Pada tahun 1647, Locke belajar di Sekolah Westminster, yang pada waktu
itu merupakan sekolah terkenal di Inggris.[6][10] Pendidikan di sana berpusat
pada pelajaran bahasa-bahasa kuno, yaitu pertama-tama bahasa Latin,
kemudian bahasa Yunani, dan juga bahasa Ibrani.[10] Setelah itu, pada
tahun 1652, Locke mendapat beasiswa untuk menempuh pendidikan
di Sekolah Gereja Kristus (Christ Church), Oxford, dan tinggal di sana
sejak bulan Mei 1652.[6][10]
Perhatian Locke pada waktu-waktu ini tidak terbatas pada bidang medis
dan filsafat alam saja, namun juga kepada bidang politik.[10] Situasi politik di
Inggris pada waktu itu memang sedang bergejolak.[10] Cromwell, yang pada
waktu itu telah mengubah sistem politik Inggris, meninggal pada tahun
1658 sehingga terjadi perubahan lagi di bawah pemerintahan Raja Charles
II.[10] Charles II menghendaki pemerintahan yang dengan kuat menguasai
negara dan gereja Inggris, dan Locke pada waktu itu mendukung
pemerintahan Charles II.[10] Pada bulan November hingga Desember 1660,
ia membuat suatu karangan singkat untuk menanggapi pandangan Edward
Bagshaw, yang menegaskan perlunya hakim sipil dalam menentukan
bentuk-bentuk ibadah keagamaan.[10] Kemudian pada tahun 1661-1662,
Locke menulis dua karya lagi dalam bahasa Latin.[10] Karya pertama
menegaskan lagi tesis yang dipakai untuk melawan argumentasi Bagshaw,
dan karya kedua berisi penolakan terhadap posisi Gereja Katolik
Roma yang menyatakan Alkitab perlu ditafsir tanpa ada kesalahan melalui
lembaga magisterium.[10] Di sini, Locke menggunakan teologi Gereja
Anglikan dalam mempertahankan pendapatnya.[10]
Pada tahun 1666, Locke bertemu dengan Lord Ashley yang di kemudian
hari membuat perubahan besar dalam hidup Locke.[10] Pada tahun 1667,
Locke pindah dari Oxford menuju London untuk bekerja di rumah Lord
Ashley.[3][6][10] Locke tinggal di sini selama delapan tahun.[10] Selama di
London, Locke juga membaca buku-buku pengobatan, namun di situ ia
mendapatkan pengalaman langsung dalam soal-soal klinis karena ia
menjadi asisten dari Thomas Sydenham yang adalah seorang dokter.[6]
[10]
Locke menemani Sydenham dalam perjalanan-perjalanannya dan juga
membuat catatan-catatan tentang soal-soal kesehatan.[10] Di sini, Locke
membuat catatan yang akhirnya dibukukan dengan judul De Arte Medica,
yang di dalamnya dipakai pendekatan empiris.[10]
Beberapa ulama yang mungkin memiliki pandangan kritis terhadap teori Locke tentang
asal-usul pengetahuan manusia melalui pengalaman sensorik antara lain:
1.Al-Ghazali: Seorang filosof dan ulama Islam terkenal dari abad pertengahan yang secara
kritis membahas pemikiran filsafat dan epistemologi. Meskipun tidak secara langsung
menanggapi Locke, namun karyanya sering kali mencoba menggabungkan ajaran-ajaran
Islam dengan filsafat, termasuk pemikiran tentang sumber-sumber pengetahuan. Al-
Ghazali menekankan pentingnya pengalaman batin dan akal sebagai sumber pengetahuan
yang tidak hanya bergantung pada pengalaman sensorik semata.
2.Ibnu Taimiyah: Seorang ulama besar dalam sejarah Islam yang terkenal dengan karyanya
dalam bidang teologi dan fiqh. Meskipun tidak secara langsung menanggapi Locke, namun
pandangannya tentang pengetahuan dan akal dapat dianggap sejalan dengan kritik terhadap
pandangan empirisme mutlak yang dianut oleh Locke.
Kehidupan
Malthus dilahirkan dalam sebuah keluarga yang kaya. Ayahnya, Daniel,
adalah sahabat pribadi filsuf dan skeptik David Hume dan kenalan
dari Jean-Jacques Rousseau. Malthus muda dididik di rumah hingga ia
diterima di Jesus College, Cambridge pada 1784. Di sana ia belajar banyak
pokok pelajaran dan memperoleh penghargaan dalam deklamasi
Inggris, bahasa Latin dan Yunani. Mata pelajaran utamanya
adalah matematika. Ia memperoleh gelar magister pada 1791 dan terpilih
menjadi fellow dari Jesus College dua tahun kemudian. Pada 1797, ia
ditahbiskan dan menjadi pendeta Anglikan di desa.
Malthus menikah pada 1804; ia dan istrinya mempunyai tiga orang anak.
Pada 1805 ia menjadi profesor Britania pertama dalam bidang ekonomi
politik di East India Company College di Haileybury di Hertfordshire. Siswa-
siswanya menyapanya dengan sebutan kesayangan "Pop" (yang dapat
berarti "papa") "Populasi" Malthus. Pada 1818, ia terpilih
menjadi Fellow dari Perhimpunan Kerajaan.
Malthus menolak dibuat fotonya hingga tahun 1833 karena ia merasa malu
karena sumbing. Masalah ini kemudian diperbaiki lewat operasi, dan
Malthus dianggap sangat tampan. Sumbingnya juga meluas hingga ke
dalam mulutnya yang memengaruhi bicaranya. Cacat ini adalah bawaan
sejak lahir yang cukup lazim di lingkungan keluarganya.