Kelompok III :
1. KHAIRUL WATHONI
2. INDRA PRATAMA
3. KHAERUL AZRI
4. BQ. DEVA MARTIKA DEWI
5. YOLA AGUSTINA
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan karunia-Nya
kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas Makalah untuk memenuhi tugas
“KONFLIK “
Makalah ini kami susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang KONFLIK terutama
dalam dampak konflik”, yang di sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber terutama
di internet, buku dan lain-lain. Makalah ini kami susun dengan berbagai rintangan, baik itu yang
datang dari diri kami maupun yang datang dari luar..
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja khususnya bagi diri kami sendiri, para
mahasiswa dan semua yang membaca Makalah kami ini, dan mudah-mudahan dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya
makalah ini.
i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1. Latar Belakang..........................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
1. Pengertian Kekerasan...............................................................................................................2
2 . Pengertian Konflik..................................................................................................................2
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................9
1. Kesimpulan................................................................................................................................9
2. Saran..............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10
ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Konflik timbul sebagai akibat dari adanya kenyataan bahwa di masyarakat selalu terdapat
persebaran kekuasaan yang terbatas untuk orang atau kelompok tertentu saja. Akibatnya ialah
bertambahnya kekuasaan pada suatu pihak dengan sendirinnya berarti berkurangnya kekuasaan
pada pihak-pihak lainnya. Konflik merupakan gejala kemasyarakatan yang senantiasa melekat di
dalam kehidupan setiap masyarakat sehingga tidak mungkin dihilangkan.
Konflik hanya akan hilang bersama hilangnya masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, yang
dapat dilakukan adalah mengendalikan agar konflik yang terjadi di antara berbagai kekuatan
sosial yang saling berlawanan tidak berkembang menjadi kekerasan (violence).
2. Rumusan Masalah
1
BAB II PEMBAHASAN
KONFLIK DAN KEKERASAN
1. Pengertian Kekerasan
Kekerasan adalah konflik-konfllik sosial yang tidak dapat terkendali oleh masyarakat atau
mengabaikan sama sekali norma dan nilai sosial yang ada sehingga terwujudnya tindakan
merusak (destruktif).
Kekerasan tidak akan muncul apabila kelompok-kelompok yang saling bertentangan itu mampu
memenuhi 3 macam, yaitu:
Masing-masing kelompok menyadari akan adanya situasi konflik di antara mereka dan
perlu dilaksanakan prinsip-prinsip keadilan secara jujur.
Pengendalian konflik-konflik tersebut hanya mungkin dilakukan apabila berbagai
kekuatan sosial yang saling bertentangan itu terorganisir dengan jelas.
Setiap kelompok yang terlibat di dalam konflik harus mematuhi aturan-aturan permainan
tertentu, suatu hal yang akan memungkinkan hubungan-hubungan sosial di antara mereka
menemukan suatu pola tertentu.
Soerjono Soekanto : Suatu proses sosial individu atau kelompok yang berusaha
memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman
dan /atau kekerasan.
Gillin and Gillin : konflik adalah bagian dari sebuah proses sosial yang terjadi karena
adanya perbedaan-perbedaan fisik, emosi , kebudayaan dan perilaku.
perbedaan antarindividu,
2
perbedaan kebudayaan ,
perbedaan kepentingan dan
perubahan sosial.
a. Perbedaan antarindividu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, atau ide yang berkaitan dengan
harga diri, kebanggan, dan identitas seseorang.
Sebagai contoh anda ingin suasana belajar tenang tetapi teman anda ingin belajar sambil
bernyanyi, karena menurut teman anda itu sangat mundukung. Kemudian timbul amarah dalam
diri anda. Sehingga terjadi konflik.
b. Perbedaan Kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk oleh keluarga dan masyarakat . tidak semua masyarakat
memiliki nilai-nilai dan norma yang sama. Apa yang dianggap baik oleh satu masyarakat belum
tentu baik oleh masyarakat lainnya.
Interaksi sosial antarindividu atau kelompok dengan pola kebudayaan yang berlawanan dapat
menimbulkan rasa amarah dan benci sehingga berakibat konflik.
c. Perbedaan Kepentingan
Setiap kelompok maupun individu memiliki kepentingan yang berbeda pula. erbedaan
kepentingan itu dapat menimbulkan konflik diantara mereka.
d. Perubahan Sosial
Perubahan yang terlalu cepat yang terjadi pada suatu masyarakat dapat mengganggu
keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku, akibatnya konflik dapat terjadi karena
adanya ketidaksesuaian antara harapan individu dengan masyarakat.
Sebagai contoh kaum muda ingin merombak pola perilaku tradisi masyarakatny, sedangkan
kaum tua ingin mempertahankan tradisi dari nenek moyangnya. Maka akan timbulah konflik
diantara mereka.
Bentuk-bentuk Konflik
Menurut Lewis A. Coser konflik dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Konflik realistis berasal dari kekecewaan individu atau kelompok terhadap sistem atau
tuntutan yang terdapat dalam hubungan sosial.
3
2. Konflik nonrealistis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan persaingan
yang antagonis(berlawanan), melainkan dari kebutuhan pihak-pihak tertentu untuk
meredakan ketegangan.
Dalam banyak definisi, ancaman dan kekerasan selalu dikaitkan dengan konflik, kekerasan
merupakan alat dari konflik untuk mencapai tujuan. Dapat juga dikatakan bahwa kekerasan
merupakan proses akhir dari konflik.
Namun, sesungguhnya konflik berbeda dengan kekerasan. Menurut Prof. Dr. Winardi, S. E..,
konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-
kelompok atau organisasi-organisasi berkaitan dengan perbedaan-perbedaan pendapat,
keyakinan-keyakinan, ide-ide maupun kepentingan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia
(1988), konflik adalah percekcokan, perselisihan, pertentangan, ketegangan diantara orang
perorangan atau kelompok . sedangkan kekerasan berarti perbuatan seseorang atau kelompok
yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau
barang orang lain. Konflik seringkali berubah menjadi kekerasan terutama apabila upaya-upaya
yang berkaitan dengan pengelolaan konflik tidak dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh
pihak yang berkaitan. Demikian pula bila upaya memperoleh keadilan di pengadilan tinggi
ternyata gagal.
Dampak Sebuah Konflik
Dampak sebuah konflik memiliki 2 sisi yang berbeda yaitu dilihat dari segi positif dan dari
segi negatif.
Segi positif dari konflik adalah sebagai berikut:
1. Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau masih belum
tuntas di telaah.
2. Konflik memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma, nila-nilai, serta
hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan individu
atau kelompok.
3. Konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang mengalami
konflik dengan kelompok lain.
4. Konflik merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu dan kelompok.
4
5. Konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan
norma baru.
6. Konflik dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-
kekuatan yang ada di dalam masyarakat.
7. Konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik berada
dalam kekuatan yang seimbang.
1. Konsiliasi
Konsiliasi merupakan bentuk pegendalian konflik sosial melaui lembaga-lembaga tertentu yang
memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan keputusan di antara pihak-pihak yang
berlawanan mengenai persoalan yang mereka pertentengkan.
Pada umumnya, konsiliasi terjadi pada kehidupan politik. Lembaga politik, berupa badan-badan
yang bersifat parlementer, di dalamnya terdapat berbagai kelompok yang saling bertemu satu
sama lain untuk mewujudkan pertentangan yang bersifat damai.
Lembaga yang bersifat otonom, mengambil keputusan tanpa campur tangan dari badan-
badan lain yang di luar.
Lembaga yang bersifat monopolitis, mengambil keputusan hanya lembaga itu.
Lembaga yang bersifat demokratis, mengambil keputusan dengan musyawarah.
Lembaga tersebut haruslah sedemikian rupa sehingga berbagai kelompok kepentingan
yang berlawanan satu sama lainnya terikat kepada lembaga tersebut, mengambil
keputusan harus mengikat kelompok tersebut dengan para anggotanya.
2. Meditasi
Meditasi merupakan bentuk pegendalian konflik sosial melaui kedua belah pihak yang terlibat
konflik besama-sama bersepakat untuk menunjuk pihak ketiga yang akan memberikan nasehat .
5
3. Arbitrasi
Arbitrasi merupakan bentuk pegendalian konflik sosial melaui kedua belah pihak yang
bertentangan bersepakat untuk menerima atau terpaksa menerima pihak ketiga yang akan
memberikan keputusan.
1. Teori-teori Kekerasan
Menurut pendapat Gustave Le Bon (Sarwono, 2001: 203) bahwa kelompok memang lebih agresif
daripada individual, sebab jiwa kelompok lebih irasional, lebih implusif dan lebih kekanak-
kanakan daripada jiiwa individu sebagai perorangan.
Menurut beberapa ahli, setiap perilaku kelompok, termasuk kekerasan, hura-hara, dan terorisme,
selalu berawal dari perilaku individual. Menurut teori ini, perilaku kekerasan yang dilakukan
oleh individual adalah agresivitas yang dilakukan oleh individu secara sendiri, baik secara
spontan maupun direncanakan dan perilaku kekerasan yang dilakukan bersama orang lain.
Menurut ahli, individu membentuk kelompok dan tiap-tiap kelompok memiliki identitas
kelompok. Identitas kelompok yang sering dijadikan alasan pemicu kerusuhan adalah
rasial/etnis.
Penelitian dilakukan untuk membuktikan kekerasan terjadi jika desprivasi (hasil perbandingan
antara harapan dan kenyataan) relatif. Semakin besar kesenjangan antara keduanya, semakin
besar kemungkinan terjadi perilaku agresif (kekerasan).
6
Menurut teori ini, perilaku agresif kelompok dilakukan oleh kelompok kecil maupun kelompok
besar.
Menurut pendapat Gurr (Sarwono, 2001: 210) bahwa negara yang mengalami pertumbuhan yang
terlalu cepat mengkibatkan rakyatnya harus menghadapi perkembangan perekonomian
masyarakat yang jauh lebih maju daripada perkembangan perekonomian dirinya sendiri.
Menurut pendapat N.J Smelser (Sarwono, 2001: 211) bahwa tahapan-tahapan terjadinya
kekerasan massa ada 5, yaitu:
Situasi sosial yang memungkinkan timbulnya kerusuhan akibat struktur sosial tertentu,
tidak adanya sistem tanggung jawab dalam masyarakat.
Tekanan sosial, yaitu kondisi karena sejumlah masyarakat merasa bahwa bnyak nilai dan
norma yang sudah dilanggar.
Berkembangnya prasangka kebencian yang meluas terhadap suatu sasaran tertentu.
Sasaran kebencian ini yang mengawali/memicu suatu kerusuhan.
Mobilisasi massa untuk beraksi, yaitu adanya tindakan nyata dari massa dan
mengorganisasikan diri mereka untuk bertindak. Sasaran ini ada dua, yaitu ditunjukkan
kepada objek yang langsung memicu kekerasan dan objek lain yang tidak ada
hubungannya dengan pihak lawan.
Kontrol sosial, yaitu kemampuan aparat keamanan dan petugas untuk mengendalikan
situasi dan menghambat kerusuhan. Kontrol sosial berfungsi untuk meredakan kerusuhan
yang terjadi.
1. Teori Alternatif
Menurut teori ini, hal yang terpenting ketika terjadi kekerasan adalah kondisi lingkungan sosial
tempat kerusuhan terjadi .
Menurut teori ini, kekacauan/kekerasan akan terjadi di sekolah jika kepemimpinan kepala
sekolah tidak memadai. Hal ini berlaku juga pada semua lingkungan sosial, tempat
individu/kelompok masyarakat berada tidak kondusif, bisa menjadi pendorong terjadinya
kekerasan.
Teori Individual
7
Proses berkumpulnya massa
Aktivitas selama berlangsungnya hura-hara di kawasan itu
Proses bubarnya massa
Teori Ideologi
Menurut pendapat T.R Gurr (1990) bahwa kekerasan sangat dipengaruhi oleh ideologi.
Kekerasan yang sangat besar pengaruhnya mungkin saja dilakukan oleh sekelompok kecil orang
yang memiliki ideologi yang berbeda. Hubungan antara kelompok-kelompok kecil dengan
masyarakat luas tergantung pada penyaluran pandangan politik dalam masyarakat.
8
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
Kekerasan adalah konflik-konfllik sosial yang tidak dapat terkendali oleh masyarakat atau
mengabaikan sama sekali norma dan nilai sosial yang ada sehingga terwujudnya tindakan
merusak (destruktif).
Kekerasan tidak akan muncul apabila kelompok-kelompok yang saling bertentangan itu mampu
memenuhi 3 macam, yaitu:
Masing-masing kelompok menyadari akan adanya situasi konflik di antara mereka dan
perlu dilaksanakan prinsip-prinsip keadilan secara jujur.
Pengendalian konflik-konflik tersebut hanya mungkin dilakukan apabila berbagai
kekuatan sosial yang saling bertentangan itu terorganisir dengan jelas.
Setiap kelompok yang terlibat di dalam konflik harus mematuhi aturan-aturan permainan
tertentu, suatu hal yang akan memungkinkan hubungan-hubungan sosial di antara mereka
menemukan suatu pola tertentu.
1. Konsiliasi
2. Meditasi
3. Arbitrasi
2. Saran
Kami dari kelompok 1 berharap agar generasi penerus bangsa dapat menghadapi konflik tidak
menggunakan kekerasan dan memecahkan masalah dengan cara yang lebih baik sesuai dengan
konflik itu sendiri. Sebagai WNI yang berbangsa dan bernegara harus saling menjaga kedamaian
dan kerukunan antar sesama masyarakat.
9
DAFTAR PUSTAKA
http://hanzputara.blogspot.co.id/2012/12/makalah-konflik-dan-proses-politik.html
http://viviealfiahzone.blogspot.co.id/2012/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://ourpos.blogspot.co.id/2014/09/contoh-makalah-ips-konflik-sosial.html
Muin, Idianto. 2006. Sosiologi SMA/MA untuk kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga
10