Anda di halaman 1dari 12

ILMU NEGARA

25/10/2022

ZAMAN AUFKLARUNG
o Pada Abad ke-17 dan ke-18, kepercayaan kepada kekuatan akal budi makin
bertambah  zaman ini disebut sebagai zaman rasionalisme atau Aufklarung
(Zaman Pencerahan, Zaman Terang Budi)
o Descartes, sebagai perintis filsafat rasionalisme, membentangkan bahwa
terdapat ide-ide yang terang pada manusia yang mutlak dapat dipercaya 
berakar dari kesadaran manusia tentang dirinya sebagai pribadi yang berakal
budi dan bebas.
o Manusia sebagai titik tolak seluruh pandangan hidup.
o Setelah Abad ke-16, ajaran tentang hukum alam mengalami perkembangan
baru, dan akan menguasai alam pikiran tentang negara dan hukum pada Abad
ke-17 sampai Abad ke-18.
o Pada masa ini, masyarakat menaruh harapan tidak lagi pada aturan-aturan
agama dan kesusilaan, melainkan pada pikiran yang abstrak untuk mengakhiri
Tindakan yang sewenang-wenang dari raja yang memerintah dengan
kekuasaan absolut.
o Terdapat setidaknya ada dua aliran pemikiran yang berkembang pada zaman
ini:
a) Rasionalisme : mengunggulkan ide ide akal budi murni  kebenaran
didasarkan pada rasio manusia.
Tokoh : Descartes (1596-1650), Montesqieu (1689-1755), J.J Rosseau
(1712-1778), Immanuel Kant (1724-1804)
b) Empirisme : menekankan perlunya basis empiris bagi semua pengertian
 apa yang tidak dapat dialami, tidak dapat diakui kebenarannya
kebenaran yang sempurna tidak diperolah dari akal, tetapi dari
pengalaman.
Tokoh : John Locke (1632-1704), David Hume (1711-1776)
o Perkembangan pemikiran mengenai negara juga beriringan dengan
perkembangan filsafat hukum. Pada masa ini, filsafat hukum dimaknai sebagai
suatu usaha untuk mengerti hukum sebagai bagian dari suatu sistem pikiran
yang lengkap yang bersifat rasional belaka.
o Para filsuf bertolak dari arti hukum sebagai kaidah-kaidah yang berlaku dalam
negara, lalu menyelidiki manakah prinisp-prinsip umum hukum yang berlaku
dimana-mana karena berasaskan pada akal budi manusia.
o Hukum positif sebagai obyek pemikiran utama, tetapi diakui juga hukum
kodrat yang berasal dari akal budi manusia dan berfungsi sebagai dasar hukum
positif.
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN HUKUM ALAM
o Selain itu, ajaran hukum alam memberikan suatu dasar baru bagi tinjauan
mengenai pemikiran tentang negara dan hukum
o Apa hukum alam itu? Hukum Alam Kodrat: hukum yang ditetapkan berlaku
secara umum yang tidak tergantung pada tempat dan waktu.
o Pada masa ini, pemikiran hukum alam berusaha dilepaskan dari pemikiran
yang bersifat teologis. Tokoh yang meletakkan dasar dasar hukum alam
modern adalah Grotius.
o Menurutnya, hukum alam adalah suatu peraturan dari rasio murni dan karena
itu demikian tetapnya hingga Tuhan sendiri tak dapat mengubahnya.
o Pemikiran tersebut setidaknya dapat dibagi menjadi dua, yakni pemikiran pada
abad ke-`17 dan pemikiran pada abad ke-18.
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN HUKUM ALAM ABAD KE-17
o Pemikiran pada abad ke 17 berpokok pada penjelmaan kekuasaan absolut dan
pembenaran atau penguatan yuridis, serta penetapan batas-batas yang
diperlukan untuk itu.
o Berkaitan dengan penetapan batas sering menimbulkan perdebatan mengenai
jawaban dari pertanyaan dari mana asal kekuasaan negara itu.
o Meskipun pada abad ke 17 masyarakat masih menganut paham teologis,
namun terdapat perbedaan dasar pemikiran mengenai negara dan hukum,
yakni tidak lagi berdasarkan alasan yang bersifat teologis, tetapi bersifat
rasional dan hipotesis.
o Teori hukum alam berkembang dari yang bersifat teologis menjadi
mendasarkan pada rasio.
o Hal ini dapat dilihat dari upaya untuk memecahkan persoalan mengenai asal
usul terjadinya negara, dimana teori hukum alam berpokok pangkal pada
keadaan manusia pada saat negara itu belum terbentuk  masih dalam
keadaan alam bebas (state of nature)  manusia dalam keadaan ini disebut
manusia inabstracto
o Bagaimana manusia dari alam bebas itu pada akhirnya bisa terikat dengan
peraturan? dalam keadaan bebas, manusia memiliki rasio. Dengan rasionya
mereka dapat mengetahui bahwa kebebasan yang terdapat dalam keadaan state
of nature itu mengancam jiwa dan miliknya.
o Karena keadaan sangat bebas, manusia menganggap manusia lain sebagai
musuhnya. Maka timbullah peperangan yang menyebabkan kekacauan.
o Untuk mencegah hal tersebut, manusia saling bertemu, berkumpul, dan
mengadakan perjanjian  perjanjian masyarakat.
o Supaya terdapat perdamaian dalam masyarakat, maka dengan perjanjian
tersebut dipilih satu diantara mereka yang diberikan kekuasaaan untuk
memimpin masyarakat sehingga dapat tercipta kedamaian  masyarakat ini
berkembanga terus hingga pada saatnya mencapai bentuk negara.
o Bersamaan dengan perkembangan hukum alam pada abad ke 17, orang mulai
sadar atas bahaya dari kesewenang-wenangan raja yang memerintah dengan
kekuasaan absolut.
o Kendati demikian, pemikiran yang berkembang pada abad ini lebih bersifat
konstruktif, membangun, dan menerangkan  orang hanya menerima keadaan
yang ada pada waktu itu sebagai keadaan yang wajar, baik mengenai kondisi
ketatanegaraan (absolutism), politik, dan lain sebagainya.
o Berbagai pemikiran yang berkembang pada waktu itu lebih kepada
memberikan dasar dasar yuridis ilmiah terhadap keadaan yang terjadi pada
waktu itu.
o Dengan demikian, pemikiran pemikiran tersebut tidak mempunyai pengaruh
politik apapun. Semua dianggap telah sebagaimana mestinya, dan karenanya
sudah sesuai dengan rasio.
o Beberapa tokoh pemikir pada abad kee-17 adalah : Grotius, Thomas Hibbes,
dan Spinoza.
A. GROTIUS (1583-1645)
o Karyanya De Jure Belli adc Pacis = Hukum perang dan damai  dibuat
ketika berada di penjara.
o Peletak hukum alam modern  manusia bebas tapi punya akal sehingga
manusia pasti lebih mendulukan kepentingan umum dibanding kepentingan
pribadi.
o Negara terbentuk karena perjanjian masyarakat dasar perjanjian masyarakat
adalah individu yang punya RATIO.
o Filsafat Grotius tentang negara dan hukum adalah suatu usaha untuk
mengatasi segala perpecahan di lapangan agama, dengan berdasarkan pada
akal manusia yang berlaku umum.
o Pemikirannya tentang negara dan hukum banyak dipengaruhi oleh pemikiran
Aristoteles bahwa manusia adalah makhluk sosial, sehingga punya hasrat
untuk hidup bermasyarakat.
o Hukum alam menurut Grotius: segala ketentuan yang benar dan baik menurut
rasio dan tidak mungkin salah lagi pula adil, misalnya:
1. Orang harus menghormati milik orang lain
2. Orang harus menghormati orang lain
3. Orang harus mengganti kerugian yang ditimbulkan karena
kesalahannya
4. Orang harus menepati janji
5. Orang harus mengembalikan milik orng lain yang ada padanya secara
tidak sah
Menurutnya, hukum alam itu adalah hukum yang berdasarkan rasio.
o Negara menurut Grotius :
 Asal mula negara karena diselenggarakannya suatu perjanjian.
 Mengapa manusia berjanji?  manusia punya rasio dan sifat manusia
makhluk sebagai sosial sehingga punya hasrat untuk bermasyarakat.
 Mengapa manusia tunduk pada perjanjian? Karena baik dan benar
menurut rasio  Tujuannya : ketertiban dan kemanan umum
 Kesimpulan : Grotius memutuskan pandangan teologis tentang negara
dan hukum.
B. Thomas Hobbes (1588-1679)
o Merupakan pemikir negara dan hukum dari Inggris yang hidup dalam masa
system pemerintahan absolut dibawah kekuasaan Charles I dan Charles II
o Sistem pemerintahan absolutisme dibela oleh Thomas Hobbes  menerima
keadaan dan kenyataan itu sebagai suatu keadaan dan kenyataan yang
sewajarnya  keadaan tersebut diterangkan dan diberikan dasar dasar hukum
untuk menguatkan keadaan tersebut.
o Sumbangsih pemikiran tentang negara dan hukum : system materialistis yang
besar, termasuk juga peri kehidupan organis dan rohaniah  tujuan hidup
yakni kebahagiaan dapat dicapai dengan cara berlomba lomba.
o Alat untuk mencapai kebahagiaan adalah kekuasaan, kekayaan, dan nama
baik, sedangkan kekuasaan terbesar untuk kepentingan manusia adalah negara.
o Pemikiran mengenai manusia dalam keadaan inabstracto: keadaan bellum
omnium contra omnes (perang semua melawan semua). Manusia dalam
keadaan state of nature memiliki sifat-sifat yakni :
 Competitio, Competition, persaingan
 Defencio, defend: mempertahankan atau membela diri
 Gloria: keinginan dihormati, disegani, dan dipuji.
o Sifat-sifat di atas dimiliki manusia sejak lahir  menimbulkan kekacauan dan
ketegangan, dan puncaknya adalah peperangan.
o Disamping ketiga sifat diatas, manusia juga punya tiga sifat lain yang
menyebabkan tidak terlaksananya tiga sifat diatas, yakni:
 Takut mati
 Ingin memiliki sesuatu
 Ingin mempunyai kesempatan untuk bekerja agar dapat memiliki
sesuatu.
o Maka, terjadinya negara menurut Hobbes diawali dari pemikiran bellum
omnium contra omnes. Untuk mencegah itu, manusia mengadakan perjanjian
(masyarakat) untuk membentuk suatu masyarakat dan selanjutnya
berkembang menjadi negara.
o Perjanjian tersebut sifatnya mengikat berdasarkan ketentuan hukum alam.
Tujuan utama perjanjian tersebut adalah untuk menciptakan perdamaian.
Dengan demikian, setiap orang harus melepaskan kemedekaan yang
berdasarkan alam itu.
o Perjanjian masyarakat menurut Hobbes bersifat langsung. Artinya, orang-
orang yang menyelenggarakan perjanjian itu langsung melepaskan hak atau
kemerdekaannya kepada raja. Posisi raja berada diluar perjanjian, sehingga ia
tidak terikat pada perjanjian dan mempunyai kekuatan yang absolut.
o Pemikiran ini berbeda dengan pemikiran pemikiran sebelumnya, seperti
Marsilius, Althusius, dan Grotius. Mereka menyatakan bahwa perjanjian
penundukan antara penguasa dengan rakyatnya itu bersifat bertingkat. Orang-
orang yang melakukan perjanjian menyerahkan kekuasaannya pada
masyarakat yang dibentuk, baru kemudian masyarakat itu menyerahkan pada
raja. Dengan demikian, kedaulatan tetap berada di tangan rakyat. Raja hanya
menjalankan kekuasaan yang diberikan kepadanya.
 absolutisme itu diperlukan
 absolutisme dr pengausa itu sesuatu yg wajar untuk mencapai tujuan dari
negara itu sendiri.
o Karena tujuan dibentuknya negara adalah perdamaian, maka kekuasaan raja
harus absolut raja bisa melakukan apapun untuk mencapai perdamaian.
Menurut Hobbes, tidak benar kalau kekuasaan raja dibatasi. Hal ini akan
menimbulkan permasalahan:
- Dengan apakah kekuasaan raja dibatasi?
- Sampai dimanakah pembatasn kekuasaan raja itu?
o Maka dari itu menurutnya kekuasaan raja itu tidak perlu dibatasi. Raja dapat
mengatur apa saja untuk dapat menyelenggarakan perdamaian.
o Hubungan negara dan gereja menurut Hobbes:
Negara menjadi satu dengan gereja. Raja adalah pemimpin gereja dengan
kekuasaannya yang absolut.
o Hubungan Negara dan Gereja:
- Thomas Hobbes: gereja menjadi satu dengan negara. Raja adalah pemimpin
gereja dengan kekuasaan absolut. Pemikiran negara dan hukum di atas agama.
- Niccolo Machiavelli: memisahkan pemikiran negara dan hukum dengan
agama.
- Jean Bodin: meskipun negara memiliki kedaulatan tetapi kedaulatan itu
dibatasi dengan hukum Tuhan dan hukum alam.

Benedictus de Spinoza (1632-1677


o Salah satu karya terpenting Spinoza dalam konteks pemikiran hukum dan
negara dalah Etika dan Traktat Teologis Politik.
o Meskipun ia merupakan sarjana hukum alam, ia justru menyatakan bahwa
hukum alam itu adalah suatu Sein (kenyataannya).
o Spinoza tidak melihat bagaimana orang seharusnya tetapi bagaimana orang
dalam keadaan alam yang sewajarnya.
o Menurutnya, manusia baik dalam keadaan alamiah maupun bernegara,
perbuatannya tidak semata-mata berpedoman pada rasio saja, tetapi sebagian
besar itu dipengaruhi oleh hawa nafsu. Inilah yang disebutnya memberikan
corak pada perbuatan manusia
o Asal mula negara menurut Spinoza:
- Ia menjelaskan bahwa manusia dalam keadaan alamiah memang hidup
dengan hawa nafsu, akan tetapi hal ini tidak memberikan kepuasan. makanya
dibentuklah negara
- Manusia sebagai mahluk social ingin hidup dengan damai, aman, tenteram,
dan tanpa ketakutan. Untuk mencapai tujuan itu, maka manusia membentuk
negara.
- Ia tidak menjelaskan apakah dalam pembentukan suatu negara itu ada
perjanjian atau tidak, ia hanya menerangkan secara logis peralihan keadaan
alamiah menjadi keadaan bernegara.
o Tujuan negara: menyelenggarakan perdamaian, ketenteraman, dan
menghilangkan ketakutan.  untuk mencapai tujuan tersebut, kekuasaan
negara adalah mutlak terhadap warga negaranya.
o Hanya dua hal yang tidak dikuasai secara mutlak oleh negara: berpikir dan
menimbang.
o Bentuk negara yang dipilih Spinoza adalah aristokrasi  yang berkuasa
adalah beberapa orang, dan dasar kekuasaanya akan lebih kokoh dan kuat
daripada monarki yang hanya diperintah oleh satu orang saja, yang selalu
dipenuhi kepentingan pribadi.
o Dasar pemikiran Spinoza lebih ditekankan pada kenyataan. Ia telah mengganti
pandangan yang abstrak tentang susunan pemerintahan dengan suatu
pandangan yang berdasarkan kenyataan. Keadaan-keadaan yang nyata
menguasai pikiran tentang negara dan hukum seluruhnya.
 negara sebaiknya dikuasai oleh beberapa orang (absolut tapi tidak monarki)
namun aristokrasi. tetap punya power
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN ILMU NEGARA ABAD KE-18
• Pada abad ke-18, rasio memiliki peranan yang signifikan dan pemikiran
mengenai negara dan hukum mendapatkan tempat lebih besar.
 bukan sifatnya menustifikasi, tapi lebih ke menilai, propagandis.memiliki
dampak “nyata”.
• Meskipun pendekatan berbasis rasio mulai dipergunakan sejak abad ke-17,
namun terdapat penekanan yang berbeda. Apabila cara berpikir pada abad ke-
17 lebih bersifat konstruktif, membangun dan menerangkan, pada abad ke-18,
berubah menjadi menilai, propagandis, dan politis.
• Akibatnya, keadaan dan kenyataan yang dianggap tidak sesuai rasio dirombak
dan diubah sedemikian rupa.
 propagandis dan politis memiliki dampak yang nyata. kemudian ditentang
oleh ebberapa negara.
• Karena sistem pemerintahan absolutisme dianggap tidak sesuai dengan rasio,
maka terjadilah revolusi di beberapa negara seperti Prancis dan Amerika.
• Rasio memperoleh sifat revolusioner. Pemikiran mengenai negara dan hukum
berkembang sedemikian rupa, dan orang mulai berpikir secara deduktif, yakni
dari hal-hal yang umum menuju hal-hal yang khusus.
• Perbedaan pemikiran pada abad ke-17 dan abad ke-18 dapat dilihat dari
keadaan yang diwariskan dari zaman abad pertengahan dan renaissance, yakni
sistem pemerintahan absolutisme.
• Selain absolutisme, “warisan” yang juga masih digunakan adalah sistem
feodalisme. Hal ini menyebabkan sumber-sumber kesejahteraan dikuasai oleh
kaum bangsawan, sehingga rakyat miskin semakin miskin.  Hal ini
kemudian dianggap tidak sesuai dengan rasio, sehingga mengakibatkan
perubahan dan bahkan pemberontakan terhadap penguasa.
• Ide-ide baru mengenai hukum yang muncul berkaitan dengan perubahan
pandangan atas pemerintahan masyarakat dalam negara. Negara yang ideal
adalah negara hukum.
• Beberapa pandangan tersebut diantaranya:
- Locke membela hak-hak warga negara terhadap pemerintah yang berkuasa
- Montesquieu terkenal karena perumusan trias politika
- Rosseau mewartakan keunggulan manusia sebagai subyek hukum  bila
hukum menjadi bagian dari suatu masyarakat demokratis, maka raja sebagai
pencipta hukum perlu diganti dengan rakyat sebagai pencipta dan subyek
hukum.
- Kant menjelaskan bahwa pembentukan tata hukum merupakan inisiatif
manusia guna mengembangkan suatu kehidupan bersama yang bermoral.
• Keempat tokoh ini akan dibahas pada bagian selanjutnya.
John Locke (1632-1704)
 Transisi abad ke-17 dan abad ke-18
 Ia hidup di bawah kekuasaan pemerintahan Willem III yang sifat
pemerintahannya adalah monarki yang sudah agak terbatas. Dengan demikian,
ajarannya tentang negara dan hukum berhubungan langsung dengan, dan
mengandung gambaran yang jelas serta bersifat pembenaran terhadap system
pemerintahan monarki terbatas.
 Dalam kaitannya dengan hukum alam, ia menyatakan bahwa terdapat hak-hak
alamiah manusia yang tidak dapat diserahkan kepada masyarakat dengan
melalui suatu perjanjian.  ajaran ini berkembang menjadi ajaran-ajaran
tentang hak-hak dasar manusia.  perlu pembatasan terhadap kekuasaan
negara untuk melindungi kepentingan individu.
 Mengenai hukum alam sendiri, ia berpendapat bahwa hukum alam mempunyai
dasar rasional dari perjanjian masyarakat yang timbul dari hak-hak manusia
dari keadaan alamiah. Namun cara berpikir yang bersifat logis-deduktif-
matematis telah dilepaskan dan diganti dengan cara berpikir yang realitas
dengan memperhatikan praktik ketatanegaraan dan hukum.
 Inilah yang mendorong timbulnya pemikiran baru seperti pembagian
kekuasaan, ajaran tentang hak asasi atau hak dasar manusia, dan kekuasaan
perundang-undangan yang dilakukan oleh Lembaga perwakilan.
 Pandangannya mengenai pembentukan negara juga didahului dengan keadaan
manusia dalam alam bebas. Namun demikian terdapat perbedaan pemikiran
dengan Hobbes.
 Menurutnya, manusia dalam keadaan bebas telah memiliki hak-hak alamiah,
yakni:
a) Hak akan hidup
b) Hak akan kebebasan atau kemerdekaan
c) Hak akan milik, hak akan memiliki sesuatu.
 Manusia menurut kodratnya sejak lahir telah mempunyai hak-hak kodrat, hak-
hak alamiah yang disebut sebagai hak dasar atau hak asasi.
 Tugas negara menurut Locke: menetapkan dan melaksanakan hukum alam 
ciri atau tanda dari hukum alam adalah berlakunya hukum ini umum dan
sesuai dengan rasio.  peraturan yang ditetapkan dengan cara sewenang-
wenang bukanlah hukum alam.
 Lebih rinci, tugas negara dijabarkan sebagai berikut (trias politika):
- Membuat atau menetapkan peraturan  negara melaksanakan kekuasaan
perundang-undangan.
- Melaksanakan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan  negara
tidak hanya melaksanakan peraturan, tetapi juga melaksanakan pelaksanaan
tersebut.
- Kekuasaan mengatur hubungan dengan negara-negara lain.
 Bentuk negara menurut John Locke:
 Kekuasaan dipegang satu orang  Monarki (TERBAIK)
 Kekuasaan dipegang beberapa orang  Aristrokrasi
 Kekuasaan dipegang oleh rakyat  Demokrasi
 Alasan mengapa monarki merupakan bentuk terbaik adalah factor sejarah. 
melihat praktik ketatanegaraan Romawi sebagai negara demokrasi namun
akhirnya jatuh ke tangan kekuasaan kaisar-kaisar.  penyebabnya di dalam
demokrasi itu tidak ada kepastian dari rakyat  menghalang-halangi tercapainya
tujuan masyarakat yang telah dibentuk.
 Tujuan negara: memelihara dan menjamin terlaksananya hak asasi manusia. 
ada hak-hak alamiah yang tidak dapat dilepaskan dari manusia dan perlindungan
terhadap hak-hak itu menjadi tujuan negara.

o Perbedaan pemikiran John Locke dengan Thomas Hobbes dapat dilihat pada tabel
berikut :
Montesquieu (1688 – 1755)
 Sifat ajaran: empiris-realistis (asas-asas terletak pada kejadian dalam sejarah).
 Ia berpendapat bahwa asas-asas dari hukum terletak pada alam  penekanannya pada
kejadian-kejadian dalam sejarah, dan selainnya itu dapat ditemukan dengan
mempelajari kejadian-kejadian tersebut.
 Menurut pendapatnya, kekuasaan negara dipisahkan menjadi tiga, dan masing-masing
kekuasaan itu dilakukan oleh suatu badan yang berdiri sendiri, yakni:
1. Legislatif: kekuasaan perundang-undangan
2. Eksekutif: kekuasaan melaksanakan pemerintahan
3. Yudikatif: kekuasaan kehakiman
 Ia menyatakan bahwa apabila kekuasaan negara itu dipisahkan secara tegas dan
masing-masing kekuasaan itu dipegang oleh suatu badan yang berdiri sendiri, maka
akan menghilangkan kemungkinan timbulnya Tindakan sewenang-wenang dari
seorang penguasa  tidak memberikan kemungkinan dilaksanakannya sistem
pemerintahan absolutisme.
 Konsep ini kemudian berkembang pada zaman-zaman berikutnya, baik menjadi the
new separation of powers atau the newest separation of powers.

J.J. Rousseau (1712-1778)


• Terjadinya negara menurut Rosseau: dalam keadaan bebas ada kekacauan  orang-
orang memerlukan jaminan atas keselamatan jiwa  menyelenggarakan perjanjian
masyarakat.
• Perjanjian masyarakat menurut Rosseau:
1. Tiap orang melepaskkan semua haknya kepada kesatuannya (masyarakat)
2. menjaga keseimbangan antara kekuasaan dan kebebasan
• Ide utama dari perjanjian masyarakat adalah kedaulatan rakyat.
• Pokok dari perjanjian masyarakat adalah menemukan suatu bentuk kesatuan yang
membela dan melindungi kekuasaan bersama di samping kekuasaan pribadi dan milik
dari setiap orang. Dengan demikian, meskipun orang dapat Bersatu, tetapi setiap
orang tetap mematuhi dirinya sendiri, sehingga orang tetap merdeka dan bebas seperti
sedia kala.
• Akibat diselenggarakannya perjanjian masyarakat:
- Terciptanya kemauan umum (volonte generale)  kesatuan kemauan orang-orang
yang telah menyelenggarakan perjanjian masyarakat  inilah yang merupakan
kekuasaan tertinggi atau kedaulatan.
- Terbentuknya masyarakat (gemeinschaft)  kesatuan orang-orang yang
menyelenggarakan perjanjian masyarakat  merekalah yang punya kemauan umum
(keadulatan) yang tidak dapat dilepaskan  maka kedaulatan rakyat.
 Perjanjian Masyarakat  kedaulatan tidak ikut diserahkan  penguasa hanyalah
merupakan wakil rakyat.
 Perlu ada badan yang menyalurkan kehendak rakyat.
 Agar ada voluntee generale di setiap kebijakan, maka harus ada pemungutan suara.
 Bentuk-bentuk negara:
1. Kekuasaan oleh satu orang: monarki
2. Kekuasaan oleh dua orang atau lebih: aristrokrasi
3. Kekuasaan oleh rakyat: demokrasi
 Konsekuensi ajaran Rousseau:
1. Adanya hak rakyat untuk mengganti penguasa  berhubungan dengan boeh
tidaknya rakyat berevolusi terhadap pengusasa.
2. Adanya faham kedaulatan rakyat (rakyat bukan dalam arti penjumlahan individu,
tetapi sebagai gemeinschaft)
3. Cara mengetahui Volonte generale dengan pemungutan suara.

Immanuel Kant (1724-1804)


 Ajaran filsafatnya bersifat kritis  menguraikan ajarannya tentang negara dan hukum
 dituangkan dalam bukunya Metaphysische Anfangsgrunde der Rechtslehre (Asas-
asas metafisis dari Ilmu Hukum).
 Unsur revolusioner yang dikemukakan oleh para pemikir tentang negara dan hukum
pada abad ke-18 dipatahkan perkembangannya.  disebabkan karena waktu hidupnya
di bawah kekuasaan aja yang absolut.
 Ia hidup di masa peralihan, di mana orang menghadapi abad baru yang merupakan
zaman di mana orang akan mengakhiri pengagung-agungan terhadap rasio.
 Dalam ajaran filsafatnya, ia menentukan batas-batas dari kemampuan berpikir
manusia dan menyatakan bahwa ada alam yang tidak dapat ditembus oleh rasio
manusia, yakni alam kepercayaan.  memberikan tempat Kembali untuk agama atau
kepercayaan di samping rasio.
 Menurut Kant, negara itu adalah suatu keharusan, karena negara harus menjamin
terlaksananya kepentingan umum di dalam keadaan hukum.
 Negara harus menjamin setiap warga negaranya bebas (tetapi bukan sewenang-
wenang) di dalam lingkungan hukum.  Kebebasan dilakukan sesuai dengan apa
yang telah diatur dalam undang-undang.
 Undang-undang menurutnya merupakan penjelmaan daripada kemauan umum,
sehingga harus dipatuhi.
 Ia berpendapat bahwa perjanjian masyarakat itu tidak pernah ada.
 Perjanjian masyarakat pada dasarnya merupakan konstruksi yuridis yang dapat
menolong orang dalam menerangkan bagaimana negara itu terjadi, bagaimana negara
itu ada, bagaimana kekuasaan dalam negara itu ada, ada pada siapa kekuasaan itu, dan
bagaimana sifatnya.

Anda mungkin juga menyukai