Nama :
Regina Dwi Novianti
Kelas :
X IPS 2
Auguste Comte adalah seorang ilmuwan Perancis yang dijuluki sebagai "bapak sosiologi".
Istilah “sosiologi” pertama kali digunakan pada tahun 1839 oleh Auguste Comte. Sebelumnya
Comte menggunakan istilah “fisika sosial” yang sudah digunakan oleh Adolphe Quetelet, ahli
matematika dari Belgia, untuk menunjuk studi statistika tentang gejala moral (1836), sehingga
Comte mengubahnya menjadi “sosiologi” untuk menandakan ilmu pengetahuan masyarakat
yang baru.
Comte adalah tokoh aliran positivisme yang paling terkenal. Kaum positivis percaya bahwa
masyarakat merupakan bagian dari alam dimana metode-metode penelitian empiris dapat
dipergunakan untuk menemukan hukum-hukum sosial kemasyarakatan. Aliran ini tentunya
mendapat pengaruh dari kaum empiris dan mereka sangat optimis dengan kemajuan dari
revolusi Perancis.
Teori Auguste Comte dalam sosiologi:
1. Tahap teologis, menjelaskan bahwa segaa sesuatu yang terjadi di dunia dikendalikan
oleh kekuatan gaib. Tahap ini dibagi menjadi tiga yaitu fetisisme, politeisme, dan
monoteisme.
2. Tahap metafisik, merupakan tahap transisi teologis menuju positivis. Tahap ini
dftandai dengan kepercayaan hukum Tuhan yang diseimbangkan dengan pemikiran
manusia.
3. Tahap positivis, ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Manusia
memusatkan perhatian pada data empiris untuk menjelaskan segala sesuatu yang terjadi
di dunia.
2. Herbert Spencer (1820 - 1903)
Herbert Spencer adalah seorang filsuf Inggris dan seorang pemikir teori liberal klasik
terkemuka. Meskipun kebanyakan karya yang ditulisnya berisi tentang teori politik dan
menekankan pada "keuntungan akan kemurahan hati", dia lebih dikenal sebagai “bapak
Darwinisme sosial”. Spencer seringkali menganalisis masyarakat sebagai sistem evolusi, ia
juga menjelaskan definisi tentang "hukum rimba" dalam ilmu sosial. Dia berkontribusi
terhadap berbagai macam subyek, termasuk etnis, metafisika, agama, politik, retorik, biologi
dan psikologi. Spencer saat ini dikritik sebagai contoh sempurna untuk scientism atau paham
ilmiah, sementara banyak orang yang kagum padanya di saat ia masih hidup.
Menurutnya, objek sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik, agama, pengendalian
sosial dan industri. Termasuk pula asosiasi, masyarakat setempat, pembagian kerja, pelapisan
sosial, sosiologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta penelitian terhadap kesenian dan
keindahan. Pada tahun 1879 ia mengetengahkan sebuah teori tentang Evolusi Sosial yang
hingga kini masih dianut walaupun di sana sini ada perubahan. Ia juga menerapkan secara
analog (kesamaan fungsi) dengan teori evolusi karya Charles Darwin (yang mengatakan bahwa
manusia berasal dari kera) terhadap masyarakat manusia. Ia yakin bahwa masyarakat
mengalami evolusi dari masyarakat primitif ke masyarakat industri. Herbert Spencer
memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh
manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama
lain.
Menurut Spencer, masyarakat adalah organisme dalam artian positivistis dan deterministis,
tidak dalam artian metaforis. Sebagai suatu organisme, masyarakat berdiri sendiri dan
berevolusi sendiri lepas dari kemauan dan tanggung jawab anggotanya, dan dibawah kuasa
suatu hukum. Fungsi penyelaras dan pemersatu yang di dalam badan dilaksanakan oleh urat,
di dalam badan sosial dilaksanakan oleh sistem pemerintahan.
3. Émile Durkheim (1858 - 1917)
David Émile Durkheim (15 April 1858 - 15 November 1917) dikenal sebagai salah
satu pencetus sosiologi modern. Ia mendirikan fakultas sosiologi pertama di sebuah universitas
Eropa pada 1895, dan menerbitkan salah satu jurnal pertama yang diabadikan kepada ilmu
sosial, L'Année Sociologique pada 1896.
Perhatian Durkheim yang utama adalah bagaimana masyarakat dapat mempertahankan
integritas dan koherensinya di masa modern, ketika hal-hal seperti latar belakang keagamaan
dan etnik bersama tidak ada lagi. Untuk mempelajari kehidupan sosial di kalangan masyarakat
modern, Durkheim berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap
fenomena sosial. Bersama Herbert Spencer, Durkheim adalah salah satu orang pertama yang
menjelaskan keberadaan dan sifat berbagai bagian dari masyarakat dengan mengacu kepada
fungsi yang mereka lakukan dalam mempertahankan kesehatan dan keseimbangan masyarakat
– suatu posisi yang kelak dikenal sebagai fungsionalisme.
Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat lebih daripada sekadar jumlah dari
seluruh bagiannya. Jadi berbeda dengan rekan sezamannya, Max Weber, ia memusatkan
perhatian bukan kepada apa yang memotivasi tindakan-tindakan dari setiap pribadi
(individualisme metodologis), melainkan lebih kepada penelitian terhadap "fakta-fakta sosial",
istilah yang diciptakannya untuk menggambarkan fenomena yang ada dengan sendirinya dan
yang tidak terikat kepada tindakan individu. Ia berpendapat bahwa fakta sosial mempunyai
keberadaan yang independen yang lebih besar dan lebih objektif daripada tindakan-tindakan
individu yang membentuk masyarakat dan hanya dapat dijelaskan melalui fakta-fakta sosial
lainnya daripada, misalnya, melalui adaptasi masyarakat terhadap iklim atau situasi ekologis
tertentu.
4. Max Weber (1864 - 1920)
Karl Marx (lahir 5 Mei 1818 – meninggal 14 Maret 1883 pada umur 64 tahun) adalah
seorang filsuf, ekonom, sejarawan, pembuat teori politik, sosiolog, jurnalis dan sosialis
revolusioner asal Jerman.
Lahir di Trier dalam keluarga kelas menengah, Marx belajar hukum dan filsafat
Hegelian. Karena publikasi politiknya, Marx menjadi tak bernegara dan tinggal dalam
pengasingan di London, dimana ia tetap mengembangkan pemikirannya dalam kolaborasi
dengan pemikir Jerman Friedrich Engels dan menerbitkan tulisan-tulisannya, melakukan riset
di ruang baca British Museum. Karya terkenalnya adalah pamflet tahun 1848, Manifesto
Komunis, dan karya tiga volume Das Kapital. Pemikiran politik dan filsafatnya memiliki
pengaruh pada sejarah intelektual, ekonomi dan politik pada masa berikutnya dan namanya
dipakai sebagai adjektif, pengucapan dan aliran teori sosial.
Teori-teori Marx tentang masyarakat, ekonomi dan politik yang secara kolektif
dimengerti sebagai Marxisme menyatakan bahwa umat manusia berkembang
melalui perjuangan kelas. Dalam kapitalisme, manifes itu sendiri berada dalam konflik antara
kelas pemerintahan (dikenal sebagai burjois) yang mengandalikan alat produksi dan kelas
buruh (dikenal sebagai proletariat) yang dapat diperalat dengan menjual tenaga buruh mereka
sebagai balasan untuk upah. Memajukan kesepakatan kritikal yang dikenal
sebagai materialisme sejarah, Marx memprediksi bahwa, seperti sistem sosio-ekonomi
sebelumnya, kapitalisme memproduksi ketegangan internal yang akan berujung pada
penghancuran diri dan digantikan oleh sistem baru: sosialisme. Bagi Marx, antagonisme kelas
di bawah kapitalisme, yang merupakan bagian dari ketidakstabilan dan alam kecenderungan
krisis, kemudian akan membuat kelas buruh mengembangkan kesadaran kelas, yang berujung
pada penaklukan mereka terhadap kekuasaan politik dan kemudian menghimpun ketiadaan
kelas, masyarakat komunis yang diatur oleh asosiasi produsen bebas. Marx aktif mendorong
penerapannya, berpendapat bahwa kelas tenaga kerja harus mengadakan tindakan
revolusioner untuk menggulingkan kapitalisme dan mengirim emansipasi sosio-ekonomi.
Marx dianggap sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah manusia,
dan karyanya dipuji sekaligus dikritik.Karyanya dalam ekonomi menjadi dasar bagi sebagian
besar pemahaman tenaga kerja pada saat ini dan hubungannya dengan kapital, dan kemudian
pemikiran ekonomi.Beberapa intelektual, serikat buruh, seniman, dan partai politik di seluruh
dunia dipengaruhi oleh karya Marx, dengan beberapa pihak memodifikasi atau mengadaptasi
gagasan-gagasannya. Marx biasanya disebut sebagai salah satu arsitek utama dari ilmu sosial
modern.
Peran dan Fungsi Sosiologi
Peran Sosiolog
Menurut Horton dan Hunt (1987), dewasa ini beberapa profesi yang umumnya diisi
oleh para sosilog adalah:
1. Sebagai ahli riset, baik itu riset ilmiah untuk kepentingan pengembangan keilmuan
atau riset yang diperlukan sektor industri
2. Sebagai konsultan kebijaksanaan, khususnya ikut membantu untuk memperkirakan
pengaruh dari kebijaksanaan sosial tertentu
3. Sebagai teknisi atau yang populer disebut sosiolog klinis, yakni ikut terlibat di dalam
kegiatan perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan masyarakat
4. Sebagai guru atau pendidik yang terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar
5. Sebagai pekerja sosial.
Fungsi Sosiologi
Sebagai ilmu pengetahuan sosial yang objeknya masyarakat, sosiologi memiliki empat
macam fungsi atau kegunaan, yaitu dalam bidang perencanaan sosial, penelitian,
pembangunan, dan pemecahan masalah sosial.
1. Perencanaan Sosial
Beberapa fungsi atau kegunaan sosiologi dalam perencanaan sosial adalah sebagai berikut:
Memahami simbol kata-kata, kode, serta berbagai istilah yang digunakan oleh
masyarakat sebagai objek penelitian empiris.
Pemahaman terhadap pola-pola tingkah laku manusia dalam masyarakat.
Kemampuan untuk mempertimbangkan berbagai fenomena atau gejala sosial yang
timbul dalam kehidupan masyarakat, terlepas dari prasangka-prasangka subjektif.
Kemampuan melihat kecenderungan-kecenderungan arah perubahan pola tingkah laku
anggota masyarakat atas sebab-sebab tertentu.
Kehati-hatian dalam menjaga pemikiran yang rasional sehingga tidak terjebak dalam
pola pikir yang tidak jelas.
3. Pembangunan
Fungsi atau kegunaan sosiologi dalam usaha-usaha pembangunan (dalam Sosiologi Suatu
Pengantar edisi kedua, Soerjono Soekanto, 1986) adalah sebagai berikut: