Anda di halaman 1dari 6

TOKOH FILSAFAT : THOMAS HOBBES

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Manusia


Dosen pengampu: Rin Widya A., S.Psi.., M.Psi.

Disusun oleh:
Alya Izza Faranada (G0118005)
Amalia Durrotun Nasikha (G0118006)
Anastasia Puri Ayu Azzahra (G0118008)

PRODI PSIKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2019
Thomas Hobbes
Thomas Hobbes lahir di Inggris pada tahun 1588 M. Ia adalah putra dari pastor yang
membangkang dan suka berdebat. Keluarganya terpaksa lari dari rumah karen asituasi yang
tidak mendukung. Hobbes hidup dalam era pergolakan. Berdasarkan ceita yang berkembang,
Thomas Hobbes dilahirkan secara prematur ketika ibunya mengalami ketakutan memasuki
awal kerja karena mendengar bahwa Armada Spanyol mendekat. “Aku dan ketakutan
dilahirkan sebagai sudara kembar” tuturnya. Secara khusus, “ketakutan” memainkan peranan
pokok dalam karya besar Hobbes, Leviathan, namun apakah “ketakutan” ini menunjuk pada
situasi psikologis Hobbes atau situasi psikologis manusia pada umumnya, itu merupakan soal
lain. Tergantung para penulis biografi yang memaparkannya.

Masterpiece Hobbes merupakan filsafat politik umum pertama yang besar dan
komprehensif yang dihasilkan pemikir Inggris tersebut. Bagian pertama dari buku tersebut
membahas psikologi manusia dalam bahasan of man. Hobbes menyadari untuk menyingkap
watak manusia ada dua acara. Yaitu melakukan pengamatan pola laku dan tindakan pada orang
lain dan introspeksi diri. Dalam cara pertama terlihat pemakaian pendekatan empiris sementara
yang kedua lebih pada studi diri sendiri. Thomas Hobbes sesungguhnya merupakan filsuf yang
sulit diklasifikasikan ke dalam mahzab tertentu. Yang pasti, ia adalah seorang empiris
meskipun memiliki pandangan yang berbeda dari Locke, Berkeley, dan Hume. Hobbes adalah
pengagum metode matematika, bukan hanya matematika murni melainkan juga dalam aplikasi-
aplikasinya. Pengaruh Galileo tampak sangat besar dalam pemikirannya, melebihi pengaruh
Bacon.

Apa yang hendak dijelaskan oleh Hobbes dalam Leviathan adalah penilaian tentang
adanya suatu keterputusan dalam hampir semua pemikiran politik yang datang sebelumnya dan
segala pemikiran yang bergantung pada pertimbangan-pertimbangan relugius. Beberapa orang
menyatakan bahwa Hobbes adalah seorang ateis. Kesimpulan itu didasarkan dugaan parlemen
yang menyatakan bahwa terjadinya London’s Great Fire mungkin disebabkan oleh pengaruh
dari tulisan-tulisan sesat Hobbes. Mereka berpikir bahwa Hobbes mungkin menghujat Allah
dan demi alasan keamanan, mereka meminta dengan tegas agar Hobbes menghentikan
penyebarluasan karyanya. Dalam hal lain, adalah benar konsep Hobbes tentang kewajiban
politis tidak berakar dari kehendak Ilahi tetapi berakar dari rasionalitas. Hal ini bukan berarti
bahwa agama dikesampingkan. Di dalam bukunya Hobbes menyatakan bahwa sebagian besar
dari pemikiran-pemikirannya dipersembahkan bagi pembenaran teologis atas kesimpulan-
kesimpulan yang dicapai dari tempat lain. Dalam Leviathan, otoritas biblis diletakkan secara
rasional dan filsafat politik yang masuk akal bagi dunia mulai muncul dalam setiap halaman-
halamannya.

Seperti halnya Descartes, Hobbes sangat dipengaruhi oleh matematika. Sebagai tindak
lanjut pemikirannya yang mengikuti Descartes ddan penerapan aturan formal pembuktian
matematika yang berpikir secara umum, Hobbes memfokuskan pemikirannya pada peranan
definisi dalam geometri. Dengan menampilkan kembali definisi-definisi yang umum dari kata-
kata seperti “rasa” (sense), “imajinasi” (imagination), “hasrat” (desire), “hak” (right), dan
“hukum” (law), ia berharap akan munculnya kesimpulan yang benar tentang hal-hal itu.
Hobbes menyatakan bahwa kita harus memberi nama bagi pemikiran kita dan memikirkan
beberapa gagasan kita seperti aritmatika mental (mental arithmetic), sebuah penambahan atau
pengurangan pemikiran melalui pendefinisian ulang secara hati-hati. Diawali dengan definisi-
definisi yang “umum” dan kemudian diikuti oleh konsekuensi-konsekuensi yang mengarah
kepada kebenaran, demikianlah metode Hobbes.
Sejalan dengan pemikiran Descartes, Hobbes dipengaruhi oleh Galileo dan pandangan
umum tentang alam semesta sebagai suatu hal yang secara fundamental mekanistik. Hobbes
lebih dahulu memiliki perhatian pada substansi-substansi tak berwujud. Ia meletakkan
perhatiannya pada gagasannya tentang dunia yang bergerak dalam suatu ruang angkasa,
sebagaimana mesin arloji. Gagasan ini dapat diterapkan juga pada bagian-bagian alam semesta,
termasuk binatang dan manusia: semuanya adalah mesinn dalam alur pergerakan (motion).
Nafsu dan hasrat adalah sebuah gerakan untuk menuju kepada suatu objek, sedangkan
kebencian atau ketakutan adalah gerakan untuk menghindari suatu objek. Kata pengantar
dalam Leviathan yang menempatkan pandangan mekanistik dari manusia ini adalah pokok
pemikiran Hobbes. Ia memulai bukunya dengan mengungkapkan bahwa hidup adalah
semacam pergerakan mekanis dari otot-otot – hati adalah pegas, kegelisahan adalah getaran
danb tulang sendi adalah roda gigi. Negara adalah sebuah tiruan dari individu yang mekanistik.
Penghakiman adalah sendi, system pemberian hadiah atau hukuman sebbagai getarannya, dan
apa yang menggerakkan secara keseluruhan adalah kedaulatan tertingginya.

Sebagaimana ditujukkan oleh Galileo, kita dapat merumuskan pernyataan umum tentang
pergerakan alam semesta. Pandangan mekanistik tentang manusia dan organisasi politik
mempertahankan semacam janji dari penemuan hukum alamiah dari psikologi manusia dan
dalam skala yang lebih luas, termasuk juga asal usul negara persemakmuran. Penemuan dari
hukum alamiah tentang kewajiban politik adalah tujuan dari Leviathan. Hobbes melakukan
pendekatan terhadap hukum tentang kewajiban politik ini baik secara particular maupun
universal melalui refleksinya tentng negara yang adalah citra (image) dari manusia yang
merdeka / tanpa pemerintah. Ia menemukan itu tidak melalui pemikiran-pemikiran yang
menggembirakan. Pemikiran ini berdasar pada konspesi depresi dari manusia.
a) Status Alamiah
1. Ketidakamanan atau ketakutan
2. Keinginan dan persaingan
3. Penghormatan atau keagungan

b) Hukum Alam
1. Setiap orang harus mencari perdamaian.
“Setiap manusia harus mengusahakan perdamaian secara serius, sejauh ia
mengharapkan untuk memperolehnya, dan apabila ia tak mampu mendapatkannya,
ia diperkenankan untuk mencari serta menggunakan segala macam bantuan dan
manfaat dari perang”.
2. Pentingnya konsekuensi dari yang pertama.
“Manusia menghendaki untuk mendapatkan kedamaian dan mempertahankan diri.
Hal ini menjadi begitu penting baginya untuk meletakkan haknya. Di sisi lain, ia
mempunyai kemerdekaan untuk melawan yang lain dan pada saat yang sama berarti
mengijinkan orang lain melawan dirinya”.
3. Kita harus masuk ke dalam kontrak dan kesepakan kita.
4. Hukum yang menuntun kita untuk bersikap dan bertindak adil, sederajat, sederhana
atau rendah hati, dan murah hati.

c) Leviathan
Inti argument Hobbes adalah bahwa akal budi manusia mengajak kita semua
untuk keluar dari aspek ilmiah. Senjata yang mendasari ikatan kontrak sosial adalah
“kekuatan umum” yang lahir dari penyerahan setiap pribadi akan kemerdekaannya.
Setiap orang menyerahkan kekuatannya untuk mencapai tujuan bersama. Dengan
demikian, kontrak sosial memerlukan adanya pertukaran hak-hak dan kekuatan
individu secara sukarela dan saling menguntungkan di bawah seorang pemimpin negara
atau parlemen. Hobbes member penjelasan tentang hal ini: “Inilah generasi
LEVIATHAN yang agung, supaya kita berada di bawah Keabadian Tuhan, yakni
kedamaian dan perlindungan kita”.
Hobbes memberikan penjelasan lebih lanjut tentang realitas ini. Ini semua
berhubungan dengan kontrak.

d) Keberatan bagi Absolutisme

Menurut Hobbes, sungguh tanpa perasaan seorang pemimpin yang menetapkan


hukum yang tidak adil atau melakukan tindakan yang secara moral keliru. Keadilan dan
ketidakadilan, benar atau salah yang hanya ditentukan sendiri oleh negara muncul
ketika Leviathan terlahir.
Hobbes juga meletakkan kekuasaan tertingg8 dan tak terbatas pada seorang
pemimpin. Bukankan sungguh rasional untuk menyelamatkan sesama dengan cara
merangkul hal yang lebih berbahaya yang disebut sebagai kekuasaan absolute dari
suatu monarki? Sebagaimana dikatakan oleh Hobbes dengan sedikit tidak percaya:
“Apakah manusia begitu bodoh ketika mereka berusaha untuk menghindari kejahatan
yang mungkin terjadi karena kuskus atau rubah, namun karena berpikir demi
keselamatan lantas membiarkan diri ditelan oleh singa?”
Mungkin masalah akan berlanjut ke hal lain yang etrkait dengan salah satu
pokok pemikiran Hobbes, yaitu konsepsi tentang manusia. Mungkin juga penekanan
Hobbes tentang keburukan manusia itu begitu dipengaruhi oelh kejadian-kejadian saat
Hobbes menulis pemikirannya.
Banyak orang menolak kesimpulan tentang absolutisme Hobbes ini secara lebih
dalam daripada apa yang diselidiki di atas. Meski demikian, perdebatan yang paling
kontemporer tentang kewajiban politik pun berhutang pada konsepsi Hobbes tentang
kontrak sosial. Ketidaksetujuannya atas pandangan bahwa otoritas pemerintah
bergantung pada otoritas ilahi diikuti oleh para filsuf dan oleh mereka yang secara
actual memiliki posisi dalam pemerintahan sebagai pembuat keputusan. Dengan
beberapa inspirasi ini, terbentanglah garis lurus antara pemikiran Hobbes tentang
revolusi pemikiran politik dan revolusi Amerika, revolusi Perancis serta revolusi di
tempat-tempat lain.
Sebagai seorang metafisikawan, Thomas Hobbes mengembangkan suatu model yang
murni materilaistis dan mekanistis, yakni dunia yang semata-mata merupakan materi yang
sedang bergerak. Dalam bukunya leviathan, disebutkan bahwa manusia selalu berusaha
mementingkan dirinya telah menjadi prinsip dominan. Belakangan, akhirnya tumbuh suatu
kesepakatan antara lelaki dan perempuan yang disebut kontrak social. Tujuannya untuk
keselamatan dan keuntungan masing-masing.

Ada beberapa sifat dari definisi kontrak sosial menurut Hobbes.


a. Perjanjian bukanlah perjanjian antara penguasa dan yang dikuasai, melainkan
kesepakatan yang diambik antar individu untuk mengakhiri keadaan alamiah dan
membentuk masyarakat sipil
b. Perjanjian tersebut dibuat oleh masing-masing individu yang terisolir secara ilmiah
dan anti-sosial.
c. Orang yang terlibat dalam perjanjian tersebut merupakan konsekuensi dari
kedauklatan daripada sumber kedaulatan.
d. Tidak ada kedaulatan suara dalam kontrak sosial menurut Hobbes

Teori Hobbes menunjukkan konsekuensi logis dari pandangan anti tradisional bahwa
manusia tidak mempunyai disposisi untuk menempatkan keinginan dan dorongannya dibawah
prinsip rasional.

Anda mungkin juga menyukai