Anda di halaman 1dari 10

TEORI HUKUM ALAM KELOMPOK 6

Angeline Nathalie Devi Jayanti NIM 11000122130401


Monicka Fernanda Puja Puspita Sari NIM 11000122130410
Deva Almira Putri NIM 11000122130430
Akbar Baskara Nugroho NIM 11000122130447
Kartika Ramadhanti Pratiwi NIM 11000122130426

I. TEORI HUKUM ALAM ABAD KE 17


A. GROTUS ( HUGO DE GROOT )
Grotus hidup pada tahun 1853-1645 di negeri Belanda. Karangannya yang
terkenal adalah persembahan untuk Raja Perancis Louise XIII dengan judul De Jure Belli
ae Pacis ( hukum perang dan damai ) Dengan bukunya itulah Grotus menjadi seorang ahli
pemikir besar tentang negara dan hukum bahkan di anggap sebagai pencipta dari hukum
alam modern. Hukum alam itu adalah suatu peraturan dari akal murni dan karena itu
demikian tetapnya, hingga Tuhan sendiri tak dapat merubahnya. Filsafat Grotius tentang
negara dan hukum adalah suatu usaha untuk mengatasi segala perpecahan di lapangan
agama, dengan berdasarkan pada akal manusia yang berlaku umum itu.
● Dalam menetapkan dasar-dasar modern untuk pemikiran tentang negara
dan hukum, misalnya, Grotius sangat terpengaruh oleh ajaran Aristoteles
bahwa manusia adalah makhluk sosial. Grotius dalam menguraikan
tentang apa yang disebut hukum alam itu sebenarnya ada hubungannya
dengan soal lain, yaitu dengan hukum perang dan hukum damai. Di sini
dia mencari bukti bahwa antara negara-negara yang masing-masing
mempunyai hukum sendiri-sendiri itu, ada unsur-unsur yang mengikat
negara-negara tersebut. Mula-mula hukum itu berlaku untuk negara itu
sendiri menurut Grotus hukum tersebut juga harus di hormati
negara-negara lain.
Dalam hukum antar negara ini yang dibicarakan lebih lanjut oleh Grotus ialah
norma-norma apa yang berlaku di antara dua negara atau lebih. Grotus menyatakan
bahwa yang mengikat antara negara-negara itu atau hukum yang berlaku antara
negara-negara itu, adalah suatu norma tertentu, yang norma itu meskipun tidak tertulis
atau tidak ditetapkan dalam hukum negara, tetapi itu adalah dari alam kodrat. H
Hukum alam menurut Grotus adalah segala ketentuan yang benar dan baik
menurut rasio, dan tidak mungkin salah, lagi pula adil. Pendapat Grotus tentang
terjadinya negara adalah karena diselenggarakannya suatu perjanjian. Sebab orang-orang
itu menyelenggarakan perjanjian tersebut menurut Grotus adalah karena orang itu adalah
makhluk sosial, karena itu padanya selalu ada hasrat untuk hidup bermasyarakat, dan
yang penting ialah karena manusia itu memiliki rasio.

B. THOMAS HOBBES
● Beliau hidup di masa Spanyol raja Philip II dan Perancis. Oleh karena itu, ia
membela sistem pemerintahan absolutisme. Artinya, menerima keadaan yang
sewajarnya, kemudian diberi dasar-dasar hukumnya.
● Sumbangan berpikirnya: sistem materialises yg besar. Tujuan hidup yaitu
kebahagiaan bisa dicapai dengan cara berlomba.
● Alat-alat untuk mencapai kebahagiaan itu: kekuasaan, kekayaan, nama baik
pribadi dan kawan.
● Kekuasaan terbesar untuk kepentingan manusia: Negara. Ajarannya ditulis dalam
2 bukunya: De Cive (tentang warga negara) dan Leviathan (tentang negara).
● Bellum omnium contra omnes. Keinginan-keinginan orang yang bersifat egoistis.
Jadi, dalam keadaan itu tidak ada pengertian adil dan tidak adil sama sekali, yang
ada hanya nafsu-nafsu manusia. Sebabnya, adanya keadilan harus ada peraturan
untuk mengukur perbuatan manusia. Pembuat peraturan atau undang-undang
ialah negara.
● Penyebab Bellum omnium contra omnes: manusia dalam keadaan abstracto
punya sifat-sifat tertentu, yaitu:
1. Competitio, Competition, Persaingan. Manusia selalu berlomba, karena
adanya rasa takut kalau tidak mendapat pujian.
2. Defentio, Defend, Mempertahankan. Manusia tidak suka dikuasai karena
selalu punya keinginan untuk menguasai manusia yg lain.
3. Gloria. Keinginan dihormati, disegani, dan dipuji.
● Karena rasa takut manusia, 3 sifat itu tidak terlaksana. Karena 3 sifat itu hanya
dapat terlaksana dalam keadaan damai, ialah:
- Takut mati
- Ingin memiliki sesuatu
- Ingin punya kesempatan untuk bekerja agar memiliki sesuatu
● Perjanjian masyarakat: untuk terselenggaranya perdamaian, lalu membentuk
suatu masyarakat dan selanjutnya negara. Perjanjian ini bersifat mengikat.
● Perjanjian masyarakat: penyerahan hak-hak kepada masyarakat, kecuali dari raja,
raja bukan partai sehingga tidak terikat perjanjian. Kekuasaan raja ialah Absolut.
● Raja dapat melakukan apa saja, bahkan membunuh, asal tujuannya untuk
perdamaian yg juga jadi tujuan negara.
● Kalaupun seorang raja melawan hukum, ia tidak dinyatakan bersalah karena tidak
bertanggung jawab pada siapa-siapa.
● Gereja menjadi satu dengan negara, raja adalah pemimpin gereja-gereja dengan
kekuasaan absolut.
● Kedaulatan raja di atas segalanya dan meliputi apa saja
● Negara-negara itu terpisah satu sama lain dan hidup dalam keadaan alamiyah yg
sebaiknya mempertahankan diri terhadap yg lain.

C. BENEDICTUS DE SPINOSA
Beliau adalah seorang sarjana yang berasal dari Belanda. Hidup pada tahun
1632-1677. Spinoza mengatakan bahwa hukum alam itu bukan suatu sollen, akan tetapi
adalah suatu sein. Menurut spinoza, manusia itu, baik masih dalam keadaan alamiah,
maupun sesudah bernegara, perbuatannya tidak semata-mata berpedoman pada akal saja,
akan tetapi sebagian besar dari perbuatan manusia itu dipengaruhi oleh hawa nafsu.
Dalam keadaan alamiah manusia itu memang hidup dengan segala hawa
nafsunya, tetapi hal ini tidak memberikan kepuasan, karena sebagai makhluk sosial
manusia itu ingin hidup dengan damai, aman, tentram, dan tanpa ketakutan. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka manusia membentuk suatu negara. Tugas negara menurut
Spinoza adalah menyelenggarakan perdamaian, ketentraman, dan menghilangkan
ketakutan.
Spinoza memilih bentuk negara Aristokrasi. Menurutnya, bentuk ini lebih kokoh
dan kuat daripada monarki yang hanya diperintah oleh satu orang saja, yang selalu
dipengaruhi oleh kepentingan pribadi, apalagi kalau sifatnya turun-temurun.

D. JOHN LOCKE
John Locke adalah seorang ahli pemikir besar tentang negara dan hukum dari inggris.
Inggris sudah memiliki sifat Pemerintahan Monarki yang sudah agak terbatas pada masa itu.
Ajaran John Locke menggambarkan gambaran yang jelas serta bersifat pembenaran pemerintah
monarki terbatas. Dari ajaran John Locke nanti yang perlu mendapatkan perhatian istimewa
adalah tentang pendapatnya mengenai hak-hak alamiah manusia yang tidak dapat diserahkan
kepada masyarakat dengan melalui atau jalan suatu perjanjian. Ajaran John Locke adalah lanjutan
dari ajaran kaum monarkomaken, hal ini berarti diadakannya pembatasan-pembatasan terhadap
kekuasaan negara, demi perlindungan kepentingan individu.
Pendapat John Locke tentang hukum alam adalah hukum alam tetap mempunyai dasar
rasional dari perjanjian masyarakat yang timbul dari hak-hak manusia dari keadaan alamiah,
tetapi cara berpikir yang bersifat logis-deduktif-matematis telah dilepaskan dan diganti dengan
suatu cara berpikir realistis, dengan memperlihatkan sungguh-sungguh praktek ketatanegaraan
dan hukum. Ajaran John Locke tentang negara dan hukum ditulis dalam bukunya, yaitu : Two
treatises on Civil Government.
Tujuan daripada aliran hukum alam itu adalah untuk membatasi kekuasaan absolut
daripada negara (Statats-absolutisme). Teori hukum alam ini merupakan lanjutan daripada aliran
monarkomaken namun, melepaskan unsur-unsur teologis, hukum itu tidak lagi diturunkan dari
Tuhan, akan tetapi dari alam kodrat, dan berdasarkan atas rasio. John Locke sebagaimana ia ahli
pemikir hukum alam, mendasarkan juga teorinya pada keadaan manusia dalam alam bebas dan
menganggap bahwa keadaan alam bebas atau keadaan ilmuah itu mendahului adanya negara.
Dalam keadaan itupun telah ada perdamaian akal pikiran seperti halnya dalam negara. Menurut
John Locke keadaan alam bebas atau alamiah itu manusia telah mempunyai hak-hak alamiah, hal
hak manusia tersebut adalah :
1. hak hidup
2. hak bebas atau merdeka
3. hak memiliki sesuatu
Menurut John Locke dalam keadaan bebas itu hak-hak asasi manusia tadi tidak dapat
dilaksanakan dengan baik, untuk menjamin terlaksananya hak - hak asasi manusia tadi, manusia
lalu menyelenggarakan perjanjian masyarakat untuk membentuk masyarakat dan selanjutnya
negara tetapi di dalam menjalankan tugasnya ini kekuasaan penguasa adalah terbatas, yang
membatasi ialah hak-hak asasi tersebut, artinya di dalam menjalankan kekuasaanya itu penguasa
tidak boleh melanggar hak-hak azasi.
Tugas negara menurut John Locke adalah menetapkan dan melaksanakan hukum alam.
Hukum alam memiliki pengertian tang luas, artinya negara itu tidak hanya menetapkan dan
melaksanakan hukum alam saja, tetapi dalam membuat peraturan-peraturan atau undang-undang
negarapun harus juga berpedoman pada hukum alam. dengan demikian tugas negara adalah:
1. membuat peraturan
2. melaksanakan peraturan
3. kekuasaan mengatur hubungan dengan negara-negara lain
Tiga hal di atas disebut dengan trias politika. John Locke membicarakan juga tentang
bentuk-bentuk negara, bentuk-bentuk negara dapat dibedakan menjadi :
1. kekuasaan perundang-undangan diserahkan kepada satu orang disebut Monarki
2. kekuasaan perundang-undangan diserahkan kepada beberapa orang disebut
Aristokrasi
3. kekuasaan perundang-undangan diserahkan kepada masyarakat disebut
Demokrasi
Pendapat John Locke lainnya adalah kekuasaan tertinggi jadi kekuasaan
perundang-undangan, tidak mungkin terletak di tangan rakyat dan terakhir tujuan negara menurut
John Locke adalah perjanjian masyarakat untuk membentuk masyarakat dan selanjutnya negara
itu tujuannya adalah memelihara dan menjamin terlaksananya hak-hak asasi manusia.

II. TEORI HUKUM ALAM ABAD KE 18


A. FREDERIK YANG AGUNG
Frederick Yang Agung adalah raja prusia, ajaran Raja Federik Yang Agung
adalah buku Anti Machiavelli. Frederik memiliki pertentangan ajaran atau cara berpikir
dengan Niccolo Machiavelli hal ini disebabkan karena pada masa hidup Niccolo
Machiavelli selalu mengalami kekacauan dan perpecahan sedangkan di istana Prussia
sangat soleh, teratur, tenang dan tentram.
Federik Yang Agung di dalam bantahannya mengatakan bahwa, orang tidak
diukur dari perkataannya sebab kalau demikian halnya, maka orang akan selalu berbuat
kesalahan. Tetapi pertama-tama harus diperhatikan dan kemudian diperbandingkan sikap,
tingkah-laku dan perbuatannya satu sama lain, untuk kemudian baru mengujinya terhadap
perkatanya. Niccolo Machiavelli dalam ajarannya berpokok pangkal pada pendapat
bahwa semua orang itu jahat sedangkan menurut Federik hal yang sebaliknya.
Isi buku Anti Machiavelli dari Frederick Yang Agung berupa tentangan serta
bantahan terhadap isi buku il principe dari Niccolo Machiavelli,merupakan cita-cita serta
semangat dari seorang raja muda dari prusia itu, yang menjadi dasar dari suatu
kebangsaan, dan persatuan pikiran dari seluruh rakyat negara.

B. MONTESQUIEU
● Buku-buku : Lettres Persanes (kecaman terhadap kondisi agama, politik, sosial di
Perancis); Grandeur et décadence des Remains; Esprit des Lois (bukunya yg
sangat terkenal)
● sifat ajarannya: empiris-realistis. Pendapatnya: asas-asas hukum terletak pada
alam pada kejadian-kejadian dalam sejarah, dan selain itu dapat ditemukan
dengan mempelajari kejadian-kejadian tersebut.
● Trias Politika:
- Legislatif. Kekuasaan perundang-undangan.
- Eksekutif. Kekuasaan melaksanakan pemerintahan.
- Yudikatif. Kekuasaan kehakiman.
● Dengan itu, masing-masing kekuasaan ada badannya yg berdiri sendiri. Oleh
karena itu, menghilangkan tindakan sewenang-wenang peng5hn44ruasa atau
sistem pemerintahan absolutisme.
● Ketegasan dari Trias Politica didapatkan dari Blackstone.
● Rousseau menegaskan pemisahan kekuasaan itu menimbulkan tidak adanya
persatuan.
● Dari Trias Politica, timbul ajaran-ajaran pemisahan kekuasaan baru seperti yg
dikemukakan Prof. Van Vollenhoven diikuti Prof. Van Apeldoorn, yg
membedakan empat fungsi penguasa:
1. Kekuasaan Perundang-undangan
2. Kekuasaan kehakiman
3. Kekuasaan Kepolisian
4. Kekuasaan Pemerintahan
● Ajaran pembagian kekuasaan negara dari John Locke di abad XVII adalah
gambaran dari asas pokok ajaran Montesquieu di abad XVIII.
● Montesauieu dengan kemerdekaan politik sebagai tujuannya. Asas-asas ini
diterima ketika jajahan-jajahan Amerika akan melepaskan diri dari belenggu
penjajahan Inggris.

C. J.J. ROUSSEAU
Rousseau adalah seorang ahli pemikir besar tentang negara dan hukum dari
Swiss. Ia hidup pada tahun 1712-1778. Rousseau di dalam ajaran filsafatnya telah
memasukkan unsur perasaan. Rousseau menganggap manusia yang asalnya baik itu telah
dirusak oleh peradaban. Rousseau selalu bertanya-tanya mengenai bagaimanakah
mungkinnya dapat terjadi, bahwa manusia yang pada awalnya, yaitu pada waktu manusia
itu masih hidup dalam keadaan alamiahnya, bebas dan merdeka, sekarang menjadi
manusia yang hidup di bawah kekuasaan negara?
Rousseau pada masa ini dikenal sebagai bapak demokrasi. Dalam
ajaran-ajarannya, Rousseau menekankan pada kedaulatan rakyat. Dalam ajarannya yang
terpenting adalah ideanya tentang perjanjian masyarakat.
Beberapa manfaat dari diselenggarakannya perjanjian rakyat antara lain:
1. Terciptanya kemauan umum atau volontè gènèrale, yaitu kesatuan daripada
kemauan orang-orang untuk menyeleggarakan perjanjian masyarakat. Inilah yang
merupakan kekuasaan tertinggi atau kedaulatan.
2. Terbentuknya masyarakat atau Gemeinschaft, yaitu kesatuan daripada
orang-orang yang memiliki kemauan umum, yaitu suatu kekuasaan tertinggi atau
kedaulatan yang tidak dapat dilepaskan.
Jadi, dengan perjanjian masyarakat telah diciptakan negara, ini artinya telah
terjadi suatu peralihan dari keadaan alam bebas ke keadaan bernegara. Karena peralihan
ini naluri manusia telah diganti dengan keadilan dan tindakan-tindakan yang mengandung
kesusilaan.
Kekuasaan raja menurut Rousseau sifatnya pinjaman, sebab pada waktu
individu-individu itu mengadakan perjanjian masyarakat, mereka tidak menyerahkan
hak-hak atau kekuasaannya kepada raja tetapi mereka menyerahkan kehendak atau
kemauannya kepada masyarakat yang merupakan kesatuan tersendiri yang timbul karena
perjanjian masyarakat tersebut. Kemauan umum dari masyarakat inilah yang merupakan
kekuasaan tertinggi, yang menentukan putusan terakhir dan tertinggi, dan dinamakan
kedaulatan. Dengan demikian, Kedaulatan berada di tangan rakyat.

D. IMMANUEL KANT
Immanuel Kant adalah seorang guru besar dari Prusia. Di dalam ajaran
filsafatnya, Immanuel Kant menentukan batas-batas daripada kemampuan berpikirnya
manusia dan menyatakan bahwa ada alam yang tidak dapat ditembus oleh rasio manusia,
yaitu alam kepercayaan. Menurut Immanuel Kant, perjanjian masyarakat itu tidak pernah
ada, tidak pernah merupakan kenyataan atau peristiwa di dalam sejarah. Maksudnya
adalah negara itu terjadinya karena perjanjian masyarakat, perjanjian masyarakat itu
sesungguhnya hanyalah merupakan suatu konstruksi yuridis.
Immanuel kant juga hidup pada masa peralihan dimana orang sebelumnya selalu
mengagung-agungkan ratio, namun pada masa peralihan tersebut, hal itu sudah berakhir.
Dalam ajarannya Immanuel kant menentukan batas berpikir manusia dan menyatakan
bahwa ada alam yang tidak mungkin dapat ditembus dengan cara berpikir (rationya
manusia) yaitu alam kepercayaan.
Immanuel kant memberikan tempat untuk agama/kepercayaan  dalam pikirannya
disamping ratio. Menurut Immanuel kant,adanya negara merupakan suatu keharusan guna
menjamin terlaksananya kepentingan umum dalam keadaan hukum. Maksudnya adalah
bahwa negara tersebut haruslah dapat menjamin kebebasan terhadap warga negaranya
dalam lingkungan hukum, tetapi bebas dalam hal ini yang dimaksud adalah terikat kepada
ketentuan Undang-undang, jadi harus menurut kemauan rakyat.
Sama halnya dengan sarjana-sarjana penganut aliran hukum alam lain, Immanuel
Kant juga sebagai penganut aliran hukum alam yang mengakui bahwa timbulnya negara
tersebut karena adanya perjanjian bermasyarakat,namun walaupun demikian terdapat
adanya perbedaan prinsip.

Kalau menurut para pendahulunya bahwa perjanjian bermasyarakat tersebut


menurut sejarah memang betul terjadi,tetapi Immanuel kant menyatakan bahwa
perjanjian masyarakat tersebut tidak pernah ada secara nyata.

III. KESIMPULAN
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para pengikut aliran hukum
alam tersebut, sepakat bahwa terjadinya negara itu karena adanya perjanjian
bermasyarakat, hanya saja cara masing-masing dalam menyampaikannya berbeda-beda,
antara lain :

Grotius Hugo : bahwa perjanjian bermasyarakat itu dikarenakan adanya dua


faktor yaitu : 1). Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai keinginan untuk
bermasyarakat, 2). Manusia sebagai makhluk sosial juga mempunyai nalar/Ratio/akal.
Dari kedua hal tersebut akhirnya individu-individu tersebut mengadakan perjanjian
bermasyarakat dengan maksud untuk memelihara keamanan dan ketertiban.kekuasaan
untuk itu diserahkan kepada raja.
Thomas Hobbes : Bahwa perjanjian bermasyarakat tersebut diadakan karena
manusia itu dalam keadaan alamnya (sebelum adanya negara), saling bermusuhan satu
dengan yang lain dan tidak ubahnya seperti binatang, maka untuk menghentikan adanya
permusuhan tersebut diadakan perjanjian bermasyarakat.
J.J Rousseau: Bahwa perjanjian bermasyarakat tersebut diadakan karena dengan
perjanjian bermasyarakat itu menyebabkan timbulnya suatu kesatuan masyarakat
(Gemeinschaft) yang mempunyai kehendak umum. Rakyat yang mengadakan perjanjian
itu mempunyai kekuasaan tertinggi, yang kemudian dapat diserahkan kepada raja , akan
tetapi sewaktu-waktu dapat berubah (berkurang,tambah atau bahkan hilang).
John Locke : Perjanjian bermasyarakat itu diadakan karena dalam keadaan
alamnya manusia itu telah mempunyai hak dasar (hak azasi) serta sudah ada hukum,oleh
karenanya perjanjian bermasyarakat yang di adakannya itu untuk melindungi hak-hak
azasi tersebut.
Immanuel Kant pada dasarnya sama dengan pendahulunya, tetapi ada kalanya
unsur-unsur yang bersifat revolusioner yang dikemukakan pendahulunya itu ditentang.
Menurut Immanuel kant bahwa perjanjian bermasyarakat itu tidak ada, namun kalaupun
ada hanyalah merupakan suatu konstruksi hukum saja sehingga akan membantu
seseorang dalam menjelaskan bagaimana sebenarnya timbulnya negara itu.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para pengikut aliran hukum
alam tersebut, pada dasarnya masih terdapat beberapa kelemahan diantaranya :

Bahwa konsepsi tentang ajaran hukum alam tersebut tidak didasarkan pada
kenyataan sejarah, karena kenyataannya walaupun dalam keadaan alam sekalipun
manusia itu tidak liar atau bebas seperti binatang, sebab manusia itu makhluk sosial yang
mempunyai akal pikiran (ratio) sehingga dengan akal pikiran serta rationya itu selalu
ingin hidup bermasyarakat.
Bahwa pendapat para pengikut aliran hukum alam tersebut didasarkan kepada
hipotesa permulaan, maksudnya bahwa kita tidak dapat mengetahui secara pasti
bagaimana terbentuk pertama sekali.
Karena beberapa kelemahan tersebut akhirnya orang berkesimpulan bahwa ajaran
hukum alam tersebut tidak menimbulkan kepuasan, akibatnya orang beralih ke teori baru
yang dikenal dengan teori Theokratis Sosiologis.

Sumber:
- Soehino. 2013. Ilmu Negara. Yogyakarta:Liberty.
- ejournal.upnvj.ac.id

Anda mungkin juga menyukai