Anda di halaman 1dari 11

Perbandingan Konsep State of Nature pada Pemikiran Thomas Hobbes dan John Locke

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan rahmat dan kehadirat-Nya penyusun
dapat menyelesaikan makalah tugas akhir mata kuliah pemikiran politik barat yang berjudul
Perbandingan Konsep State of Nature pada Pemikiran Thomas Hobbes dan John Locke dengan
tepat waktu. Dalam makalah ini, penyusun akan membahas dan menganalisa mengenai teori
kontrak sosial dari tiga sudut pandang filsuf barat.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyelesaian makalah ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya diberikan kepada
yang terhormat kepada Ibu Dr. Dwi Windyastuti, Dra., MA. dan Bapak Hari Fitrianto, S.IP
selaku dosen mata kuliah Politik Pemikiran Barat.. Makalah ini disusun dengan tujuan
pemenuhan tugas individu pada jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Surabaya.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, penyusun
menerima kritik dan saran yang bersifat konstruktif. Harapan penyusun, makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca untuk membantu pembaca mengetahui konsep state of nature dalam
pemikiran politik barat.

Surabaya, 27 Desember 2013

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan pemikiran politik barat semakin berkembang setelah abad 16 yakni pada
masa Reinnasaince. Beberapa pertanyaan muncul dan menjadi diskusi para filsuf seperti
bagaimana suatu bentuk pemerintahan dibentuk, apakah dipilih atau ditunjuk serta bagaimana
sifat alamiah dapat berperan dalam membentuk sebuah pemerintahan. Beberapa pertanyaan
tersebut dibahas oleh Thomas Hobbes dalam karyanya berjudul Leviathan dan oleh John Locke
dalam karyanya Two Treatises of Government. Baik Hobbes dan Locke menulis pada masa itu
sebelum pembentukan masyarakat. Masing-masing juga menulis tentang bagaimana manusia
mampu meninggalkan state of nature dan membentuk bentuk masyarakat sipil.
Pemikiran Hobbes dan Locke pada dasarnya memiliki kesamaan. Kesamaan tersebut
dikarenakan pemikiran John Locke banyak dipengaruhi oleh Thomas Hobbes. Kedua tokoh
tersebut dikenal sebagai tokoh kontrak sosial dan pemikir konsep state of nature yang
dipengaruhi oleh pemikiran Aquinas. State of Nature adalah istilah dalam filsafat politik yang
digunakan dalam teori kontrak sosial untuk menggambarkan kondisi hipotetis kemanusiaan
sebelum dasar negara dan monopoli penggunaan yang sah kekuatan fisik. Dalam arti lebih luas
keadaan alam adalah kondisi sebelum aturan hukum positif datang menjadi ada, sehingga
menjadi sinonim dari anarki .Dalam makalah ini penulis akan membandingkan konsep state of
nature menurut Thomas Hobbes dan John Locke.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Thomas Hobbes
Thomas Hobbes lahir di London pada 1588. Hobbes bepergian ke negara-negara Eropa
lainnya beberapa kali untuk bertemu dengan para ilmuwan dan mempelajari bentuk-bentuk
pemerintahan yang berbeda. Selama waktunya di luar Inggris, Hobbes menjadi tertarik pada
mengapa orang membiarkan diri mereka diperintah dan apa yang akan menjadi bentuk
pemerintahan yang terbaik untuk Inggris. Hobbes hidup pada era pergolakan, kekuasaan raja dan
agama yang sewenang-wenang, tidak terbatas dn tidak terkontrol. Dengan situasi yang
sedemikian pada tahun 1651 Hobbes menulis karyanya yang paling terkenal , berjudul

Leviathan. Dalam Leviathan, disebutkan bahwa manusia selalu berusaha mementingkan diri
sendiri telah menjadi prinsip dominan. Keadilan tidak diusung, manusia bersifat saling ingin
memakan satu sama lain. Ketidak adanya pemerintahan dapat memunculkan keadaan alamiah
manusia yang pada akhirnya membawa pada keadaan konflik. Menurut Hobbes, terdapat dua
kunci utama dalam memhami sifat manusia yakni pengetahuan diri sendiri (self-knowledge) dan
pengetahuan prinsip general (Wolff, 2006). Pertama ialah pengetahuan diri sendiri berupa
pikiran, harapan dan rasa takut. Kedua yakni menenaknkan pada konsep materialis dan
mekanistik. Pemikiran Hobbes mengadopsi pemikiran Galileo mengenai the conservation of
motion (Wolff,2006). Prinsip tersebut digunakan Hobbes dalam memandang materialis dan
mekanistik yang ada pada diri manusia. Akal telah menyebabkan manusia mencari alasan-alasan
rasional untuk tidak saling menghancurkan. Hobbes juga mengungkapkan bahwa alat untuk
mencapai kebahagiaan adalah kekayaan, nama baik, dan kawan. Adapun kekuasaan terbesar
untuk kebahagiaan manusia adalah negara (Syam, 2007).
Keadaan alamiah yang utama merupakan sebuah keadaan perang. Konsep state of nature
menurut Hobbes ialah state of nature is a state of war all against all. Hobbes berpendapat yang
ada dalam state of nature, manusia adalah bebas, rasional, dan berpengetahuan. Hobbes
mengatakan demikian setelah mempertimbangkan kondisi manusia yang dapat saling
menghormati satu sama lain. Hobbes mengasumsikan bahwa terdapat kesetaraan kemampuan
dan kekuatan yang dimiliki oleh setiap manusia untuk dapat saling berkompetisi satu sama lain.
Dalam kompetisi, setiap orang mengajukan ancaman kepada yang lain. Asusmsi dasarnya ialah
bahwa setiap individu termotivasi oleh kemenangan (felicity) sehingga konflik tidak dapat
dihindari baik konflik masalah kelangkaan sumber daya, tidak adanya kedaulatan, dana masalah
lainnya. Hobbes menulis di bagian awal Leviathan, bahwa manusia pada umumnya cenderung
menginginkan kekuasaan yang bersifat terus-menerus. Dengan demikian karena semua orang
pada dasarnya sama, tidak ada kesamaan kuasa untuk memelihara keadaan. Itulah sebabnya
mengapa sebuah keadaan perang ada diantara manusia dan merupakan state of nature.
Selanjutnya dalam Leviathan, Hobbes juga menjelaskan beberapa hukum alam (nature of
laws) yang memiliki kaitan erat dengan nature of state. Hobbes menyimpulkan bahwa alam
manusia adalah untuk memelihara hidup dan mencari perdamaian. Terdapat beberapa hukum
alam menurut Hobbes. diantaranya 1) mencari perdamaian untuk memenuhi hak untuk
mempertahankan diri kita sendiri, 2) saling mentransfer hak yang disebut dengan kontrak sebagai
dasar anggapan tentang kewajiban moral, 3)menjaga kontrak, 4) menunjukkan rasa terima kasih
terhadap orang-orang yang menjaga kontrak sehingga tidak ada penyesalan dalam mematuhi
kontrak, 5) mengakomodasi orang lain dengan tujuan melindungi kontrak dan tidak melakukan
perselisihan yang membuat runtuhnya kontrak, 6) mengampuni orang-orang yang telah
melakukan kesalahan di masa lalu, 7) Hukuman harus digunakan hanya untuk memperbaiki
kesalahan, 8) menghindari melakukan tanda-tanda dari kebencian atau penghinaan terhadap
orang lain, 9) Kebanggaan harus dihindari, 10 ) mempertahankan dan mengakui hak sesama
manusia, 11) Kesetaraan dan imparsialitas dalam penghakiman harus tetap dipertahankan di

segala waktu, 12) Sumber Daya yang tidak dapat dibagi (sumber daya alam) harus dipelihara,
13) Sumber Daya yang tidak dapat dibagi bersama dan tidak umum di harus ditetapkan oleh
lottery 14 ) pembagian secara alami atau dengan penentuan hak milik, dll (sparksnot.com).
Hukum-hukum alam menyatakan bahwa manusia mencari perdamaian, dan menjaga
pembentukan kontrak. Namun adanya sifat alami manusia dapat mengancam keselamatan
kontrak tersebut. Untuk itu Hobbes menyimpulkan bahwa harus ada kekuasaan untuk memaksa
masyarakat dalam menegakkan kontrak tersebut. Menurut Hobbes dapat dilakukan melalui
ketakutan, ancaman hukuman dan menguatkan hukum-hukum alam, sehingga dapat memastikan
kontrak. State of nature dan law of nature merupakan dasar dari adanya kontrak sosial yang
dikemukakan oleh Hobbes. Kontrak sosial merupakan perjanjian kemasyarakatan yang diikat di
antara rakyat satu sama lain. Masyarakat lebih baik diikat oleh kontrak sosial yang dibawahi oleh
satu kekuasaan mutlak (Leviathan) agar dapat menahan sifat manusia.

B. John Locke
John Locke lahir di Inggris pada tahun 1632. John Locke dikenal sebagai tokoh yang
membawa aliran empirisme, sebuah aliran yang meyakini bahwa semua pikiran dan gagasan
manusia berasal dari sesuatu yang didapat dari indra atau pengalaman. John Locke lahir ketika
kondisi politik inggris dipenuhi dengan perang agama dan perang saudara. Adanya latar belakang
tersbeut membuat John Locke membuat karyanya yakni Two Treatises of Government yang
didalamnya terdapat konsep state of nature. Two Treatises of Government ditulis untuk
mempertahankan perlawanan bersenjata ke raja Inggris sebelum revolusi Whigh, Terlibat dalam
keadaan tersebut, Locke melarikan diri ke Belanda pada 1683 sampai 1689. The First Treatise
adalah sebuah serangan pada teori monarki mutlak yang dipertahankan oleh Sir Robert Filmer.
Kemudian John Locke dalam Two Treatises of Government menegaskan sebuah teori moral yang
menetapkan batas atas kuasa memerintah. Dasar moral dari batasan ini adalah satu doktrin
hukum alam (natural law) dan hak alam (natural right). Di dalam Two Treatises of Government
menunjukan konsep state of nature menurut John Locke (Arnenson, t.t).
State of nature menurut John Locke ialah kebebasan, kesetaraan (equality) dan hukum
alam. Ketiganya terlihat sama dengan apa yang dikemukakan oleh Hobbes, namun nyatanya
ketiga elemen tersebut memiliki arti tersendiri menurut pandangan John Locke. Apabila Hobbes
mengatakan bahwa kesetaraan merupakan bagian dari kemampuan mental dan fisik bagi
manusia, Locke menyatakan tentang hak (claim about right). Titik permulaan mengenai konsep
state of nature John Locke hampir sama dengan Hobbes yakni manusia dalam state of nature
ialah manusia yang bebas, berpengetahuan, rasional. Namun John Locke menyatakan bahwa
terdapat hukum alam yang memerintah kondisi alami. Seperti hukum yang melarang kita dari
menyakiti setiap sisi kehidupan baik berupa kesehatan, kemerdekaan, dan properti. Hukum alam

yang dikemukakan oleh John Locke memiliki nilai-nilai teologi (Wolff,2006). Locke dalam Two
Treatises of Government menegaskan sebuah teori moral yang menetapkan batas atas kuasa
pemerintah. Dasar moral dari batasan ini adalah satu doktrin dari hukum alam dan hak alam yang
merupakan sebuah doktrin teologi. Konsep moralitas dalam state of nature yang dikemukakan
oleh John Locke merupakan poin penting karena walaupun dalam keadaan state of nature,
moralitas tetap diperhatikan. Adanya hukum alam dan hak alam mendasari adanya tiga hak dasar
manusia yang dikemukakan oleh John Locke yakni hak milik, hak hidup, dan hak kemerdekaan,
serta tidak ingin merusak kehidupan, kebebasan, maupun hak-hak pemilikan manusia lain.
apabila kejahatan terjadi, maka kejahatan tersebut merupakan tindakan yang melawan hukum
alam sehingga patut dihukum (Syam, 2007).

C. Perbandingan state of nature menurut Thomas Hobbes dan John Locke


Dari penjelasan diatas, Penulis menemukan beberapa perbedaan konsep state of nature
Thomas Hobbes dan John Locke. Perbedaan tersebut diantaranya menurut Thomas Hobbes state
of nature adalah state of war all against all, sedangkan menurut John Locke state of nature
terdapat moralitas yang harus diperhatikan. Kondisi alamiah adalah perang. Ia memberikan
gambaran mengenai state of war all against all sebuah keadaan dimana tidak begitu
memperdulikan moral. Berbeda dengan John Locke yang mempertimbangkan moralitas dengan
disertai doktrin teologi dalam konsep state of nature nya.
Perbedaan antara Hobbes dan Locke lainnya yakni Hobbes mengatakan bahwa dalam
state of nature terdapat kebebasan absolut, sementara Locke mengatakan bahwa bebas namun
tidak melanggar hak orang lain. Keduanya percaya bahwa manusia didorong oleh kepentingan
pribadi, tetapi Locke mengatakan bahwa motivasi tidak akan membiarkan manusia melanggar
hak-hak orang lain. Hobbes adalah lebih dalam menganalisis manusia psikologi. Hal penting
yang perlu diperhatikan adalah keduanya memiliki batasan dan pengertian yang berbeda
mengenai kebebasan walaupun memiliki ide awal yang sama mengenai kebebasan, kesetaraan
dan hukum alam dalam konsep state of nature.
Perbedaan lainnya ialah Hobbes menggunakan teori kontemporer yang lama untuk
membenarkan bentuk pemerintahan. Hobbes memilih kekuasan mutlak sebagi jenis kekuasaan
yang baik. sedangkan Locke, mengemukakan ide yang sangat berbeda dari Hobbes. Locke
mengemukakan ide dan bentuk baru bagi pemerintah yakni demokratis.

BAB III
KESIMPULAN

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep state of nature Thomas Hobbes
dan John Locke pada dasarnya memiliki persamaan. Persamaan tersebut yakni adanya
kebebasan, kesetaraan (equality) dan hukum alam dalam konsep state of nature. Perbedaan
keduanya ialah cara dalam menyampaikan konsep tersebut, konsep state of nature yang diusung
oleh Hobbes mengandung unsur kekesaran kekerasan seperti perang, kebebasan absolt dan
mengabaikan moralitas, sementara Locke mengemuakkan konsepnya dengan tidak mengabaikan
moralitas, fokus terhadap hak-hak dasar manusia. Walaupun berbeda, pada akhirnya konsep state
of nature menjadi dasar bagi dua tokoh tersebut dalam membangun konsep kontrak sosial yang
bertujuan untuk membentuk sebuah pemerintahan.

DAFTAR PUSTAKA

Arnenson, Dick. Introduction to John Locke, Second Treatise of Government Chapters 1-4.
[Online] dalam
http://philosophyfaculty.ucsd.edu/faculty/rarneson/Courses/IntroLocke.pdf Diakses pada 27
Desember 2013
Anon, n.d. Summary and Analysis of Leviathan, Book 1 Chap. 14-16. [online] tersedia dalam
http://www.sparknotes.com/philosophy/leviathan/section5.rhtml Diakses pada 27 Desember
2013
Syam, Firdaus. 2007. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT Bumi Aksara
Wolff, Jonathan. 2006. The State of Nature dalam An Introduction to Political Philosophy.
Oxford University Press.
Pertan yaan wajar yang paling sering muncul mengenai eksistensi sebuah
n e g a r a adalah akan seperti apa sebuah negara tersebut terwujud6 7ara terbaik untuk memahami
state of nature
adalah dengan memperdalam mengenai proses terbentuknya sebuah negara. *ita
membayangkan
state of nature

bagaikan situasi dimana tidak ada negara yang eksis dengan penekanan kekuatan
politik. '.'. %ousseau 11,-189 menganggap akan banyak waktu yang dihabiskan untuk
berubah dari
state of nature
ke
Civil Society
negara yang diperintah o l e h k e p e m i m p i n a n f o r m a l 9 . % o u s s e a u b e r p e n d a p a t
j a n g k a w a k t u t r a n s i s i t e r s e b u t a k a n sangat lama bahkan hampir tidak mungkin#
sehingga kalaupun mungkin terjadi# orang tidak akan menyadarinya bahwa telah terjadi transisi
dari
state of nature
menjadi
Civil Society
.
4
. Pandangan %ousseau mengenai
state of nature
merupakan antitesis dari pemikiran
state of nature
:obbes . 0alaupun %ousseau tidak memberikan pandangan yang optimistis m e n g e n a i
a s u m s i n ya t e r h a d a p s i f a t a l a m i m a n u s i a h u m a n b e i n g s 9 # n a m u n
% o u s s e a u memberikan pandangan yang substansial dalam topik ini. &eperti halnya :obbes
dan 2ocke# %ousseau pun berpendapat sifat alami manusia memiliki dorongan untuk
ingin memenuhi h a s r a t p r i b a d i n y a . % o u s s e a u t i d a k m e n y a n g k a l b a h w a
civil society
m u n c u l d a r i p r o s e s panjang yang melibatkan tindakan-tindakan buruk serta menyeleweng
di masa lalu# atau yang disebut juga
state of nature
. :obbes dan 2ocke telah mengasumsikan bahwa
state of nature
tidak akan berhasil dikarenakan adanya orang-orang yang memiliki perangai biadab. ;amun
%ousseau berargumen# apabila kita dapat memahami mengapa orang-orang yang
dianggap biadab tersebut melakukan perbuatanya# maka negara tidak akan seperti <:obbessian
&tate of 0 a r 4 . ' u s t r u s e b a l i k n y a #
state of nature
akan terwujud dengan harmonis dan kemerataan kebutuhan dengan klaim yang dibangun
oleh %ousseau tersebut. !agaimanapun frame yang disampaikan oleh %ousseau mengenai
state of nature
dengan apa yang disampaikan oleh

+anusia bebas mengambil apa saja yang menarik minatnya. :ak-hak ini
h a n y a d a p a t ditegakkan selama manusia itu cukup kuat untuk mempertahankannya.

*eadaan yang tak menentu tersebut# menurut %ousseau# bisa diatasi dengan mengadakan
kontrak sosial. *ontrak sosial menurut %ousseau adalah di mana indi"idu-indi"idu dalam
masyarakat sepakat untuk menyerahkan sebagian hak-hak# kebebasan dan kekuasaaan
yang dimilikinya kepada suatu kekuasaan bersama. :asil dari kontrak sosial ini bisa
disebut dengan negara. ;egara diberi legitimasi oleh rakyat untuk mengatur unsur-unsur yang
ada dalam kehidupan. ;egara akan kehilangan legitimasinya jika tidak berjalan sesuai kehendak
umum. * e h e n d a k u m u m # m e n u r u t % o u s s e a u # j u g a b i s a m e n j a d i a l a t u n t u k
m e m b o n g k a r negara absolut. )engan kehendak umum negara absolut bisa diubah
menjadi negara yang secara langsung mengungkapkan kehendak rakyat sendiri. ;amun#
spontanitas indi"idu harus ditampung sehingga indi"idu yang masuk ke dalam negara
tidak kehilangan apa-apa dari indi"idualitas alamiahnya. +engenai kehendak
indi"idu# %ousseau mengemukakan dua komponen

# yaitu 19 suatu kehendak yang memang semata-mata indi"idual# dan ,9 sebagian kehendak
umum. 7ara menyaring kehendak indi"idual-indi"idual menjadi kehendak umum s a j a y a i t u
melalui pemungutan suara. &ebab# dalam pemungutan suara
k e p e n t i n g a n - kepentingan khusus saling berguguran dan akhirnya hanya meninggalkan
kepentingan umum.+engenai kekuasaan negara# %ousseau berpendapat negara yang memiliki
legitimasi u n t u k m e n j a l a n k a n p e m e r i n t a h a n a t a s k e h e n d a k u m u m h a r u s
m e m i l i k i d u a h a l # y a i t u kemauan dan kekuatan. *emauan adalah kekuasaan legislatif#
sementara itu kekuatan adalah kekuasaan eksekutif. *ekuasaan legislatif harus selalu
berada tangan rakyat. Pembuatan ? n d a n g - ? n d a n g m a s u k d a l a m k e k u a s a a n
legislatif. )engan mekanisme seluruh rak yat
ran agins useno. 2003.
Etika Politik : Prinsi#%Prinsi# Moral &asar Kenegaraan Modern
. akarta : + ramedia ustaka. al.2)0

diundang dalam pertemuan memformulasikan ?ndang-?ndang. &ementara itu#


kekuasaan e k s e k u t i f t e r g a n t u n g a k a n k e m a u a n b e r s a m a a t a u r a k y a t .
* e k u a s a a n e k s e k u t i f a t a u pemerintah terdiri dari panitia-panitia yang diangkat oleh
rakyat untuk jangka waktu satu t a h u n d e n g a n t u g a s u n t u k m e l a k s a n a k a n
k e h e n d a k n y a y a n g t e r u n g k a p d a l a m u n d a n g - undang.
10
)ua hal tersebut harus bekerja secara harmonis dan seimbang jika suatu negara
ingin menjalankan fungsinya dengan baik. agasan ini merupakan sikap kritisnya
terhadap kenegaraan yang berlaku pada masa itu# di mana penguasa ene"a yang mengklaim
mereka merupakan negara republik# ternyata dalam implementasinya menjadi negara
aritrokasi.)alam sistem pemerintahan# %ousseau mengidealkan sistem pemerintahan berbentuk
republik. %ousseau mencontohkan republik pada saat %omawi klasik dahulu. )i mana rakyat
berdaulat# di situ negara harus menjadi urusan semua rakyat. ;egara tidak berhak untuk
membatasi rakyat dalam hal apa pun. %akyat mempunyai
k e w e n a n g a n p e n u h d a l a m menentukan dirinya sendiri# maka tidak ada yang
mempunyai wewenang terhadap rakyat. % o u s s e a u t i d a k s e t u j u d e n g a n a d a n y a
l e m b a g a p e r w a k i l a n r a k y a t . + e n u r u t d i a # kedaulatan rakyat tidak dapat
diwakilkan. &etiap perwakilan sudah mencampuri identitas antara rakyat serta negara

dan akan membuat sebuah keterasingan. %ousseau juga tidak setuju dengan sistem partai
politik yang menurutnya menghalangi hubungan antara manusia dan negara. )ari
ketidaksetujuannya terhadap lembaga perwakilan rakyat dan partai politik# bisa disimpulkan
bahwa %ousseau adalah salah satu pendukung dari sistem demokrasi langsung. )ia
menginginkan demokrasi langsung seperti negara-negara kota di zaman %omawi
kuno atau sistem pemerintahan ene"a di desa-desa di negara &wiss# tempat-tempat yang dia
alami saat masa kecilnya. )emokrasi langsung yang berpangkal pada manusia yang baik#
manusia yang terus-menurus mau menjalankan kewajibannya sebagai warga
negara.3leh karena itu#
10
'bid
. al. 2)2
10
%ousseau mengusulkan negara yang baik adalah negara tidak terlalu luas dan tidak
terlalu kecil. 'ika negara mempunyai luas wilayah yang besar akan menyukarkan
terlaksananya d e m o k r a s i l a n g s u n g # t e t a p i n e g a r a y a n g k e c i l
s u k a r u n t u k m e m p e r t a h a n k a n d i r i . Permasalahan yang dilihat %ousseau
dalam masalah negara ada dua yaitu manusia dan tanah.
11
+enurutnya# jumlah rakyat dan luas daerah dari negara bergantung kepada
perbandingan jumlah rakyat dengan keadaan tanah yang akan menghidupi kebutuhan rakyatrakya

PEMIKIRAN POLITIK THOMAS


HOBBES : The State Of Nature And The
Basis Of Obligation
Hobbes menggambarkan negara sebagai makhluk raksasa dan menakutkan yang
melegitimasikan diri semata-mata karena kemampuannya untuk mengancam. Hal itu
dikarenakan pada pemerintahan di zamannya terkenal dengan negara yang absolut. Hobbes tidak
mau membenarkan kesewenangan para raja, melainkan ia mau mendasarkan suatu kekuasaan
negara yang tidak tergoyahkan. Pendasaran itu dilakukan dengan secara konsisten mendasarkan
kekuasaan negara pada kemampuannya untuk mengancam para warga Negara. Manusia dapat
diatur more geometrico, secara mekanistik. Apalagi organisasi masyarakat disusun sedemikian
rupa hingga manusia merasa aman dan bebas sejauh ia bergerak dalam batas-batas hukum, dan
terancam mati sejauh tidak, kehidupannya dapat terjamin berlangsung dengan teratur dan
tentram.
Pandangan inilah dasar filsafat negara Hobbes Negara itu benar-benar sang Leviathan, binatang

purba itu yang mengarungi samudera raya dengan perkasa, tanpa menghiraukan siapapun.
Kekuasaannya mutlak. Siapa yang diserahi kekuasaan tertinggi, tidak terikat pada hukum
negara (karena itu akan berarti bahwa ia berkewajiban terhadap dirinya sendiri) dan tidak
memiliki kewajiban terhadap seorang warga negara. Hobbes juga menolak segala pembagian
kekuasaan negara. Negara, sang Leviathan, oleh Hobbes juga dijuluki manusia buatan dan
Deus mortalis, Allah yang dapat mati.
Negara itu manusia buatan karena hasil rekayasa manusia itu mirip dengan manusia:negara
mempunyai kehidupan dan kehendak sendiri. Dan ia bagaikan Allah. Ia memang dpt mati,
artinya bubar. Tetapi selama ia ada, ia seperti Allah, merupakan tuan atas hidup dan mati
manusia, ia berwenang untuk menetapkan apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang adil
namanya dan apa yang tidak, dan terhadap siapapun negara tidak perlu memberikan pertanggung
jawaban. Menurut Hobbes, manusia tidaklah bersifat sosial. Manusia hanya memiliki satu
kecenderungan dalam dirinya, yaitu keinginan mempertahankan diri. Karena kecenderungan ini,
manusia bersikap memusuhi dan mencurigai setiap manusia lain: homo homini lupus! (manusia
adalah serigala bagi sesamanya). Keadaan ini mendorong terjadinya "perang semua melawan
semua" (bellum omnium contra omnes).
Inilah "keadaan alamiah" saat belum terbentuknya negara. Akan tetapi, jika terus-menerus terjadi
perang semua melawan semua, tentu saja eksistensi manusia juga terancam. Untuk itu, manusiamanusia mengadakan sebuah perjanjian bersama untuk mendirikan negara, yang mengharuskan
mereka untuk hidup dalam perdamaian dan ketertiban. Negara berkuasa secara mutlak dan
berhak menentukan nasib rakyatnya demi menjaga ketertiban dan perdamaian. Status mutlak
dimiliki negara sebab negara bukanlah rekan perjanjian, melainkan hasil dari perjanjian antarwarga negara. Artinya, di dalam perjanjian membentuk negara, setiap warga negara telah
menyerahkan semua hak mereka kepada negara. Akan tetapi, negara sama sekali tidak punya
kewajiban apapun atas warganya, termasuk kewajiban untuk bertanggung jawab pada rakyat.
Negara berada di atas seluruh warga negara dan berkuasa secara mutlak.
Kemudian negara juga berhak menuntut ketaatan mutlak warga negara kepada hukum-hukum
yang ada, serta menyediakan hukuman bagi yang melanggar, termasuk hukuman mati. Dengan
demikian, warga negara akan menekan hawa nafsu dan insting untuk berperilaku destruktif.
Selanjutnya, warga negara akan memilih untuk patuh kepada hukum karena memiliki rasa takut
dihukum mati.
Hilangnya kebebasan warga negara terhadap negara adalah harga yang harus dibayar jika semua
orang ingin hidup dalam ketenteraman, keteraturan, dan kedamaian. Jikalau kekuasaan negara
begitu mutlak dan tidak dapat dituntut oleh warga negara, bukankah potensi penyalahgunaan
kekuasaan oleh negara menjadi amat besar? Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, Hobbes
menyatakan dua hal. Yang Pertama, perlu ada kesadaran dari pihak yang berkuasa mengenai
konsep keadilan, sebab kelak perbuatannya harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah
dalam pengadilan terakhir.
Dan yang kedua, jika negara mengancam kelangsungan hidup warga negara, maka setiap warga
negara yang memiliki rasa takut terhadap kematian akan berbalik menghancurkan negara,

sebelum negara menghancurkan mereka. Pada situasi tersebut, masyarakat akan kembali ke
"keadaan alamiah" untuk selanjutnya membentuk negara yang lebih baik, dan seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai