Anda di halaman 1dari 13

SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Imam Taufiq Hidayat

2243510159

Program Studi Kriminologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Budi Luhur


A. BIOGRAFI 3 TOKOH

 Karl Marx
Karl Max lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818. ayahnya, seorang pengacara, menafkai
keluarganya dengan relatif baik, khas kehidupan kelas menengah. Orang tuanya adalah dari
pendeta yahudi (rabbi). Tetapi, karena alasan bisnis ayahnya menjadi penganut ajaran Luther
ketika Karl Marx masih sangat muda. Tahun 1841 Marx menerima gelar doktor filsafat dari
Universitas Berlin, Universitas yang sangat di pengaruhi oleh Hegel dan guru - guru muda
penganut filsafat Hegel, tetapi berpikir Kritis. Gelar doktor Marx di dapat dari kajian filsafat
yang membosankan, tetapi kajian itu mendahului berbagai gagasannya yang muncul
kemudian Setelah tamat ia menjadi penulis untuk sebuah koran liberal radikal dan dalam
tempo 10 bulan ia menjadi editor kepala koran itu. Tetapi,..karena pendirian politiknya, koran
itu kemudian di tutup pemerintah.
Marx menikah pada 1843 dan tak lama kemudian ia terpaksa meninggalkan jerman untuk
dapt suasana yang lebih libaral di Paris. Di Paris ia bergualat dengan gagasan Hegel dan
pendukungnya, tetapi ia juga menghadapi dua kumpulan gagasan baru – sosialisme Prancis
dan politik Ekonomi Inggris. Dengan cara yang unik dia menggabungkan hegelian,
sosialisme dan ekonomi politik yang kemudian menentuka orientasi intelektualnya. Hal yang
sangat penting pula adalah pertemuannya dengan orang yang kemudian menjadi teman
seumur hidupnya, donatur dan kolabolatornyayakni Fredrich Engels (Carver, 1983) Engels
anak penguasa pabrik tekstil menjadi seorang sosialis yang mengkritik kondisis kehidupan
yang di hadapi kelas buruh. Banyak di antara rasa kasihan Marx kesengsaraan kelas buruh
berasal dari paparannya kepada Engels dan gagasannya sendiri.
Tahun 1844 Marx dan Engels mengadakan diskusi panjang di sebuah Café terkenal di Paris
dan meletakkan landasan kerja untuk bersahabat seumur hidup. Mengenai diskusi itu Engels
berkata ”kesepakatan lengkap kami dalam dalam semua budang teori menjadi nyata dan
perjanjian kerja sama kami mulai sejak itu”(McLellan, 1993:131) di tahun berikutnya Engels
menerbitkan karya the condition Of The Working Class in England. Selama periode itu Marx
menerbitkan sejumlah karya yang sangat sukar di pahami (kebenyakan belum di terbitkan
semasa hidupnya) termasuk the Holy Family dan The German ideology (di tulis bersama
Engels)dan ia pun menulis the economic and philosophic manuscripts 1844 yang
menandakan perhatiannya terhadap bidang ekonomi main meningkat.
Marx mampu berkarya sangat baik tanpa aku. Aku tidak pernah mencapai prestasi seperti
yang di capai Marx. Pemahaman Marx lebih tinggi, pengalamannya lebih jauh dan
pandangannya lebih luas serta cepat ketimbang aku. Marx adlah jenius(Engels, di kutip dalam
McLellan,1973;131-132). Tahun 1849 ia pindah ke london dan, mengingat kegagalan
revolusi politik tahun 1848, ia menarik diri dari aktivitas revolusioner dan beralis ke kegiatan
rsiset yang lebih rinci tentang peran sistem ka[pitalis. Study ini akhirnya menghasilkan tiga
jilid buku das kapital.jilid pertama di terbitkan tahun 1867; Ia mulai mendapat popularitas,
baik sebagai pimpinan internasional maupun sebagai penulis des kapital. Perpecahan gerakan
internasional tahun 1876, kegagalan dari berbagai gerakan revolusioner dan penyakit –
penyakit, akhirnya membuat Marx ambruk. Istrinya wafat tahun 1881 dan anak
perempuannya tahun 1882 dan Marx sendiri wafat di tahun 1883.

 Auguste Comte
Auguste Comte lahir di Motpellier pada 19 Januari 1798 di Montpellier, Perancis dan
meninggal dunia pada 5 September 1857 di Paris. dari Keluarga pegawai negeri yang
beragama Katolik. Ayah Comte, Louis Comte merupakan seorang pejabat pajak dan ibunya,
Rosalie Boyer merupakan seseorang yang sangat taat agama. Comte termasuk seseorang yang
dewasa sebelum waktunya. Pasalnya di usia dini dia harus ikut menentang republikanisme
dan skeptisisme yang terjadi di Perancis. la belajar di sekolah politeknik di Paris, tetapi ia

dikelaurkan karena ia seorang pendukung republic. Auguste comte menjadi juru tulis pada de

Saint Simon, dan kebanyakan idenya memang berasal dari beliau. Auguste Comte hidup pada

saat perkembangan industri bertambah ju sejak abad ke 19 M dan begitu pula perkemabngan
berbagai disiplin ilmu. Ia banyak menerbitkan tulisan-tulisannya, sehingga ia terkenal di
seluruh Eropa. Tetapi ia tidak pernah diberi kesempatan untuk mengajar di Universitas.

Auguste Comte miskin selama ia hidup, karena pekerjaanya sebagai pengawang dan guru
private tidak cukup untuk hidup. Hanya berkat sumbangan dari pengikutnya, antara ain dari
filsof Ingris John Stuart Mill. Ia bisa makan. Ia meninggal pada tahun 1857. Karya tulisanya
yang pokok dan sistematis adalah Cours de philosophie positive, aatu “ khususu tentang
filsafat posisitif” yang diterbitkan dalam 6 jilid pada tahun 1830-1842. Auguste Comte
adalah seorang filsafat dan sosiologi prancis. Bertolak dari sosiologi sebagai ilmu eksakta, ia
meneliti hukum-hukum masyarakat manusia, yang berkembang dalam tiga tahap.
Ia dinobatkan sebagai Bapak Sosiologi Dunia karena dari Comte, kata-kata sosiologi pertama
kali digunakan. Dirinya sangat tertarik dengan para pemikiran beberapa tatanan dalam sejarah
manusia. Di Paris, Comte mendapatkan seorang teman yaitu Henri de Saint Simon. Seorang
reformis sosial Perancis dan salah satu pendiri sosialisme. Comte dan Saint Simon memiliki
pemikiran yang sama. Bahkan beberapa artikel dari Comte diterbitkan oleh Saint Simon.
Seiring berjalannya waktu, Comte merasa berbeda tujuan terlebih mengenai sudut pandang
dan latar beakang ilmiah

Akhirnya Comte memutuskan untuk tidak bekerja sama dengan Saint Simon. Tahun 1826
Comte mulai melakukan pengenalan ilmu sistem filsafat positif. Bahkan pada 1828 hingga
1829 dirinya berhasil mempublikasikan filosofi positif pada sebuah buku yang berjudul
Cours de Filsafatie Positif. Dari tahun 1832 hingga 1842 Comte merupakan seorang pengajar
dan penguji di beberapa sekolah. Namun pada tahun-tahun terakhir dirinya bertengkar dengan
pihak sekolah dan harus kehilangan pekerjaannya. Comte menikahi Caroline Massin pada
1825 namun pernikahan itu kandas di tahun 1842. Kehidupan Comte kemudian didukung
penuh oleh murid-muridnya di Perancis. Comte menghabiskan waktunya dengan menyusun
beberapa karya besar lainnya. Bahkan dirinya menyelesaikan formula sosiologinya.
Seluruh karyanya menekankan moralitas dan kemajuan moral sebagai pengetahuan dan upaya
manusia. Sekaligus memberikan penjelasan tentang pemerintahan atau organisasi politik yang
diperlukan. Tulisannya kemudian diteliti dan disebarkan secara luas di seluruh Eropa. Banyak
intelektual yang kemudian menerjemahkan dan mengumumkan karyanya. Comte meninggal
dunia karena penyakit kanker yang dideritanya pada tahun 1857. Dilingkungannya, Comte
terkenal dengan pribadi yang keras kepala dan egois. Namun hal itu diseimbangkan dengan
semangatnya untuk kesejahteraan manusia melalui ide-ide pemikirannya. Dia mengabdikan
dirinya tanpa lelah untuk menyebarkan dan mengenalkan paham-pahamnyan dalam upaya
meningkatkan masyarakat.

 Max Webber
Max Weber lahir di Erfurt Jerman, pada tanggal 21 April 1864. Pemikiran dan psikologis
seorang Max Weber banyak dipengaruhi oleh perbedaan antara orang tuanya, yang
mempunyai latar belakang berbeda. Ayahnya adalah seorang birokrat yang menduduki posisi
yang relatif penting dan ibunya adalah seorang wanita yang sangat religius. Sehingga
pemikiran antara ayah dan ibu Max Weber ini tidak bisa bertemu yang mana ayahnya adalah
sorang birokrat yang mapan dalam segala hal termasuk politik sedangkan ibunya adalah
orang yang asketis yang tidak mau terlibat banyak dengan kenikmatan duniawi yang malah
dalam hal inilah yang didambakan oleh suaminya.
Melihat latar belakang yang bertolak belakang antara kedua orang tuanya tersebut Max
Weber dihadapkan dengan pilihan yang sulit yakni lebih cenderung kepada ayahnya ataukah
ibunya. Pada awalnya Max Weber lebih cenderung kepada ayahnya namun kemudian lebih
deekat dengan ibunya. Pada umur 18 tahun Max Weber meninggalkan rumah sementara
waktu untuk belajar di Universitas Heidelberg, disana Max Weber berkembang mengikuti
jejak ayahnya yakni mengarah kearah hukum. Setelah tiga tahun kemudian Max weber
meninggalkan Heidelberg untuk menjalani wajib militer dan pada tahun 1884 kembali ke
berlin dan rumah orang tuanya untuk mengambil kuliah di Unversitas Berlin, yang kemudian
mendapatkan gelar doktor dan menjadi pengacara.
Pada tahun 1896, Max Weber mendapatkan gelar profesor ekonomi di Heidelberg, namun
pada tahun 1897 ketika karirnya sedang berkembang ayahnya meninggal dunia setelah
bertengkar hebat denganya. Sehingga seorang Max Weber mengalami keruntuhan mental,
sehingga ia sering kali tidak mau tidur dan bekerja. Namun pada tahun 1904 ia kembali
bangkit dan kembali dalam kehidupan akademis. Pada tahun 1905 ia menerbitkan salah satu
karyanya yang terkenal yakni The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism. Dalam
karyanya ini ia banyak menyatakan kesalehan ibunya yang diwarisinya pada level akademik,
Weber banyak mempelajari agama meskipun secara pribadi ia tidak religius.

B. Dasar Pemikiran

 Karl Marx
Terdapat dua pokok aliran filsafar mempengaruhi pemikiran Karl Marx. Pemikiran Karl
Marx sangat dipengaruhi oleh dua tokoh filsuf sebelumnya, semasa kuliah pemikiranmya
terpengaruh oleh Hegelianisme yang masih mempunyai pengaruh sangat kuat di wilayah
eropa, disamping juga dipengaruhi pemikirannya Feuerbach dikala mendobrak pemikiran
Hegel menuju materialism.[7]Pemikiran yang mempengaruhi Karl Marx tersebut adalah:

1. Dialektika Hegel

Karl Marx, seperti yang kita ketahui, ialah murid Hegel semasa mudanya, dan dalam system
filsafatnya yang terakhir ia masih mempertahankan beberapa corak Hegelian.[8]Menurut
Hegel bahwa, dalam pandangannya sejarah merupakan dunia mengulang transisi-transisi
dialektik, itulah tesis yang dikembangkan dalam karyanya,Philosophy of History.[9]Filsafat-
sejarah Marx merupakan campuran anatara Hegel dan ekonomi Britania. Seperti yang
dijelaskan dalam tesisnya. Hegel, ia mengira bahwa dunia berkembang menurut rumusan
dialektis, tetapi ia tidak sepakat dengan Hegel mengenai kekuatan penggerak perkembangan
ini. Hegel percaya kepada entitas mistis yang disebut “Ruh”(Spirit), yang menyebabkan
sejarah manusia berkembang menurut tahap-tahap dialektik seperti yang dipolakan
dalamLogic, karya Hegel. Dialektika Marx tidak memiliki satu pun kualitas ini kecuali yang
tak terelakkan. Bagi Marx kekuatan penggerakanya adalah materi, bukan ruh. Namun materi
yang dimaksud disini adalah materi dalam pengertian yang unik, bukan yang
didehumanisasikan oleh para atomis. Ini berarti bahwa, bagi Marx, kekuatan penggerak itu
sesungguhnya adalah hubungan anatara manusia dengan materi, yang bagian terpentingnya
adalah cara produksinya. Dengan jalan inilah materialism Marx, dalam prakteknya, menjadi
ilmu ekonomi.

2. Materialisme Feuerbach

Sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa salah satu pemikiran pokok yang mempengaruhi
pemikiran Karl Marx dalam filsafat sosialnya, khususnya yang mengenahi materialisme
adalah dipengaruhinya dari pemikiran tentang materi oleh Feuerbach. Seperti juga marx,
Feuerbach merupakan salah satu murid yang pernah belajar filsafat kepada Hegel, para murid
Hegil sering kali mendapatkan sebutan sebagai “Hegelian muda”. Feuerbach termasuk
sebagai salah satu dari aliran Hegelian sayap kiri. Feuerbach memandang bahwa system
filosofis yang sudah ditegakkan oleh Hegel adalah puncak tertinggi dari rasionalisme Barat.
Masalahnya bagi Feuerbachadalh bahwa system Hegelian itu tidak cocok dengan kenyataan
inderawi yang kongkrit. Kenyataan inderawi yang kongkrit itu adalah alam material. Alam
jug adalah dasar terakhir dari kenyataan. Artinya, seluruh kenyataan dapat dikembalikan pada
alam material sebagai kenyataan akhir.
Bagaimana kesimpulan Feuerbach itu bisa dijelaskan? Dia tentu sadar bahwa adanya alam
dapat diketahui pikiran; obyek dapat diketahui lewat subyek yang sadar. Akan tetapi,
kemudia dia mempersoalkan dari mana munculnya kesadaran itu kalau tidak ada sesuatu
yang disadari lebih dulu. Dengan kata lain, manusia sebagai subjek itu menyadari alam hanya
dengan cara membedakan dirinya dari alam itu. Artinya adalah dasar bagi kesadaran, sebab
tanpanya mustahil muncul pembedaan itu. Atas alasan ini, Feuerbach mengatakan bahwa
alam adalah dasar bagi manusia. Dengan cara demikian pula, apa yang oleh Hegel disebut
“Idea”, “Roh”, “Logos” di hadapan Feuerbach diubah menjadi alam material. Dan memang
lewat kritik atas idealism ini, Feuerbach ingin mengubahnya menjadi meterialisme.
Dari kedua pemikiran filosof tersebut diatas Marx mencoba megkritisi kedua pemikiran
filosof tersebut, dan mengambil sebagian diantara kedua pemikiran filosof yang dianggap
relevan atas pemikiran Marx. Marx sebenarnya adalah seorang ahli waris filsafat Hegel,
tetapi dia adlah ahli waris yang kritis. Sudah disinggung bahwa dia pernah tergabung dalam
kelompok Hegelian Sayap Kiri di Berlin. Ada beberapa warisan Hegelian dalam filsafat
Marx.Pertma,Marx memakai metode dialektika Hegel untuk menjelaskan sejarah dan proses-
proses kemasyarakatan.Kedua,Marx juga menganut asumsi-asumsi filsafat sejarah Hegel,
bahwa melalui sejarah umat manusia mewujudkan dirinya kea rah sebuahtelos(tujuan)
tertentu.Ketiga,seperti Hegel, Marx juga merefleksikan kenyataan negatif, yaitu alienasi.
Sebagai ahli waris yang kritis, Marx sebenarnya sejalan dnegan Feuerbach: dia ingin
mentransformasikan idealisme menjadi materialisme. ementara dalam materialis, Marx juga
sependapat dengan Feuerbach dalam pengandaiannya atasDas Wesen des
Christentums,bahwa kenyataan akhir adalah objek-objek inderawi. Akan tetapi, lalu dia
mengajukan kritik-kritiknya melalui esai-esainya,Thesen uber Feuerbanch,kita bisa
menemukan bagaimana penilaian Marx mengenai materialism. Dia menolak segala bentuk
materialisme sebelum dia, termasuk materialisme Feuerbach. Alasanya adalah bahwa
materialism sampai pemikiran Feuerbach bersifat kontemplatif dan tidak mendorong pada
kegiatan revolusioner. Sebenarnya yang ditolak Marx adalah segala bentuk materialism
zaman pencerahan dan pasca pencerahan yang menafsirkan dunia secara mekanik.

 Auguste Comte

Dasar pemikiran auguste comte ini baginya pengembangan pengetahuan manusia baik
perseorangan maupun secara keseluruhan melalui tiga zaman yaitu :
a. Zaman teologis : gejala alam terdapat kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan
gerak gejala tersebut. Di sini orang-orang percaya bahwa mereka berada pada
tingkatan yang lebih tinggi dari pada makhluk-makhluk insan biasa. Pada zaman
teologis ini dibagi menjadi tiga, yaitu animisme, politeisme, dan monoteisme.
b. Zaman metafisis : Pada zaman ini manusia hanya sebagai tujuan pergeseran dari tahap
teologis. Sifat yang khas adalah kekuatan yang tadinya bersifat adi kodrati, diganti
dengan kekuatan yang memiliki pengertian abstrak, yang diintegrasikan dengan alam.
c. Zaman positif : Ini dianggap Comte sebagai zaman tertinggi dari kehidupan manusia.
Pada zaman ini, manusia membatasi diri dalam penyelidikannya pada fakta-fakta
yang ada. Atas dasar observassi dan menggunakan rasionya, manusia berusaha
menteapkan relasi atau hubungan persamaan sesuai urutan yang terdapat antara fakta.

 Max Webber
Kontribusi Weber terhadap sosiologi dapat dilihat dari karya-karyanya seperti Basic
Sociological Terms, Objectivity in Social Science, The Protestant Ethic and the Spirit
of Capitalism, dan The Types of Legitimate Domination. Artikel ‘Sosiologi dan Para
Nabinya’ menyinggung secara singkat satu dari empat karya tersebut, yaitu Basic
Sociological Terms.
Dalam Basic Sociological Terms, Weber membahas tentang fokus kajian sosiologi
menurut dirinya: tindakan sosial. Weber menyatakan bahwa setiap tindakan individu
yang ditujukan kepada individu, atau kelompok lain memiliki makna yang bersifat
subjektif. Tujuan utama dari sosiologi — menurut Weber — adalah memahami secara
mendalam (verstehen) makna subjektif dari tindakan sosial yang dilakukan oleh
individu tersebut.
Tipe ketiga, afeksi, mengacu pada tindakan yang dilandasi oleh perasaan seorang
individu, seperti menangis di pemakaman. Tipe terakhir, tradisional, mengacu pada
tindakan yang dilandasi oleh tradisi, atau dengan kata lain, telah dilakukan berulang-
ulang sejak zaman dahulu, seperti mudik.
 Objectivity in Social Science (1904)
Dalam Objectivity in Social Science, Weber mencetuskan sebuah konsep
bernama tipe ideal. Tipe ideal mengacu pada berbagai terminologi yang digunakan
oleh ilmuwan sosial, untuk menangkap karakteristik-karakteristik penting dari sebuah
fenomena; seperti empat tipe tindakan sosial yang telah dijelaskan dalam paragraf
sebelumnya.
Tipe ideal membantu ilmuwan sosial agar tetap objektif dalam mengkaji sebuah
fenomena. Terlepas dari fungsinya untuk menjaga ilmuwan sosial agar tetap objektif,
Weber menyatakan bahwa tipe ideal berbeda dengan realitas sosial yang terjadi di
lapangan.
Sebagai contoh, seorang sosiolog bisa saja menyatakan bahwa penggunaan atribut
keagamaan oleh individu merupakan bentuk tindakan sosial rasional nilai, karena
tindakan tersebut dilandasi oleh nilai-nilai agama. Namun pada kenyataannya,
penggunaan atribut keagamaan pasti melibatkan faktor-faktor eksternal lain seperti
faktor emosi dan tradisi.
Hal ini menunjukkan bahwa tipe ideal hanya dapat digunakan untuk menjelaskan satu
aspek spesifik dari sebuah fenomena, dan seorang ilmuwan sosial harus mampu
menjelaskan secara detail mengapa ia memilih untuk menggunakan tipe ideal
(terminologi) yang bersangkutan.

 The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1904–1905)


Dalam The Protestant Ethic, Weber mencoba melihat hubungan antara doktrin
keagamaan dengan semangat kapitalisme. Data statisik yang berhasil Weber
kumpulkan menunjukkan bahwa mayoritas pemilik modal, pemimpin perusahaan,
serta tenaga kerja ahli di Jerman pada masa Weber merupakan pengikut ajaran Kristen
Protestan.
Weber lalu melakukan investigasi dan menemukan bahwa salah satu cabang ajaran
Kristen Protestan, yaitu Calvinisme, memiliki doktrin yang kompatibel dengan
semangat kapitalisme. Menurut Weber, doktrin Calvinisme yang dibawa oleh Richard
Baxter, penerus John Calvin, sarat dengan “etos keduniawian” yang mendorong
pemeluknya untuk berkerja, dan mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya.
Doktrin Calvinisme mengajarkan bahwa aktivitas ekonomi merupakan bentuk
pelayanan kepada Tuhan. Selain itu, doktrin Calvinisme juga menyatakan bahwa
kekayaan seorang individu menandakan kecintaan Tuhan terhadap individu tersebut .
Hal inilah yang menyebabkan pemeluk ajaran Calvinis berlomba-lomba
mengumpulkan kekayaan, untuk membuktikan rasa cinta Tuhan atas dirinya.
Lewat The Protestant Ethic, Weber menyatakan bahwa selain hasrat untuk menjadi
kaya dan perkembangan teknologi, motivasi internal yang berasal dari nilai-nilai
tertentu (dalam kasus ini, agama) juga turut berperan dalam mengembangkan
semangat kapitalisme.
 The Types of Legitimate Domination (1914)
Dalam The Types of Legitimate Domination, Weber membahas tentang tiga basis
legitimasi seorang pemimpin: rasional, tradisional, dan karismatik. Basis legitimasi
rasional mengacu pada seperangkat aturan hukum yang telah disepakati; seperti
undang-undang pemilihan umum yang mengatur jalannya pemilihan presiden,
gubernur, serta anggota dewan. Basis legitimasi tradisional mengacu pada kepercayaan
terhadap tradisi; seperti tradisi memilih kepala suku berdasarkan garis keturunan. Basis
legitimasi yang terakhir, kharismatik, mengacu pada kesucian, kepahlawanan, atau
karakter-karakter lain yang membuat seorang individu dinobatkan sebagai seorang
pemimpin; contohnya seperti nabi dan pemimpin keagamaan. Lebih lanjut, Weber
membahas tentang karakteristik kelompok yang dipimpin oleh masing-masing
pemimpin, dengan basis legitimasi yang berbeda. Dalam kelompok yang dipimpin oleh
pemimpin dengan basis legitimasi rasional, baik anggota kelompok maupun pemimpin
kelompok diwajibkan untuk tunduk pada hukum yang berlaku. Hubungan antara
pemimpin dan anggota kelompok bersifat impersonal. Artinya, anggota kelompok
hanya dituntut untuk patuh kepada pemimpin, selama anggota tersebut memiliki tugas,
atau kewajiban yang diatur oleh hukum. Selebihnya, anggota kelompok dipandang
sebagai individu yang bebas. Dalam kelompok yang dipimpin oleh pemimpin dengan
basis legitimasi tradisional, anggota kelompok merupakan “bawahan” atau “subyek”
dari pemimpin kelompok. Hubungan antara anggota dan pemimpin kelompok
dilandasi oleh kesetiaan sang anggota terhadap pemimpinnya.
Terakhir, dalam kelompok yang dipimpin oleh pemimpin dengan basis legitimasi
karismatik, anggota kelompok (yang disebut sebagai “pengikut”) memberikan seluruh
jiwa dan raganya kepada sang pemimpin, yang umumnya dianggap sebagai utusan
Tuhan, atau individu dengan kekuatan gaib.

C. Ide Pemikiran

 Karl Marx
Pemikirannya dilandasi oleh analisanya mengenai kerja. Manusia adalah "hewan yang
memproduksi dirinya sendiri“, begitu tulis dua editor, Siegfried Landshut dan J. P. Meyer.
Untuk bisa menganalisanya, Marx membutuhkan pengetahuan ekonomi. Ini didapatkannya
dari temannya, Friedrich Engels. Marx kemudian mencetuskan teori nilai tambah yang
menyatakan, bahwa manusia bisa menghasilkan nilai yang lebih dari apa yang dibutuhkannya
sendiri. Selisih itu diambil oleh seorang kapitalis, yakni dengan memberikan bayaran yang
lebih rendah daripada nilai yang dihasilkan oleh karyawan itu. Melalui cara inilah seorang
kapitalis mendapatkan laba. Teori Marx pada akhirnya didasari pemikiran bahwa
materialisme mempengaruhi kehidupan sosial: "Das Sein bestimmt das Bewusstsein". Ia
maksudkan di sini bahwa keberadaan itu menentukan kesadaran seseorang. Bagaimana kita
hidup dan bekerja dipengaruhi oleh apa yang kita rasakan dan kita pikirkan. Selanjutnya
Marx berkonklusi, bahwa kehidupan kapitalisme akan hancur secara alamiah akibat
kontradiksi yang terbangun di dalamnya.

 Auguste Comte
 Menurut Comte, sosiologi harus dibentuk berdasarkan pengamatan atau pengamatan
terhadap masyarakat, bukan hanya spekulasi tentang masyarakat. Pemikiran paling terkenal
dari pria kelahiran 215 tahun lalu ini adalah pemikirannya tentang tiga tahap perkembangan
intelektual. Yaitu, tahap pertama Teologis atau fiksi, tahap kedua metafisik, yang merupakan
perkembangan tahap pertama, dan ketiga tahap positif, yang merupakan tahap terakhir dari
perkembangan manusia. Auguste Comte membagi sosiologi menjadi dua bagian yaitu statika
sosial dan dinamika sosial. Statika sosial dimaksudkan untuk mempelajari hukum-hukum
aksi dan reaksi antara bagian-bagian dari suatu sistem sosial. Statika sosial adalah bagian
paling dasar dari sosiologi, tetapi bukan bagian terpenting dari studi sosiologi, karena pada
dasarnya statika sosial adalah hasil dari pertumbuhan.

 Max Webber
Aktor dalam pengembangannya dalam definisi pengembangannya menjadi suatu hal dasar
pengetahuan sosiologi diantranya: teori pertukaran sosial yakni mendefinisikan aktor sebagai
individu dan kelompok yang berakibat pada pengembangan struktur dan ketergantungan
timbal balik. Weber mengetahui bahwa tingkatan makro dan mikro akan memengaruhi
tindakan indidu dalam melaksanakan sesuatu, dan hal ini melalui pendekatan pemahaman
yang muncul secara kausal muncul dari masyarakat secara sosio-historis. Pendekatan ini
melihat tahapan sebab-akibat yang membentuk suatu individu atau aktor sebagai kelompok
atau sebagai tindakan sosial (social action). Weber melihat seseorang individu yang bertindak
secara subjektif dalam pertimbangan orang lain dan berorientasi pada orang lain. Dia juga
mempertegas bahwa ia berada pada posisi sejarah dan sosiologi sebagaimana disertasi
doktornya tentang sejarah yang memiliki batas walaupun adanya hubungan keduanya. Weber
melakukan kombinasi terhadap pendekatan sosio historis atau sosiologi sejarah yang
berorientasi pengembangan konsep yang jelas terhadap fenomena sejarah. Dia berfokus pada
sebuah paradigma untuk mengkaji masalah sebagai makhluk individu dan makluk.
DAFTAR PUSTAKA

https://pustakaarsip.kamparkab.go.id/artikel-detail/1240/biografi-karl-max
Harry Hamersma, Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern, (Jakarta : Gramedia, 1992)
Harun Hadiwi Jono, Sari sejarah Filsafat Barat 2, (Yogyakarta : Kanisius, 1980)
Bahari, Yohanes,Karl Marx: Sekelumit Tentang Hidup dan Pemikirannya,(Jurnal Pendidikan
Sosiologi dan Humaniora, Vol 1. No. 1. April 2010)
Hardiman, F. Budi,Filsafat Modern dari Machiavelli Sampai Nietzsche,(Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama. 2004)

Anda mungkin juga menyukai