Anda di halaman 1dari 13

THOMAS HOBBES DAN

PEMIKIRANNYA

Mata Kuliah : Filsafat Umum

Dosen: Dra. Neneng Munajah, MA

DISUSUN OLEH:

DALY SAPUTRA (3120180025)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “ Thomas
hobbes dan pemikirannya” ini dengan lancar dan tanpa halangan yang berarti.
Sholawat serta salam tak lupa kami haturkan kehadirat junjungan nabi
Muhammad SAW .Ucapan terima kasih tak lupa juga kami sampaikan terima
kasih kepada dosen pembimbing  mata kuliah Filsafat Umum yakni ibu
Dra.Neneng Munajah, MA atas bimbingannya. Serta kepada teman teman
jurusan Pendidikan Agama Islam dan Komunikasi Penyiaran Islam 2018 atas
dukungan dan kerjasamanya. Tak lupa juga kepada orang tua kami di rumah
yang kami yakin tak pernah luput doanya untuk kami. Dalam penulisan makalah
ini, kami yakin bahwa banyak sekali kekurangan, Oleh karena itu kami
mengaharapkan sekali kritik dan saran dari pembaca sehingga akan membawa
perbaikan untuk kedepannya. Dan yang terakhir kami berharap makalah ini
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Terimakasih.

Jakarata , 17 Januari 2019

Penyusun

2
Daftar isi

Masa awal kehidupan dan pendidikan.........................................................4

Pekerjaan Thomas Hobbes...........................................................................4

Charles II, murid Hobbes di Perancis............................................................6

Pemikiran Thomas Hobbes...........................................................................8

Tentang pengenalan.....................................................................................9

Manusia......................................................................................................10

Negara........................................................................................................10

Terbentuknya Negara.................................................................................11

Status Negara.............................................................................................11

Pembatasan kekuasaan negara..................................................................11

Teori kontrak sosial....................................................................................12

Pengaruh....................................................................................................13

3
Masa awal kehidupan dan pendidikan

Thomas Hobbes (1588-1679) dilahirkan di Malmesbury, sebuah kota kecil yang berjarak 25
kilometer dari London.  Ia dilahirkan pada tanggal 15 April 1588.  Ketika Hobbes dilahirkan,
armada Spanyol sedang menyerbu Inggris.  Ayah Hobbes adalah seorang pendeta
di Westport, bagian dari Malmesbury.  Ayahnya bermasalah dengan pihak gereja sehingga
melarikan diri dari kota tersebut dan meninggalkan Hobbes untuk diasuh oleh pamannya.

Pada tahun 1603-1608, Hobbes belajar di Magdalen Hall,  Oxford  pada usia 14 tahun.
Menurut kesaksian pribadi Hobbes, ia tidak menyukai pelajaran fisika dan logika Aristoteles.
Ia lebih suka membaca mengenai eksplorasi terhadap penemuan tanah-tanah baru serta
mempelajari peta-peta bumi dan bintang-bintang.  Karena itulah, astronomi adalah bidang
sains yang mendapat perhatian dari Hobbes, dan terus digeluti oleh Hobbes. Kemudian pada
masa kemudian, Hobbes juga menyesali karena ia tidak mempelajari matematika saat
menempuh pendidikan di Oxford.

Pekerjaan Thomas Hobbes

Setelah menempuh pendidikan, Hobbes mendapat pekerjaan sebagai pengajar


keluarga bangsawan, yakni keluarga Cavendish.  Murid Hobbes adalah William
Cavendish yang merupakan pewaris keluarga tersebut. Selain sebagai guru, Hobbes juga
berperan sebagai sekretaris, teman, dan bendahara dari William Cavendish.

Pada tahun 1614-1615, Hobbes dan William melakukan perjalanan ke Perancis dan Italia, di


mana keduanya mempelajari bahasa Italia. Sepulangnya ke Inggris pada tahun 1616,
Cavendish berhubungan dengan Francis Bacon dan Hobbes sempat melakukan beberapa
pekerjaan sekretariat untuk Bacon.  Bersama dengan William, Hobbes berkenalan dengan
dunia politik, baik dalam pemikiran maupun praktik. William pada tahun 1614 dan 1621
merupakan anggota parlemen sehingga Hobbes dipastikan turut serta dalam sidang-sidang
parlemen.

William Cavendish meninggal pada tahun 1628, dan saat itu Hobbes telah menyelesaikan
terjemahan dari Thucydides.  Karya Hobbes tersebut merupakan karya ilmiah yang berharga

4
sebab merupakan karya pertama yang merupakan terjemahan bahasa Inggris langsung
dari bahasa Yunani.  Selain itu, di dalamnya terdapat peta dari dunia Yunani kuno yang
dikumpulkan dari banyak sumber dan digambar oleh Hobbes sendiri.  Di dalam karya
tersebut, Hobbes memperlihatkan sikapnya yang pro terhadap monarki Inggris dan tidak
begitu menyukai sistem demokrasi.  Di dalam oto-biografinya, Hobbes mengatakan bahwa
Thucydides adalah sejarawan favoritnya sebab "ia memperlihatkan betapa tidak kompetennya
sistem demokrasi".

Setelah kematian William, Hobbes berhenti dari pekerjaannya di keluarga Cavendish selama
dua tahun. Pada waktu tersebut. ia bekerja lagi sebagai guru dari anak bangsawan.  Pada
tahun 1629 hingga 1630, Hobbes dan muridnya melakukan perjalanan ke Perancis dan Swiss.
Di Jenewa, selama bulan April hingga Juni tahun 1630, Hobbes mulai membaca buku
Eukleides  yang berjudul "Elemen-Elemen" dan tertarik atas metode deduktif Eukleides.

Setelah kembali ke Inggris, pada tahun 1631, Hobbes kembali bekerja pada keluarga
Cavendish untuk menjadi guru dari anak William.  Pada waktu inilah, Hobbes menghabiskan
waktu untuk mempelajari matematika dan bidang-bidang sains lainnya.

Periode 1630-an adalah tahun-tahun yang penting di dalam perkembangan intelektual


Hobbes.  Di periode inilah perhatian Hobbes terhadap sains, khususnya optik, mulai
berkembang.  Selain itu, pemikiran filsafat politik Hobbes juga mulai berkembang,
sebagaimana terlihat dari buku "Elemen-Elemen Hukum" yang dikeluarkannya pada akhir
dekade 1630-an.

Pada tahun 1634, Hobbes dan muridnya kembali melakukan perjalanan ke Eropa Daratan,
yakni Perancis dan Italia.  Perjalanan tersebut memberi pengaruh besar terhadap
perkembangan intelektual Hobbes sebab ia berkenalan dengan ilmuwan dan matematikawan
dari Perancis.  Di dalam oto-biografinya, Hobbes mengatakan bahwa ia telah mempelajari
prinsip-prinsip dari ilmu alam di Perancis.

Setelah Hobbes kembali ke Inggris pada bulan Oktober 1636, ia banyak menggunakan
waktunya untuk karya-karya filsafat. Hal tersebut dikarenakan muridnya sudah mulai dewasa
sehingga Hobbes memiliki banyak waktu luang. Salah satu karya sains-filsafat Hobbes yang
paling awal adalah sebuah manuskrip tentang optik yang berjudul "Latin Optical MS".  Karya
tersebut telah selesai dikerjakan pada tahun 1640.  Hobbes juga menulis manuskrip lain
tentang  metafisika dan epistemologi.

5
Pekerjaan Hobbes dalam bidang sains dan metafisika terhenti pada akhir dekade 1630-an
karena situasi politik.  Pada tahun 1637, kekuasaan absolut  mulai dipersoalkan.  Hobbes
memperlihatkan dukungan kepada raja dengan mendedikasikan buku "Elemen-Elemen
Hukum" untuk menjawab persoalan kekuasaan absolut.  Kedua karya Hobbes yang
berikutnya, "De Cive" dan "Leviathan", mengembangkan lebih lanjut pemikiran dalam buku
tersebut, meskipun esensi ketiganya sama.

Pada tahun 1640, Hobbes mulai mempertimbangkan untuk tinggal di Paris, Perancis, dengan
alasan keselamatan dirinya dan untuk lebih merangsang pemikirannya. Akan tetapi, apa yang
menjadi alasan langsung dari kepergian Hobbes dari Inggris menuju Perancis adalah debat
yang terjadi di parlemen pada tanggal 7 November1640.  Di sana, para anti-monarki mulai
menyuarakan penentangan terhadap orang-orang yang pro-monarki dan mendukung
kekuasaan absolut.  Karena Hobbes khawatir akan dipanggil untuk
mempertanggungjawabkan "Elemen-Elemen Hukum", akhirnya ia pergi ke Paris.

Di Paris, Hobbes dengan cepat menyatu dengan situasi intelektual di sana karena dibantu oleh
rekannya Mersenne.  Pada tahun 1642, Mersenne juga membatu penerbitan karya Hobbes
"De Cive".  Melalui buku tersebut, Hobbes mengukuhkan diri sebagai penulis dalam bidang
politik yang memiliki reputasi di seluruh Eropa.  Tidak lama kemudian, Mersenne juga
membantu penerbitan beberapa contoh karya Hobbes dalam bidang fisika dan optik di dalam
dua volume buku kompilasi pada tahun 1644. Judul dari kedua karya Hobbes tersebut adalah
"Cogitata physico-mathematica" dan "Universae".  Melalui Mersenne juga, Hobbes dapat
berkenalan pada awal tahun 1640-an dengan para filsuf dan ilmuwan Perancis.

Selama periode 1640-an, Hobbes lebih banyak memberikan perhatian kepada fisika,
metafisika, dan teologi ketimbang filsafat politik. Pada tahun 1642-1643, Hobbes menulis
karya yang melawan pandangan seorang filsuf Aristotelian Katolik yang bernama Thomas
White  Kemudian pada tahun 1645, Hobbes berpolemik dengan seorang teolog Gereja
Anglikan yang juga bernama John Bramhall mengenai hakikat kehendak bebas.  Polemik
yang terjadi cukup panjang dan memakan waktu yang cukup lama.

Charles II, murid Hobbes di Perancis.

Pada tahun 1646, Hobbes diminta untuk menjadi pengajar matematika bagi Pangeran Charles
II, anak dari Raja Charles I.  Pekerjaan tersebut membawa Hobbes berhubungan lebih intensif

6
dengan para politisi, pejabat istana, dan pejabat-pejabat gerejawi, yang semuanya merupakan
pihak-pihak yang pro-monarki.  Situasi tersebut membuat Hobbes kembali memasuki bidang
politik.  Karya Hobbes yang berjudul "Leviathan" diterbitkan di Inggris dengan bantuan
seorang temannya pada bulan April 1651.

Pada tahun 1648, Hobbes mulai merencanakan untuk kembali ke Inggris.  Beberapa lama
kemudian, situasi politik Inggris telah berubah karena pada tahun 1649 Raja Charles I
dieksekusi.  Di Perancis, situasi Hobbes juga berubah sebab Mersenne telah meninggal dunia,
dan Gassendi, seorang sahabat lain Hobbes, pindah ke Perancis selatan.  Buku "Leviathan"
yang ditulis oleh Hobbes dapat dilihat sebagai pergeseran pandangan politiknya ke arah yang
lebih netral, sebab di situ ia tidak dengan terang-terangan mengaku diri pro-monarki,
melainkan berbicara soal kekuasaan saja. Sebaliknya, pandangan Hobbes soal agama di
dalam buku "Leviathan" membuat Hobbes memiliki masalah dengan orang-orang di sekitar
Charles II, khususnya kaum agamawan.  Hobbes terancam untuk dibawa ke pengadilan, dan
beberapa waktu kemudian para pejabat gerejawi Perancis memutuskan untuk membawa
Hobbes ke pengadilan. Karena itu, Hobbes melarikan diri dari Perancis pada pertengahan
bulan Desember 1651, menuju ke Inggris.

Sepulangnya ke Inggris, Hobbes menetap di London dan kembali ke pekerjaannya dahulu,


yakni menjadi pengajar di keluarga bangsawan.  Nama buruk yang akan diterima Hobbes
karena "Leviathan" tidak dengan segera muncul.  Kebanyakan pembaca awal dari buku
tersebut cukup terkejut dengan isinya tentang agama, namun tidak segera menyuarakannya.

Selain kaum agamawan, grup lain yang merasa terganggu dengan buku "Leviathan" adalah
kaum akademisi dari universitas-universitas.  Hal itu menyebabkan Hobbes mendapat kritik
dari kalangan akademisi.  Salah satu akademisi yang mengkritik Hobbes adalah John Wallis.
Mereka terlibat di dalam polemik dalam bidang matematika selama hampir dua puluh tahun.

Pada era 1660-an, Hobbes mendapat tekanan dari pihak agamawan karena pandangannya
tentang agama. Pada awal tahun 1660-an ada rumor yang mengatakan
beberapa Uskup Gereja Anglikan akan menetapkan pandangan Hobbes sebagai sesat.  Selain
itu, pada tahun 1666, komite Dewan Rakyat  (House of Commons) didesak untuk
menginvestigasi buku "Leviathan".

Hobbes merespons tekanan yang muncul dengan menerbitkan tulisan-tulisan pada akhir
dekade 1660-an yang secara terbuka mempertahankan dirinya dari segala kritik mengenai
keimanan Hobbes. Beberapa tulisan tersebut, termasuk biografi singkat Hobbes, adalah

7
"Mempertimbangkan Ulang Tuan Hobbes", penambahan apendiks kepada terjemahan bahasa
Latin dari "Leviathan" yang mempertahankan karya tersebut dari tuduhan sesat pada tahun
1668, sebuah oto-biografi dalam bahasa Latin pada tahun 1679, dan sebuah karya tentang
polemik sejarah gereja dalam bahasa Latin berjudul "Historia ecclesiastica" pada tahun 1688.

Pelbagai publikasi yang dilakukan Hobbes (dengan ditambah karya-karya lain tentang
matematika dan terjemahan Iliad dan Odyssey karya Homeros dalam bahasa Inggris)
membuktikan produktivitas Hobbes pada usia yang semakin lanjut.  Hobbes berusia 63 tahun
ketika "Leviathan" diterbitkan, dan ia terus menulis hingga umur 91 tahun ketika ia
meninggal.  Hobbes hidup bersama keluarga Cavendish yang memberinya perlindungan dam
keamanan.  Kemudian saat Charles II, mantan muridnya, mendapatkan kekuasaan di Inggris,
Hobbes mendapat pengampunan karena ia lari ke Inggris dan berpihak ke kubu anti-monarki.

Kendati Hobbes memiliki pengikut setia di Inggris, namun ia lebih dihormati dan memiliki
pengaruh di Perancis.  Ia dianggap sebagai salah satu filsuf terbesar yang pernah ada, dan
buku "Leviathan" menjadi terkenal di sana.

Hobbes meninggal pada tanggal 4 Desember 1679. Ia mengidap sakit serius sejak bulan
Oktober dan seminggu sebelum meninggal ia terkena stroke. Hobbes dimakamkan di Hault
Hukcnall, dekat Hardwick Hall.  Di atas batu nisannya, terdapat perkataan yang ditulis oleh
Hobbes sendiri: "Dia dalah seorang ahli, dan karena reputasinya dalam banyak ilmu, ia
dikenal luas baik di dalam negeri maupun luar negeri." 

Pemikiran Thomas Hobbes

Inti pemikiran Hobbes berakar pada empirisme (berasal dari bahasa Yunani  empeiria  yang
berarti 'berpengalaman dalam, berkenalan dengan'.  Empirisme menyatakan bahwa
pengalaman adalah asal dari segala pengetahuan.  Menurut Hobbes, filsafat adalah suatu ilmu
pengetahuan tentang efek-efek atau akibat-akibat berupa fakta yang dapat diamati.  Segala
yang ada ditentukan oleh sebab tertentu, yang mengikuti hukum ilmu pasti dan ilmu alam.
Yang nyata adalah yang dapat diamati oleh indra manusia, dan sama sekali tidak tergantung
pada rasio manusia (bertentangan dengan rasionalisme).  Dengan menyatakan yang benar
hanyalah yang inderawi, Hobbes mendapatkan jaminan atas kebenaran.

Hobbes adalah seorang  materialis. Ia meyakini bahwa manusia (termasuk pikirannya, dan
bahkan Tuhan) terdiri dari materi. Meskipun tidak pernah disebutkan secara eksplisit dalam
karya-karyanya, Hobbes telah menyerang lawannya yang meyakini hal-hal imaterial.

8
Hobbes dikenal sebagai salah seorang perintis kemandirian filsafat. Hobbes berpendapat
bahwa selama ini, filsafat banyak disusupi gagasan religius. Hobbes menegaskan bahwa
objek filsafat adalah objek-objek lahiriah yang bergerak beserta ciri-cirinya.  Menurutnya,
substansi yang tak dapat berubah, seperti Allah, dan substansi yang tak dapat diraba secara
empiris, seperti roh, malaikat, dan sebagainya, bukanlah objek dari filsafat.  Hobbes
menyatakan bahwa filsafat harus membatasi diri pada masalah kontrol atas alam.

Berdasarkan pemikiran tersebut, Hobbes menyatakan hanya ada empat bidang di dalam
filsafat, yakni:

1. Geometri, yang merupakan refleksi atas benda-benda dalam ruang.


2. Fisika, yang merupakan refleksi timbal-balik benda-benda dan gerak mereka.
3. Etika, yang dalam pengertian Hobbes dekat dengan psikologi. Maksudnya, refleksi
atas hasrat dan perasaan manusia serta gerak-gerak mentalnya.
4. Politik, yang adalah refleksi atas institusi-institusi sosial.

Hobbes menyatakan bahwa keempat bidang tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Karena itulah, Hobbes berpandangan bahwa masyarakat dan manusia dapat dilihat melalui
gerak dan materi dalam fisika.

Tentang pengenalan

Sebagai penganut empirisme, Hobbes menganggap bahwa pengetahuan berasal dari


pengalaman semata-mata. Tidak seperti kaum rasionalis, pengenalan dengan akal hanyalah
mempunyai fungsi mekanis.  Pengenalan dengan akal dimulai dengan kata-kata yang
menunjuk pada tanda-tanda tertentu yang sebenarnya sesuai dengan kebiasaan saja.
Pengertian-pengertian umum hanyalah nama belaka, yaitu sebagai nama bagi gambaran-
gambaran ingatan tersebut, bukan nama benda pada dirinya sendiri.  Pengamatan indrawi
terjadi karena gerak benda-benda di luar manusia yang menyebabkan adanya rangsangan
terhadap indra manusia. Rangsangan tersebut diteruskan ke otak, dan dari otak ke jantung.  Di
dalam jantung timbullah reaksi tertentu yang merespons pengamatan tersebut.

Manusia

9
Pandangan Hobbes tentang manusia dimulai dengan pertanyaan: apa yang menggerakkan
manusia? (what makes him tick?).  Di sini, Hobbes membandingkan manusia dengan sebuah
jam tangan yang bergerak secara teratur karena ada onderdil-onderdil di dalamnya.  Hobbes
memandang manusia secara mekanis belaka.  Manusia adalah setumpuk material yang
bekerja dan bergerak menurut hukum-hukum ilmu alam.  Untuk itu, ia menyingkirkan segala
macam anggapan moral-metafisik tentang manusia.  Misalnya saja, pandangan bahwa
manusia memiliki kodrat sosial, kebebasan, keabadian jiwa, dan sebagainya.  Jiwa dan akal
budi hanya dianggap sebagai bagian dari proses mekanis di dalam tubuh.

Setelah mengetahui seluruh kaitan antara onderdil-onderdil dari sebuah jam tangan, maka kita
dapat mengetahui prinsip kerja yang menyebabkan jam tangan itu bergerak.  Kesimpulan
akhir Hobbes mengenai faktor penggerak manusia adalah psikis manusia, yakni nafsu.  Nafsu
yang paling kuat dari manusia adalah nafsu untuk mempertahankan diri, atau dengan kata
lain, ketakutan akan kehilangan nyawa.  Dari dasar pemikiran itulah Hobbes kemudian
merumuskan pandangannya tentang negara yang amat terkenal.

Negara

Pemikiran Hobbes mengenai negara terdapat di dalam karya besarnya yang berjudul
"Leviathan".  Leviathan adalah nama binatang di dalam mitologi Timur Tengah yang amat
buas.  Di dalam filsafat Hobbes, Leviathan merupakan simbol suatu sistem negara. Seperti
Leviathan, negara haruslah berkuasa mutlak dan ditakuti oleh semua rakyatnya, karena hanya
dengan cara inilah manusia-manusia dapat mengalami ketertiban dan kebahagiaan.

Di dalam pandangannya tentang manusia, Hobbes berpendapat bahwa seluruh perilaku


manusia ditentukan oleh kebutuhan mempertahankan diri atau takut akan kehilangan
nyawa. Dengan mengetahui hal tersebut, Hobbes merasa mampu menjawab pertanyaan
bagaimana manusia harus bersikap baik, yaitu kuasailah rasa takut mati mereka. Bila manusia
diancam dan dibuat takut, ia akan dapat mengendalikan emosi dan nafsunya sehingga
kehidupan sosial dapat terjamin. Karena itu, negara haruslah menekan rasa takut mati dari
warga negaranya, supaya setiap orang berbuat baik.

Terbentuknya Negara

10
Menurut Hobbes, manusia tidaklah bersifat sosial.  Manusia hanya memiliki satu
kecenderungan dalam dirinya, yaitu keinginan mempertahankan diri.  Karena kecenderungan
ini, manusia bersikap memusuhi dan mencurigai setiap manusia lain: homo homini
lupus! (manusia adalah serigala bagi sesamanya).  Keadaan ini mendorong terjadinya "perang
semua melawan semua" (bellum omnium contra omnes).  Inilah "keadaan alamiah" saat
belum terbentuknya negara.  Akan tetapi, jika terus-menerus terjadi perang semua melawan
semua, tentu saja eksistensi manusia juga terancam.  Untuk itu, manusia-manusia
mengadakan sebuah perjanjian bersama untuk mendirikan negara, yang mengharuskan
mereka untuk hidup dalam perdamaian dan ketertiban.

Status Negara

Negara berkuasa secara mutlak dan berhak menentukan nasib rakyatnya demi menjaga
ketertiban dan perdamaian. Status mutlak dimiliki negara sebab negara bukanlah rekan
perjanjian, melainkan hasil dari perjanjian antar-warga negara.  Artinya, di dalam perjanjian
membentuk negara, setiap warga negara telah menyerahkan semua hak mereka kepada
negara. Akan tetapi, negara sama sekali tidak punya kewajiban apapun atas warganya,
termasuk kewajiban untuk bertanggung jawab pada rakyat.

Negara berada di atas seluruh warga negara dan berkuasa secara mutlak.  Kemudian negara
juga berhak menuntut ketaatan mutlak warga negara kepada hukum-hukum yang ada, serta
menyediakan hukuman bagi yang melanggar, termasuk hukuman mati. Dengan demikian,
warga negara akan menekan hawa nafsu dan insting untuk berperilaku destruktif.
Selanjutnya, warga negara akan memilih untuk patuh kepada hukum karena memiliki rasa
takut dihukum mati. Hilangnya kebebasan warga negara terhadap negara adalah harga yang
harus dibayar jika semua orang ingin hidup dalam ketenteraman, keteraturan, dan kedamaian.

Pembatasan kekuasaan negara

Jikalau kekuasaan negara begitu mutlak dan tidak dapat dituntut oleh warga negara,
bukankah potensi penyalahgunaan kekuasaan oleh negara menjadi amat besar?  Untuk
mencegah terjadinya hal tersebut, Hobbes menyatakan dua hal.

 Pertama, perlu ada kesadaran dari pihak yang berkuasa mengenai konsep keadilan,
sebab kelak perbuatannya harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah dalam
pengadilan terakhir.

11
 Kedua, jika negara mengancam kelangsungan hidup warga negara, maka setiap
warga negara yang memiliki rasa takut terhadap kematian akan berbalik menghancurkan
negara, sebelum negara menghancurkan mereka.  Pada situasi tersebut, masyarakat akan
kembali ke "keadaan alamiah" untuk selanjutnya membentuk negara yang lebih baik, dan
seterusnya.

Teori kontrak sosial

Menurut Hobbes, pada dasarnya dalam kondisi alamiah, sebelum terbentuknya suatu negara
dan kekuasaan superior, manusia cenderung bertindak sebebas mungkin dan berusaha
mempertahankannya dengan cara menguasai orang lain. Kehendak untuk dapat
memepertahankan kebebasan mereka pada dasarnya didorong oleh kehendak mereka untuk
menyelamatkan diri mereka masing-masing. Dengan adanya persaingan untuk dapat
menyelamatkan diri mereka masing-masing, konflik antar manusia tidak dapat dihindari.
Oleh karena itu menurut Hobbes, kondisi manusia secara alami tidak ada yang namanya
kepemilikan, keadilan ataupun ketidakadilan, dan yang ada hanyalah peperangan, kekuatan
dan penipuan dalam usaha menyelamatkan diri mereka masing-masing. Keinginan atau hasrat
yang dimaksud Hobbes adalah kekuasaan, kekayaan, pengetahuan dan kehormatan,
sementara keengganan yang dimaksud adalah hidup sengsara dan mati. Selain itu, juga
dengan cara setiap anggota masyarakat saling membuat kesepakatan untuk melepaskan hak-
hak mereka dan kemudian disalurkan pada beberapa orang atau lembaga untuk dapat
dijalankan dengan baik tanpa menimbulkan benturan. Semakin kompleksnya persaingan antar
manusia yang terjadi, semakin meningkatkan keengganan manusia untuk sengsara dan mati.
Sehingga pada kondisi alamiah, manusia dengan akalnya berusaha untuk saling menghindari
peperangan yang terjadi sebagai akibat benturan. Selanjutnya yaitu kekuasaan yang tertib dan
kuat adalah kekuasaan yang berada dibawah satu orang yang diberikan kedaulatan oleh
rakyatnya. Setelah rakyatnya memberikan hak-haknya pada sang penguasa, rakyat tidak dapat
lagi menarik hak tersebut apalagi mendapatkan hak tersebut kecuali sang penguasa
memberikannya. Dengan kondisi yang demikian, rakyat akan tertib karena takut akan
kekuasaan di luar kontrak yang dijalankan karena rakyat tidak dapat menggangu-gugat.
Kondisi inilah yang sebenarnya oleh Hobbes disebut sebagai kontrak sosial.

Pengaruh

12
Tulisan-tulisan Hobbes, khususnya "Leviathan", sangat memengaruhi seluruh filsafat politik
dan filsafat moral di Inggris pada masa-masa selanjutnya. Di Eropa Daratan, Hobbes juga
membawa pengaruh kuat.  Salah satu filsuf besar yang dipengaruhi Hobbes adalah Baruch
Spinoza.  Spinoza dipengaruhi Hobbes di dalam pandangan-pandangan politik dan juga
bagaimana berhubungan dengan Alkitab.

Hobbes juga merupakan salah seorang filsuf, jika bukan yang pertama, yang amat
berpengaruh dalam perdebatan antara kehendak bebas dan determinisme.  Selain itu, ia juga
merupakan salah satu filsuf bahasa yang paling penting karena ia berpandangan bahwa
bahasa bukan hanya digunakan untuk menjelaskan dunia, tetapi juga untuk menunjukkan
perilaku-perilaku dan juga untuk mengikat janji dan kontrak.

Kemudian Hobbes juga berpengaruh di dalam studi kontraktarianisme. Kontraktarianisme


merupakan bagian dari teori-teori moral dan politik yang menggunakan ide teori kontrak
sosial.  Hobbes merupakan salah satu filsuf kontrak sosial tradisional yang menggunakan ide
kontrak sosial untuk menegaskan peran negara. Di sini, Hobbes merupakan pionir dari salah
satu dari dua argumen moral tentang kontrak sosial yang ada.  Satu jenis argumen moral
tentang kontrak sosial lainnya diberikan oleh Immanuel Kant.

Selain itu, Hobbes juga merupakan filsuf modern pertama di dalam


bidang sensasionalisme. Sensasionalisme adalah pandangan yang menganggap semua
keadaan mental, secara khusus kognitif manusia, beraal dari komposisi atau asosiasi-asosiasi
dari sensasi atau perasaan belaka.

13

Anda mungkin juga menyukai