25/10/2022
ZAMAN AUFKLARUNG
o Pada Abad ke-17 dan ke-18, kepercayaan kepada kekuatan akal budi makin
bertambah zaman ini disebut sebagai zaman rasionalisme atau Aufklarung
(Zaman Pencerahan, Zaman Terang Budi)
o Descartes, sebagai perintis filsafat rasionalisme, membentangkan bahwa
terdapat ide-ide yang terang pada manusia yang mutlak dapat dipercaya
berakar dari kesadaran manusia tentang dirinya sebagai pribadi yang berakal
budi dan bebas.
o Manusia sebagai titik tolak seluruh pandangan hidup.
o Setelah Abad ke-16, ajaran tentang hukum alam mengalami perkembangan
baru, dan akan menguasai alam pikiran tentang negara dan hukum pada Abad
ke-17 sampai Abad ke-18.
o Pada masa ini, masyarakat menaruh harapan tidak lagi pada aturan-aturan
agama dan kesusilaan, melainkan pada pikiran yang abstrak untuk mengakhiri
Tindakan yang sewenang-wenang dari raja yang memerintah dengan
kekuasaan absolut.
o Terdapat setidaknya ada dua aliran pemikiran yang berkembang pada zaman
ini:
a) Rasionalisme : mengunggulkan ide ide akal budi murni kebenaran
didasarkan pada rasio manusia.
Tokoh : Descartes (1596-1650), Montesqieu (1689-1755), J.J Rosseau
(1712-1778), Immanuel Kant (1724-1804)
b) Empirisme : menekankan perlunya basis empiris bagi semua pengertian
apa yang tidak dapat dialami, tidak dapat diakui kebenarannya
kebenaran yang sempurna tidak diperolah dari akal, tetapi dari
pengalaman.
Tokoh : John Locke (1632-1704), David Hume (1711-1776)
o Perkembangan pemikiran mengenai negara juga beriringan dengan
perkembangan filsafat hukum. Pada masa ini, filsafat hukum dimaknai sebagai
suatu usaha untuk mengerti hukum sebagai bagian dari suatu sistem pikiran
yang lengkap yang bersifat rasional belaka.
o Para filsuf bertolak dari arti hukum sebagai kaidah-kaidah yang berlaku dalam
negara, lalu menyelidiki manakah prinisp-prinsip umum hukum yang berlaku
dimana-mana karena berasaskan pada akal budi manusia.
o Hukum positif sebagai obyek pemikiran utama, tetapi diakui juga hukum
kodrat yang berasal dari akal budi manusia dan berfungsi sebagai dasar hukum
positif.
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN HUKUM ALAM
o Selain itu, ajaran hukum alam memberikan suatu dasar baru bagi tinjauan
mengenai pemikiran tentang negara dan hukum
o Apa hukum alam itu? Hukum Alam Kodrat: hukum yang ditetapkan berlaku
secara umum yang tidak tergantung pada tempat dan waktu.
o Pada masa ini, pemikiran hukum alam berusaha dilepaskan dari pemikiran
yang bersifat teologis. Tokoh yang meletakkan dasar dasar hukum alam
modern adalah Grotius.
o Menurutnya, hukum alam adalah suatu peraturan dari rasio murni dan karena
itu demikian tetapnya hingga Tuhan sendiri tak dapat mengubahnya.
o Pemikiran tersebut setidaknya dapat dibagi menjadi dua, yakni pemikiran pada
abad ke-`17 dan pemikiran pada abad ke-18.
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN HUKUM ALAM ABAD KE-17
o Pemikiran pada abad ke 17 berpokok pada penjelmaan kekuasaan absolut dan
pembenaran atau penguatan yuridis, serta penetapan batas-batas yang
diperlukan untuk itu.
o Berkaitan dengan penetapan batas sering menimbulkan perdebatan mengenai
jawaban dari pertanyaan dari mana asal kekuasaan negara itu.
o Meskipun pada abad ke 17 masyarakat masih menganut paham teologis,
namun terdapat perbedaan dasar pemikiran mengenai negara dan hukum,
yakni tidak lagi berdasarkan alasan yang bersifat teologis, tetapi bersifat
rasional dan hipotesis.
o Teori hukum alam berkembang dari yang bersifat teologis menjadi
mendasarkan pada rasio.
o Hal ini dapat dilihat dari upaya untuk memecahkan persoalan mengenai asal
usul terjadinya negara, dimana teori hukum alam berpokok pangkal pada
keadaan manusia pada saat negara itu belum terbentuk masih dalam
keadaan alam bebas (state of nature) manusia dalam keadaan ini disebut
manusia inabstracto
o Bagaimana manusia dari alam bebas itu pada akhirnya bisa terikat dengan
peraturan? dalam keadaan bebas, manusia memiliki rasio. Dengan rasionya
mereka dapat mengetahui bahwa kebebasan yang terdapat dalam keadaan state
of nature itu mengancam jiwa dan miliknya.
o Karena keadaan sangat bebas, manusia menganggap manusia lain sebagai
musuhnya. Maka timbullah peperangan yang menyebabkan kekacauan.
o Untuk mencegah hal tersebut, manusia saling bertemu, berkumpul, dan
mengadakan perjanjian perjanjian masyarakat.
o Supaya terdapat perdamaian dalam masyarakat, maka dengan perjanjian
tersebut dipilih satu diantara mereka yang diberikan kekuasaaan untuk
memimpin masyarakat sehingga dapat tercipta kedamaian masyarakat ini
berkembanga terus hingga pada saatnya mencapai bentuk negara.
o Bersamaan dengan perkembangan hukum alam pada abad ke 17, orang mulai
sadar atas bahaya dari kesewenang-wenangan raja yang memerintah dengan
kekuasaan absolut.
o Kendati demikian, pemikiran yang berkembang pada abad ini lebih bersifat
konstruktif, membangun, dan menerangkan orang hanya menerima keadaan
yang ada pada waktu itu sebagai keadaan yang wajar, baik mengenai kondisi
ketatanegaraan (absolutism), politik, dan lain sebagainya.
o Berbagai pemikiran yang berkembang pada waktu itu lebih kepada
memberikan dasar dasar yuridis ilmiah terhadap keadaan yang terjadi pada
waktu itu.
o Dengan demikian, pemikiran pemikiran tersebut tidak mempunyai pengaruh
politik apapun. Semua dianggap telah sebagaimana mestinya, dan karenanya
sudah sesuai dengan rasio.
o Beberapa tokoh pemikir pada abad kee-17 adalah : Grotius, Thomas Hibbes,
dan Spinoza.
A. GROTIUS (1583-1645)
o Karyanya De Jure Belli adc Pacis = Hukum perang dan damai dibuat
ketika berada di penjara.
o Peletak hukum alam modern manusia bebas tapi punya akal sehingga
manusia pasti lebih mendulukan kepentingan umum dibanding kepentingan
pribadi.
o Negara terbentuk karena perjanjian masyarakat dasar perjanjian masyarakat
adalah individu yang punya RATIO.
o Filsafat Grotius tentang negara dan hukum adalah suatu usaha untuk
mengatasi segala perpecahan di lapangan agama, dengan berdasarkan pada
akal manusia yang berlaku umum.
o Pemikirannya tentang negara dan hukum banyak dipengaruhi oleh pemikiran
Aristoteles bahwa manusia adalah makhluk sosial, sehingga punya hasrat
untuk hidup bermasyarakat.
o Hukum alam menurut Grotius: segala ketentuan yang benar dan baik menurut
rasio dan tidak mungkin salah lagi pula adil, misalnya:
1. Orang harus menghormati milik orang lain
2. Orang harus menghormati orang lain
3. Orang harus mengganti kerugian yang ditimbulkan karena
kesalahannya
4. Orang harus menepati janji
5. Orang harus mengembalikan milik orng lain yang ada padanya secara
tidak sah
Menurutnya, hukum alam itu adalah hukum yang berdasarkan rasio.
o Negara menurut Grotius :
Asal mula negara karena diselenggarakannya suatu perjanjian.
Mengapa manusia berjanji? manusia punya rasio dan sifat manusia
makhluk sebagai sosial sehingga punya hasrat untuk bermasyarakat.
Mengapa manusia tunduk pada perjanjian? Karena baik dan benar
menurut rasio Tujuannya : ketertiban dan kemanan umum
Kesimpulan : Grotius memutuskan pandangan teologis tentang negara
dan hukum.
B. Thomas Hobbes (1588-1679)
o Merupakan pemikir negara dan hukum dari Inggris yang hidup dalam masa
system pemerintahan absolut dibawah kekuasaan Charles I dan Charles II
o Sistem pemerintahan absolutisme dibela oleh Thomas Hobbes menerima
keadaan dan kenyataan itu sebagai suatu keadaan dan kenyataan yang
sewajarnya keadaan tersebut diterangkan dan diberikan dasar dasar hukum
untuk menguatkan keadaan tersebut.
o Sumbangsih pemikiran tentang negara dan hukum : system materialistis yang
besar, termasuk juga peri kehidupan organis dan rohaniah tujuan hidup
yakni kebahagiaan dapat dicapai dengan cara berlomba lomba.
o Alat untuk mencapai kebahagiaan adalah kekuasaan, kekayaan, dan nama
baik, sedangkan kekuasaan terbesar untuk kepentingan manusia adalah negara.
o Pemikiran mengenai manusia dalam keadaan inabstracto: keadaan bellum
omnium contra omnes (perang semua melawan semua). Manusia dalam
keadaan state of nature memiliki sifat-sifat yakni :
Competitio, Competition, persaingan
Defencio, defend: mempertahankan atau membela diri
Gloria: keinginan dihormati, disegani, dan dipuji.
o Sifat-sifat di atas dimiliki manusia sejak lahir menimbulkan kekacauan dan
ketegangan, dan puncaknya adalah peperangan.
o Disamping ketiga sifat diatas, manusia juga punya tiga sifat lain yang
menyebabkan tidak terlaksananya tiga sifat diatas, yakni:
Takut mati
Ingin memiliki sesuatu
Ingin mempunyai kesempatan untuk bekerja agar dapat memiliki
sesuatu.
o Maka, terjadinya negara menurut Hobbes diawali dari pemikiran bellum
omnium contra omnes. Untuk mencegah itu, manusia mengadakan perjanjian
(masyarakat) untuk membentuk suatu masyarakat dan selanjutnya
berkembang menjadi negara.
o Perjanjian tersebut sifatnya mengikat berdasarkan ketentuan hukum alam.
Tujuan utama perjanjian tersebut adalah untuk menciptakan perdamaian.
Dengan demikian, setiap orang harus melepaskan kemedekaan yang
berdasarkan alam itu.
o Perjanjian masyarakat menurut Hobbes bersifat langsung. Artinya, orang-
orang yang menyelenggarakan perjanjian itu langsung melepaskan hak atau
kemerdekaannya kepada raja. Posisi raja berada diluar perjanjian, sehingga ia
tidak terikat pada perjanjian dan mempunyai kekuatan yang absolut.
o Pemikiran ini berbeda dengan pemikiran pemikiran sebelumnya, seperti
Marsilius, Althusius, dan Grotius. Mereka menyatakan bahwa perjanjian
penundukan antara penguasa dengan rakyatnya itu bersifat bertingkat. Orang-
orang yang melakukan perjanjian menyerahkan kekuasaannya pada
masyarakat yang dibentuk, baru kemudian masyarakat itu menyerahkan pada
raja. Dengan demikian, kedaulatan tetap berada di tangan rakyat. Raja hanya
menjalankan kekuasaan yang diberikan kepadanya.
absolutisme itu diperlukan
absolutisme dr pengausa itu sesuatu yg wajar untuk mencapai tujuan dari
negara itu sendiri.
o Karena tujuan dibentuknya negara adalah perdamaian, maka kekuasaan raja
harus absolut raja bisa melakukan apapun untuk mencapai perdamaian.
Menurut Hobbes, tidak benar kalau kekuasaan raja dibatasi. Hal ini akan
menimbulkan permasalahan:
- Dengan apakah kekuasaan raja dibatasi?
- Sampai dimanakah pembatasn kekuasaan raja itu?
o Maka dari itu menurutnya kekuasaan raja itu tidak perlu dibatasi. Raja dapat
mengatur apa saja untuk dapat menyelenggarakan perdamaian.
o Hubungan negara dan gereja menurut Hobbes:
Negara menjadi satu dengan gereja. Raja adalah pemimpin gereja dengan
kekuasaannya yang absolut.
o Hubungan Negara dan Gereja:
- Thomas Hobbes: gereja menjadi satu dengan negara. Raja adalah pemimpin
gereja dengan kekuasaan absolut. Pemikiran negara dan hukum di atas agama.
- Niccolo Machiavelli: memisahkan pemikiran negara dan hukum dengan
agama.
- Jean Bodin: meskipun negara memiliki kedaulatan tetapi kedaulatan itu
dibatasi dengan hukum Tuhan dan hukum alam.
o Perbedaan pemikiran John Locke dengan Thomas Hobbes dapat dilihat pada tabel
berikut :
Montesquieu (1688 – 1755)
Sifat ajaran: empiris-realistis (asas-asas terletak pada kejadian dalam sejarah).
Ia berpendapat bahwa asas-asas dari hukum terletak pada alam penekanannya pada
kejadian-kejadian dalam sejarah, dan selainnya itu dapat ditemukan dengan
mempelajari kejadian-kejadian tersebut.
Menurut pendapatnya, kekuasaan negara dipisahkan menjadi tiga, dan masing-masing
kekuasaan itu dilakukan oleh suatu badan yang berdiri sendiri, yakni:
1. Legislatif: kekuasaan perundang-undangan
2. Eksekutif: kekuasaan melaksanakan pemerintahan
3. Yudikatif: kekuasaan kehakiman
Ia menyatakan bahwa apabila kekuasaan negara itu dipisahkan secara tegas dan
masing-masing kekuasaan itu dipegang oleh suatu badan yang berdiri sendiri, maka
akan menghilangkan kemungkinan timbulnya Tindakan sewenang-wenang dari
seorang penguasa tidak memberikan kemungkinan dilaksanakannya sistem
pemerintahan absolutisme.
Konsep ini kemudian berkembang pada zaman-zaman berikutnya, baik menjadi the
new separation of powers atau the newest separation of powers.