Anda di halaman 1dari 8

NEGARA DALAM PEMIKIRAN JOHN LOCKE

I. Latar Belakang Kehidupan


John locke lahir pada 29 Agustus 1632 di Wrington, sebuah desa di Somerset Utara
Inggris. Ia berasal dari keluarga menengah, ayahnya adalah seorang pengacara yang berpihak
pada parlemen dan hal itupun diturunkannya pada Locke. John Locke mengawali masa
pendidikannya di Westminster pada tahun 1647, dan setelah itu karena mendapat beasiswa dia
akhirnya sekolah di sekolah Gereja Kristus (Christ Church), Oxfort dan mendapat gelar S2.
Disana ia sangat menggemari filosofis dan alergis terhadap filsafat skolastik, dan juga sedikit
sekali meminati karya-karya klasik.1

John Lock adalah seorang penggemar sastra dan medis, melalui hal ini jugalah ia mulai
mengenal filsafat alams serta filsafat mekanis yang membawanya bertemu dengan Robert Boyle
yang banyak memberikan pengaruh bagi Locke. Selain membaca karya Robert Boyle, Locke
juga rajin membaca karya Descartes. Minat Locke juga terlihat dalam bidang politik. Hal ini
terlihat dengan tiga karyanya yang dibuat berdasarkan gejolak politik yang sedang terjadi di
Inggris pada waktu itu.

John Locke memulai kariernya dengan menjadi dosen pada tahun 1661 di sekolah Gereja
Kristus tempat ia dulunya menimba ilmu. Di sana ia mengajar bahasa Yunani dan Latin.
Kemudian pada tahun 1664 ia diangkat menjadi petugas sensor filsafat moral. Hingga sampai
tahun 1684 John Locke telah menerbitkan bukunya yang berjudul “Dua Tulisan tentang
Pemerintahan” serta buku yang berjudul “Essay tentang Pemahaman Manusia”. Locke juga
menulis karya lain yang berjudul “Surat Perihal Toleransi” yang berisi tentang toleransi agama.

II. Negara

John Locke terkenal dengan teori Pembatasan Kekuasaan Negara. Menurut Locke
Pembatasan Negara dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu: Cara pertama adalah dengan
membentuk konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang ditentukan oleh parlemen berdasarkan
prinsip mayoritas. Cara kedua adalah adanya pembagian kekuasaan dalam tiga unsur atau lebih

1
Filasafat modern, Budi Hardiman hal.74
dikenal dengan sebutan Trias Politika yaitu pembagian kekuasaan berdasarkan legislatif,
eksekutif, dan federatif.

John Locke berusaha menggabungkan teori empirisme seperti yang diajarkan Bacon dan
Hobbes dengan ajaran rasionalisme Descrates. Penggabungan ini menggabungkan empirisme. Ia
menentang teori rasionalisme yang mengenai idea-idea dan asas-asas pertama yang dipandang
sebagai bawaan manusia.

John Locke menganggap bahwa keadaan alamiah adalah yang mendahului ekstitensi negara.
Persekutuan negara yang ada masa kini adalah hasil suatu perjanjian bersama. Dalam keadaan
alamiah yang semula sudah ada peraturan hukum. Zaman alamiah bukanlah zaman anarki bukan
zaman perang total seperti yang diajarkan Hobbes. Pada zaman alamiah itu orang ditahlukkan
juga kepada hukum akal yang mengajar orang untuk tidak merugikan orang lain, baik dalam
hidupnya maupun dalam kesehatan, kemerdekaan maupun dalam hal harta miliknya. Pada waktu
itu tiap orang berhak untuk mendapatkan hak miliknya sendiri. Diakuinya bahwa harta benda
dunia adalah milik bersama. Hal ini disebabkan karena Allah telah menciptakan semua itu bagi
kepentingan semua orang. Oleh karena itu tidaklah bertentangan dengan kehendak Allah jikalau
tiap orang memiliki miliknya sendiri.

John Locke memiliki beberapa pandangan tentang kekuasaan tertinggi dalam kehidupan
sebuah Negara (super power) diantaranya ialah: pertama, Negara memiliki hak kuasa atas
masyarakat sesuai dengan perjanjian yang telah diseakati bersama. Dalam hala ini Locke melihat
bahwa ada basis legitimasi rakyat terhadap masyarakat yang mengakibatkan penguasa harus
bertanggungjawab atas kehidupan rakyat. Menurut Locke kekuasaan negara dibentuk untuk
melindungi dan menjaga kepemilikan individual. Locke menegaskan bahwa perbedaan
kepemilikan sangat ditentukan oleh kerja individu. Individu harus rela menyerahkan sebagian
hak-hak alamiahnya kepada pemegang kekuasaan yang dikenal sebagai supremasi power agar
pemegang kekuasaan dapat melindungi hak-hak alamiah tiap-tiap individu. Artinya untuk
keperluan perlindungan (protection) maka individu/manusia membuat perjanjian sosial.
Oleh karena itu, semua manusia memiliki hak yang sama untuk menggunakan kemampuan
mereka. Manusia pada dasarnya adalah baik, maka keadaan alamiah tampak sebagai A State od
Peace, Good Will, Mutual Assistance, and Preservation.

John Locke memiliki sejumlah prinsip penting mengenai kekuasaan tertinggi (supermasi
power). Pertama, kekuasaan negara pada hakikatnya merupakan amanah,yakni kepercayaan
warga kepada penguasa yang telah disepakati menjalankan pemerintahan dan kekuasaannya.
Locke juga menegaskan bahwa adanya basis legitimasi rakyat terhadap kekuasaan yang dimiliki
penguasa membuat penguasa bertanggung jawab kepada rakyat atas kekuasaan yang
dipegangnya bukan kepada Tuhan dan kekuasaan tidak ada hubungannya dengan adiduniawi
atau transedent namun bersifat dunia prophant. Politik menurut Locke bersifat sekuler.
Kedua,karena kekuasaan itu berasal dari rakyat maka daripada itu kekuasaan tidaklah bebas dari
pengawasan rakyat. Otoritas yang dimiliki rakyat memberi kepercayaan kepada penguasa untuk
mengatur dirinya dan apabila terjadi penguasaan yang berlebihan oleh negara atau penguasa
maka akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan rakyat atas penguasa dan negara atau
hilangnya hak-hak rakyat itu sendiri. Oleh karena itu Locke secara eksplisit mengakui adanya
perlawanan rakyat,bila pemerintah mencampuri kehidupan kepemilikan individu,apabila
penguasa berusaha untuk menjadikan kehendaknya sebagai undang-undang tanpa melalui badan
legislatif.

Usaha semacam ini dinilai Locke sebagai pemberontakan dari atas. Ketiga, hak-hak rakyat
meliputi hak hidup,hak memiliki kekayaan,hak bebas beragama dan hak untuk berontak terhadap
kekuasaan negara yang Tirani. Oleh karena itu Locke menolak pendapat Sir Rober Filmer
mengenai kekuasaan didasarkan kepada warisan seperti yang terdapat pada hubungan
kekeluargaan. Filmer berpendapat bahwa kekuasaan memerintah pada awalnya diberikan Tuhan
kepada Adam dan Adam menurunkannya kepada ahli warisnya sampai pada ahli waris generasi
selanjutnya. Hal ini menegaskan bahwa Filmer mendukung absolutisme raja-raja dalam
memerintah. Hak dan kekuasaan raja menurut Filmer sama dengan hak dan kekuasaan ayah
kepada nak-anaknya. Tabiat alam menurut Filmer menentukan bahwa anak-anak tidak akan
pernah bebas dari kekuasaan si ayah walau si ank sudah dewasa. Namun Locke membantah ini.
Menurutnya Adam hanya mungkin memiliki putra mahkota kalaupun kekuasaannya itu bersifat
turun temurun namun siapakah “putra mahkota” itu? Tidak ada seorang pun yang tahu apalagi
putra mahkota atau ahli waris pada zaman Locke. Kekuasaan ayah bersifat sementara,tidak terus
menerus dan juga terbatas. Kekuasaan ini tidak sampai pada masalah hidup dan mati si anak dan
harta benda anak. Locke menegaskan bahwa harta benda si anak berada dibawah kekuasaannya
sendiri. Benar orang tua dalam melakukan kewajibannya memiliki kekuasaan untuk melecuti dan
memarahinya namun Locke berpendapat bahwa hal tersebut diiringi oleh rasa kasih sayang yang
memang merupakan fitrah kejadian manusia terhadap anak. Melecut atau memarahi adalah batas
yang diperlukan,bukan demi kekuasaan itu sendiri.

Dalam konstitusinya,Locke membagi 3 kekuasaan negara yaitu eksekutif,legislatif dan federatif.


Hal ini menurut Locke untuk mencegah timbulnya Tiran yang berkuasa dalam pemerintahan
yang sangat Otoriter. Menurut Locke kekuasaan tunggal haruslah dihindari dalam menjalankan
pemerintahan. Dalam pembagiannya eksekutif merupakan kekuasaan untuk menjalankan
undang-undang. Apabila eksekutif menyalahgunkan kedudukannya maka artinya sama saja
dengan menyatakan perang terhadap rakyat dan rakyat berhak menyingkirkan eksekutif dengan
kekerasan. Legislatif merupakan lembaga perumus undang-undang serta peraturan-peraturan
hukum fundamental negara. Kekuasaan legislatif tidak dapat dialihkan kepada lembaga manapun
atau kepada siapapun sebab legislatif merupakan manisfetasi pendelegasian rakyat kepada
negara. Hukum yang mengontrol legislatif adalah hukum kodrat,hukum yang diciptakan Tuhan
untuk kebaikan/kebajikan seluruh rakyat. Legislatif tidak diperkenankan membuat undang-
undang yang menghilangkan kebebasan,menlanggar hak-hak individu termasuk menetapkan
pajak tanpa persetujuan rakyat. Secara hiearkis legislatif memiliki kedudukan lebih tinggi
daripada eksekutif dan federatif. Kemudian federatif merupakan kekuasaan yang berkaitan
dengan hubungan luar negri,menntukan perang,perdamaian,liga dan aliansi anatar negara serta
transaksi dengan negara asing. Locke memasukan federatif kedalam eksekutif dengan alasan
praktis dan untuk menjaga agar kekuasaan dapat berjalan denga baik maka masing-masing
lembaga dijabat oleh orang yang berbeda. Semua itu demi membatasi kekuasaan penguasa/Raja.

Sesungguhnya jika kita amati pembagian kekuasaan menurut Locke merupakan konsep Trias
Politica yang lahir sebelum masa Montesqiue. Namun trias politica yang dikemukakan Locke
belumlah sempurna. Kekuasaan federatif saat ini dianggap satu dengan kekuasaan eksekutif dan
lembaga yudikatif belum disebut dalam trias politica Locke. Namun gagasan Locke telah
versesuaian dengan politik moderen dimana kekuasaan tidak lagi berada disatu tangan atau satu
lembaga melainkan telah terbentuk suatu pola kekuasaan yang berimbang. Cita-cita Locke yang
tertuang dalam konsep konstitusionalnya ini dapat disebut moderated monarchy (Monarki
Moderat).

Locke sendiri juga membagi negara kedalam 3 bentuk yaitu :

Monarki : Bila kekuasaan perundang-undangan diserahkan kepada satu orang saja

Aristokrasi :apabila kekuasaan perundang-undangan diserahkan kepada beberapa orang atau


kepada suatu dewan.

Demokrasi : apabila kekuasaan perundang-undangan diserahkan kepada masyarakat seluruhnya


atau rakyat,sedangkan pemerintah hanya melaksanakan keputusan rakyat tadi.

Monarki yang dimaksud Locke adalah monarki absolut

Locke juga sangat menjunjung tinggi toleransi beragama dalam konsep politiknya. Hal ini
mngkin dapat didasari dari kenyataan bahwa Locke hidup disaat pertentangan Agama masih
merupakan hal yang sangat biasa. Gagasan toleransi beragama ini dituliskan Locke dalam surat
panjangnya saat ia berada di pengasingan di Belanda pada tahun 1685. Surat itu baru diterbitkan
pada tahun 1689 saat William of Orange yang juga dikenal sebagai William (Willem) III
melakukan kudeta terhadap kekuasaan Raja James II di Inggris melalui revolusi tak berdarah
bersama istrinya Ratu Mary II. William III merupakan penganut Protestan dan saat itu pada masa
pemerintahannya ia hanya memberikan kebebasan beragama kepada pemeluk Protestan
sementara penganut Kristiani lainnya tidak bahkan penganut Katolik ditindas dan didiskriminasi
selama 150 tahun.

Sebuah ironi yang menggambarkan permusuhan Agama di Inggris semenjak kematian Henry
VIII. Bagi Locke yangs angat menjunjung kebebasan dan kemerdekaan berpendapat bahwa
manusia sejak lahir sudah diberikan kebebasan atau kemerdekaan dan Tuhan tidak pilih kasih
kepada manusia atas dasar Agama,keturunan atau kepemilikan kekayaan. Baginya tujuan hidup
manusia adalah menyembah Tuhan. Locke sendiri dalam prinsipnya mengakui bahwa jalan
menuju kebenaran tidaklah monolistik namun pluralistik. Pandangan keagamaan inilah yang
oleh locke disebut keadilan yang diajarkan Injil dan sesuai dengan akal sehat.

TENTANG NEGARA

Pandangan Locke tentang negara terdapat dalam bukunya yang berjudul “Dua Tulisan tentang
Pemerintahan” (Two Treatises of Civil Government).Ia menjelaskan pandangannya itu dengan
menganalisis tahap-tahap perkembangan masyarakat.Locke membagi perkembangan masyarakat
menjadi tiga, yakni keadaan alamiah(the state of nature), keadaan perang (the state of war),
dan negara(commonwealth).
Tahap keadaan alamiah adalah tahap dimana manusia memiliki hubungan harmonis, memiliki
kebebasan dan kesamaan hak yang sama.Setiap manusia bebas menentukan dirinya dan
menggunakan apa yang dimilikinya tanpa terjadi kekacauan karena telah patuh terhadap
ketentuan hukum kodrat yang diberikan olehTuhan.Hukum kodrat dari Tuhan menurut Locke
adalah larangan untuk merusak dan memusnahkan kehidupan, kebebasan, dan harta milik orang
lain. Dengan demikian, Locke menyebut ada hak-hak dasariah yang terikat di dalam kodrat
setiap manusia dan merupakan pemberian Allah. Konsep ini serupa dengan konsep Hak Asasi
Manusia (HAM) di dalam masyarakat modern.
Tahap kedua adalah Keadaan Perang.Locke menyebutkan bahwa ketika keadaan alamiah telah
mengenal hubungan-hubungan sosial maka situasi harmoni mulai berubah. Penyebab utamanya
adalah terciptanya uang. Uang dapat membuat manusia lupa akan keadaan alamiah nya dimana
mereka hanya mencari nafkah untuk sekedar konsumsi.Dengan adanya uang, manusia berlomba
– lomba membuat dirinya kaya. Ketidaksamaan harta kekayaan membuat manusia mengenal
status tuan-budak, majikan-pembantu, dan status-status lainnya.Untuk mempertahankan harta
miliknya, manusia menjadi iri, saling bermusuhan, dan bersaing.Masing-masing berusaha untuk
mempertahankan miliknya sendiri.Keadaan alamiah yang harmonis dan penuh damai tersebut
kemudian berubah menjadi permusuhan, kedengkian, kekerasan, dan saling menghancurkan.
Situasi seperti ini berpotensi memusnahkan kehidupan manusia jika tidak ada jalan keluar nya.
Tahap yang ketiga adalah tahap Terbentuknya Negara. Untuk menciptakan jalan keluar dari
keadaan perang sambil menjamin milik pribadi, maka masyarakat sepakat untuk mengadakan
“perjanjian asal”. Inilah saat lahirnya negara persemakmuran (commonwealth).Dengan demikian,
tujuan berdirinya negara bukanlah untuk menciptakan kesamarataan setiap orang, melainkan
untuk menjamin dan melindungi milik pribadi setiap warga negara yang mengadakan perjanjian
tersebut. Di dalam perjanjian tersebut, masyarakat memberikan dua kekuasaan penting yang
mereka miliki di dalam keadaan alamiah kepada negara.Kedua kuasa tersebut adalah hak untuk
menentukan bagaimana setiap manusia mempertahankan diri, dan hak untuk menghukum setiap
pelanggar hukum kodrat yang berasal dari Tuhan.Ajaran Locke ini menghasilkan dua keputusan
yaitu:
 Kekuasaan negara pada dasarnya adalah terbatas dan tidak mutlak sebab kekuasaannya
berasal dari warga masyarakat yang mendirikannya. Jadi, negara hanya dapat bertindak dalam
batas-batas yang ditetapkan masyarakat terhadapnya.
 Tujuan pembentukan negara adalah untuk menjamin hak-hak asasi warga, terutama hak
warga atas harta miliknya. Untuk tujuan inilah, warga bersedia melepaskan kebebasan mereka
dalam keadaan alamiah yang diancam bahaya perang untuk bersatu di dalam negara.

Di dalam sistem kenegaraan Locke di atas, tetap ada kemungkinan penyalahgunaan wewenang
oleh pihak-pihak yang berkuasa atas rakyat. Oleh karena itu, menurut Locke, rakyat memiliki
hak untuk mengadakan perlawanan dan menyingkirkan pihak eksekutif dengan kekerasan bila
mereka telah bertindak di luar wewenangmereka.Di sini, rakyat merebut kembali hak yang telah
mereka berikan.

TENTANG HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA

Pandangan Locke yang masih berhubungan dengan konsep Negara adalah tentang
hubungan antara agama dan negara. Hal ini terdapat dalam tulisannya yang berjudul „Surat-Surat
Mengenai Toleransi‟ (Letters of Toleration). Locke menyatakan bahwa perlu ada pemisahan
tegas antara urusan agama dan urusan negara sebab tujuan masing-masing sudah berbeda.
Negara tidak boleh menganut agama apapun, apalagi jika membatasi atau meniadakan suatu
agama. Tujuan negara adalah melindungi hak-hak dasar warganya di dunia ini sedangkan tujuan
agama adalah mengusahakan keselamatan jiwa manusia untuk kehidupan abadi di akhirat kelak
setelah kematian. Jadi, negara berfungsi untuk memelihara kehidupan di dunia sekarang,
sedangkan agama berfungsi untuk menjalankan ibadah kepada Tuhan dan mencapai kehidupan
kekal.

Agama adalah urusan pribadi, berbeda dengan negara yang merupakan urusan masyarakat
umum. Pemisahan antara keduanya haruslah ditegaskan, dan masing-masing tidak boleh
mencampuri urusan yang lain. Negara tidak boleh mencampuri urusan keyakinan religius
manusia, sedangkan agama tidak boleh melakukan sesuatu yang dapat menghalangi atau
menggagalkan pelaksanaan tujuan negara. Bila negara hendak menghalangi kebebasan beragama
dari warganya, maka rakyat berhak untuk melawan.

Pandangan John Locke yang mengenai agama bersifat deistis. Agama Kristen adalah agama
yang paling masuk akal dibanding dengan agama-agama yang lain, karena dogma-dogma yang
hakiki agama Kristen dapat dibuktikan oleh akal. Bahkan pengertia Allah itu disusun oleh
pembuktian-pembuktian. Jadi Locke bukan bepangkal pada pengertian “Allah” yang telah ada,
lalu pengertian itu dibuktikan, melainkan berpangkal pada fakta pada keberadaan manusia
sebagai mahluk akali yang dapat berdiri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai