ ‫هَلُ ْم َع َذ‬

38
Hidayat, 210.
19

Artinya: “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang


bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas
kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa
yang berat.”
Secara organisasi resolusi konflik sebagai berikut:39

1. Menyelesaikan masalah yang sudah muncul atau yang masih


terpendam. Masalah tidak hilang karena diabaikan. Masalah itu
bersembunyi dan biasanya akan muncul dalam bentuk pukulan
mendadak. Karena itu perlu diselesaikan supaya tidak membesar.
2. Melihat masalah secara proporsional, tidak membesar- besarkan,
tidak mengada-ngada, namun tidak meremehkan. Sering terjadi
bahwa hubungan kita menjadi bermasalah padahal tidak ada
masalah yang perlu dimasalahkan atau masalah itu hanya berupa
semacam penilaian- perasaan subyektif.
3. Otoritas lebih tinggi (Refering to higher authority) sebagai
penengah, peredam atau pemberi solusi. Selama masalah yang
menimbulkan konflik itu berkaitan dengan pekerjaan dan
melibatkan orang banyak, biasanya penggunaan otoritas atau
kekuasaan sangat membantu, sebagai mediator atau decision
maker.
4. Berkompromi punya manfaat, kompromi adalah belajar untuk
menjadi fleksibel dan belajar untuk tidak menjadi keras. Tujuan
yang perlu diingatkan adalah harus adanya resolusi konflik yang
benar. Winardi mengemukakan dua teknik resolusi konflik, yaitu
manajemen konflik langsung, dan manajemen konflik tidak
langsung. Teknik manajemen konflik tidak langsung secara
potensial bermanfaat, misalnya: diingatkannya tujuan bersama,
referensi hierarkikal, redesain keorganisasian, pemanfaatan
mitologi dan skrip-skrip.
D. Penyelesaian Konflik

39
Hidayat, 210-211.
20

Perbedaan pendapat yang mengarah pada konflik itu tidak dapat


dibendung, maka konflik yang sesungguhnya akan terjadi dan gejala ini
harus diatasi. Dalam Alquran Surat An-Nisa’/4: 35, Allah Swt. berfirman:

َ ‫َأه لِ َه ا ِإ ْن يُ ِر‬
‫يد ا‬ ِ ِ ِ ‫اق ب ي نِ ِه م ا فَ اب ع ثُ وا ح َك م ا ِم ن‬
ْ ‫َأه ل ه َو َح َك ًم ا م ْن‬
ْ ْ ً َ
ِ ِ
َ ْ َ ْ َ َ ‫َو ِإ ْن خ ْف تُ ْم ش َق‬
‫يم ا َخ بِ ًري ا‬ ِ َ ‫ ِإ َّن اللَّ ه َك‬Fۗ ‫ِإ ص اَل ح ا ي و فِّ ِق اللَّ ه ب ي ن ه م ا‬
ً ‫ان َع ل‬ َ َ ُ َ َْ ُ َُ ً ْ

Artinya: “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara


keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki
dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang
hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah
memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Ayat ini memberi pemahaman bahwa:40

1. Anjuran untuk sesegera mungkin menyelesaikan konflik secara


dini.
2. Cara menyelesaikan konflik adalah melalui mediator yang disebut
hakam.
3. Mediator (hakam) merupakan sosok pribadi yang benar-benar bisa
diteladani.
4. Mediator (hakam) itu sebanyak 2 (dua) orang yang mewakili
masing-masing pihak.
5. Keinginan kuat untuk melakukan ishlah (penyelesian konflik) dari
masing-masing pihak.

Disamping itu, ayat tersebut juga memberi gambaran tentang


penyelesaian konflik. Para manajer harus memperhatikan berbagai proses
penyelesaian konflik, cara penyelesaian, syarat orang yang menyelesaikan,
dan niat baik dari pihak-pihak yang berkonflik. Sebagaimana dijelaskan

40
Hidayat, 213.
21

sebelumnya tentang mengendalikan konflik dalam kepemimpinan, ada


beberapa cara mengatasi konflik, diantaranya dengan cara negosiasi.41

Negosiasi dapat diartikan :42

1. Proses tawar menawar dengan jalan berunding, untuk memberi


atau menerima guna mencapai kesepakatan bersama antara satu
pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak yang lain.
2. Penyesuaian sengketa secara damai melalui perundingan antara
pihak-pihak yang bersengketa.

Negosiasi bermanfaat untuk mendapatkan efektifitas dan efisiensi


dalam mencapai tujuan, kesepakatan bersama saling menguntungkan
(simbiosis mutualisme), menjembatani perbedaan pandangan mereka yang
bernegosiasi sehingga mengurangi, bahkan dapat mencegah konflik, dan
menyepakati tujuan atau metode bersama yang belum jelas.43

Dengan demikian, yang dimaksud dengan negosiasi adalah tindakan


yang menyangkut pandangan bahwa penyelesaian konflik dapat dilakukan
oleh pihak yang berkonflik secara bersama-sama dengan melibatkan pihak
ketiga, yang diakhiri dengan perdamaian. Sebagaimana firman Allah Swt.
dalam surat al-Hujurat/49 ayat 9-10, berbunyi:44

ِ َ‫ان ِم ن الْ م ِم نِ ني ا ْق ت ت لُ وا ف‬
‫ت ِإ ْح َد ا مُهَ ا َع لَ ى‬
ْ َ‫ فَ ِإ ْن َب غ‬Fۖ ‫َأص ل ُح وا َب ْي َن ُه َم ا‬
ْ َ َ َ ‫َو ِإ ْن طَ ا ِئ َف تَ ِ َ ُ ْؤ‬

‫َأص لِ ُح وا‬ ِ ِ ِ ِ
ْ َ‫ فَ ِإ ْن فَ اء‬Fۚ ‫اُأْل ْخ َر ٰى َف َق ات لُ وا الَّ يِت َت ْب غ ي َح ىَّت ٰ تَ ف يءَ ِإ ىَل ٰ َْأم ِر اللَّ ه‬
ْ َ‫ت ف‬
ِ ِ ُّ ِ‫ ِإ َّن اللَّ هَ حُي‬Fۖ ‫َب ْي َن ُه َم ا بِ الْ َع ْد ِل َو َأقْ ِس طُ وا‬
َ‫ب الْ ُم ْق س ط ني‬

41
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003),
333.
42
Rahmat Hidayat, Ayat-Ayat Alquran Tentang Manajemen Pendidikan Islam (Medan: Lembaga
Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2017), 214.
43
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
385.
44
Rahmat Hidayat, Ayat-Ayat Alquran Tentang Manajemen Pendidikan Islam (Medan: Lembaga
Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2017), 214.
22

َ ُ‫ َو َّات ُق وا اللَّ هَ لَ َع لَّ ُك ْم ُت ْر مَح‬Fۚ ‫َأخ َو يْ ُك ْم‬


‫ون‬ ِ َ‫ون ِإ خ و ةٌ ف‬ ِ ‫ِإ مَّن‬
َ َ ‫َأص ل ُح وا َب نْي‬
ْ َ ْ َ ُ‫َ ا الْ ُم ْؤ م ن‬

Artinya: “Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin


berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari
kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain
maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga
golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu
telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara
keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya orang-
orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara
kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu
mendapat rahmat.”
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengatasi konflik dengan cara
perundingan atau negoisasi adalah sebagai berikut ;45

1. Kelompok negoisasi yaitu terjadi bila mana pekerjaan satu


kelompok tergantung pada kerja sama dan tindakan kelompok
lain, di mana pemimpin kelompok yang pertama tidak mempunyai
kendali. Perundingan berbeda dengan berkompromi dalam hal
bahwa hanya perundingan yang benar-benar berhasil adalah
mereka di mana semua pihak berpengaruh meninggalkan perasaan
seperti mereka telah memenangkannya.
2. Tugas sebelum perundingan yaitu dengan cara memahami pihak
lain dan mengetahui semua pilihan.

Dampak kepribadian dalam proses negoisasi. Proses negoisasi adalah


pengalaman yang sangat berorientasi pada manusia. Untuk menambah
pemahaman akan tujuan, kebutuhan, dan keinginan pihak lain.
Perundingan yang sukses berusaha untuk memahami sifat kepribadian
yang relevan dari individu yang lain yang berunding. Para manajer harus
berhenti dan melihat dengan seksama peranan pihak-pihak lain dalam

45
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003),
347-349.
23

perundingan memainkan dan menanyakan apa yang sebenarnya


mendorong individu-individu.

Ada empat jenis kepribadian yang paling umum yang akan dihadapi
pimpinan di meja perundingan adalah:46

1. Pencari kekuasaan (mementingkan tugas dan hasil), mencari


tantangan, dan berpotensi pertentangan. Pengambilan keputusan
terbaik.
2. Pembujuk (masa bodoh), mengutamakan sosial, ambisius, dan
tegar dalam jubah ramah-tamah, suka hati, dan ramah. Seorang
lawan yang berbahaya di meja perundingan.
3. Penampilan yang dapat diandalkan (solid), dapat diandalkan,
nyaman di dalam lingkungan yang mendukung, tahan terhadap
perubahan yang cepat. Tergantung pada pendahulu untuk
kepercayaan diri dalam mengambil keputusan.
4. Penampil terbatas (kurang percaya diri), butuh tempat bersandar,
tidak mempunyai keputusan, dan tertutup. Senang berada di
bawah tekanan.

Sedangkan pada peranan kepercayaan dalam proses perundingan,


akan ada kemungkinan yang besar dari hasil yang menguntungkan bagi
organisasi bila tingkat kepercayaan yang tinggi timbul di antara kelompok
yang berunding. Para perunding bermaksud membuat pertanyaan tentang
kebutuhan, keinginan dan prioritas kelompok sepertinya berbahaya dan
karena itu mereka hanya bersedia membuatnya jika mereka punya rasa
percaya padanya. Tingkat kepercayaan yang tinggi di antara dua pihak
yang berkonflik akan menjadi lebih terbuka dan berbagai informasi.

Sebagai tambahan, perundingan yang baik tidak akan pernah


menempatkan pihak lain pada posisi di mana dia tidak keluarga tanpa
kehilangan muka.
46
M. Arifin dan Elfrianto, Manajemen Pendidikan Masa Kini (Medan: UMSU Press, 2017), 271-
272.
24

Alternatif untuk mengarahkan perundingan adalah dengan cara


menggunakan penengah (mediator) memungkinkan seorang yang netral
untuk mencapai suatu persetujuan yang menguntungkan kedua belah pihak
dan organisasi secara keseluruhan. Memakai penengah sedini mungkin ke
dalam proses memungkinkan terjadinya penyelesaiannya konflik sebelum
perselisihan kelompok terjadi, yang dapat mengarahkan kepada hasil yang
tidak berguna.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Manajemen konflik merupakan cara yang digunakan individu untuk
menghadapi pertentangan atau perselisihan antara dirinya dengan
orang lain yang terjadi di dalam kehidupan. Semakin baik langkah
yang dilalui dalam penyelesaian konflik tersebut maka semakin baik
pula manajemen konflik yang telah dimiliki dan digunakan.
2. Faktor penyebab konflik terbagi menjadi dua, yaitu faktor manusia dan
organisasi. Faktor manusia meliputi ditimbulkan oleh atasan, terutama
karena gaya kepemimpinannya, personil yang mempertahankan
peraturan- peraturan secara kaku, dan timbul karena ciri-ciri
kepribadian individual, antara lain sikap egoistis, temperamental, sikap
fanatik, dan sikap otoriter. Sedangkan faktor organisasi meliputi
persaingan dalam sumber daya, perbedaan tujuan antar unit-unit
organisasi, interpendensi tugas, perbedaan nilai dan persepsi,
kekaburan yurisdiksional, masalah status, dan hambatan komunikasi.
3. Jenis-jenis atau tingkatan dalam konflik ada tujuh, yaitu konflik
intrapersonal, interpersonal, intragroup, intergrup, intraorganisasi, dan
interorganisasi. Dan dalam jenis konflik konflik intraorganisasi terbagi
kembali, yakni konflik secara vertical, horizontal, lini-staf, dan konflik
peran.
4. Dalam pengelolaan konflik atau bisa disebut sebagai resolusi ada
empat hal, yaitu menyelesaikan masalah yang sudah muncul atau
masih terpendam, melihat secara proposional, otoritas lebih tinggi
sebagai penengah, dan berkompromi punya manfaat. Sedangkan dalam
penyelesaian konflik bisa disebut negoisasi. tindakan yang
menyangkut pandangan bahwa penyelesaian konflik dapat dilakukan
oleh pihak yang berkonflik secara bersama-sama dengan melibatkan
pihak ketiga, yang diakhiri dengan perdamaian.

25
26

B. Saran
Pembahasan makalah ini yaitu tentang Manajemen Konflik.
Manajemen konflik adalah suatu hal yang penting bagi manusia dan lebih-
lebih bagi pendidik, agar lebih mudah dalam pengelolaan dalam lembaga
pendidikan mampu teratasi dengan mudah, dan makalah ini diharapkan
pembaca mampu memahami bagaimana manajemen konflik dengan tepat
yang telah dijelaskan. Dan semoga bermanfaat bagi para pembaca dalam
meningkatkan wawasannya.
27

DAFTAR PUSTAKA
Aceh, Bakar Abu. Sejarah Al-Qur’an. Solo: Ramadhani, 1986.
Al Farisi, Zaka M.. Pedoman Penerjemahan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011.
Arifin, M., Elfrianto. Manajemen Pendidikan Masa Kini. Medan: UMSU Press,
2017.
Asnawir. Manajemen Pendidikan. Padang:,IAIN IB Press, 2006.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. “Pengertian
Konflik.” KBBI Daring. diakses 31 Mei 2022.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/konflik.
Depatermen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2013.
Direktorat Pendidikan Menengah dan Umum Depdikbud. Panduan Manajemen
Sekolah (Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah dan Umum Depdikbud,
1999.
F., Luthans. Organizational Behavior. Singapore: Mc Graw Hill, 1981.
Hanson. Educational Administration and Organizational Behavior. Boston Allyn
and Bacon, 1990.
Hidayat, Rahmat. Ayat-Ayat Alquran Tentang Manajemen Pendidikan Islam.
Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2017.
J, Winardi. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Jakarta: Rajawali Pers, 2003.
Narwoko, Dwi Narwoko J., Suyanto, Bagong. Sosiologi: Teks Pengantar Dan
Terapan. Jakarta: Kencana, 2004.
Owens, G. Robert. Organizational Bahaviour in Education. Boston: Allyn and
Bacon, 1991.
Rahim, Afzalur. Managing Conflict in Organization. New York: Praeger, 1986.
Rivai, Veithzal. Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:Raja Grafindo Persada,
1993.
SP., Robbins. Organizational Behaviour. Siding: Prentice Hall, 1979.
Timpe, Dale. Memimpin Manusia. Jakarta: Gramedia, 1991.
Usman, Husaini. Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2006.
Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Winardi, J.. Manajemen Periaku Organisasi. Jakarta: Kencana,2004.
Wirawan. Konflik dan Manajemen Konflik: Teori, Aplikasi dan Penelitian.
Jakarta: Salemba Humanika, 2010.
28

LAMPIRAN PPT
29
30
31

Anda mungkin juga menyukai