Anda di halaman 1dari 8

KELOMPOK : 6

KETUA : HIDYA AWALYA

ANGGOTA : FITRIA SUCI RAMDHANI

: NURA SRIDAYANTI

KELAS : 3A ( FIKOM)

BIOGRAFI TALCOTT PARSONS

LATAR HISTORIS

Talcot Parsons, (lahir 13 Desember 1902, Colorado Springs, Colorado, AS—meninggal 8 Mei
1979, Munich, Jerman Barat), Ia adalah seorang sosiolog dan cendekiawan Amerika yang teori tindakan
sosialnya memengaruhi basis intelektual beberapa disiplin sosiologi modern. Karyanya berkaitan dengan
sistem teoretis umum untuk analisis masyarakat daripada dengan studi empiris yang lebih sempit. Dia
dikreditkan karena telah memperkenalkan karya Max Weber dan Vilfredo Pareto ke sosiologi Amerika.

Parsons dianggap sebagai ahli teori Amerika paling terkenal tahun 1940-an dan 50-an. Ide dan
konsepnya dikenal dan diterima secara luas sepanjang tahun 1950-an dan awal 1960-an. Dia paling
berpengaruh bagi murid-muridnya, termasuk Robert K. Merton, Kingsley Davis, dan Neil Smelser, yang
menyebarkan banyak aspek karya Parsons. Aspek tertentu dari karya Parsons mengarah pada teori
fungsionalisme Robert Merton sendiri. Dia memiliki pengaruh besar pada Jürgen Habermas, Niklas
Luhmann dan Jeffrey Alexander, beberapa pemikir terbesar dalam teori kontemporer. Karya utama
Parsons The Structure of Social Action juga menjadi salah satu alasan mengapa ia dikenang hingga saat
ini karena karya ini merupakan pengantar teori sosiologi dari sosiolog Eropa, Emile Durkheim, Max
Weber, dan Vilfredo Pareto.  Teorinya memadukan ide-ide para pemikir klasik yang disebutkan di atas,
dan memberi jalan kepada "teori tindakan" -nya. Parsons juga memperkenalkan atau mempopulerkan
banyak istilah yang umum digunakan dalam sosiologi modern, seperti anomi, fungsi, norma, peran,
sanksi, struktur, dan sistem.  Karya Parsons tentang fungsionalisme juga mengarah pada pengembangan
teori konflik, yang merupakan alternatif dari fungsionalisme, sebagai pendekatan untuk menganalisis
struktur umum masyarakat. 

Parsons dipengaruhi oleh Emile Durkheim dan Max Weber. Beberapa tema sentral dalam karya
Parsons berkaitan dengan perhatian Durkheim terhadap proses budaya dan simbolik dari konteks sosial
dan fokusnya pada simbol, nilai, dan ide. Ketertarikan Parsons dengan karya Max Weber membuatnya
menggabungkan banyak ide dan konsep Weber ke dalam sosiologi Amerika.

  Dalam buku Parsons, The Structure of Social Action, ia menganalisis banyak ide Durkheim dan
Weber dan menggabungkannya dengan ide-idenya sendiri tentang teori aksi.  Selama berada di
Universitas Harvard, Parsons bekerja dengan sosiolog George Homans, Samuel Stouffer, antropolog
Clyde Kluckhohn, dan psikolog sosial Gordon Allport, untuk membentuk departemen hubungan sosial
pertama. Salah satu mahasiswa Parsons di Universitas Harvard adalah Robert Merton, yang kemudian
menjadi ahli teori terkemuka.
Fungsionalisme. Parsons dianggap sebagai pendiri fungsionalisme modern, sebuah perspektif
yang berfokus pada analisis fenomena sosial dan budaya dalam hal fungsinya dalam sistem sosial dan
budaya. Fungsionalisme adalah perspektif sosiologis makro yang berfokus pada sifat umum dan struktur
sosial dari institusi sosial.  Selain itu, fungsionalisme membingkai masyarakat sebagai serupa dengan
organisme biologis dan dengan demikian mencoba menjelaskan struktur masyarakat tertentu dalam hal
kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.  Fungsionalisme menilai bagian-bagian tertentu dari
masyarakat dengan melihat bagian-bagian itu sebagai menjalankan fungsi atau memenuhi persyaratan
masyarakat secara keseluruhan. Fungsionalis melihat struktur yang saling berhubungan, seperti lembaga
atau subsistem yang akan memenuhi kebutuhan sistem sosial untuk bertahan hidup dan membawa
sistem ke keadaan harmoni dan keseimbangan yang ideal. Menurut fungsionalis, kesepakatan umum
dan kerja sama sukarela dari individu-individu menyatukan sistem sosial. Selain itu, setiap konflik atau
gangguan yang mungkin terjadi harus segera diselesaikan untuk menjaga ketertiban dalam sistem
sosial. 

Parsons dikritik karena tidak cukup dalam perumusan teori ini karena hanya menyisakan sedikit
ruang untuk agensi, atau inisiatif dan tindakan individu. Parsons juga dikritik karena ideologi
konservatifnya yang implisit dan idealismenya yang berfokus pada cita-cita, nilai, dan konsensus
daripada konflik, kepentingan material, dan kekuasaan.  Alvin Gouldner juga mengkritik kecenderungan
Parsons untuk terlalu menekankan hubungan yang harmonis.  Ralf Dahrendorf percaya bahwa
pandangan Parsons tentang bagaimana masyarakat beroperasi adalah salah karena tidak memasukkan
bagian-bagian penting dari realitas sosial seperti konflik.  Andrew Hacker melihat karya Parsons sebagai
bias ideologis. Namun, tidak seperti kebanyakan kritik Parsons, Hacker melihat karya Parsons lebih
liberal daripada konservatif. Menurut Hacker, Parsons memiliki asumsi filosofis yang sama dengan
Edmund Burke, yang dianggap lebih liberal, dan dia juga memiliki ideologi kebebasan politik dan
masyarakat yang sama seperti John Locke dan John Stuart Mills. 

LATAR SOSIAL

Talcott Parsons adalah seorang sosiolog yang lahir pada 13 Desember 1902 di Colorado Springs.
ia putra dari keluarga Kongresionalis, reformis sosial, dan liberal politik. Dia lahir dalam sebuah keluarga
yang memiliki latar belakang yang saleh dan intelek. Ayahnya adalah seorang pendeta gereja
Kongregasional, seorang profesor dan presiden dari sebuah kampus kecil.Parsons mendapat gelar
sarjana dari Amherst College tahun 1924 dan melanjutkan kuliah pascasarjana di London School of
Economics. Pada tahun berikutnya, dia pindah ke Heidelberg, Jerman.Max Weber menghabiskan
sebagian kariernya di Heidelberg, dan meski dia wafat lima tahun sebelum kedatangan Parsons, Weber
tetap meninggalkan pengaruh mendalam terhadap kampus tersebut dan jandanya meneruskan
pertemuan-pertemuan di rumahnya, yang juga diikuti oleh Parsons. Parsons sangat dipengaruhi oleh
karya Weber dan sebagian disertasi doktoralnya di Heidelberg membahas karya Weber.

 Pada tahun 1920, Parsons menghadiri Amherst College di mana dia belajar biologi, dan lulus
pada tahun 1924. Belakangan tahun itu, Parsons menjadi seorang instruktur di Harvard pada 1927, dan
meskipun dia berganti-ganti jurusan beberapa kali, Parsons tetap di Harvard sampai akhir hayatnya pada
1979. Kemajuan kariernya tidak cepat; dia tidak memperoleh posisi tetap hingga 1939. Dua tahun
sebelumnya dia telah menerbitkan The Structure of Social Action, sebuah buku yang tidak hanya
memperkenalkan para teoritisi sosiologis utama seperti Max Weber kepada sejumlah sosiolog tetapi
juga menetapkan landasan untuk pengembangan teori Parsons sendiri.

Sesudah itu, Parsons membuat kemajuan akademik yang pesat. Dia diangkat sebagai ketua
jurusan sosiologi Harvard pada 1944 dan dua tahun kemudian mendirikan dan mengetuai jurusan yang
inovatif yakni hubungan-hubungan sosial, yang tidak hanya mencakup para sosiolog, tetapi juga suatu
varietas para ilmuwan sosial lainnya. pada 1949 dia terpilih sebagai presiden Asosiasi Sosiologis Amerika.
Pada 1950-an dan hingga 1960-an, dengan terbitnya buku The Social System (1952), Parsons menjadi
figur dominan di dalam sosiologi Amerika. Akan tetapi, pada akhir 1960-an Parsons mendapat serangan
dari sayap radikal sosiologi Amerika yang sedang muncul. Parsons dilihat sebagai seorang konservatif
politis, dan teorinya dianggap sangat konservatif dan tidak lebih dari suatu skema kategorisasi yang
rumit. Akan tetapi, pada 1980-an, muncul lagi minat pada teori Parsonsian bukan hanya di Amerika
Serikat, tetapi di seluruh dunia (Alexander, 1982-1983: Buxton, 1985; Camic, 1990; Holton dan Turner,
1986; Sciulli dan Gerstein, 1985). Holton dan Turner mungkin melangkah paling jauh, menyatakan
bahwa Karya Parsons... menggambarkan suatu kontribusi yang lebih kuat kepada teori sosiologis
daripada kontribusi Marx, Weber, Durkheim atau para pengikutnya yang sezaman (1986:13).
Selanjutnya, ide-ide Parsons tidak hanya memengaruhi para pemikir konservatif tetapi juga para teoritisi
neo-Marxian, khususnya Jurgen Habermas.

Setelah kematian Parsons, sejumlah mantan mahasiswanya, yang merupakan sosiolog yang
sangat patut diperhatikan, merenungkan teorinya, dan juga orang di belakang teori itu (untuk kenang-
kenangan yang lebih mutakhir, dan sangat pribadi, lihat Fox, 1997). Di dalam permenungan mereka,
para sosiolog tersebut memberikan beberapa wawasan yang menarik tentang Parsons dan karyanya.
Pandangan sekilas atas Parsons yang disajikan kembali di sini tidak menambahkan gambaran yang runut,
tetapi memberikan suatu pandangan sekilas yang merangsang mengenai orangnya dan karyanya.

Robert Merton adalah salah seorang dari mahasiswanya ketika Parsons baru memulai karier
mengajarnya di Harvard. Merton, yang menjadi seorang teoritisi terkemuka, menunjukan dengan jelas
bahwa para mahasiswa tingkat sarjana pada tahun-tahun itu datang ke Harvard untuk belajar bukan
kepada Parsons melainkan lebih tepatnya kepada Pitirim Sorokin, anggota senior jurusan itu, yang
merupakan musuh utama Parsons (Zafirovski, 2001): Generasi paling pertama mahasiswa tingkat sarjana
datang ke Harvard... persisnya bukan untuk belajar dengan Talcott. Tentunya mereka tidak mungkin
datang untuk belajar kepadanya karena alasan yang sangat sederhana; pada 1931, dia tidak mempunyai
identitas publik apalagi sebagai seorang sosiolog. Meskipun kami para mahasiswa datang untuk belajar
pada Sorokin yang terkenal, suatu himpunan bagian kapi tetap bekerja dengan Parsons yang tidak
dikenal (Merton, 1980:69).

Renungan-renungan Merton mengenai kursus pertama Parsons di bidang teori juga menarik,
khususnya karena bahan itu memberikan dasar bagi salah satu buku teori yang paling berpengaruh
dalam sejarah sosiologi. Lama sebelum Talcott Parsons menjadi Pria Tua yang Agung di dunia sosiologi,
bagi segelintir orang di antara kami, dia adalah Orang Muda yang Agung. Hal itu bermula dengan kursus
pertama di bidang teori... (Kursus itu) akan memberi inti bagi adikaryanya, The Structure of Social Action
yang... baru tampil dalam bentuk cetakan lima tahun kemudian setelah penerbitan lisannya yang
pertama (Merton, 1980: 69-70).

Meskipun semua orang tidak mempunyai penilaian positif yang sama dengan Merton terhadap
Parsons, mereka mengakui hal yang berikut ini: Kematian Talcott Parsons menandai berakhirnya suatu
era di dalam sosiologi. Ketika (suatu era baru) benar-benar mulai... ia pasti segera dibentengi oleh tradisi
besar pemikiran sosiologis yang telah dia tinggalkan untuk kita (Merton, 1980:71).
PERKEMBANGAN ILMU
Pemikiran
Parsons dalam bukunya The Structure of Sosial Actions mengembangkan realisme analitis untuk
menyusun teori sosiologi. Menurutnya, teori dalam sosiologi harus menggunakan sejumlah
konsep penting yang terbatas yang secara proporsional mencakup aspek-aspek dunia eksternal
yang obyektif. Konsep-konsep itu tidaklah sama dengan gejala konkrit, akan tetapi sama dengan
unsur-unsurnya yang secara analitis dapat dipisahkan dari unsur-unsur lainnya.

Pandangan tentang nilai dan norma


Menurut Parsons, Marshall, Pareto, Durkheim maupun Weber mempunyai kesimpulan yang
sama, yaitu; masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang sama. Bagi Parsons, nilai
dan norma tersebut ia identifikasi sebagai elemen paling permanen dalam sebuah masyarakat,
ditambah dengan kolektivitas, dan peran-peran yang dimiliki masyarakat.

Menurutnya, ada empat fungsi yang harus dilakukan agar suatu struktur sosial dapat bertahan,
yaitu; adapatasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan pemeliharaan pola atau manajemen
ketegangan.

Masyarakat cenderung mendiferensiasi fungsinya untuk menciptakan institusi-institusi khusus


yang hanya berspesialisasi pada satu fungsi. Ekonomi bersifat adapatif, proses pemerintahan
mengkhususkan diri pada upaya mencapai tujuan, sistem stratifikasi bersifat integrative
sementara pendidikan dan agama memfokuskan pada pemeliharaan pola.

Perubahan sosial terpenting dalam sejarah manusia adalah evolusi bertahap dari masyarakat yang
mempunyai diferensiasi fungsional lebih besar.

Pandangan tentang kekuasaan


Parsons melihat uang, kekuasaan, pengaruh dan komitmen sebagai suatu media simbolis yang
digeneralisasi menjadi perantara perubahan-perubahan antar sector dalam masyarakat.
Kekuasaan ia definisikan sebagai kapasitas untuk mencapai hasil. Baginya, keberadaan
kekuasaan sejajar dengan uang. Angkatan bersenjata setara dengan emas yang menjadi
pendukung mata uang. Artinya, angkatan bersenjata merupakan pendukung bagi kekuasaan tapi
apabila sering digunakan akan merusak sistem politik. Analogi ini sama dengan inflasi yang bisa
merusak mata uang.

Teori voluntaristik
Teori voluntaristik merupakan teori yang digagas oleh Parsons dengan memilih berbagai
kebijakan dalam teori sosiologi. Pada awal formulasinya ia menetapkan voluntarisme sebagai
proses membuat putusan subyektif dari pelaku-pelakau individual. Namun dia beranggapan
bahwa keputusan itu merupakan keluaran parsial kendala-kendala normaif dan situasional
tertentu.

Oleh karena itu aksi voluntaristik mencakup unsur-unsru dasar, yaitu:


1. Pelaku merupakan pribadi individual
2. Pelaku mencari tujuan-tujuan yang akan dicapai
3. Pelaku mempunyai cara-cara untuk mencapai tujuan
4. Pelaku dihadapkan pada pelbagai kondisi situasional
5. Pelaku dikuasai oleh nilai-nilai, kaidah-kaidah, dan gagasan-gagasan lain yang
mempengaruhi penetapan tujuan dan pemilihan cara untuk mencapai tujuan.
6. Aksi mencakup pengambilan keputusan secara subyektif oleh pelaku untuk memilih cara
mencapai tujuan, yang dibatasi oleh berbagai gagasan dan kondisi situasional.
Proses diatas seringkali disebut unit aksi, dengan aksi sosial yang menyangkut perbuatan yang
dilakukan oleh satu atau beberapa pelaku.

Perubahan sosial
Untuk menjelaskan konsep perubahan, Parsons mempergunakan kerangka aksi untuk
menganalisa evolusi sosial perlbagai masyarakat. Parsons menyatakan bahwa proses evolusi
memperlihatkan unsur-unsur sebagai berikut;

1. Meningkatnya diferensiasi unit-unit sistem menjadi pola-pola interdependensi fungsional.


2. Pembentukan prinsip-prinsip dan mekanisme baru integrasi untuk mengadakan
diferensiasi sistem-sistem.
3. Kemampuan bertahan yang meningkat dari sistem-sistem dalam hubungannya dengan
lingkungan.
Dari sudut pandangan atau perspektif teori aksi, evolusi (perubahan sosial) mencakup hal-hal
sebagai berikut:

1. Peningkatan diferensiasi sistem-sistem kepribadian, sosial, kebudayaan, dan organismeik.


2. Peningkatan diferensiasi dalam setiap sub sistem aksi.
3. Peningkatan masalah integrasi dan timbulnya struktur integrasi yang baru.
4. Peningkatan kemampuan ketahanan setiap subsistem aksi maupun seluruh sistem
terhadap lingkungan.
Fungsionalisme
Fungsi utama yang menjadi ciri aliran fungsionalisme, yaitu; realitas sosial dipandang atau
divisualisasikan sebagai suatu sistem, proses suatu sistem hanya dapat dipahami dalam kerangka
hubungan timbale balik antara bagian-bagiannya, sebagaimana halnya dengan suatu organismee,
suatu sistem terikat pada proses-proses tertentu yang bertujuan untuk mempertahankan integritas
dan batas-batasnya.

Parsons menilai bahwa sangat penting untuk memahami struktur dan proses sosial secara
memadai. Maka dalam bentuknya yang paling ekstrem, teori fungsional mencakup konsep
sebagai berikut;

1. Sebagai sistem yang terikat dan terbatas, masyarakat mengatur dirinya sendiri dan
cenderung menjadi suatu sistem yang tetap serta serasi.
2. Sebagai suatu sistem yang mengatur dirinya sendiri yang sama dengan suatu organisme,
masyarakat mugkin mempunyai berbagai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, apabila
keserasiannya ingin dipertahankan.
3. Analisa sosiologis terhadap sistem yang mengatur dirinya sendiri dengan segala
kebutuhannya harus dipusatkan pada fungsi bagian-bagian sistem dalam memenuhi
kebutuhan dan memelihara keserasiannya.
4. Dalam sistem-sistem dengan berbagai kebutuhan, mungkin tipe-tipe struktur tertentu
harus ada untuk menjamin ketahanannya.
Imperatif Fungsional (AGIL)
Salah satu konsep Parsons yang paling dikenal adalah Skema AGIL. Parsons percaya
bahwa untuk sebuah sistem untuk bertahan hidup, harus mengikuti empat fungsi: adaptasi,
pencapaian tujuan, integrasi, dan latency (atau pemeliharaan pola). Adaptasi dianggap sebagai
masalah lingkungan eksternal dan merupakan proses di mana sistem beradaptasi dengan
lingkungannya, bersama dengan kendala dan urgensi lingkungan. Sebagai tanggapan, lingkungan
juga harus beradaptasi dengan kebutuhan sistem. Pencapaian tujuan juga dianggap sebagai
masalah lingkungan eksternal dan di mana sistem harus berkembang dan mencapai tujuan
utamanya. Integrasi merupakan masalah internal organisasi dimana berbagai relasi dipelihara
untuk menghasilkan suatu organisasi yang dapat menjaga ketertiban dan mencegah terjadinya
gangguan dalam masyarakat. Pemeliharaan pola latensi adalah masalah organisasi internal dan
merupakan proses di mana sistem mempertahankan norma-norma sosialnya dan mengendalikan
ketegangan dan ketegangan orang-orang dalam masyarakat. 
 Sistem Tindakan
Teori tindakan Parsons memperhitungkan nilai, norma, dan motivasi yang mengarahkan
dan mengendalikan perilaku. Sistem tindakan adalah sistem sosial yang terdiri dari kolektif
(keluarga, teman, dan pekerja), norma yang mengatur interaksi antar individu, dan peran (tugas,
hak, dan kewajiban). Sistem sosial juga merupakan sistem dimana individu atau aktor saling
berinteraksi dalam lingkungan tertentu. Sistem budaya adalah tempat individu menginternalisasi
nilai dan norma. Sistem budaya juga dipandang sebagai sistem simbol yang dapat bergerak
antara sistem sosial dan sistem kepribadian. Sistem kepribadian dikendalikan oleh sistem sosial
dan budaya dan terdiri dari nilai-nilai yang terinternalisasi, harapan peran, dan sentimen. Sistem
terakhir, organisme perilaku, adalah sistem yang paling sedikit dibicarakan Parsons. Ini adalah
sistem yang menyediakan energi untuk sistem lain. 
 Variabel Pola
Parsons percaya bahwa interaksi diatur oleh pilihan yang dibuat individu dari
sekelompok lima properti, yang dikenal sebagai variabel pola, dari sistem tindakan. Lima
properti ini; difusi versus spesifisitas, afektif versus netralitas afektif, partikularisme versus
universalisme, anggapan versus pencapaian, dan orientasi diri versus orientasi kolektivitas,
adalah serangkaian tema konseptual dan dilema tindakan. Diffuseness versus specificity adalah
dilema apakah individu menginginkan kepuasan yang luas dari perubahan atau orientasi yang
sempit atau tidak. Afektif versus netralitas afektif adalah dilema apakah individu mencari
kepuasan langsung atau tidak dalam suatu situasi atau menahan diri untuk
berubah. Partikularisme versus universalisme adalah dilema ketika individu mendefinisikan
"mengubah" dalam hal hubungan tertentu atau keanggotaan kelas sosial. Ascription versus
achievement adalah di mana individu mengakses "perubahan" dalam hal kinerja umum individu
lain atau kualitas berdasarkan keturunan. Orientasi diri versus orientasi kolektivitas adalah ketika
tindakan individu didasarkan pada kepentingannya sendiri atau kepentingan kelompok. 
KARYA UTAMA TALCOT PARSON
Struktur Aksi Sosial (1937). Dalam The Structure of Social Action, Parsons
berkonsentrasi pada teori sosial Eropa dari empat ahli teori: Emile Durkheim, Max Weber,
Alfred Marshall dan Vilfred Pareto, dan mencoba untuk mengabstraksikan perspektif mereka ke
dalam satu skema konseptual. Parsons mencoba menunjukkan bahwa keempat ahli teori ini
memiliki pandangan yang sama tentang tindakan, meskipun keempatnya sangat berbeda. 
Dalam buku ini, Parsons melanjutkan pengembangan teori tindakan voluntaristik Weber,
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tujuan yang ingin dicapai atau dicapai individu
dan tindakan sukarela individu. Dalam buku ini, Parsons membandingkan teori tindakan
voluntaristik dengan teori tindakan positivisnya. Dia juga memasukkan pendekatannya pada teori
sosial, yang terkait erat dengan pendekatan Durkheim. Parsons berbicara tentang empat sifat
dasar tindakan sosial, yaitu 1) aktor, 2) akhir atau masa depan, (keadaan interaksi menuju proses
tindakan), 3) situasi, (yang melibatkan dua elemen utama: sarana dan kondisi), dan 4) asal mula
normatif (seperti kepercayaan, norma, dan nilai). 
 Dalam The Structure of Social Action, Parson memusatkan sistem sosial di sekitar ego
dan alter, serta interaksi dan peran yang dimiliki keduanya dengan satu sama lain dan
masyarakat. Dia juga mempertimbangkan berbagai ilmu tindakan seperti antropologi budaya,
psikologi, dan upaya untuk membangun dari pernyataan yang lebih definitif tentang teori
tindakan umum. Menjelang akhir buku ini, Parsons mendefinisikan sosiologi sebagai “ilmu yang
mencoba mengembangkan teori analitis sistem tindakan sosial sejauh sistem ini dapat dipahami
dalam kerangka sifat integrasi nilai bersama”. Definisi sosiologi ini memandu dan memengaruhi
karya Parsons selanjutnya.
 Menuju Teori Aksi Umum (1951). Parsons terpaksa merumuskan buku, Toward a
General Theory of Action, setelah buku pertamanya, The Structure of Social Action, karena ia
menyadari bahwa ia dapat mencapai tujuan teoretis yang ia ajukan dalam The Structure of Social
Action hanya dengan mempertimbangkan tindakan dalam istilah sistem sosial. Dia memasukkan
antropologi, psikologi, dan sosiologi ke dalam analisis tindakannya. Oleh karena itu, buku ini
juga memuat kontribusi dari antropolog seperti Clyde Kluckhohn dan Richard Sheldon, psikolog
seperti Edward Tolman, Gordon Allport dan Henry Murray, dan sosiolog seperti Samuel
Stuffer. Dalam buku ini, Parsons mencoba mengidentifikasi hubungan dengan tiga jenis sistem
tindakan, yaitu kepribadian, budaya, dan sistem sosial. Edward Shils dan Parsons menulis dan
mengedit empat bab yang disebut “Nilai, Motif, dan Sistem Tindakan”, di bagian kedua buku
ini. Empat bab menggabungkan skema tindakan, kepribadian sebagai sistem tindakan, budaya
sebagai sistem orientasi nilai, dan fitur utama dari sistem sosial, yang juga mencakup variabel
pola. 
 Sistem Sosial  Sistem Sosial adalah pernyataan lengkap pertama yang mewakili
fungsionalisme struktural Parsons. Buku ini merupakan perluasan dari empat bab “Nilai, Motif
dan Sistem Tindakan” yang ada di bagian kedua buku, Menuju Teori Umum Tindakan. Salah
satu fokus buku ini adalah bagaimana sistem sosial memperhatikan bagaimana interaksi manusia
terintegrasi secara stabil. Dalam The Social System, Parsons mendefinisikan sistem sosial
sebagai “suatu cara pengorganisasian elemen-elemen tindakan yang relatif terhadap kegigihan
atau proses-proses perubahan yang teratur dari pola-pola interaktif dari sejumlah aktor
individu”.  Ini adalah salah satu konsepnya yang paling sentral dari semua teori
sosiologisnya. Parsons juga menyatakan bahwa sistem sosial terdiri dari aktor individu yang
berinteraksi satu sama lain, peran, dan institusi. Dalam Sistem Sosial, Parsons menguraikan lebih
lanjut tentang klasifikasi variabel pola definisi peran dan empat subsistem masyarakat, ekonomi,
pemerintahan, pemeliharaan pola, dan komunitas masyarakat. 

Anda mungkin juga menyukai