Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Fathur Pramudya Putra

NIM : 11201120000048

PRODI : 3B Ilmu Politik

EMAIL : fathur.pramudya20@mhs.uinjkt.ac.id

PEMIKIRAN POLITIK JOHN LOCKE

Salah satu filsuf empirisme Inggris terbesar dan juga salah satu yang memiliki
pemikiran kontrak sosial adalah John Locke. Beliau lahir di Wrington pada tahun 1632, yang
dimana tempat lahirnya itu dekat dengan Bristol. Perlu diketahui bahwa ayahnya John Locke
sendiri merupakan seorang pengacara yang berjuang di pihak parlemen dan pada saat itu
melawan Raja Charles I. Di sepanjang hidupnya John Locke membela sistem parlementer.
Selain itu John Locke mendapatkan suatu pendidikan klasik dan juga ketat di Westminster
School pada tahun 1646-1652. Pada awal pendidikannya di Westminster, John Locke tidak
nyaman dikarenakan dia merasa pendidikan di Westminster school terlalu ke masa lalu dan
juga sama halnya dengan Oxford, dia membenci pada pendidikan yang dimana terpaku pada
bentuk skolastik.

Minat John Locke akan filsafat timbul dikarenakan dia secara pribadi membaca karya
Descartes dan hal itu bukan dikarenakan pembelajaran di Oxford. John Locke juga
menyelesaikan B.A pada tahun 1656, dan juga M.A. pada tahun 1658. 1 Semasa John Locke
hidup, problematika yang utaa di sekitarnya adalah tentang pertentangan antara urusan
pemerintahan dengan urusan per individu menjadi kekacauan utama dalam masyarakat dan
John Locke pun percaya bahwa cara yang mungkin dapat dilakukan agar menjadi solusi pada
masalah ini adalah dengan mengembalikan urusan mereka pada hakikatnya. Jika dilihat di
satu sisi, pemerintahan berhubungan dengan urusan publik seperti bagaimana mengatur
masyarakat atau melindungi masyarakat sekalipun.

Sedangkan di sisi lainnya lagi bahwa urusan gereja lebih merujuk ke urusan batiniah
antara hamba dengan tuhannya. Dan pada akhirnya John Locke mempertimbangkan kedua
hal itu dan menurut dia dibutuhkannya kontrak sosial dikarenakan John Locke sendiri
percaya bahwa seseorang pasti memiliki kepentingan atau keinginan masing-masing dan

1
A. widyamartaja, “Kuasa itu Milik Rakyat, Esai Kedua: Esai Mengenai Asal Mula Sesungguhnya, Ruang
Lingkup, dan Maksud Tujuan Pemerintahan Sipil”. (Yogyakarta: Kanisius, 2002).
kontrak sosial ini bertujuan untuk melindungi kepemilikian dan juga kebebasan rakyat. John
Locke juga percaya bahwa kontrak sosial ini adalah satu-satunya cara atau jalan dalam
menuju masyarakat yang beradab dikarenakan kontrak sosial adalah legitimasi otoritas politik
yang dimana untuk membatasi kewenangan di setiap subjek dan hak dari setiap penguasa dari
seluruh manusia yang secara alamiah terlahir dengan bebas dan setara.2

Masih terkait dengan kontrak sosial, bagi John Locke manusia secara alamiah adalah
baik dan juga bebas dan dimana itu untuk menentukan dirinya sendiri serta menggunakan
miliknya dengan tidak tergantung pada hak orang lain. John Locke pun juga percaya bahwa
di dalam absolute freedom tersebut tidak ada absolute chaos, dan State of war menurut
Thomas Hobbes tidaklah sama dengan state of nature John Locke yang berpendapat bahwa
manusia adalah makhluk sosial yang dimana digerakan oleh ration dan bukan oleh nafsu.
Manusia pun juga memiliki kalkulasi agar tidak sembarang membunuh serta merugikan
orang lain. Terdapat juga hukum alam bahwa, dimana orang tidak boleh mengambil lebih
dari apa yang dibutuhkannya.

Akan tetapi setelah lahirnya uang, batas alamiah tersebut menjadi hilang dan akhirnya
timbulah keadaan perang atau state of war. Masyarakat yang sudah dikuasai oleh ekonomi
uang maka tidak akan bertahan lama jika tanpa pembentukan negara yang menjamin milik
pribadinya maka dari itu juga negara didirikan untuk melindungi hak milik pribadi.
Kebebasan yang diciptakan oleh John Locke adalah kebebasan hak milik atau materialistis
sekularistis.

John Locke sendiri megadakan atau menciptakan yang namanya pembagian


kekuasaan dalam negara menjadi tiga badan, yaitu kekuasaan legislatif (kekuasaan tertinggi
untuk membuat undang-undang), badan eksekutif (bertugas untuk pelaksanaan UU), dan
kekuasaan federatif (untuk masalah luar negara). John Locke sendiri juga memisahan antara
agama dengan negara dan pemisahan ini dikarenakan berbedanya wewenang negara dengan
wewenang agama. Wewenang dari negara adalah bidang kehidupan duniawi dan sedangkan
untuk wewenang agama adalah membimbing manusia di jalan keselamatan kekal.3

2
Daya Negri Wijaya, “John Locke Dalam Demokrasi”, SEJARAH DAN BUDAYA 1 (Juni 2014): 19-20.
3
Zulfan, “Pemikiran Politik Thomas Hobbes, John Locke, Dan J.J. Rousseau Tentang Perjanjian Sosial”, Serambi
Akademica VI (November 2018): 32-33.
DAFTAR PUSTAKA

Widyamartaja, A. “Kuasa itu Milik Rakyat, Esai Kedua: Esai Mengenai Asal Mula
Sesungguhnya, Ruang Lingkup, dan Maksud Tujuan Pemerintahan Sipil”.
Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Zulfan, “Pemikiran Politik Thomas Hobbes, John Locke, Dan J.J. Rousseau Tentang
Perjanjian Sosial”, Serambi Akademica VI (November 2018): 30-35.

Wijaya, Daya Negri, “John Locke Dalam Demokrasi”, SEJARAH DAN BUDAYA 1 (Juni
2014): 13-24.

Anda mungkin juga menyukai