0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
193 tayangan11 halaman
Laporan ini meringkas buku berjudul "Filsafat Barat Abad XX Inggris-Jerman" karya K. Bertens. Laporan ini menjelaskan pandangan filsafat Inggris dan Jerman pada abad ke-20, seperti idealisme, positivisme logis, fenomenologi, dan filsafat eksistensi. Laporan ini juga mengidentifikasi tokoh-tokoh kunci seperti Moore, Russell, Wittgenstein, Husserl, dan Jaspers.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
ASDAR BASTA_F081201034_LAPORAN BUKU Filsafat Barat Abad XX Inggris-Jerman Oleh K. Bertens
Laporan ini meringkas buku berjudul "Filsafat Barat Abad XX Inggris-Jerman" karya K. Bertens. Laporan ini menjelaskan pandangan filsafat Inggris dan Jerman pada abad ke-20, seperti idealisme, positivisme logis, fenomenologi, dan filsafat eksistensi. Laporan ini juga mengidentifikasi tokoh-tokoh kunci seperti Moore, Russell, Wittgenstein, Husserl, dan Jaspers.
Laporan ini meringkas buku berjudul "Filsafat Barat Abad XX Inggris-Jerman" karya K. Bertens. Laporan ini menjelaskan pandangan filsafat Inggris dan Jerman pada abad ke-20, seperti idealisme, positivisme logis, fenomenologi, dan filsafat eksistensi. Laporan ini juga mengidentifikasi tokoh-tokoh kunci seperti Moore, Russell, Wittgenstein, Husserl, dan Jaspers.
UNIVERSITAS HASANUDDIN KATA PENGANTAR Terima kasih kepada tuhan yang maha esa atas berkahnya sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada teman teman atas referensi dan bantuanya juga dalam penyelesaian laporan ini. Saya tahu bahwa laporan ini terdapat beberapa kata taupun kalimat yang salah ketik karna saya hanya lah manusia biasa dan tak luput dari kesalahan penulisan maupun penggunaan Bahasa yang baik, sekian terimakasih.
SOPPENG, DESEMBER 2020
LATAR BELAKANG Laporan Ini dibuat atas amanah yang diberikan oleh Bapak Pengajar Mata Kuliah Dasar-Dasar Filsafat yakni DR. H. Andi Basrah Gising, M.Si dimana beliau memberikan tugas untuk merefiew Buku yang berjudul “Filsafat barat Abad XX Inggris-Jerman ” dimana buku tersebut merupakan Karya beliau sendiri, untuk itu saya akan memberikan semua yang menurut saya kurang dalam buku tersebut dan tentu saja berdasarkan tingkat kemampuan saya. IDENTITAS BUKU Judul Buku : Filsafat barat Abad xx Inggris- Jerman Pengarang Buku : K. Bertens Nama Penerbit : Gramedia Edisi/Cetakan : Ke 1 / 1990 Tebal Halaman : 247 halaman
SAMPUL DARI BUKU Filsafat barat Abad xx Inggris- Jerman
Apa Yang dibahas pada buku tersebut
Secara umum, sejarah filsafat barat terbagi menjadi 3 periode:
1) Filsafat ZamanYunani dan Romawi; 2) Filsafat Abad Pertengahan; 3) Filsafat Modern. Periode ketiga inibiasanya dianggap berakhir dengan pembahasan pemikiran filsuf Jerman Friederich Nietzsche (1844-1900). Namun hari ini ada yang mengembangkan sejarah periodisasi filsafat barat yaitu periode dimana kita hidup saat atau periode. 4) Filsafat Kontemporer. Filsafat kontemporer muncul dan berkembang pesat di berbagai belahan dunia pada abad 20. Istilah kontemporer memiliki makna sekarang, saat ini, atau zaman yang kita saat penutur/pembicara/pendengar alami. Filsafat kontemporer adalah cara pandang dan berpikir mendalam menyangkut kehidupan pada masa kini. Ciri filsafat kontemporer adalah memilik isifat yang heterogen.Sebagian besar peneliti sepakat cikal bakal filsafat kontemporer dimulai setelah era pemikiran filsafat Nietzsche. Pandangan Filsafat Inggris Kontemporer Filsafat inggris kontemporer memiliki 7 pandangan utama: 1. Idealisme Pada awal abad 20, aliran filosofis yang dominan di inggris adalah idealisme. Kadang juga disebut sebagai neohegelianisme karena filsafat Hegel sebagai sumber inspirasiutama bagi para penganut filsafat idealisme. Filsafat idealisme di Inggris berkembangsebagai reaksi atas materialisme dan positivisme. 2. George Moore dan Bertrand Russell George Moore (1873-1958), filsuf yang tidak menolak metafisika namun tidakmempraktikkan cabang filsafat tersebut. Ia seorang tokoh yang skeptis terhadap metafisika. Moore menulis artikel berjudul “The Refutation of Idealism” pada tahun 1903 yang mengkritik habis tentang idealisme, seperti pendapat kaum idealis yangmenganggap segala sesuatu bersfat spiritual, tidak ada dunia material di sekitar kita,dan waktu tidaklah nyata. 3. Alfred Ayer dan Positivisme Logis Ayer merupakan filsuf setuju dengan usaha Moore dan Russell dalammenciptakan penjelasan dan ketelitian di bidang filsafat. Ayer dikenal melalui pandanganneopositivisme atau positivisme logis. Dia menjelaskan mengenai prinsip verifikasi, yangcenderung untuk menentukan makna suatu ucapan, bukan kebenarannya. Semuaucapan yang memiliki makna dapat diverifikasi. Sebaliknya, ucapan-ucapan metafisika,teologi, etika dan estetika dianggap tidak memiliki makna yang dapat diverifikasi. 4. Ludwig Wittgeinstein Wittgeinsten memiliki pandangan yang mirip dengan Russell mengenai teori atomismelogis. Teori pertama Wittgeinsten disebut Tractatus Logico-philosophicus, yaitu suatuproposisi elementer menunjuk pada suatustate of affairs dalam realitas. Suatu proposisielementer terdiri dari nama-nama. Suatu nama menunjuk kepada suatu objek dalamrealitas. Tetapi nama-nama tersendiri tidak memiliki makna. Nama-nama tersendiri tidak mengatakan sesuatu dan akibatnya tidak mungkin bersifat benar atau tidak benar. Hanyaproposisilah yang memiliki makna.Teori kedua adalah Philosophical Investigations, Teori ini sedikit banyak mengkiritikteorinya yang pertama yaitu tractacus. 5. Beberapa Filsuf lain Cambridge Pembaruan utama filsafat Inggris dijalankan oleh Moore, Russell dan Wittgenstein.Ketiganya dianggap sebagai peletak dasar aliran filsafat analitis di Inggris. Semuanya bekerja di Universitas Cambrigde. Selain ketiga filsuf utama itu, masih ada nama-nama seperti Charles Dunbar Broad (1887-1971) yang mula-mula menganut idealism kemudian mulai mempraktikkan filsafat mirip seperti Moore dan Russell; Franky Ramsey(1903-1930); dan John Wisdom (1904-1993) yang termasuk penganut dan penyebar teori-teori dari Wittgenstein. Inggris memiliki dua universitas termashur yaitu Universitas Cambridge yang mementingkan hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan, dan Universitas Oxford yang mementingkan hubungan filsafat dan sastra, khususnya sastra klasik. 6. Beberapa Filsuf Oxford Sesudah PD II Oxford menjadi pusat baru dalam gerakan filsafat analitis. Sebagai subjek analisis mereka, bahasa menadapat perhatian khusus. Karena itu filsafat di Oxfordselama periode itu terutama dipraktikkan sebagai ordinary language philosophy. Mereka sangat dipengaruhi oleh Wittgeinstein II. Diantara tokoh- tokohnya adalah Gilbert Ryle(1900-1976); John Austin (1911-1960) yang memiliki kajian utama mengenai bahasa gaul sehari-hari; dan Peter Strawson (1919-2006). 7. Karl Popper dan Rasionalisme Kritis Karl Popper (1902-1994) membicarakan filsafat secara umum menjadi dua hal, Filsafatilmu pengetahuan dan filsafat politik dan sosial. Dalam filsafat ilmu pengetahuan, Poppermencetuskan mengenai metode induktif dalam ilmu alam. Kemudian Popper fokus padamasalah demarkasi dengan apa yang disebut sebagai The Principle of Verification, yaitu prinsip yang memungkinkan untuk membedakan antara ilmu pengetahuan empiris dan meafisika. Filsafat Jerman Kontemporer 1. Neokantianisme Salah satu aliran penting di Jerman pada paruh kedua abad ke- 19 yang memberi perhatian baru pada filsafat Immanuel Kant (1724-1804) yaitu neokantianisme. Ada 2madzhab utama: Madzhab Marburg. Madzhab ini dirintis oleh Herman Cohen (1842-1918). Ia menganggap filsafat sebagai analisis logis tentang pemikiran manusia.Pengetuan yang paling ideal adalah pengetahuan eksakta yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan alam. Ernest Cassier (1874-1945), sempat diusulkan oleh Cohen sebagai penerus di Marburg, namun tidak disetujui oleh Universitas. Makhluk yang mengerti serta membentuk simbol. Tanda menunjuk pada satu hal saja, sedangkan simbol bersifa universal dan karena itu relatif. Karena adanya simbol, manusia dapat menciptakan suatu dunia kultural, dimana terdapat bahasa, mitos dan agama, kesenian, ilmu pengetahuan. 2. Wihelm Dilthey dan Filsafat Kehidupan Wihelm Dithney (1833-1911) menaruh perhatian pada filsafat kehidupan. (Philosophiedes Lebens). Dia mengembangkan pendapat Windelband mengenai pembagian ilmu pengetahuan menajdi dua yaitu Naturswissenschaften yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan alam dan Geitseswissenschaften yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan budaya. Ia lebih terperinci dalam mempelajari ilmu budaya yang digolongkan seperti ilmu sejarah, ekonomi, ilmu hukum dan politik, ilmu agama, ilmu kesusastraan, psikologi, dan sebagainya. 3. Neothomisme Sekitar pertengahan abad ke- 19, kalangan katolik di Jerman dan Italia terdapat sejumlah filsuf yang mencari inspirasi dari Filsufa abad ke- 13 yaitu Thomas Aquinas. Hal yang memperkuat bertahannya pemikiran Aquinas karena pada tahun 1879 Paus Leo XII mengeluarkan suatu ensilik (edaran) yang menganjurkan seluruh umat katolik mengikuti pemikiran filsafat Thomas Aquinas. Para pemimpin katolik pada abad pertengahan memang menaruh perhatian khusus pada perkembangan pemikiran filsafat, terutama postifisme dan materialisme yang dianggap kurang cocok untuk kaum katolik. 4. Edmund Husserl dan Fenomenologi Edmund Husserl (1859-1938) adalah filsuf pendiri aliran fenomenologi. Fenomenologi meletakkan kesadaran dan pengalaman secara langsung sebagai dasar filsafat.ia mengembangkan pemikiran Immanuel Kant. Ia mementingkan dimensi historis dalam kesadaran dan dalam realitas. 5. Max Scheler Max Scheler (1878-1928), merupakan filsuf yang mendapat insipirasi dari banyak filsuf lain seperti Rudolf Eucken, Nietzsche, Dilthey, dan Bergson. Dia menyumbangkan pemkiran filsafat fenomenologi, membagi menjadi 3 unsur yaitu penghayatan (Erleben),perhatian kepada washeit , dan perhatian kepada hubungan satu sama lain (Wesenzusammenhang). Selain fenomenologi, Scheler juga mengajarkan tentang etikapada tingkat agama. Nilai-nilai terbagi menjadi 4 yaitu; (1) nilai-nilai yang menyangkutkesenangan; (2) nilai-nilai berkaitan dengan vitalitas; (3) nilai-nilai rohani tidak tergantung dari hubungan timbal balik antara organisme dengan dunia di sekitarnya. 6. Nikolai Hartmann Nikolai Hartman (1882) menciptakan suatu ontologi baru, suatu ajaran tentang “ada”. Dia menulis buku mengenai Metafisika Pengenalan menurut Garis Besarnya (1921). Dalam buku itu dia mengkritik neokantianisme yang mengatakan bahwa objek pengenaan tergantung pada subjek. Menurut Hartman, pengenalan hanya mungkin, jika objek tersebut tidak tergantung pada subjek. 7. Karl Jaspers dan Filsafat Eksistensi Pemikiran Karl Jaspers (1883-1969) dikenal sebagai filsafat eksistensi. Dibagian pertamabukunya dia berbicara mengenai Orientasi dalam dunia yang membedakan anatara ilmupengetahuan dan filsafat. Ilmu pengetahuan menyelidiki realitas menurut beberapa aspektertentu, namun tidak dapat menghasilkan pengetahuan yang definitif. Ilmu pengetahuanakhirnya menjumpai pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh ilmupengetahuan itu sendiri. Bukan berarti ilmu pengetahuan tidak penting, namun harus dibedakan dengan filsafat. Fislafat bertolak dari pengalaman “aku” yang sangat unik. Tugasnya adalah menyelami, melukiskan dan menganalisis pengalaman sebagai aku. 8. Martin Heidegger Pemikiran Martin Heidegger (1889) terbagi ke dalam dua periode. Peridoe pertamaHeidegger membahas tentang Ada dan Waktu. Menurut Heidegger, untuk membeberkan pertanyaan tentang Ada, lebih dahulu kita harus bertanya akan Ada- nya makhluk satu-satunya yang mengajukan pertanyaan itu, yaitu manusia. Manusia ditunjuk Heideger dengan nama Dasein , yang dimaksud bahwa manusia adalah “ada” (sein) yang berada“disitu” (da). Manusia tidak ada begitu saja, tetapi seacara erat berpautan dengan Ada-nyasendiri. Berbeda dengan benda-benda dan binatang- binatang, manusia terlibat dalam Ada-nya. Dasein diterjemahkan sebagai “eksistensi” dan “berada dalam dunia”. Periode Kedua Heidegger mengalami perubahan penting dalam konsep Ada dan Waktu. Terdapat pembalikan (kahre) pemikiran Heidegger di periode kedua dibaningkan periode pertama.Di periode kedua, Dasein tidak lagi menjadi titik pangkal untuk membeberkan pertanyaan-akan- Ada, karena analisis tersebut hanyalah mungkim bila Ada itu sendiri tampak sebagai “tidak–tersembunyi”. “Tidak tersembunyi” merupakan kata yang dipakaiHeidegger untuk menunjukkan konsep “benar”. Heidegger dalam periode kedua menginsafi bahwa ketidak sembunyiannya Ada merupakan kejadian paling asalmi yang memungkinkan analisis tentang Dasein dan tidak sebaliknya. 9. Filsuf Yahudia. Franz Rosenweig Franz Rosenzweig (1886) merupakan seorang filsuf yahudi dengan memilikipemikiran kaitan filsafat dengan agama. Ia disebut sebagai the father of Jewishexistentialism, meskipun dia sendiri tidak pernah menggunakan kalimat eksistensi.
Bukunya terdiri dari 3 bagian, buku pertama berkaitan dengan tiga fenomenafundamental dari pengalaman kita, yaitu Allah, dunia dan manusia. Rosenzweigmenentang setiap macam monisme dan ia berpendapat bahwa monisme inimemuncak dalam idealisme Hegel. Ia menekankan bahwa realitas mendahuluipemikiran dan karena itu tidak mungkin tergantung dari pemikiran, se.bagaimanadikatakan dalam idelaisme. Buku bagian kedua berbicara tentang penciptaan,pewahyuan serta penebusan dan menjelaskan bagaimana melalui penciptaan,pewahyuan dan penebusan diadakan hubungan satu sama lain antara Allah, duniadan manusia. Dalam Penciptaan Allah memilih dan memanggil dunia dan manusia.Dengan pewahyuan, yaitu bila Allah menyatakan namanya keadaan terttutupmanusia dibongkar dan relasi Aku-Engkau diadakan. Jika Manusia menjawab, iadapat meneruskan dialog. Jika ia tidak mau menjawab, ia menghambatberlangsungnya dialog. Dalam penebusan yang berasal dari perintah yangdisampaikan dalam pewahyuan, terlaksanalah keterarahan pada dunia dan oranglain. Pada bagian ketiga buku, menyoroti hasil hubungan-hubungan yang dibahasdibagian kedua. Bagian ini diberi semboyan In tyrannos “melawan para tiran”.Maksudnya dengan “tiran-tiran” ialah kuasa-kuasa yang mepertahankan status 10. Lingkungan Wina Universitas Wina sudah memberikan mata kuliah “filsafat ilmu pengetahuan induktif” sejak tahun 1895. Dengan demikian Universitas Wina sudah memndapatkan tradisi empiristis dalam menyoroti ilmu pengetahuan. Sejak abad ke- 19 pandangan Wina terhadap logika mengalami suatu pembaharuan radikal. Perbedaan antara logika modern (disebut logistik) dan logika klasik yaitu; (1) penggunaan simbol-simbol menurut analogidengan matematika; (2) bertambahnya wilayah-wilayah pembahasan yang sama sekalibaru. Pemikiran Wina yang mengatakan bahwa matematika adalah apriori bukanlah sesuatu yang baru. Hal baru yang dilihat oleh Lingkungan Wina ialah hubungannyadengan empirisme. Logika dan matematika tidak mengatakan apapun tentang realita sempiris. Dua ilmu ini hanya memandang relasi-relasi pikiran. Ucapan-ucapan logika serta matematika hanya bersifat analitis belaka dan bukan sintetis. Tetapi semua ucapantentang realitas empiri bersifat sintetis, berarti dilakukan atas dasar pengalaman. Menurut Wina, tugas filsafat adalah menjalankan analisis logis terhadap pengetahuan ilmiah.Filsafat tidak diharapkan memecahkan masalah, melainkan hanya menganalisis masalah-masalah dan dengan itu menjelaskannnya. Lingkungan Wina membatasi tugas-tugas filsafat pada hal-gal yang menyangkut fakta-fakta empiris; pengekspresian pengetahuan bahasa; dan masalah-masalah metafisis. 11. Mazhab Frankfrut Merupakan madzhab yang dianut oleh sekumpulan sarjana yang bekerja pada Institut furSozialforschung yang berdiri pada tahun 1923. Filsafat yang terkenal dari Madzhab Franfrut adalah “teori kritis”. a. Maz Hoekheimer Maz Hoekheimer (1895-1973) adalah pencipta istilah teori kritis. Maksud dari teori iniadlah untuk menganalisis fungsi ilmu pengetahuan dan filsafat dalam masyarakat,dengan membedakan antara teori tardisional dan teori kritis. Menurut anggapan ini teori dimaksudkan suatu keseluruhan ucapan-ucapan tentang bidang keahlian tertentu yang disusun sedemikian rupa sehingga semua ucapan itu dapat diturunkan dari sejumlah ucapan dasar. Teori kritis mengkritik keras positivisme yang mementingkan fakta-fakta yang dianggap merupakan produk masyarakat tertentu.Teori kritis tidak memperoleh hak eksistensisnya dari fakta-fakta objektif, tetapi dari kemungkinan-kemungkinan bagi suatu tatanan masyarakat yang baru. b. Theodor W. Adorno Pemikiran Theodor Wiesengrund Adorno (1903-1969) yang menonjol adalah penolakannya pada pemikiran sistematis. Pemikirannya tentang rasionalitas yang mana ingin mempertahankan suatu ide dasar Aufklarung, yaitu emansipasi melalui jalan menambah rasionalitas. c. Herbert Marcuse Herbert Marcuse (1898-1979) dianggap sebagai pemikir yang agak berbeda dengan filsuf Mazhab Franfrut lain dimana pemikirannya cenderung sistematis. Pemikiran yang terkenal adalah One-Dimensional Man. Manusia adalah makhluk yang menurut kodratnya mendambakan kebahagiaan dan berhak juga atas kebahagiaan. Ciri itu Marcuse dapatkan atas pengamatannya pada masyarakat industri. Dia menyebut bahwa manusia itu berdimensi satu yang tidak mengenal oposisi atau alternatif. d. Jurgen Habermas Jurgen Habermas (1929) memiliki 3 pemikiran utama yaitu; (1) Teori perbuatan-tutur, yang mengkritik positivime yang mengabaikan logika khusus dari proses komunikatif. Habermas mengganggap praksis komunikatif manusia secara keseluruhan bertujuan untuk mencapai persetujuan dengan orang lain dalam konteks kemasyrakatan; (2) Teori argumentasi, menurut Habermas kebenaran adalah ucapan-ucapan yang diterima berdasarkan konsesu rasional di antara semua pihak bersangkutan; (3) Teori evolusi sosial, intinya adalah perbedaan antara dua macam proses belajar: disatu pihak proses-proses belajar teknis yang membawakan penguasaan alam lebih besar dan peningkatan produktivitas kerja dan di lain pihak proses-proses belajar komunikatif dari relasi-relasi di antara manusia. 12. Hans-George Gadamer dan Hermeneutika Hans-George Gadamer (1900) mencetuskan hermeneutika. Hermeneutika berasal dari bahasa Yunani hermeneu : mengartikan, menginterpretasikan, menafsirkan, menerjemahkan. Kemudian mulai abad ke- 17 dan abad ke-18 mulai dipakai untuk menunjukkan ajaran tentang aturan-aturan yang harus diikuti dalam mengerti dan menafsirkan dengan tepat suatu teks dari masa lampau, khususnya Kitab Suci dan teks-teks klasik.
Daftar Pustaka Bertens, K. Filsafat barat Abad xx Iggris- Jerman Jakarta. Penerbit:Gramedia