Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

ILMU NEGARA

DISUSUN OLEH :

NAMA : ANGGINI KHAERUNISSA POETRI


NIM : 044315497
PRODI : ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) SEMARANG
TAHUN 2021
SOAL :

Teman-teman mahasiswa/i diminta untuk memberikan penjelasan terkait:

1. Apa arti pentingnya mempelajari Ilmu Negara dalam mempelajari hukum?


2. Apa kelemahan mendasar hakikat negara menurut Teori Hukum Murni?
3. Persamaan dan perbedaan asal mula Negara menurut Thomas Hobbes dan John Locke
menurut Teori Perjanjian.

JAWABAN :

1. Ilmu negara menurut Roelof Kranenburg adalah ilmu tentang negara, dimana diadakan
penyelidikan tentang sifat hakikat, struktur, bentuk, asal mula, ciri-ciri serta seluruh persoalan di
sekitar negara. Adapun objek yang dikaji yakni sebuah negara terlepas dari tempat, keadaan, dan
waktu sehingga objeknya berbentuk abstrak, umum, dan universal. Ilmu negara mengkaji lebih
lanjut mengenai asal mula negara, hakikat, dan bentuk negara pada umumnya. Dari pernyataan
berikut kita bisa melihat arti penting mempelajari ilmu negara untuk selanjutnya mempelajari
hukum yang berlaku di suatu negara tersebut yakni apabila kita sudah mengetahui dasar
mengenai negara maka akan lebih mudah untuk memahami konsep hukum yang berlaku di
sebuah negara tersebut, ilmu negara ini nantinya akan mengantarkan kita pada mata kuliah
hukum cabang lainnya seperti Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara maupun
Hukum Internasional. Kesemuanya saling berkaitan karena negara ini sebagai fondasi utama
berjalannya system kehidupan melalui hukum.

2. Teori hukum murni dikemukakan oleh Hans Kelsen (1881-1973) yang dituangkan dalam
karyanya yang terkenal dengan judul Reine Rechtslehre (ajaran hukum murni), Algemeine
Statslehre (Ajaran umum tentang negara), General Theory of Law and State (teori umum tentang
hukum dan negara).
Teori hukum murni dari Hans Kelsen merupakan bentuk pemberontakan terhadap ilmu hukum
yang ideologis, yang hanya mengembangkan hukum sebagai alat pemerintahan dan negara-negara
totaliter. Teori ini dinilai sebagai penjelmaan dan pengembangan dari aliran Positivisme yang
menentang ajaran yang bersifat ideologis. Teori hukum murni ini menghendaki hukum harus
dibersihkan dari unsur-unsur yang tidak yuridis seperti etis, sosiologis, politis dan sejarah.
Konsep hukum Hans Kelsen tidak memberi tempat bagi berlakunya suatu hukum alam. Etika
memberikan penilaian tentang baik dan buruk. Ajaran Hans Kelsen menghindarkan diri dari soal
penilaian ini. Bersih dari unsur sosiologis, maksudnya ajaran hukum murni dari Hans Kelsen tidak
memberi tempat bagi hukum kebiasaan yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat.
Dengan demikian, hukum adalah sebagaimana adanya, yaitu terdapat dalam berbagai peraturan
yang ada. Oleh karena itu, yang dipermasalahkan bukanlah bagaimana hukum itu seharusnya,
melainkan apa hukumnya. Hans Kelsen berpendapat bahwa satu-satunya obyek penyelidikan ilmu
pengetahuan hukum adalah sifat normatifnya. Ini berarti hukum itu berada dalam
dunia sollen (yang seharusnya menurut hukum), bukan dalam dunia sein (kenyataan dalam
masyarakat).
Sebagai contoh "Barang siapa yang membeli barang seharusnya (sollen) membayar". Dikatakan
"seharusnya", sebab tidak dipedulikan suka/tidaknya atau mampu/tidaknya pembeli akan
kewajibannya membayar itu. Jadi, sollen itu sama sekali terlepas dari sein.
Hal ini jelas menunjukkan kelemahan mendasar dari teori hukum murni tersebut, teori ini
memandang negara sebagai suatu system hukum semata-mata, ketertiban negara ada karena
ketertiban masyarakat, adanya norma hukum yang mengikat dan memaksa sesuai dengan
peraturan dibuat oleh pemegang kekuasaan. Hal ini dapat disebut sebagai kelemahan karena dalam
implementasinya, hukum tidak selalu berjalan sesuai dengan tekstual yang ada, banyak faktor yang
memengaruhi hukum termasuk kenyataan bahwa dalam kehidupan terdapat sejarah ataupun
budaya yang diajarkan turun temurun, faktor psikologis, faktor sosiologis, dan lain-lain.

3.

 Persamaan teori asal mula negara menurut Thomas Hobbes dan John Locke:

1. Negara terbentuk dari perjanjian individu.


2. Manusia memiliki sifat alamiah yang akhirnya menjadi alasan penting dibentuknya negara.

 Perbedaan teori asal mula negara menurut Thomas Hobbes dan John Locke:

1. Hobbes mengatakan sifat dasar manusia yang egois, sedangkan Locke mengatakan manusia
memiliki sifat yang baik.
2. Hobbes mengatakan setiap individu memiliki kebebasan mutlak, Locke mengatakan individu
memiliki naluri untuk tidak merugikan orang lain.
3. Hobbes mengatakan negara memiliki kekuasaan mutlak, Locke mengatakan negara perlu diawasi
supaya tidak bersifat mutlak.
4. Locke menjelaskan perang dipicu karena adanya ekonomi uang.

Thomas Hobbes menyebutkan dalam keadaan alamiah, manusia satu dengan lainnya adalah
sama, baik secara kemampuan atau lainnya. Namun kesetaraan inilah yang mengakibatkan
timbulnya kekacauan. Sebab dengan adanya kesetaraan dalam kemampuan, timbullah kesetaraan
harapan untuk mencapai akhir yang sama, kemudian menyebabkan manusia menjadi musuh
alami (natural enemies). Suatu negara berasal dari perjanjian antara individu-individu karena
setiap individu memiliki state of nature yaitu kondisi memiliki kebebasan yang mutlak. Manusia
ini hidup untuk membela haknya dan menyebabkan mereka selalu dalam situasi persaingan.
Sehingga perlu ada negara yang mengatur supaya masyarakat tidak memiliki kebebasan mutlak
lagi. Teori ini menyebabkan negara memiliki kebebasan mutlak.
John Locke juga menyebutkan bahwa negara berasal dari perjanjian masyarakat. Namun negara
ini didirikan karena untuk melindungi hak milik masing-masing individu. Berbeda dengan
Hobbes, Locke percaya bahwa manusia memiliki sifat alami yang baik. Dia percaya dengan
adanya kebebasan yang mutlak tidak ada chaos yang mutlak dan menyebabkan
perang/persaingan. Manusia memiliki hati nurani yang tidak sembarang membunuh dan
merugikan orang lain.

Justru karena adanya ekonomi uang sifat alamiah manusia yang baik tersebut menjadi hilang.
Ekonomi uang ini yang membuat ada sifat iri dan persaingan muncul. Locke berpendapat jika
demikian terus maka masyarakat akan punah, sehingga perlu negara yang akan menjamin milik
pribadinya.

Dalam hal ini, negara menurut Locke memiliki fungsi sebagai pelindung, sehingga perlu adanya
pengawasan kekuasaan. Locke membagi tiga kekuasaan dalam negara yaitu legislative, eksekutif
dan federatif.

Anda mungkin juga menyukai