Anda di halaman 1dari 14

Mazhab Empirisme

Kelompok 1
Varissa Rania Putri 210110200041
Novita Ivana Sitio 210110200055
Cetta Ramaniya Andini 210110200059
Muhammad Fisabililhaq Y. 210110200072
Dustin Zhahran M. 210110200077
Mazhab Empirisme

Secara etimologis, empirisme berasal dari kata experience dan empiricism dalam bahasa Inggris. Selain
itu, empirisme juga berasal dari kata dalam bahasa Yunani, yaitu “empiris” yang berarti indrawi.
Empirisme dapat disebut sebagai aliran yang memilih pengalaman indrawi sebagai sumber pengetahuan
dan pengenalan, baik pengalaman batiniah (pribadi manusia) maupun pengalaman lahiriah (dunia).
Aliran atau mazhab ini merupakan lawan atau bertentangan dengan aliran rasionalisme.

Penganut aliran empirisme berpendapat bahwa pengalaman merupakan suatu akibat dari objek yang
merangsang alat indrawi. Suatu akibat ini kemudian dipahami di dalam otak kemudian terbentuklah
berbagai tanggapan mengenai objek yang sebelumnya telah merangsang alat indrawi tersebut. Selain
itu, penganut aliran empirisme ini juga berpegang teguh pada pendapat yang menyatakan bahwa
pengetahuan manusia diperoleh melalui pengalaman. Contohnya, apabila kita sedang berusaha untuk
meyakinkan penganut aliran empirisme bahwa suatu hal itu ada, maka dia akan menuntut kita untuk
menunjukkan atau membuktikannya ke dia. Dalam persoalan fakta, penganut empirisme harus
diyakinkan oleh pengalaman pribadinya.
Mazhab Empirisme
Menurut Kurniawan, Terdapat enam ajaran pokok empirisme, yaitu:
1. Pandangan bahwa semua gagasan atau ide adalah abstraksi yang terbentuk dari penggabungan
hal-hal yang dialami
2. Pengalaman inderawi merupakan satu-satunya sumber pengetahuan, bukan akal
3. Semua hal yang kita ketahui bergantung pada data indrawi
4. Semua pengetahuan diturunkan secara langsung dan bisa juga disimpulkan secara tidak langsung
dari data inderawi
5. Tanpa acuan pada pengalaman indrawi dan penggunaan panca indera, akal sendiri tidak dapat
memberikan kita pengetahuan mengenai realitas.
6. Empirisme mengakui bahwa pengalaman adalah satu-satunya sumber pengetahuan

Namun, terdapat juga beberapa kelemahan dalam aliran ini, seperti (1) indra yang bersifat terbatas, (2)
indra sering menipu, (3) terdapat objek yang juga menipu (fatamorgana atau ilusi), dan (4) indra dan
sekaligus objeknya. Kelemahan empirisme karena terbatasnya indra manusia adalah penyebab lahirnya
aliran atau mazhab rasionalisme. Adapun tokoh-tokoh dari aliran ini antara lain adalah Thomas Hobbes,
John Locke, Francis Bacon, David Hume, George Berkeley, Roger Bacon, dan Herbert Spencer.
Tokoh Mazhab Empirisme
Thomas Hobbes
Biografi Thomas Hobbes
Thomas Hobbes seorang filsuf yang berasal dari Inggris dan lahir pada Malmesbury tanggal
15 April 1588. Thomas Hobbes salah satu filsuf yang beraliran empirisme. Hobbes dilahirkan
kedunia disaat negara Spanyol sedang menyerbu Inggris. Hobbes memiliki seorang Ayah
yang memiliki profesi sebagai seorang pendeta, tetapi Ayah Hobbes memiliki hubungan
yang tidak baik dengan pihak gereja sehingga orang tua Hobbes harus melarikan diri dari
kota dan meninggalkan Hobbes. Selama hidupnya Hobbes diasuh oleh pamannya hingga ia
duduk di bangku kuliah. Pada tahun 1603, saat umur Hobbes menginjak 14 tahun. Ia
memulai menggali ilmu di Magdalen Hall, Oxford. Ia sangat menyukai hal mengenai
eksplorasi tanah dan peta bumi. Setelah menjalani pendidikannya ia pernah menjadi seorang
guru privat untuk keluarga bangsawan, dengan menjadi seorang guru ia bisa melakukan
perjalanan keliling Eropa dengan mendampingi para bangsawan. Selama sisa hidupnya ia
menghabiskan waktunya untuk menulis tentang autobiografinya. Hobbes meninggal pada
umur 91 tahun tepatnya pada tahun 1679.
Tokoh Mazhab Empirisme
Thomas Hobbes
Pandangan Thomas Hobbes
Hobbes dikenal dengan pandangannya yang melihat konsep manusia berdasarkan pandangan empirisme dan
materialisme, juga pandangan tentang suatu hubungan manusia dengan sistem negara. Menurut Hobbes, filsafat
merupakan suatu ilmu dari semua pengetahuan yang ada dan dapat diamati (Juhaya, 2005). Menurut
pandangannya, suatu hal yang nyata adalah yang dapat dilihat dan diamati oleh indera manusia. Suatu hal yang
nyata juga tidak bisa dikaitkan dengan rasio manusia. Hal tersebut membuktikan bahwa empirisme berbanding
terbalik dengan rasionalisme. Selain empirisme, Hobbes merupakan seseorang materialis yang mana ia percaya
bahwa manusia dan bahkan Tuhan dibangun oleh sebuah materi.
Sebagai seorang filsuf yang mengikuti aliran empirisme, Hobbes mempercayai bahwa ilmu pengetahuan manusia
berasal dari pengalaman indera manusia tersebut. Sebagai contoh ketika ia mengamati manusia, saat ia mengamati
manusia ia tidak melihat anggapan – anggapan metafisika tentang manusia, seperti : tingkatan sosial, moralitas, dan
keabadian jiwa. Berdasarkan hal tersebut, Hobbes mengatakan bahwa pengetahuan yang benar adalah
pengetahuan yang didasari oleh pengalaman dan observasi yang mana hal ini sama dengan mazhab empirisme
yang menekankan pengalaman dalam menggali pengetahuan.
Tokoh Mazhab Empirisme
John Locke
Biografi John Locke
John Locke seorang filsuf yang lahir pada 28 Agustus 1632 di Somerset. Locke memiliki
keluarga yang berasal dari kelas menegang dan orang tuanya memiliki usaha tanah di
kota kecil Bristol. Pada tahun 1647, Locke memulai pendidikan di sekolah ternama
Inggris, yaitu Sekolah Westminster. Setelah lulus dari Sekolah Westminster, Locke
mendapatkan beasiswa untuk lanjut ke jenjang selanjutnya di Christ Church Oxford dan
mengambil fokus seperti metode skolastik, metafisika, dan logika. Pada tahun 1650-an,
Locke mulai menyukai dengan hal – hal medis. Dengan menyukai bidang medis, Locke
mulai minat pada filsafat alam. Pada tahun 1960, ia bertemu dengan Boyle dan banyak
mempengaruhi Locke untuk terus meningkatkan minatnya pada bidang filsafat yang
lainnya. Semenjak bertemu dengan Boyle, Locke mulai mengulik mengenai filsafat. Tidak
hanya tentang filsafat, ia juga mempelajari tentang politik. Pada tahun 1660-an, Locke
mulai mendapat kesempatan untuk menjadi seorang dosen, sekretaris Walter Vane, dan
lain – lain. Selama sisa hidupnya, Locke banyak membuat tulisan. Locke menghembuskan
nafas terakhirnya pada tahun 1704 dikarenakan ia mengidap penyakit asma akut.
Tokoh Mazhab Empirisme
John Locke
Pandangan John Locke
Menurut Locke, semua ilmu pengetahuan datang melalui pengalaman manusia dan ide datang dari sebuah sensasi &
refleksi. Pengalaman tersebut bisa dalam bentuk pengetahuan tentang pergaulan, pengetahuan membaca buku,
perbincangan, dan lain – lain. Sama halnya yang dikatakan pada “ Essay Concerning Human Understanding”, dalam
bukunya mengatakan bahwa seluruh pengetahuan datang dari pengalaman inderawi. Tanpa telinga, kita tidak bisa
mendengar. Tanpa mata, kita tidak bisa melihat. Locke membagi 2 bentuk sumber dari datangnya pengetahuan,
yaitu pengetahuan lahiriah dan pengetahuan batiniah. Pengetahuan lahiriah merupakan pengetahuan yang terjadi
dalam sehelai kertas putih melalui panca indera manusia yang bersifatnya langsung. Maksud dari pengetahuan
lahiriah ini adalah objek yang datang dari realitas langsung ditangkap oleh panca indera manusia yang nantinya
diolah oleh otak dan menimbulkan sebuah persepsi yang baru. Sedangkan pengalaman batiniah muncul dari
pergulatan perasaan yang mana pengalaman ini muncul saat seseorang memberikan respon atas suatu pengalaman
yang sudah diolah dalam pikiran atau perasaan. Dalam filsafat empirisme sendiri, Locke membagi menjadi tiga istilah
penting. Pertama sensation, secara singkat sensation adalah kemampuan panca indera seseorang dalam
menangkap objek secara langsung. Kedua sense data, sense data berbicara mengenai kualitas objek yang ditangkap
panca indera. Ketiga idea, idea yang dimaksud berbeda dengan ajaran Plato, melainkan berupa pandangan yang
secara tiba – tiba tentang suatu objek dan sifat.
Tokoh Mazhab Empirisme
David Hume
Biografi David Hume
Filsuf yang berasal dari Skotlandia dan dikenal sebagai sejarawan dan esais, David Hume.
Hume lahir pada tanggal 7 Mei 1711 pada Skotlandia. Hume datang dari keluarga beragama
Presbyterian yang kuat dan mengamalkan sekali nilai agama. Ia memasuki bangku kuliah
saat umur 12 tahun di Edinburgh University dan memiliki niat untuk menggeluti bidang
hukum. Namun, niat tersebut Hume harus dikubur karena ia memiliki kemauan yang tinggi
untuk bergulat di dunia filsafat. Saat menginjak umur 26 tahun, Hume menulis “ A Treatise of
Human Nature” yang isinya membahas mengenai pondasi filsafat dan epistemologi ilmu
pengetahuan Hume. Hume sempat merasakan kegagalan untuk menjadi seorang profesor di
Universitas Glasgow dikarenakan dianggap sebagai ateis. Dikarenakan Hume merasa kurang
berhasil dalam dunia karya filsafat, Hume mengambil langkah baru untuk menulis essay –
essay mengenai kritik agama. Ia juga menulis tentang sejarah dari Inggris sebanyak 6 jilid
dan buku mengenai sejarah ini sukses di kalangan pustakawan & masyarakat. Setelah
menulis sejarah Inggris, Hume yang asalnya menetap di Perancis pindah ke Inggris
mengambil pekerjaan sebagai jabatan rendahan di pemerintah. Pada tahun 1776 ia
menderita penyakit usus sehingga harus menutup usianya di umur 65 tahun.
Tokoh Mazhab Empirisme
David Hume
Pandangan David Hume
Puncak kejayaan aliran empirisme adalah pada masa David Hume yang menerapkan prinsip empirisme
yang radikal, terutama pada pengertiaan akar dan sebab-akibat yang menjadi suatu objek kritikan.
Hume menganggap ilmu pengetahuan tentang manusia adalah satu -satunya pondasi yang kuat bagi
ilmu pengetahuan lainnya. Menurut Hume ilmu tentang manusia ini harus berdasarkan atas pengalaman
dan pengamatan. Hume meneruskan dari ide empirisme Locke. Bagi Locke ide muncul dari sebuah
sensai atau refleksi dan Locke menggambarkan pikiran adalah sebuah kertas kosong yang diisi oleh
tangkapan panca indera. Hume pun memiliki tanggapan yang sama akan Locke yang mana sebuah ide
muncul setelah kesan. Kesan yang dimaksud adalah setelah panca indera menangkap sebuah objek,
manusia akan mulai mengeluarkan persepsi. Persepsi ini disebut oleh Hume sebagai imajinasi.
Kritik terhadap
Mazhab Empirisme
Mazhab empirisme memiliki beberapa kritikan dari para ahli karena mazhab ini mengandalkan
pengamatan menggunakan indera manusia dalam suatu penelitian.
Suriasumantri menjelaskan bahwasanya indera manusia sangat terbatas dan tidak bisa
sepenuhnya diandalkan dalam menganalisis objek sehingga mazhab ini dianggap terbatas dan
tidak memiliki kebenaran mutlak karena panca indera manusia tidak dapat menjangkau/terbatas
untuk menganalisis objek penelitian secara keseluruhan, bahkan memungkinkan menyesatkan.
Contoh :
Ketika kita mengamati sebuah batang lurus yang dimasukkan ke dalam wadah berisi air dan
membuat sebagian batang tersebut terendam air terlihat oleh indera penglihatan kita bahwa
batang tersebut bengkok.
Apabila kita mengendarai suatu kendaraan dengan kecepatan tinggi pasti kita akan melihat
pepohonan yang seolah-olah berlari.
Fenomena bumi yang mengitari matahari yang tidak dapat diamati secara langsung oleh panca
indera kita dan membuat persepsi bahwa matahari yang mengelilingi bumi akibat dari
keterbatasan pengamatan tersebut.
Kritik terhadap
Mazhab Empirisme
Poespowardojo dan Seran meneliti pemikiran Karl Popper yang menjelaskan bahwa pengalaman sebagai
data pengamatan melalui panca indera yang kita miliki mengenai angsa tidak menjamin kebenaran akan
warna angsa. Kita tidak dapat menyimpulkan bahwa semua angsa berwarna putih, namun spekulasi ini
timbul akibat keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang mengakibatkan kedangkalan
pengetahuan dan pengalaman kita mengenai angsa (bukti bahwa pengamatan melalui panca indera dan
pengalaman dapat menyesatkan).
Keterbatasan dalam menganalisis objek penelitian (data dan fakta) menggunakan mazhab empirisme ini
memunculkan beberapa batasan tegas mengenai kebenaran indrawi. Beberapa keterbatasan ini dapat
diatasi dengan menggunakan prinsip generalisasi data yang bersifat sangat terbatas. Hal ini
membuktikan bahwa pengalaman indrawi sebagai sarana empirisme dalam analisis data tidak memiliki
keakuratan yang mutlak sehingga mazhab empirisme ini tidak dapat diandalkan untuk beberapa
penelitian dan pengamatan terhadap objek penelitian.
Ranah nomena objek/Kritik Kant : Empirisme memiliki keterbatasan dalam beberapa hipotesis yang
bersifat subjektif. Rapar menyebutkan bahwa seluruh manusia memiliki tidak memungkinkan untuk
menangkap suatu objek secara utuh. Hal ini dapat diartikan bahwa manusia memiliki beberapa batasan
pengetahuan tentang objek tertentu sehingga sangat sulit untuk mendapatkan kebenaran yang lengkap
dari objek tertentu.
Kritik terhadap
Mazhab Empirisme
Sependapat dengan Rapar, Suriasumantri pun menjelaskan bahwa pendekatan empiris ini tidak membawa
kita untuk lebih dekat kepada kebenaran karena beberapa gejala dalam pengalaman yang didapatkan
melalui panca indera kita ini membuat tafsiran terhadap sesuatu. Fakta yang ada tidak dapat menunjukkan
kebenarannya dan hanya kita yang dapat memberikan suatu arti.
Dalam beberapa kekurangan dan keterbatasan mazhab empirisme ini membuat mazhab empirisme ini
akan lebih terfokuskan pada aktivitas filosofis subjektif dari ilmuwan. Fakta terkait noumena dari objek
tersebut tidak dapat mengungkapkan kebenaran dan hal tersebut sejalan dengan istilah yang diucapkan
Kant, yaitu Ding an sich yang memiliki arti bahwa realitas dari suatu objek ada dalam objek tersebut sukar
untuk diketahui dan dihayati akan kebenaran dari objek tersebut secara penuh. Walaupun realitas bisa
dijadikan objek dari pemikiran peneliti, namun realitas yang sesungguhnya dalam terminologi Kant (En Soi)
tidak dapat diraih secara sempurna oleh jangkauan manusia yang tercantum dalam pemahaman Sartre.
Singkatnya, mazhab empirisme dalam metodologis ini memiliki beberapa keterbatasan dan kekurangan.
Keterbatasan dan kekurangan ini dijumpai di objek penelitian (fakta dan data) dan juga subjek penelitian
(pengelola data) karena masalah utama dari mazhab ini adalah pengalaman indrawi yang terbatas dan
memiliki kebenaran yang tidak mutlak, bahkan dapat menyesatkan dan hal ini berlaku di seluruh bidang
keilmuan, baik bidang filsafat maupun bidang sains. Hal ini membuat kita tersadarkan kebenaran dalam
mazhab empirisme memiliki sifat terbuka, berkembang, dan memerlukan kritik sebagai koreksi yang sama
halnya dengan metode Falsifikasi oleh Popper.
Empirisme dan Ilmu Komunikasi
Mazhab empiris sering ditemui di dalam penelitian content analysis, uses & gratification, agenda
setting, cultivation analysis, survey, eksperimen. Penelitian tersebut akan mengukur realitas dan
akan menghasilkan suatu generalisasi. Secara paradigmatik, mazhab empiris berada dalam
positivistik. Dalam kajian komunikasi di Amerika, mazhab empirisme memperkuat tradisi
behavioral dari psikologi sosial dan sosiologi struktural fungsional. Pandangan yang
menggunakan asumsi berpikir positivistik menjadi dominan dalam studi komunikasi. Beberapa
teori komunikasi yang dapat dimasukkan dalam kelompok ini adalah ragam teori yang disebut
sebagai covering law theory dan sistem teori. Kedua teori tersebut dipercaya berlaku universal,
berdasarkan penelitian empiris, bersifat objektif, dan sebagainya.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari: Seorang murid akan mendengarkan guru dengan seksama
ketika berada di dalam kelas. Guru tersebut sebagai komunikator yang berpakaian rapi dan
berbicara dengan jelas. Kita dapat melihat hal tersebut dari panca indera kita, yaitu mata dan
telinga. Kita dapat menginterpretasikan hal tersebut berdasarkan pengalaman, dari situlah kita
dapat menilai seorang komunikator tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Belay, Y. (2018, November 13). Kritik Epistemologi; Empirisisme dan Saintisme. Retrieved from Qureta.com:
https://www.qureta.com/post/kritik-epistemologi-empirisisme-dan-saintisme
Brown, C. (2011). Filsafat dan Iman Kristen. Surabaya: Momentum.
Juhaya S. Praja. 2005. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Kencana. Hal. 105-110.
Machmud, T. (2011). RASIONALISME DAN EMPIRISME Kontribusi dan dampaknya pada perkembangan filsafat
matematika. INOVASI, 12.
Morris, W. E., & Brown, C. R. (2001). David hume.
Wilardjo, S. (2020). ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT ILMU BERKAIT DENGAN EKONOMI. Jurnal Unimus, 19.
Rapar, J. H. (1996). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Anto Kurniawan B. Empirisme [ONLINE]. Tersedia: http://www.blogcatalog. com/blog/. [30-12-2009]
R.S. Peters. 1972. "Hobbes, Thomas". In The Encyclopedia of Philosophy Volume III. Paul Edwards, ed. 30-46. New
York: Macmillan Publishing.
Seran, T. S. (2015). Filsafat Ilmu Pengetahuan: Hakekat Ilmu Pengetahuan, Kritik terhadap Visi Positivisme Logis,
serta Implikasinya. Jakarta: Kompas.
Suriasumantri, J. S. (2012). Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Suseno, Franz Magnis. 2016. Filsafat Sebagai Ilmu Kritis. Jakarta: Kanisiu
Winkler, K., & Atherton, M. (1999). The Empiricists: Critical Essays on Locke, Berkeley, and Hume.
(2010, June 3). MAZHAB ILMU KOMUNIKASI « http://blog.ub.ac.id/ardnugraha. Retrieved September 27, 2022, from
https://blog.ub.ac.id/ardnugraha/2010/06/03/mazhab-ilmu-komunikasi/

Anda mungkin juga menyukai