Anda di halaman 1dari 7

THOMAS HOBBES: EMPIRISME

Pembahasan :
A. Biografi singkat
B. Pemikiran
1. Kemandirian Filsafat
2. Pengetahuan
3. Politik

Pengantar

Sebelum memahami dalam materi ini, patut diperhatikan kembali bahwasanya susunan
pembahasan secara terstruktur dalam kajian bukanlah periodisasi generasi ke generasi. Akan
tetapi, pembahasannya secara aliran pengetahuan dalam abad modern pada kala itu. Dalam artian
Thomas Hobbes hidup bukan setelah sepeninggalan Leibniz (tokoh sebelum pembahasan ini). Dan
juga pada abad modern bukanlah berkutat satu wilayah kota, akan tetapi abad modern mulai
menyebar dalam tiga negara, yaitu Inggris, Francis, dan Jerman.

Pada buku acuan penulis, yakni filsafat modern karya F. Budi Hardiman. Pembahasan aliran
empirisme diawali dengan tokoh yang Bernama Thomas Hobbes. Dalam perkembangan ilmu
pengetahuan kala itu (abad modern) tidak hanya disambut baik oleh satu aliran saja yang sudah
dibahas pada pertemuan sebelumnya (rasionalisme), akan tetapi disambut pula oleh beberapa
aliran lainnya, salah satunya yaitu empirisme. Rasionalisme secara garis besar beranggapan
bahwasanya pengetahuan yang benar diperoleh melalui rasio belaka, sedangkan empirisme
beranggapan bahwa pengetahuan yang benar harus bersumber dari pengalaman (empiria).

Agar paham secara garis besar terhadap aliran empirisme, pada saat ini empirisme menjadi
suatu sikap bentuk penelitian ilmiah sebagaimana pembahasan pada pertemuan sebelumnya, yakni
F. Bacon. Yang mana pembahasan F. Bacon hanyalah menghasilkan sebuah metode induksi,
bedanya dengan pembahasan empiris kali ini dan diteruskan nantinya dalam hal pengalaman yang
dijadikan sumber pengetahuan melingkupi baik dari sifat indrawi dan batiniah.

Empirisme memiliki tujuan yang tidak berbeda dengan rasionalisme, yaitu mengganti cara berpikir
tradisional pada zaman sebelumnya. Empirisme mengembalikan pengetahuan pada pengalaman
dan berusaha membebaskan diri bentuk spekulasi spiritual yang menandai metafisika tradisional.
Jadi, empirisme berusaha memisahkan antara filsafat dan teologi. Dan adanya hal itu akhirnya
akan mempelopori fokus keilmuan yang bernamakan psikologi.

A. Biografi Singkat
Thomas Hobbes lahir di Malmesbury (kota kecil yang berjarak 25 km dari London) Inggris,
ia lahir pada 15 April 1558 dan dilahirkan dalam keadaan prematur. Hobbes dilahirkan dalam
keluarga miskin. Ayahnya seorang pastor atau pendeta di Wetsport, dan ayahnya pembangkang
terhadap gerejanya sehingga memiliki masalah dengan pihak gereja dan akhirnya melarikan diri
dari kota tersebut.
Thomas Hobbes hidup dalam suasana malapetaka perang saudara di Inggris pada abad ke-
17, yang mana perang tersebut antara kubu Charles I dengan kubu parlemen dan akhirnya
dimenangkan olehnya (kubu parlemen). Charles I dihukum gantung dan berdirilah republik
yang dipimpin leh Oliver Cromwell.
Pada tahun 1603-1608, Hobbes berlatih di Magdalen Hall, Oxford pada usia 14 tahun.
Menurut kesaksian pribadi Hobbes, ia tidak menyukai pelajaran fisika dan logika Aristoteles.
Ia lebih suka membaca mengenai penyelidikan terhadap penemuan tanah-tanah baru serta
belajar dengan sunguh-sunguh peta-peta bumi dan bintang-bintang. Karena itulah, astronomi
adalah anggota sains yang mendapat perhatian dari Hobbes, dan terus digeluti oleh Hobbes.
Pada masa belakang, Hobbes juga menyesali karena ia tidak belajar dengan sunguh-sunguh
matematika saat menempuh pendidikan di Oxford.
Atas dasar tersebut mampu membuat Thomas Hobbes memiliki pengalaman terhadap
bahaya-bahaya perang dan memberikan kesan yang mendalam terhadap hidupnya “bahwa
anarki adalah sebuah bencana kemanusiaan yang paling tragis dan kehidupan masayarakat
adalah sebuah usaha yang sangat rapuh.” Pengalaman tersebut juga membuat Thomas Hobbes
fokus terhadap masalah-masalah sosial.
Singkat cerita, Thomas Hobbes menghabiskan kehidupannya tidak hanya pada negara
Inggris saja, akan tetapi ia juga berkelana ke negara Francis. Di Inggris awal, ia menghabiskan
kehidupannya dengan berbagai aktivitas, yaitu berupa menjadi sekertaris keluarga bangsawan
(Cavendish), menerjemahkan karya dari Thucydides (Karya Hobbes tersebut adalah karya
ilmiah yang berharga sebab adalah karya pertama yang adalah terjemahan bahasa Inggris terus
dari bahasa Yunani), menulis manuskrip sains-filsafat yang berjudul “Latin Optical MS”, dan
juga menulis manuskrip mengenai metafisika dan epistemologi.
Lalu pada tahun 1640, Hobbes mulai mempertimbangkan untuk tinggal di Paris dengan
alasan keselamatan dirinya dan untuk lebih merangsang pemikirannya. Akan tetapi, apa yang
dibuat bentuk sebagai alasan terus dari kepergian Hobbes dari Inggris menuju Perancis adalah
saling berargumentasi yang terjadi di parlemen pada tanggal 7 November 1640. Di sana, para
anti-monarki mulai menyuarakan penentangan terhadap orang-orang yang pro-monarki dan
mendukung kekuasaan absolut. Karena Hobbes kuatir akan dipanggil untuk
mempertanggungjawabkan "Elemen-Elemen Hukum", dihabisi ia pergi ke Paris.
Di Paris (Ibu Kota Francis), Thommas Hobbes menjadi anggota politik yang memiliki
reputasi di seluruh Eropa melalui penerbitan karyanya. Adapun karyanya yang diterbitkan
adalah De Cive, Cogitata physico-mathematica, Universae. Dan ketika Thomas Hobbes di
Francis karya yang spektakuler diterbitkan pula di Inggris dengan bantuan temannya yang
berjudul Leviathan.
Pada akhirnya, tahun 1648 Thomas Hobbes merencanakan kembali ke Inggris dikarenakan
situasi polituk sudah berubah dan Buku Leviathan yang ditulis oleh Hobbes bisa diamati sebagai
pergeseran pandangan politiknya ke arah yang lebih netral, sebab di situ ia tidak dengan terang-
terangan mengaku diri pro-monarki, melainkan bertutur soal kekuasaan saja. Sebaliknya,
pandangan Hobbes soal agama di dalam buku "Leviathan" membuat Hobbes memiliki masalah
dengan orang-orang di lebih kurang Charles II, khususnya kaum agamawan. Hobbes terancam
untuk dibawa ke pengadilan, dan beberapa waktu belakang para pejabat gerejawi Francis
mengadili untuk membawa Hobbes ke pengadilan. Karena itu, Hobbes melarikan diri dari
Perancis pada pertengahan bulan Desember 1651, menuju ke Inggris.
Kembalinya di Inggris, Thomas Hobbes menjadi seorang pengajar keluarga bangsawan.
Namun namanya sudah mulai buruk karena munculnya karya yang berjudulkan Leviathan, yang
mana karya tersebut mulai mendapatkan kritik baik dari kalangan akademisi dan agamis di
Inggris. Dan sehingga Hobbes melakukan penguatan terhadap karyanya dengan memunculkan
karya lainnya berupa karya-karya mengenai matematika dan terjemahan Illiad dan Odyssey
dalam bahasa Inggris.
Dan akhir riwayatnya Thomas Hobbes meninggal pada tanggal 4 Desember 1679. Ia
mengidap sakit serius sejak bulan Oktober dan seminggu sebelum meninggal ia terkena stroke.
Hobbes dimakamkan di Hault Hukcnall, dekat Hardwick Hall. Di atas batu nisannya, terdapat
perkataan yang ditulis oleh Hobbes sendiri: "Ia dalah seorang berbakat, dan karena reputasinya
dalam jumlah pengetahuan, ia dikenal luas baik di dalam negeri maupun luar negeri."

B. Pemikiran
1. Kemandirian Filsafat
Thomas Hobbes bisa dikatakan sebagai perintis atas kemandirian filsafat. Hal ini
dikarenakan menurutnya pada zaman sebelumnya filsafat telah menjadi satu dengan gagasan
religius, puncaknya pada zaman Abad Pertengahan. Sehingga atas dasar tersebut, para filsuf
pada zaman Renaissans sulit untuk membedakan antara filsafat dan teologi, sehingga
Thomas Hobbes menegaskan melalui penuturannya bahwasanya “filsafat tidak berurusan
dengan ajaran-ajaran teologi, dan yang menjadi objek penelitian filsafat adalah objek-objek
lahiriah yang bergerak beserta ciri-cirinya, atau objek-objek yang dapat dialami dengan
tubuh kita.” Jadi, jikalau objek yang diteliti berupa substansi yang tak dapat berubah dan tak
dapat diraba, seperti Allah (Tuhan), Malaikat, roh, dst. Tidak dapat dijadikan objek filsafat
atau disingkirkan dari filosofis. Dan ilmu yang benamakan astrologi menurut Thomas
Hobbes bukanlah bidang filsafat, hal ini dikarenakan filsafat harus berpikir ketat dengan
membatasi diri pada masalah- masalah control alam (hal ini serupa dengan pendapat F.
Bacon bahwasanya pengetahuan harus menjadi kekuasaan manusia untuk menaklukkan alam
kodrat).
Lalu Thomas Hobbes hanya mengesahkan empat bidang dalam filsafat, yaitu :
a. Geometri, merupakan refleksi atas benda-benda dalam ruang.
b. Fisika, merupakan refleksi atas timbal-balik benda-benda dan gerak mereka.
c. Etika, pada dewasa hari ini etika bisa disebut psikologi (refleksi atas Hasrat dan
perasaan manusia serta gerak-gerak mentalnya).
d. Politik, merupakan refleksi atas institusi-institusi sosial.

Jadi, Thomas Hobbes menyatakan bahwa keempat anggota tersebut saling berkaitan
dalam filsafat. Dengan dicontohkannya kehidupan politik berhubungan dengan kehidupan
mental, yang mana berkaitannya dengan kehidupan fisik manusia. Akhirnya masyarakat dan
manusia bisa diamati melalui gerak dan materi dalam fisika.
2. Pengetahuan
Sebelum membahas mengenai aspek pengetahuan. Patut dipahami bersama bahwasanya
Thomas Hobbes bisa dibilang menjadi orang perintis materialisme modern, yang mana ia
meskipun menolak metafisika tradisional, ia juga bermetafisika juga. Akan tetapi
metafisikanya yang ia pahami berbeda dengan abad pertengahan (konsep Allah sebagai
penyebab pertama kenyataan), ia memandang bahwasanya yang menjadi asas pertama
kenyataan adalah materi dan gerak, hal ini disebabkan koonsep-konsep spiritual tidak relevan
dengan filsafat, dikarenakan tidak terdapat dalam pengalaman kita.
Lalu atas asumsi tersebut, Thomas Hobbes berpendapat bahwa pengetahuan harus
didasarkan atas pengalaman dan observasi. Dan akhirnya anggapan kepada dunai alamiah
dapat kita pahami antara hubungan sebab-akibat tidak secara apriori, melainkan melalui
pengamatan kita tentang perubahan gerak dalam materi.
Dalam filsafat Hobbes, empirisme sudah muncul sebagai teori bahasa. Jadi Hobbes
sendiri berpendapat bahwa kata-kata memperoleh maknanya dengan melukiskan pikiran, hal
ini dikarenakan dasar dari semua pikiran adalah pengalaman dan kata-kata pun harus diuji
dengan pengalaman. Jadi kata-kata abstrak tidak memiliki acuannya pada pengalaman (tidak
mengacu pada hakikat universal dan hanya pada hal-hal particular saja). Kata-kata menurut
Thomas Hobbes hanya ditempelkan pada benda-benda sebagai sebutan saja (kata tak punya
kenyataab pada dirinya). Dalam hal ini, Thomas Hobbes kembali lagi kepada nominalis Abad
Pertengahan dan menolak padangan Descartes.
Sebagai penganut empirisme, Hobbes menganggap bahwa pengetahuan bermula dari
pengalaman semata-mata. Tidak seperti kaum rasionalis, pengenalan dengan cara melahirkan
sesuatu hanyalah mempunyai fungsi mekanis. Pengenalan dengan cara melahirkan sesuatu
dimulai dengan kata-kata yang menunjuk pada tanda-tanda tertentu yang sebenarnya
berdasarkan dengan budaya saja. Pengertian-pengertian umum hanyalah nama belaka, adalah
sebagai nama untuk gambaran-gambaran ingatan tersebut, bukan nama benda pada dirinya
sendiri. Pengamatan indrawi terjadi karena gerak benda-benda di luar manusia yang
menyebabkan tidak kekurangannya rangsangan terhadap indra manusia. Rangsangan
tersebut dilangsungkan ke otak, dan dari otak ke jantung. Di dalam jantung timbullah reaksi
tertentu yang merespons pengamatan tersebut.
3. Politik
Pemikiran Hobbes mengenai negara terdapat di dalam karya agungnya yang berjudul
"Leviathan". Leviathan adalah nama hewan di dalam mitologi Timur Tengah yang amat
buas. Di dalam filsafat Hobbes, Leviathan adalah simbol suatu sistem negara. Seperti
Leviathan, negara haruslah berkuasa mutlak dan ditakuti oleh semua rakyatnya, karena hanya
dengan metode inilah manusia-manusia bisa mengalami ketertiban dan kebahagiaan.
Di dalam pandangannya tentang manusia, Hobbes berpendapat bahwa seluruh perilaku
manusia dipastikan oleh kebutuhan mempertahankan diri atau takut akan kehilangan nyawa.
Dengan mengetahui hal tersebut, Hobbes merasa mampu menjawab pertanyaan bagaimana
manusia harus bersikap baik, adalah kuasailah rasa takut buntu mereka. Bila manusia
diancam dan diciptakan takut, ia akan bisa mengendalikan emosi dan nafsunya sehingga
kehidupan sosial bisa terjamin. Karena itu, negara haruslah menekan rasa takut buntu dari
berkebangsaannya, supaya setiap orang berbuat baik.
Terbentuknya negara menurut Hobbes, manusia tidaklah bersifat sosial. Manusia hanya
memiliki satu kecenderungan dalam dirinya, adalah kehendak mempertahankan diri. Karena
kecenderungan ini, manusia bersikap memusuhi dan mencurigai setiap manusia lain: homo
homini lupus! (manusia adalah serigala untuk sesamanya). Sifat ini mendorong terjadinya
"perang semua melawan semua" (bellum omnium contra omnes). Inilah "keadaan alamiah"
saat belum terbentuknya negara. Akan tetapi, jika terus-terusan terjadi perang dan semua
melawan, tentu saja eksistensi manusia juga terancam. Untuk itu, manusia-manusia
melahirkan sebuah akad bersama untuk mendirikan negara, yang mengharuskan mereka
untuk hidup dalam perdamaian dan ketertiban.
Dalam status negara, negara berkuasa secara mutlak dan berhak memilihkan nasib
rakyatnya demi menjaga ketertiban dan perdamaian. Status mutlak dimiliki negara sebab
negara bukanlah rekan akad, melainkan hasil dari akad antar-warga negara. Artinya, di dalam
akad membangun negara, setiap berkebangsaan telah menyerahkan semua hak mereka
kepada negara. Akan tetapi, negara sama sekali tidak punya kewajiban apapun atas
warganya, termasuk kewajiban untuk bertanggung jawab pada rakyat.
Negara tidak kekurangan di atas seluruh berkebangsaan dan berkuasa secara mutlak.
Negara juga berhak menuntut ketaatan mutlak berkebangsaan kepada hukum-hukum yang
tidak kekurangan, serta menyediakan hukuman untuk yang melanggar, termasuk hukuman
atas kematian. Dengan demikian, berkebangsaan akan menekan hawa nafsu dan insting
untuk berperilaku destruktif. Selanjutnya, berkebangsaan akan memilih untuk patuh kepada
hukum karena memiliki rasa takut dihukum mati. Hilangnya kebebasan berkebangsaan
terhadap negara adalah harga yang harus dibayar jika semua orang ingin hidup dalam
ketenteraman, keteraturan, dan kedamaian.
Dalam hal pembatasan kekuasaan negara, Jikalau kekuasaan negara begitu mutlak dan
tidak bisa dituntut oleh berkebangsaan, bukankah potensi penyalahgunaan kekuasaan oleh
negara dibuat bentuk sebagai amat besar? Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, Hobbes
menyatakan dua hal, yaitu pertama, perlu tidak kekurangan kesadaran dari pihak yang
berkuasa mengenai konsep perlakuan adil, sebab kelak kelakuannya harus
dipertanggungjawabkan di hadap Allah dalam pengadilan terakhir.
Dan kedua, jika negara mengancam kelanjutan hidup berkebangsaan, maka setiap
berkebangsaan yang memiliki rasa takut terhadap perihal kematian akan berbalik
menghancurkan negara, sebelum negara menghancurkan mereka. Pada situasi tersebut,
masyarakat akan kembali ke "keadaan alamiah" untuk selanjutnya membangun negara yang
lebih baik, dst.

Daftar Pustaka

Hardiman, Budi F. 2004. Filsafat Modern. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

http://kelaskaryawan.untara.ac.id/en1/2-2770-2657/Thomas-Hobbes_26503_kelaskaryawan-
untara.html#Riwayat_hidup

Anda mungkin juga menyukai