Bab I
Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Karya-karya Locke berhubungan langsung dengan kejadian-kejadian di Inggris yang
tragis dan ironis seperti perang saudara dan perang agama antara kaum protestan dan katolik.
Pada masa itu manusia saling membunuh sesamanya tanpa mempedulikan yang dibunuh itu
saudara atau bukan. Tragedi-tragedi yang ironis dan trategis tersebut memberikan banyak
pelajaran yang berharga sehingga Locke dapat memahami betapa pentingnya penghargaan
terhadap kebebasan, demokrasi, pembatasan kekuasaan dan toleransi beragama. Locke
merupakan orang yang menentang dengan gigih monarki absolut di Inggris karena dianggap
sangat bertentangan dengan prinsip civil society yang diyakininya. Karya-karya tulisannya
merefleksikan penentangannya terhadap kekuasaan absolut dan pembelaannya terhadap
kebebasan civil society karena mansia dilahirkan sederajat. Tidak ada manusia yang dilahirkan ke
dunia lebih baik dari manusia lainnya karena pada hakikatnya Tuhan memberikan kepada
manusia kesamaan kemampuan nalar, kesamaan keuntungan-keuntungan alamiah kekuasaan dan
juridikasi. Dengan kesamaan anugrah dari Tuhan itulah manusia itu menurut Locke sudah ada
sejak manusia berada dalam keadaan alamiah. 1
Tahun 1683 terjadinya konflik antara Locke dengan raja yang berkuasa, Locke dianggap
terlibat aksi pembrontakkan menumbangkan kekuaasaan raja Inggris dan penghujatan terhadap
agama. Tuduhan tersebut membuat Locke harus menggungsi ke Belanda. Mengungsi tidak
berarti membuat Locke berhenti berkarya melainkan tetap aktif menulis gagasan-gagasannya
sehingga dapat melahirkan Two Threatises of Government (1690) dan Some Thoughts
Concerning Education (1693). Karya-karya Locke ini dipergunakan untuk menjadi pedomanpedoman ilmu negara sampai saat ini.
I.II Pokok Permasalahan
1 Suhelmi Ahmad. 2007. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum hlm,189
2
I.I.III Hal-hal yang menyebabkan state of nature John Locke berubah dari pemikiran awalnya ?
I.I.IV Kritik terhadap pemikiran state of nature John Locke
BAB II
3
Pembahasan
II.I Biografi John Locke
John Locke dilahirkan disekitar Bristol sebagai putra seorang sarjana hukum 29 Agustus
1632. Ketika tinggal di Westminster, Locke dididik oleh guru-guru yang berhaluan politik royalis
yang menjadi musuh kaum Puritan. Raja Charles digulungkan oleh kaum Puritan yang membuat
ia kemudian di eksekusi. Eksekusi ini membangkitkan simpati banyak kalangan muda termasuk
Locke terhadap kaum Royalis. Sosialisasi Locke dalam keluarga Calvinis (Puritan) dan pengaruh
kaum Royalis membuat Locke mampu mengambil manfaat dari keluarganya.2 Ketika berumur
20 tahun Locke memasuki Universitas Oxford dan mulai berkenalan dengan Edward Baghshawe
yang aktif mempropagandakan toleransi agama, kebebasan politik, dan hak-hak alamiah, suatu
gagasan yang kemudian dilekatkan dengan pada Locke.
Tokoh lain yang mempenagruhi pemikiran dan hidup Locke adalah Antony Ashley Cooper yang
dijumpainya di musim panas 1666. Antony Ashley Cooper atau yang terkenal dengan sebutan
Cooper adalah politisi liberal terkemuka dan juga pembela gigih toleransi agama dan kebebasan
individual. Selain Edward Baghshawe dan Cooper, pemikiran Locke juga dipengaruhi oleh
Shaftesbury yang memperkenalkan Locke dengan studi ekonomi dan melibatkannya mengelola
pemerintahan serta menumbuhkan minat Locke pada kajian teori-teori politik sehingga wawasan
intelektual Locke pun menjadi sangat luas.
Locke berhenti mengajar filsafat Aristoteles dan mulai memperlajari Descartes dan
metode Cartesian yang amat berbeda dengan aliran pemikiran yang diketahui sebelumnya. Ia
mendiskusikan berbagai persoalan filsafat dengan Shaftesbury dan koleganya yang lain. Dari
diskusi-diskusinya inilah ia mulai terdorong untuk menuliskan gagasan-gagasannya. Karyanya,
An Essay Conserning Human Understanding yang diselesaikannya 1687 dan dipublikasikan
pada tahun 1960 merupakan produk awal dari diskusi-diskusi dengan Shaftesbury dan kolegakoleganya. Sejak saat itu ia mulai terlibat dalam kegiatan politik Inggris.
2 Suhelmi Ahmad. 2007. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, hlm 183
4
rakyat yang tujuannya adalah untuk melindungi hak milik, hidup, serta kebebasan. Hanya
aturan-aturan yang berlaku umum bagi semua anggota masyarakat sajalah yang dapat dianggap
sebagai aturan-aturan hukum alam bukan keputusan yang diambil secara sewenang-wenang.4
Keadaan alami memiliki hukum alam dalam mengaturnya yang mewajibkan setiap orang
untuk ikut serta mengajarkan manusia bahwa karena semuanya bebas karena semua sama dan
bebas, tidak seorangpun akan merusak atau melukai orang lain dalam kehidupan, kesehatan,
kemerdekaan dan hak miliknya5. Dalam keadaan alamilah seseorang bisa mempunyai kekuasaan
atas orang lain tetapi tidak kekuasaan mutlak atau kekuasaan sesuka hati melainkan hanya
sewajarnya.
Locke tidak mengemukakan keadaan alam liar itu sebagai suatu keadaan yang tidak
berhukum sama sekali. Seperti menurut alam, manusia berhak atas beberapa hak, bahkan atas
hak-hak yang sangat penting, hak hidup, hak kemerdekaan dan hak milik. Tujuannya yaitu
menjamin suasana hukum individu. Kekuasaan pemerintah dengan demikian menemukan
batasnya dalam suasana-suasana individu secara alam itu. Apabila pemerintah memperkosa
hukum itu, maka ia bertentangan dengan tujuan utama perjanjian masyarakat.
juga
menambahkan bahwa suasana alam bebas itu tidak merupakan chaos dan masing-masing
menjalankan hak manusianya dengan menghargai orang lain. John Locke berkata bahwa
meskipun keadaan lama bebas bersifat prae-political yakni belum ada satu pun badan politik
yang mengatur masyarakat tapi masyarakat pada waktu itu bukanlah prae-sosial karena pada
masa itu sudah ada hukum kodrat yang mendiktekan sesuatu kepada manusia. Sesuatu itu
adalah pikiran sehat yang memberi ajaran kepada manusia yang secara mau tidak mau manusia
harus mendengarkan ajaran itu bahwa tidak seorangpun boleh merugikan manusia lainnya soal
4 .__. . 1980. Ahli Ahli Pikir Besar tentang Negara dan Hukum. Jakarta: P.T Pembangunan
5 Suhelmi Ahmad. 2007. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, hlm
126
6
hidupnya, kesehatannya, kebebasannya dan harta bendanya. Karena menurut ketentuan alam
semua manusia adalah sama dan bebas
Menurut John Locke meskipun belum ada undang-undang, hakim dan polisi kehidupan
masyarakat sudah jauh dari sifat brutish karena jiwa manusia tidak perlu bersifat solitary, poor,
nasty, short dan mengenai hak milik John Locke berpendapat bahwa semua isi dunia ini memang
kepunyaan bersama tapi manusia mempunyai suatu yang berbeda dengan manusia lain., yaitu
usaha maka apabila manusia telah menyatukan usahanya kepada alam, maka hasil usahanya
bukan meruapakan hak bersama tapi milik pribadi.
6 Suhelmi Ahmad. 2007. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, hlm 192
7
inilah yang seharusnya di bela. Apabila mereka dijadikan objek kekerasan dan penindasan serta
hak-hak mereka dirampas, maka akan lahirlah apa yang disebut keadaan perang.7
Menurut Locke bila kebebasan individu dirampas (hilang) maka individu bersangkutan
tidak memiliki apa pun lagi. Kehilangan kebebasan berarti kehilangan segalanya. Ketidaksamaan
posisi itulah yang mengubah keadaan alamiah dengan keadaan perang. Bahkan dikatakan bahwa
orang yang merampas kebebasan sah untuk dibunuh.8
Keadaan perang juga tercipta apabila seseorang menempatkan orang lain dibawah
kekuasaanya tanpa peretujuan dan kesukarelaan dari orang yang dikuasai. Locke berpendapat
bahwa aktivitas ekonomi selain cara juga merupakan tujuan didalam dirinya sendiri yaitu
manakala:
. Sepanjang ketika kebebasan memerlukan pelaksanaan kemampuan alami yang
tidak
kebahagian.9
Maka menurut Locke, harta kekayaan selain merupakan ekspresi kepribadian yang unik
sekaligus juga merupakan sumber pengagungan material yang hedonis. Aktivitas ekonomi
merupakan kompetisi dalam hal kebajikan. Adanya perbedaan antara orang-orang kaya dan
orang-orang miskin menurut Locke merupakan tanda akan perbedaan dalam hal kebajikan.
Kebajikan disini memiliki konotasi pada kecerdasan, ketekunan, kerajinan, dan kegigihan
individu dalam berusaha dan bekerja di dunia.
II.II Kritik Terhadap State Of Nature
7 ibid
8 ibid
9 Suhelmi Ahmad. 2007. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, hlm 193
8
Kita mengakui bahwa jiwa, kemerdekaan, kesehatan, dan hak milik dinyatakan sebagai
hak milik manusia. Kemudian muncul pertanyaan dimana letak batas untuk mencari kesenangan?
Apakah batas itu? Batas tersebut mau tidak mau harus ada. Sebab jika tidak ada pastilah orang
lain melanggar hak tersebut. Dalam mencari kesenangan tentu adanya kemungkinan seseorang
melanggar atau merusak jiwa, kemerdekaan, kesehatan, hak milik atau kesenangan orang lain
untuk mencapai kebahagiannya sendiri.
Ajaran hukum alam menentukan bahwa hak-hak itu bersifat lebih tinggi dari hukumhukum atau aturan-aturan yang ada. Bahwa adanya sesuatu hukum atau aturan yang lebih tinggi
dari yang lain misalnya undang-undang dasar. Yang menjadi kebaratan adalah dimanakah hakhak itu terdapat dan bagaimana mengetahui akan adanya? Bolehkah kita hanya mengambil dasar
kepada pendapat ahli-ahli fikir saja? Bagaimana kalau tidak dapat persamaan faham antara ahliahli fikir itu?
Yang ketiga yaitu mengenai tempat dan waktu. Ajaran hukum alam itu mengutarakan
bahwa hak itu ada pada segala masa dan sekalian tempat. Ini sangat bertentangan dengan apa
yang ada karena dalam prakteknya hak-hak yang diakui sebagai hak manusia itu menunjukkan
jalan proses, artinya dapat berubah menurut masa dan juga tempat. Contoh ; hak mogok sekarang
dimasukkan kedalam undang-undang kita sebagai salah satu hak-hak dasar manusia, sedangkan
hak ini tidak pernah tersebut dalam hukum alam. Jadi dapat disimpulkan bahwa belum terdapat
kepastian yang teguh didalam ajaran hukum itu tentang luas-luas hak yang dimaksudkan.
Mengenai waktu, dikatakan bahwa hak-hak itu ada sepanjang masa. Ucapan ini terlalu
berat untuk dapat ditelan. Sebab sifat tiap-tiap hukum pada umumnya ialah bahwa hukum itu
cocok dan sesuai dengan perasaan yang hidup dalam masyarakat. Hukum atau aturan yang tidak
dan sesuai dengan perasaan yang hidup dalam masyarakat tidak akan dipedulikan masyarakat
tersebut.
Adanya kemungkinan bahwa pada suatu masa dan suatu tempat hak milik tidak diakui lagi.
Sebab telah dipandang lepas dari derajat hak manusia dan dari masa ke masa hak-hak manusia
telah mengalami perkembangan. Artinya hak-hak manusia tersebut telah bertambah banyak
9
10
apabila dilakukan perbandingan hakhak manusia dalam ajaran hukum alam dengan hak-hak
manusia yang ada pada masyarakat modern saat ini. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
hak itu bergantung kepada tempat dan masa, satu dan lain adalah akibat yang akrab dari pada
perasaan hukum yang ada pada masyarakat pada satu waktu.
David
Hume
(1711-1776)
sarjana
abad
ke
18
menolak
doktrin
perjanjian
kemasyarakatan. Ia berkata; the state of nature is only a creation of the imagination. Menurut
Hume masyarakat itu didirikan oleh dorongan naluri seksuil. Pada tahap pertama naluri seksuil
dikendalikan oleh simpati spontan, pada tahap ke dua seksuil didorong oleh kebiasaan dan tahap
ketiga munculnya keisyafan akan perlunya bermasyarakat. Menurut Hume dasar terbentuknya
negara adalah keluarga, lingkungan keluarga ini makin lama makin besar yang kemudian
dibutuhkannya suatu pemerintahan yang bisa mengekang egoisme anggota-anggotanya.
Pemerintah ini tidak terbentuk berdasarkan perjanjian tapi tumbuh dengan jalan kekerasan.
Hal lain yang juga menjadi kritik dalam pemikiran Locke yaitu mengenai tidak
dibahasnya persoalan mengenai yudiktif atau pengadilan sedangkan didalam keadaan kesamaan
terdapat hak untuk mengadili dan bersifat timbal balik Serta apabila ditinjau lebih lanjut bahwa
ketika Locke berusaha meniadakan dinasti pemerintahan (bukankah eksekutif itu bergantung
kepada legislative dan ini pada rakyat seluruhnya) ia memberikan hak hidup bahkan
menyuburkan kehidupan dinasti ekonomi. Karena apabila diigat-ingat lagi menurut Locke hanya
dengan izin pemilik saja bagian milik itu dapat diambil oleh negara.
10
11
Kesimpulan
Locke dengan karya-karyanya memiliki pengaruh dalam berbagai bidang kehidupan
manusia pada masa sekarang seperti bidang keilmuan, politik, ekonomi dan filsafat. Meskipun
banyak kritik yang bermunculan bahwa pandangannya mengenai state of nature Locke selalu
berbaik sangka. Meskipun demikian Locke tetap tersesat dalam pemikirannya karena mengira
dapat menemukan hal yang berlaku umum dan hanya membentangkan apa yang sebenarnya
berlaku dalam negaranya atau membentangkan haluan kenegaraan yang mereka anut. Dengan
demikian pemikiran Locke dapat dikatakan terbatas serta memihak meskipun pikiran-pikirannya
diberi bentuk objektif secara ilmu pengetahuan. Pandangan Locke mengenai hukum juga
normatif karena menyuruh orang bagaimana seharusnya bersikap bukan bagaimana sebenarnya
bersikap.
Disamping kelemahan-kelemahan Locke itu haruslah diakui bahwa ia memberikan
pengaruh yang besar meskipun perlu disadari bahwa dalam keadaan alami itu seseorang bisa
mempunyai kekuasaan atas yang lain namun bukan kekuasaan multal atau kekuasaan sesuka hati
11
12
Daftar Pustaka
Buku :
1. Noer Delian. 1982. Pemikiran Politik di Negeri Barat. Jakarta: Mizan Pustaka
2. .__. . 1980. Ahli Ahli Pikir Besar tentang Negara dan Hukum. Jakarta: P.T Pembangunan
Gunung Sahari 84
3. Suhelmi Ahmad. 2007. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum
4. Lubis Solly. 1981. Ilmu Negara. Bandung: Penerbit Alumni
5.
12