Anda di halaman 1dari 4

Teori Kontrak Sosial

Teori kontrak sosial berkembang dan dipengaruhi oleh pemikiran Zaman Pencerahan (Enlightenment)
yang ditandai dengan rasionalisme, realisme, dan humanisme, yang menempatkan manusia sebagai
pusat gerak dunia. Dalam perspektif kesejarahan, Zaman Pencerahan ini merupakan koreksi atau reaksi
atas zaman sebelumnya, yaitu Zaman Pertengahan. Walaupun begitu, pemikiran-pemikiran yang muncul
di Zaman Pencerahan tidaklah semuanya baru. Teori kontrak sosial yang berkembang di Zaman
Pencerahan ternyata secara samara-samar telah diisyaratkan oleh pemikir-pemikir zaman-zaman
sebelumnya, yang jelas adalah bahwa pada Zaman Pencerahan ini unsur-unsur pemikiran liberal
kemanusiaan dijadikan dasar utama alur pemikiran.

Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean J.Rousseau sama-sama berangkat dari, dan membahas tentang
kontrak sosial dalam analisis politik mereka, yaitu melandaskankannya pada anggapan dasar bahwa
manusialah sumber kewenangan. Namun, tentang bagaimana, siapa yang mengambil kewenangan itu,
dan pengoperasian kewenangan selanjutnya, mereka berbeda satu sama lain. Perbedaan yang hadir
merupakan poin mendasar, baik dalam konsep maupun dalam praktiknya.

Salah satu factor penyebab perbedaan itu adalah latar belakang pribadi dan kepentingan masing-
masing. Secara singkat bisa disebutkan bahwa Hobbes hidup pada kondisi negara yang sedang kacau
balau karena Perang Saudara, maka Hobbes menginginkan negara yang stabil. Ia mempunyai ikatan
karier dan politik kalangan kerajaan, sehingga dalam persaingan kerajaan versus parlemen, Hobbes
cenderung memihak kerajaan. Lock hidup di masa kekuasaan kerajaan yang despot. Ia mendapat
pengaruh isu liberalisme yang sedang hangat di Eropa ketika itu. Demikian pula dengan Lock, terdapat
ikatan karier dan politik yang dimilikinya dengan kalangan parlemen yang sedang bersaing dengan
kerajaan, sehingga pandangan yang muncul terlihat berpihak kepada parlemen dan menentang
kekuasaan raja.

Di sisi lain, Rousseau hidup dalam abad berbeda dan negara yang berbeda pula. Rousseau berasal dari
kalangan biasa yang merasakan kesewenang-wenangan kerajaan, namun ia mengalami pun terlibat
dalam Revolusi Perancis.

Dalam membentuk teori kontrak sosial, Hobbes, Locke maupun Rousseau memulainya dengan konsep
kodrat manusia, kemudian konsep-konsep alamiah, hak alamiah dan hukum alamiah.

Kontrak Sosial : Thomas Hobbes (1588-1679)

Hobbes menyatakan bahwa secara kodrat manusia itu sama satu sama lain. Masing-masing mempunyai
hasrat atau nafsu (appetite) dan keengganan (aversions) yang menggerakkan tindakan mereka.
Appetites manusia adalah hasrat atau nafsu akan kekuasaan, akan kekayaan, akan pengetahuan, dan
akan kehormatan. Sedangkan aversions manusia adalah keengganan untuk hidup sengsara atau mati.
Hobbes menegaskan pula bahwa hasrat manusia itu tidaklah terbatas. Untuk memenuhi hasrat atau
nafsu yang tidak terbatas itu, manusia mempunyai power. Oleh karena setiap manusia berusaha untuk
memenuhi hasrat dan keengganannya, dengan menggunakan powernya masing-masing, maka yang
akan terjadi adalah benturan power antar sesama manusia, yang meningkatkan keengganan untuk mati.

Dengan demikian Hobbes memyatakan bahwa dalam kondisi alamiah, terdapat perjuangan untuk power
dari manusia yang lain. Dalam kondisi seperti itu manusia menjadi tidak aman dan ancaman kematian
akan semakin mencekam. Karena kondisi alamiah tidak aman, maka dengan akalnya manusia berusaha
menghindari kondisi perang dengan menciptaka kondisi artifisial atau buatan.

Dengan penciptaan ini, manusia tidak lagi dalam kondisi alamiah, tetapi sudah memasuki kondisi sipil.
Caranya adalah masing-masing anggota masyarakat mengadakan kesepakatan diantara mereka untuk
melepaskan hak-hak mereka dan mentransferkan hak-hak itu kepada beberapa orang atau lembaga
yang akan menjaga kesepakatan itu agar terlaksana dengan sempurna. Untuk itu orang atau lembaga itu
harus diberi hak sepenuhnya untuk menggunakan semua kekuatan dari masyarakat.

Beberapa orang atau lembaga itulah yang memegang kedaulatan penuh. Tugasnya adalah menciptakan
dan menjaga keselamatan rakyat. Masyarakat sebagai pihak yang menyarahkan hak-hak mereka tidak
mempunyai hak lagi untuk menarik kembali atau menuntut atau mempertanyakan kedaulatan
penguasa, karena pada prinsipnya penyerahan total kewenangan itu adalah pilihan yang paling masuk
akal dari upaya mereka untuk lepas dari kondisi perang satu dengan lainnya yang mengancam hidup
mereka. Di lain pihak, pemegang kedaulatan mempunyai seluruh hak untuk memerintah dan menjaga
keselamatan yang diperintah itu. Pemegang kedaulatan tidak bisa digugat, karena pemegang kedaulatan
itu tidak terikat kontrak dengan mesyarakat. Jelasnya, yang mengadakan kontrak adalah masyarakat
sendiri, sehingga istilahnya adalah kontrak sosial, bukan kontrak antara pemerintah dengan yang
diperintah.

Kontrak Sosial : John Locke (1632-1704)

Lock memulai dengan menyatakan kodrat manusia adalah sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi
berbeda dari Hobbes, Locke menyatakan bahwa ciri-ciri manusia tidaklah ingin memenuhi hasrat dengan
power tanpa mengindahkan manusia lainnya. Menurut Locke, manusia di dalam dirinya mempunyai akal
yang mengajarkan prinsip bahwa karena menjadi sama dan independent manusia tidak perlu melanggar
dan merusak kehidupan manusia lainnya. Oleh karena itu, kondisi alamiah menurut Locke sangat
berbeda dari kondisi alamiah menurut Hobbes. Menurut Locke, dalam kondisi alamiah sudah terdapat
pola-pola pengaturan dan hukum alamiah tertentu karena manusia mempunyai akal yang dapat
menentukan apa yang benar dan apa yang salah dalam pergaulan antara sesama. Masalah
ketidaktentraman dan ketidakamanan kemudia muncuk, menurut Locke, karena terjadi masalah. Akan
tetapi, yang terjadi, beberapa orang dipandu oleh akal yang telah dibiarkan terbias oleh dorongan-
dorongan kepentingan pribadi, sehingga pola-pola pengaturan dan hukum alamiah menjadi kacau.
Kedua, pihak yang dirugikan tidak selalu dapat memberi sanksi kepada pelanggar aturan dan hukum
yang ada, karena pihak yang dirugikan itu tidak mempunyai kekuatan cukup untuk memaksakan sanksi.
Oleh karena kondisi alamiah, karena ulah beberapa orang yang biasanya memiliki power, tidaklah
menjamin keamanan penuh, maka seperti halnya Hobbes, Locke juga menjelaskan tentang upaya untuk
lepas dari kondisi yang tidak aman penuh menuju kondisi aman secara penuh. Manusia menciptakan
kondisi artifisial atau buatan dengan cara mengadakan kontrak sosial. Masing-masing anggota
masyarakat tidak menyerahkan sepenuhnya semua hak-haknya, akan tetapi hanya sebagian saja. Antara
pihak calon pemegang pemerintahan dan masyarakat tidak hanya hubungan kontraktual, akan tetapi
juga hubungan saling kepercayaan (fiduciary trust).

Locke menegaskan bahwa ada tiga pihak dalam hubungan saling percaya itu, yaitu yang menciptakan
kepercayaan itu (the trustor), yang diberi kepercayaan (the trustee), dan yang menarik manfaat dari
pemberian kepercayaan itu (the beneficary). Antara trustor dan trustee terjadi kontrak yang
menyebutkan bahwa trustee harus patuh pada beneficiary, sedangkan antara trustee dengan
beneficiary tidak terjadi kontrak sama sekali. Trustee hanya menerima obligasi dari beneficiary secara
sepihak.

Dari pemahaman tentang hubungan saling percaya dan kontraktual itu tampak bahwa pemegang
pemerintahan atau yang diberi kepercayaan mempunyai hak-hak dan kewenangan yang sangat terbatas,
karena menurut Locke masyarakatlah yang dapat bertindak sebagai trustor sekaligus beneficiary.

Dari uraian Locke, tampak nyata bahwa sumber kewenangan dan pemegang kewenangan dalam teori
Locke tetaplah masyarakat. Oleh karena itu kewajiban dan kepatuhan politik masyarakat kepada
pemerintah hanya berlangsung selama pemerintah masih dipercaya. Apalagi hubungan kepercayaan
(fiduciary trust) putus, pemerintah tidak mempunyai dasar untuk memaksakan kewenangannya, karena
hubungan kepercayaan maupun kontraktual sifatnya adalah sepihak. Kesimpulan demikian ini tentu
amat bertolak belakang dari kesimpulan yang dihasilkan oleh Hobbes.

Teori Kontrak Sosial : Jean J.Rousseau

Seperti halnya Hobbes dan Locke, Rousseau memulai analisisnya dengan kodrat menusia. Pada dasarnya
manusia itu sama. Pada kondisi alamiah antara manusia yang satu dengan manusia yang lain tidaklah
terjadi perkelahian. Justru pada kondisi alamiah ini manusia saling bersatu dan bekerjasama. Kenyataan
itu disebabkan oleh situasi manusia yang lemah dalam menghadapi alam. Untuk itu mereka perlu saling
menolong, maka terbentuklah organisasi sosial yang memungkinkan manusia bisa mengimbang alam.

Walaupun pada prinsipnya manusia itu sama, tetapi alam, fisik, dan moral menciptakan ketidaksamaan.
Muncul hak-hak istimewa yang dimiliki oleh beberapa orang tertentu karena mereka ini lebih kaya, lebih
dihormati, lebih berkuasa, dan sebagainya. Organisasi sosial dipakai olej yang mempunyai hak-hak
istimewa tersebut untuk menambah power dan menekan yang lain. Pada gilirannya, kecenderungan itu
menjurus ke kekuasaan tunggal.

Untuk menghindar dari kondisi dimana yang memiliki hak-hak istimewa menekan orang lain yang
menyebabkan ketidaktoleranan dan ketidakstabilan, maka masyarakat mengadakan kontrak sosial, yang
dibentuk oleh kehendak bebas dari semua (the free will of all), untuk memantapkan keadilan dan
pemenuhan moralitas tertinggi. Akan tetapi, kemudian Rousseau mengedepankan konsep tentang
kehendak umum (volonte generale) untuk dibedakan dari hanya kehendak semua. Kehendak bebas dari
semua tidak harus tercipta oleh jumlah orang yang berkehendak (the quantity of the ‘subject’), akan
tetapi harus tercipta oleh kualitas kehendaknya (the quality of the ‘object’ sought).

Kehendak umum (volente generale) menciptakan negara yang memungkinkan manusia menikmati
kebebasan yang lebih baik daripada kebebasan yang mungkin didapat dalam kondisi alamiah. Kehendak
umum menentukan yang terbaik bagi masyarakat, sehingga apabila ada orang yang tidak setuju dengan
kehendak umum itu maka perlulah ia dipaksa untuk tunduk pada kehendak umum itu.

Rousseau mengajukan argumentasi yang sulit untuk dimengerti ketika sampai pada pengoperasian
kewenangan dari kehendak umum ke pemerintah. Pada dasarnya Rousseau menjelaskan bahwa yang
memerintah adalah kehendak umum dengan menggunakan lembaga legislatif, yang membawahi
lembaga eksekutif. Walau demikian Rousseau sebenarnya menekankan pentingnya demokrasi primer
atau lengsung, tanpa perwakilan dan tanpa perantaraan partai-partai politik. Dengan demikian
masyarakat, lewat kehendak umum, bisa secara total memrintah negara. Jadi jelas, walaupun sulit
dipahami, argumentasi pengoperasian kewenangannya, Rousseau mengembangkan semangat totaliter
pihak rakyat dalam kekuasaan.

Anda mungkin juga menyukai