Anda di halaman 1dari 75

MODUL PEMBELAJARAN

MATEMATIKA DISKRIT

Pengampu: Triana Harmini, M.Pd.

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
2023
Daftar Isi

Materi 1 Logika Matematika (Proposisi dan Nilai Kebenaran).................................................................... 3


Materi 2 Pernyataan Berkuantor dan Penarikan Kesimpulan..................................................................... 9
Materi 3 Himpunan dan Operasinya.......................................................................................................... 14
Materi 4 Himpunan Fuzzy .......................................................................................................................... 21
Materi 5 Relasi Biner Dan Operasinya ....................................................................................................... 26
Materi 6 Fungsi Biner ................................................................................................................................. 31
Materi 7 Induksi Matematika .................................................................................................................... 36
Materi 8 Kombinatorial (Kaidah Dasar Menghitung dan Permutasi) ....................................................... 39
Materi 9 Kombinasi dan Permutasi Bentuk Umum ................................................................................... 44
Materi 10 Teori Graf................................................................................................................................... 46
Materi 11 Graf Khusus ............................................................................................................................... 55
Materi 12 Lintasan dan Sirkuit ................................................................................................................... 59
Materi 13 Lintasan Terpendek ................................................................................................................... 63
Materi 14 Pohon (Tree) .............................................................................................................................. 67
Materi 1 Logika Matematika (Proposisi dan Nilai Kebenaran)

Logika merupakan studi penalaran (reasoning). Materi logika berhubungan dengan pernyataan
(statement). Tujuannya untuk mengembangkan cara berpikir berdasarkan akal budi bukan dengan
perasaan atau pengalaman. Hukum-hukum logika menspesifikasikan makna dari pernyataan
matematis. Hukum-hukum logika membantu untuk membedakan antara argument yang valid dan
tidak valid. Logika digunakan untuk membuktikan teorema-teorema di dalam matematika. Dalam
informatika logika digunakan pada bidang pemrograman, analisis kebenaran algoritma,
kecerdasan buatan, perancangan computer.

Proposisi dan Kalimat Terbuka


Kalimat terbuka adalah kalimat deklaratif yang tidak dapat ditentukan benar atau salah. Kalimat
terbuka dapat memuat variabel atau suatu kata sifat
Proposisi adalah kalimat deklaratif yang bernilai benar atau salah, tetapi tidak dapat sekaligus
keduanya. Kebenaran atau kesalahan dari suatu proposisi disebut dengan nilai kebenaran.
CONTOH:
1. 6 adalah bilangan genap
2. Ibukota Jawa Timur adalah Surabaya
3. 12 > 19
4. Di Ponorogo, kemarin hujan
5. Mahasiswa itu tinggi
6. x + 3 = 8
7. 2 + 3 = 5
8. Untuk x = 2 maka 2x + 3 = 5
9. Cuaca hari ini sangat panas

Secara simbolik suatu proposisi dinyatakan dengan huruf kecil seperti p, q, r, ...
Contoh:
p: 5 adalah bilangan ganjil
q: Tanggal 17 Agustus 1945 adalah hari kemerdekaan Indonesia
r: Kabupaten Ponorogo berada di Provinsi Jawa Timur

Proposisi Majemuk
Proposisi majemuk adalah proposisi baru yang diperoleh dengan mengkombinasikan dua atau
lebih proposisi
Proposisi atomik adalah proposisi yang bukan merupakan kombinasi proposisi lain
Operator yang digunakan dalam proposisi majemuk disebut operator logika.
Operator logika dasar yang digunakan adalah dan (and), atau (or), tidak (not)
Proposisi majemuk terdapat tiga macam dengan definisi sebagai berikut:
Misal p dan q adalah proposisi
1. Konjungsi p dan q dinyatakan dengan p ᴧ q dibaca p dan q
2. Disjungsi p dan q dinyatakan dengan p ˅ q dibaca p atau q
3. Ingkaran (negasi) dari p dinyatakan dengan ~ p atau ¬p dibaca negasi atau ingkaran p
Contoh:
1. Diketahui proposisi p: hari ini hujan dan q: hari ini libur
Maka
a. p ᴧ q: hari ini hujan dan libur
b. ¬ p: hari ini tidak hujan
c. ¬ q: hari ini tidak libur
d. p ˅¬ q: hari ini hujan atau tidak libur
e. ¬ p ᴧ ¬ q: hari ini tidak hujan dan tidak libur

2. Diketahui proposisi: p: 3 adalah bilangan prima dan q: 3 adalah bilangan ganjil


Nyatakan proposisi majemuk berikut dalam notasi simbolik
a. 3 adalah bilangan prima dan ganjil: p ᴧ q
b. 3 bukan bilangan prima dan ganjil: ¬ p ᴧ ¬ q
c. 3 bilangan prima atau tidak ganjil: p ˅¬ q
d. 3 bilangan ganjil dan tidak prima: q ᴧ ¬ p
e. 3 bilangan ganjil tetapi tidak prima: q ᴧ ¬ p
f. 3 bilangan tidak prima atau ganjil: ¬ p ˅ q

Negasi dari Proposisi Majemuk


• Negasi dari konjungsi 𝑝 ∧ 𝑞 adalah ¬𝑝 ∨ ¬𝑞
• Negasi dari disjungsi 𝑝 ∨adalah ¬𝑝 ∧ ¬𝑞

Contoh:
a. Negasi dari pernyataan: Hari ini hujan dan kuliah tidak masuk adalah Hari ini tidak hujan atau
kuliah masuk
b. Negasi dari pernyataan: Mahasiswa Prodi TI terlambat masuk atau tidak mengikuti
perkuliahan Matematika Diskrit adalah Mahasiswa Prodi TI tidak terlambat masuk dan
mengikuti perkuliahan Matematika Diskrit.

Nilai Kebenaran Proposisi Majemuk


Misalkan p dan q adalah proposisi
1. Konjungsi p ᴧ q bernilai benar jika p dan q keduanya benar, selain itu nilainya salah
2. Disjungsi p ˅ q bernilai salah jika p dan q keduanya salah, selain itu nilainya benar
3. Negasi p yaitu ¬ p bernilai benar jika p salah, sebaliknya bernilai salah jika p benar

Tabel Kebenaran
Tabel kebenaran menampilkan hubungan antara nilai kebenaran dari proposisi atomik.
Banyak semua kombinasi nilai kebenaran dari n proposisi adalah 2 n
Misal terdapat 2 proposisi maka banyak semua kombinasi nilai kebenaran adalah 2 2 = 4

Contoh:
Jika p, q, dan r adalah suatu proposisi. Bentuklah tabel kebenaran dari ekspresi logika: (p ᴧ q) ˅
(¬q ᴧ r)

p q r ¬q pᴧq ¬qᴧr (p ᴧ q) ˅ (¬q ᴧ r)

B B B S B S B
B B S S B S B

B S B B S B B

B S S B S S S

S B B S S S S

S B S S S S S

S S B B S B B

S S S B S S S

Proposisi Bersyarat (Implikasi)


Definisi:
Misalkan p dan q adalah proposisi. Proposisi majemuk “Jika p, maka q”
Disebut proposisi bersyarat (implikasi) dan dinotasikan dengan p → q
Proposisi p disebut dengan hipotesis/antesenden/premis/kondisi
Proposisi q disebut dengan konklusi/konsekuen
Nilai kebenaran suatu implikasi
Implikasi p → q bernilai salah hanya jika p benar tetapi q salah yang lain bernilai benar

p q p→q

B B B
B S S
S B B
S S B

Ekspresi Lain dari Implikasi


Implikasi p → q tidak hanya dapat diekspresikan dalam kalimat “jika p maka q” tetapi dapat
diekspresikan dengan kalimat berbeda, yaitu:
- Jika p maka q (if p, then q)
- Jika p,q (if p,q)
- p mengakibatkan q (p implies q)
- q jika p (q if p)
- p hanya jika q (p only if q)
- p syarat cukup agar q (p is sufficient for q)
- p syarat perlu bagi q (p is necessary for q)
- q bilamana p (q whenever p)

Contoh:
1. Jika hari hujan, maka tanaman akan tumbuh subur
2. Jika tekanan gas diperbesar, mobil melaju kencang
3. Es yang mencair di kutub mengakibatkan permukaan air laut naik
4. Banjir bandang terjadi bilama hutan ditebangi
5. Anda dapat memperoleh SIM hanya jika anda berusia 17 tahun
6. Jika 6 lebih besar dari 0, maka 6 bukan bilangan negative
Ekuivalensi dan negasi dari Implikasi
Suatu implikasi p → q ekuivalen dengan proposisi majemuk ¬p ˅ q
(bisa dibuktikan dengan menggunakan tabel kebenaran)
Negasi dari implikasi p → q adalah p ᴧ ¬q
Contoh:
1. Jika Ahmad mengambil matakuliah pemrograman Web, maka ia sudah lulus matakuliah
Matematika Diskrit.
Negasi: Ahmad mengambil matakuliah pemrograman Web dan ia belum lulus matakuliah
Matematika Diskrit
2. Jika hutan ditebangi, maka banjir bandang terjadi
Negasi: Hutan ditebangi dan banjir bandang tidak terjadi
3. Jika Iwan tidak rajin belajar, maka ia tidak dapat lulus tepat waktu
Negasi: Iwan tidak rajin belajar dan ia dapat lulus tepat waktu

Notasi Varian Proposisi Bersyarat


Misalkan implikasi: p → q
Konvers :q→p
Invers : ¬p →¬q
Kontraposisi : ¬q →¬p
Contoh:
Jika mahasiswa tidak terlambat, maka kuliah berjalan lancar
Negasi: Mahasiswa tidak terlambat dan kuliah tidak berjalan lancar
Konvers: Jika kuliah berjalan lancar maka mahasiswa tidak terlambat
Invers: Jika mahasiswa terlambat, maka kuliah tidak berjalan lancar
Kontraposisi: Jika kuliah tidak berjalan lancar, maka mahasiswa terlambat

Bikondisional (Bi-implikasi)
Definisi:
Misalkan p dan q suatu proposisi.
Proposisi majemuk “p jika dan hanya jika q” disebut bikondisional atau biimplikasi dan dinotasikan
dengan p ↔ q
Nilai kebenaran suatu biimplikasi
Biimplikasi p ↔ q bernilai benar jika p dan q mempunyai nilai kebenaran yang sama yakni
keduanya benar atau keduanya salah
p q p↔q
B B B
B S S
S B S
S S B

Ekspresi lain dari biimplikasi


Biimplikasi p ↔ q tidak hanya dapat diekspresikan dalam kalimat “p jika dan hanya jika q” tetapi
dapat diekspresikan dengan kalimat berbeda, yaitu:
- p jika dan hanya jika q (p if and only if q)
- p syarat perlu dan cukup untuk q (p is necessary and sufficient for q)
- Jika p maka q, dan jika q maka p (if p then q, and if q then p)
- p iff q
Biimplikasi p ↔ q ekuivalen dengan bentuk (p→q) ᴧ (q→p) mengakibatkan ekuivalen juga dengan
(¬p ˅q) ᴧ (¬q ˅ p)
Negasi dari Biimplikasi p ↔ q adalah (p ᴧ ¬q) ˅ (q ᴧ ¬p)

Contoh Biimplikasi
1. x membagi y jika dan hanya jika kx membagi ky untuk semua k ϵ Z, dan k ≠ 0
2. d = (x,y) jika dan hanya jika d > 0, d │x, d │y, dan f │d untuk setiap pembagi persekutuan f dari
x dan y
3. 1 + 1 = 2 jika dan hanya jika 2 + 2 = 4
4. Hari hujan jika dan hanya jika kelembapan udara tinggi
5. Bandung terletak di Jawa Barat jika dan hanya jika Jawa Barat merupakan provinsi di Indonesia

Tautologi, Kontradiksi, dan Ekuivalen


Suatu proposisi majemuk disebut tautologi jika bernilai benar untuk semua kemungkinan,
sebaliknya disebut kontradiksi jika bernilai salah untuk semua kemungkinan.
Dua buah proposisi majemuk P dan Q disebut ekuivalen secara logika dan dinotasikan dengan p
↔ q, jika keduanya memiliki tabel kebenaran yang identik
Misal p dan q suatu proposisi
a. p ˅ ¬ (p ᴧ q) ➔ tautologi
b. (p ᴧ q) ᴧ ¬ (p ˅ q) ➔ kontradiksi
c. ¬ (p ᴧ q) ↔ ¬p ˅ ¬q ➔ ekuivalen

Latihan Soal:
1. Diketahui proposisi
p : Iwan bisa berbahasa Inggris
q : Iwan bisa berbahasa Jerman
r : Iwan bisa berbahasa Perancis
Nyatakan proposisi majemuk berikut dalam notasi simbolik
a. Iwan bisa berbahasa Inggris atau Jerman
b. Iwan bisa berbahasa Jerman tetapi tidak bisa berbahasa Perancis
c. Iwan bisa berbahasa Inggris atau bahasa Jerman, atau dia tidak bisa berbahasa Perancis
atau bahasa Jerman
d. Tidak benar bahwa Iwan bisa berbahasa Inggris atau Perancis
e. Tidak benar bahwa Iwan tidak bisa berbahasa Inggris, Perancis maupun Jerman
2. Tuliskan tabel kebenaran dari setiap proposisi berikut:
a. (p ˅ q) ᴧ¬ p
b. ¬(p ᴧ q)˅(¬q ˅ r)
c. (¬p˅ ¬q) ˅ ¬r
3. Diketahui pernyataan p bernilai benar, q bernilai benar, dan r bernilai salah. Dari pernyataan
tersebut dibuat pernyataan majemuk :
a. (𝑝 ∧ ¬𝑞) ∨ (𝑝 ⇒ 𝑟)
b. (𝑝 ∧ 𝑞) ⇔ (𝑝 ∧ 𝑟)
c. (¬𝑝 ∨ 𝑞) ⇒ (𝑝 ∧ 𝑟)
4. Tentukan negasi dari pernyataan berikut:
a. 18 habis dibagi 2 atau 9
b. Hari ini hujan dan saya tidak membawa paying
c. Ani senang menyanyi dan tidak senang olah raga
d. Permintaan terhadap suatu produk tinggi dan harga barang naik
e. Saya mahasiswa UNIDA Gontor dan saya rajin belajar
5. Tentukan negasi, konvers, invers, dan kontraposisi dari implikasi berikut:
a. Jika 2 bilangan prima maka 2 mempunyai faktor 1 dan dirinya sendiri
b. Jika ujian tidak dilaksanakan, maka semua mahasiswa senang
c. Jika ada dosen yang tidak masuk, maka semua mahasiswa senang
d. Jika semua warga negara membayar pajak, maka banyak fasilitas umum dapat dibangun
e. Jika semua mahasiswa rajin, maka semua mahasiswa akan lulus tepat waktu

Tugas 1
1. Buat tabel kebenaran untuk pernyataan majemuk (𝑝 ∧ 𝑞) → ¬𝑟
2. Tentukan negasi dari pernyataan:
a. 2 adalah bilangan genap dan prima
b. Paus adalah mamalia atau herbivora
3. Tentukan negasi, konvers, invers, dan kontraposisi dari pernyataan
Jika 6 mempunyai dua faktor prima maka 6 bukan bilangan prima
Materi 2 Pernyataan Berkuantor dan Penarikan Kesimpulan

Pernyataan Berkuantor
Pernyataan berkuantor adalah pernyataan yang menggunakan kuantor (kuantitas)
Ada dua macam kuantor yaitu kuantor universal dan kuantor eksistensial
1. Pernyataan berkuantor universal adalah pernyataan yang menggunakan kata “semua” atau
“setiap”. Notasi atau lambang kuantor universal adalah .
(.x) P(x) dibaca untuk “ semua x atau setiap x berlaku P(x) “ atau
(.x S ) P(x) dibaca untuk “ semua x atau setiap x anggota S berlaku P(x) “.
Nilai kebenaran (.x ) P(x) selain bergantung pada kalimat terbuka P(x) juga
tergantung pada himpunan semesta
2. Pernyataan berkuantor eksistensial adalah pernyataan yang menggunakan kata
“beberapa, terdapat atau ada”. Kata beberapa atau ada disini mengandung pengertian “satu
atau lebih”, bisa juga diartikan “ sekurang-kurangnya satu “.
Notasi atau lambang kuantor eksistensial adalah  dibaca “beberapa” atau “ada” atau “
sebagian “.
(x) P(x). Dibaca “ untuk beberapa x berlaku penyataan P(x)” atau “ada x berlaku P(x)

Negasi Pernyataan Berkuantor


Negasi dari “semua x berlaku P(x)” adalah “ada (beberapa) x tidak berlaku P(x)”.
Jika dinyatakan dengan notasi: ~{(x) P(x)} ≡ (x)~ {P(x)}
Negasi dari “ada (terdapat/beberapa) x berlaku P(x)” adalah “Semua x tidak berlaku P(x)”.
Jika dinyatakan dengan notasi: ~{(x) P(x)} ≡ (x) ~ {P(x)}
Contoh:
a. Semua mahasiswa datang tepat waktu
Negasi: Ada mahasiswa yang datang tidak tepat waktu
b. Setiap bilangan kuadrat lebih besar atau sama dengan nol.
Negasi: Ada bilangan kuadrat lebih kecil dari nol
c. Ada segi tiga sama kaki yang bukan segi tiga sama sisi.
Negasi: Semua segitiga sama kaki adalah segitiga sama sisi
d. Ada bilangan bulat yang merupakan bilangan prima
Negasi: Semua bilangan bulat bukan bilangan prima
e. Jika semua mahasiswa rajin, maka semua mahasiswa akan lulus tepat waktu
Negasi: semua mahasiswa rajin dan ada mahasiswa yang lulus tidak tepat waktu

Latihan soal
Tentukan negasi dari pernyataan berikut:
a. Beberapa siswa memakai kacamata
b. Terdapat mahasiswa yang terlambat masuk kuliah Matematika Diskrit
c. Semua mahasiswa UNIDA Gontor lulus AKPAM dan tahfidz
d. Semua mahasiswa berpakaian rapi dan bagus
e. Semua bilangan bulat adalah bilangan real
f. Petani panen padi atau harga beras murah
g. Jika ujian tidak jadi maka semua mahasiswa bersuka ria
h. Jika harga BBM naik maka semua mahasiswa demonstrasi
Argumentasi
Argumentasi adalah suatu pernyataan tegas yang diberikan oleh sekumpulan proposisi P 1, P2,
.........,Pn yang disebut premis (hipotesa/asumsi) dan menghasilkan proposisi Q yang lain yang
disebut konklusi (kesimpulan).
Secara umum argumentasi dinotasikan dengan proposisi majemuk
(P1P2........Pn)  Q
Suatu argumen dikatakan valid jika untuk sembarang pernyataan yang disubstitusikan ke dalam
premis, jika semua premis tersebut benar maka konklusinya juga benar.
Atau secara logika dapat dikatakan bahwa
Suatu argumentasi dikatakan valid jika dan hanya jika implikasi
P1P2........Pn)  Q yang dibentuk suatu Tautologi

Contoh:
Periksa kevalidan argumen berikut ini:
a. P1: Jika Anda mengerjakan setiap soal dalam buku ini, maka Anda akan belajar matematika
diskrit
P2: Anda belajar matematika diskrit
Q: Anda mengerjakan setiap soal dalam buku ini
b. P1: Jika suatu bilangan lebih besar dari 2, maka kuadratnya lebih besar dari 4
P2: Kedua bilangan tidak habis dibagi 6
Q: kuadrat bilangan ini tidak lebih besar dari 4

Contoh:
Dari keempat argument berikut, argument manakah yang sahih?
a. Jika hari panas, maka Amir mimisan, tetapi hari ini tidak panas. Oleh karena itu Amir tidak
mimisan
b. Jika hari panas, maka Amir mimisan, tetapi Amir tidak mimisan. Oleh karena itu hari ini tidak
panas
c. Jika Amir mimisan, maka hari panas, tetapi hari ini tidak panas. Oleh karena itu Amir tidak
mimisan
d. Jika Amir tidak mimisan, maka hari tidak panas, tetapi Amir mimisan. Oleh karena itu hari ini
tidak panas

Metode-metode Inferensi
1. Modus Ponens
Secara simbolis, Modus Ponens dinyatakan
𝑝→𝑞
𝑝
∴𝑞
Contoh:
Jika digit terakhir suatu bilangan adalah 0, maka bilangan tersebut habis dibagi 10
Digit terakhir bilangan 1470 adalah 0
Bilangan 1470 habis dibagi 10

2. Modus Tollens
Secara simbolis, Modus Tollens dinyatakan
𝑝→𝑞
¬𝑞
∴ ¬𝑝
Contoh:
Jika n bilangan ganjil, maka n 2 bernilai ganjil
n2 bernilai genap
n bukan bilangan ganjil

3. Silogisme Hipotesis
Secara simbolis, Silogisme dinyatakan
𝑝→𝑞
𝑞→ 𝑟
∴𝑝→𝑟
Contoh:
Jika saya belajar giat, maka saya lulus ujian
Jika saya lulus ujian, maka orang tua menjadi senang
Jika saya belajar giat, maka orang tua menjadi senang

4. Silogisme Disjungtif
Secara simbolis Silogisme Disjungtif dinyatakan
𝒑∨𝒒 𝒑∨𝒒
¬𝒑 ¬𝒒
∴𝒒 ∴𝒑

Contoh:
Saya belajar dengan giat atau saya lulus tepat waktu
Saya tidak belajar dengan giat
Saya lulus tepat waktu

Saya belajar dengan giat atau saya lulus tepat waktu


Saya lulus tidak tepat waktu
Saya tidak belajar dengan giat

5. Penambahan Disjungtif
Secara simbolis penambahan disjungtif dapat dinyatakan
𝑝
∴𝑝∨𝑞
Contoh:
Taslim mengambil mata kuliah Matematika Diskrit
Taslim mengambil mata kuliah Matematika Diskrit atau mengulang Kalkulus.

6. Penyederhanaan Konjungtif (Simplifikasi)


Secara simbolis Penyederhanaan Konjungtif dapat dinyatakan
𝒑∧𝒒 𝒑∧𝒒
∴𝒑 ∴𝒒

Contoh:
Lina menguasai bahasa Pascal dan Basic
Lina menguasai bahasa Pascal
7. Dilema (Pembagian dalam beberapa kasus)
Secara simbolis Dilema dapat dinyatakan
𝑝∨𝑞
𝑝→𝑟
𝑞→𝑟
∴𝑟
Contoh:
Ani mengajak saya nonton atau mengajak saya makan malam
Jika Ani mengajak saya nonton, maka saya akan senang
Jika Ani mengajak saya makan di restoran, maka saya akan senang
Saya akan senang

8. Konjungsi
Secara simbolis Konjungsi dapat dinyatakan
𝑝
𝑞
∴𝑝∧𝑞
Contoh:
Taslim mengambil kuliah Matematika Diskrit
Taslim mengambil kuliah Kalkulus
Taslim mengambil kuliah Matematika Diskrit dan Kalkulus

Latihan Soal
1. Tentukan kesimpulan yang sah dari premis-pemis berikut metode inferensi yang tepat :
a. Jika semua warga negara membayar pajak, maka banyak fasilitas umum dapat dibangun
Tidak banyak fasilitas umum dapat dibangun
b. Jika Ali menguasai bahasa asing maka Ali mengelilingi dunia.
Ali menguasai bahasa asing
c. Saya belajar dengan giat atau saya bekerja di kantor
Saya tidak belajar dengan giat
d. Jika potongan program in adalah perulangan dengan perintah while, maka isi perulangan
tidak pernah dieksekusi
Potongan program ini adalah perulangan dengan perintah while
e. Jika microsoft word maka windows sistem operasinya
Jika windows sistem operasinya, maka product Microsoft
f. Jika hasilnya akurat maka sistemnya digital
Jika sistem digital maka rancangan jaringannya kombinasi
Jika sistem digital maka menggunakan dua nilai tanda bilangan biner
Hasil akurat

2. Diketahui informasi berikut. Carilah kesimpulan yang sah dari premis-premis berikut:
Jika Anda mengirimi saya pesan email, maka saya akan selesai menulis program
Jika Anda tidak mengirimi saya pesan email, maka saya akan tidur lebih awal
Jika saya pergi tidur lebih awal, maka saya akan bangun dengan perasaan segar

3. Diketahui informasi berikut. Carilah kesalahan dalam program


a. Ada variabel yang belum dideklarasikan atau ada kesalahan sintaks dalam 5 baris
pertama
b. Jika ada kesalahan sintaks dalam 5 baris pertama, maka ada semicolon yanng belum
ditulis atau ada nama variabel yang salah ketik
c. Tidak ada semicolon yang belum ditulis
d. Tidak ada nama variabel yang salah ketik

Tugas 2
1. Periksa kevalidan argumen berikut ini:
Jika hujan deras maka lapangan banjir
Jika lapangan banjir maka kita tidak main bola
Jika kita main bola maka lapangan tidak banjir

2. Tentukan kesimpulan yang valid dari premis-premis berikut:


Jika pintu kereta api ditutup, maka lalu lintas akan berhenti
Jika lalu lintas berhenti, maka terjadi kemacetan lalu lintas
Pintu kereta api ditutup
Materi 3 Himpunan dan Operasinya

Definisi dan Notasi


• Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang berbeda
• Objek yang terdapat dalam himpunan disebut dengan elemen, unsur, anggota
• Keanggotaan suatu objek dinotasikan dengan ∈
x  A : x merupakan anggota himpunan A;
x  A : x bukan merupakan anggota himpunan A
• Himpunan dapat diberi nama dengan huruf kapital

Penyajian Himpunan
1. Enumerasi ➔ menuliskan semua elemen himpunan di antara tanda kurung kurawal
A = {1, 2, 3, 4}
B = {a, b, c, d, e, f}
2. Simbol-Simbol Baku ➔ khusus untuk simbol baku bilangan
P = himpunan bilangan bulat positif
N = himpunan bilangan asli
Z = himpunan bilangan bulat
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
C = himpunan bilangan komplek
3. Notasi Pembentuk Himpunan ➔ himpunan dinyatakan dengan menulis syarat yang harus
dipenuhi oleh anggotanya ➔ A = {x │syarat yang harus dipenuhi oleh x}
A = {x │ x < 5, x ϵ N} ➔ A = semua bilangan asli yang kurang dari 5 = { 1,2,3,4}
K = {x │ x < 5, x ϵ R} ➔ K = semua bilangan riil yang kurang dari 5
B = {y │ 2 < y < 7, y ϵ Z} ➔ B = semua bilangan bulat yang lebih dari 2 dan kurang dari 7 =
{3,4,5,6}
C = {a │ a ϵ mahasiswa yang mengambil matakuliah Matematika Diskrit}
4. Diagram Venn
Diagram Venn dapat menunjukkan hubungan antara beberapa himpunan
Himpunan semesta (U/S) digambarkan oleh persegi panjang
Himpunan digambarkan oleh lingkaran, dan anggota himpunan berada dalam lingkaran
Misal
U = {0,1,2,3,4,5,6,7,8,9}
A = {1,2,3,5}
B = {2,5,6,7,8}

Kardinalitas
Suatu himpunan dikatakan berhingga (finite set) jika terdapat n elemen berbeda yang dalam hal
ini n adalah bilangan bulat tak-negatif. Sebaliknya himpunan tersebut dinamakan tak hingga
(infinite set)
Definisi kardinal:
Misalkan A merupakan himpunan berhingga, maka banyak elemen berbeda di dalam A disebut
kardinal dari himpunan A dan dinotasikan dengan
n(A) atau │A│
Contoh:
A = {x│x merupakan bilangan prima yang lebih kecil dari 20}
A = {2,3,5,7,11,13,17,19} maka kardinal himpunan A dinyatakan dengan n(A) = 8
B = {x │1 < x ≤ 7, x ϵ Z}
B = {2,3,4,5,6,7} maka cardinal himpunan B dinyatakan dengan n(B) = 6

Himpunan Kosong
Himpunan yang tidak memiliki satupun elemen atau himpunan dengan kardinal = 0
Notasi himpunan kosong: ø atau { }
Contoh:
E = {x│x<x} maka E = { }
A = {x│x merupakan bilangan ganjil yang habis dibagi 2}, maka himpunan A disebut himpunan
kosong dan dapat dinyatakan dengan A = ø

Himpunan Bagian (Subset)


Himpunan A dikatakan himpunan bagian (subset) dari himpunan B jika dan hanya jika setiap
elemen A merupakan elemen dari B.
Untuk sebarang himpunan A berlaku:
1. A adalah himpunan bagian dari A itu sendiri
2. Himpunan kosong adalah himpunan bagian dari semua himpunan
3. Jika A himpunan bagian dari B dan B himpunan bagian dari C maka A himpunan bagian dari C
Dari teorema tersebut dapat disimpulkan terdapat dua subset yaitu improper subset (subset tak
sebenarnya) dan proper subset (subset sebenarnya)
Improper subset memuat himpunan kosong dan dirinya sendiri sehingga dapat dikatakan bahwa
B superset dari A dan dinotasikan dengan 𝐴 ⊆ 𝐵
Proper subset menyatakan subset yang sebenarnya. Jika A proper subset dari B dinotasikan
dengan 𝐴 ⊂ 𝐵

Himpunan Kuasa
Himpunan kuasa (power set) dari himpunan A adalah suatu himpunan yang elemennya
merupakan semua himpunan bagian dari A, termasuk himpunan kosong dan himpunan A itu
sendiri dan dinotasikan dengan P(A) atau 2A
Banyak anggota himpunan kuasa dari sembarang himpunan A jika n(A) = k adalah n(P(A)) = 2 k
Contoh:
Himpunan A = {1,2,3}
Maka P(A) = {{1},{2},{3},{1,2},{1,3},{2,3},{1,2,3},{ }}

Himpunan yang sama


Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B jika dan hanya jia keduanya memiliki elemen
yang sama atau dengan kata lain A himpunan bagian dari B dan B himpunan bagian dari A dan
dinotasikan dengan
Contoh:
A = {3,5,8,5} dan B ={5,3,8} maka A = B
A = {1,2,3} dan B = {3,2,1} maka A =B
Untuk sembarang himpunan A, B, C berlaku:
a. A = A, B = B, dan C = C
b. Jika A = B maka B = A
c. Jika A = B dan B = C, maka A = C
Himpunan yang ekuivalen
Himpunan A dikatakan ekuivalen dengan himpunan B jika dan hanya jika kardinal dari kedua
himpunan sama dan dinotasikan dengan
A ~ B ↔ │A│= │B│
Contoh:
A = {1,3,5,7} dan B = {a,b,c,d} maka A ~ B

Operasi pada Himpunan


1. Irisan (intersection)
Irisan dari himpunan A dan B dinotasikan dengan 𝐴 ∩ 𝐵 dan didefinisikan sebagai himpunan
baru yang setipa elemen merupakan elemen di A dan B atau elemen yang berada di A dan B atau
elemen yang sama.
Notasi : 𝐴 ∩ 𝐵 = {𝑥 |𝑥 ∈ 𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝑥 ∈ 𝐵}
Contoh:
a. Jika A = {2, 4, 6, 8, 10} dan B = {4, 10, 14, 18}, maka 𝐴 ∩ 𝐵 = {4, 10}
b. Jika A = { 3, 5, 9 } dan B = { -2, 6 }, maka 𝐴 ∩ 𝐵 = ∅
c. 𝐴 ∩ ∅ = ∅
2. Gabungan (Union)
Gabungan (union) dari himpunan A atau B dinotasikan dengan 𝐴 ∪ 𝐵 dan didefinisikan sebagai
himpunan baru yang setiap elemennya ada di A atau B atau elemen yang ada di A atau B
digabung.
Notasi : 𝐴 ∪ 𝐵 = {𝑥 |𝑥 ∈ 𝐴 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 ∈ 𝐵}
Contoh:
a. Jika A = { 2, 5, 8 } dan B = { 7, 5, 22 }, maka 𝐴 ∪ 𝐵 = { 2, 5, 7, 8, 22 }
b. Jika A ={ 1,2,3} dan B ={5,7,9,11} maka 𝐴 ∪ 𝐵 = {1,2,3,5,7,9,11}
c. A ∪ ∅ = A
3. Komplemen (complement)
Komplemen dari suatu himpunan A terhadap himpunan semesta U adalah suatu himpunan baru
yang elemennya merupakan elemen U yang bukan elemen
Notasi : 𝐴𝐶 = {𝑥|𝑥 ∈ 𝑈, 𝑥 ∉ 𝐴}
Contoh:
Misalkan U = {1, 2, 3, ..., 9},
a. jika A = {1, 3, 7, 9}, maka 𝐴𝐶 = {2, 4, 6, 8}
b. jika A = { x | x/2 ∈ U, x < 9 }, maka 𝐴𝐶 ={1, 3, 5, 7, 9}
4. Selisih (Difference)
Selisih dari dua himpunan A dan B adalah himpunan baru yang elemennya merupakan elemen A
tetapi bukan elemen B atau komplemen himpunan B relatif terhadap himpunan A
Notasi : 𝐴 − 𝐵 = {𝑥 |𝑥 ∈ 𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝑥 ∉ 𝐵} = 𝐴 ∩ 𝐵𝑐
Contoh:
Jika A = { 1, 2, 3, ..., 10 } dan B = { 2, 4, 6, 8, 10 },
maka A – B = { 1, 3, 5, 7, 9 } dan B – A = ∅
5. Beda Setangkup (Symmetric Difference)
Beda setangkup dari himpunan A dan B adalah himpunan yang elemennya ada pada himpunan A
atau B tetapi tidak pada keduanya
Notasi: 𝐴 ⊕ 𝐵 = (𝐴 ∪ 𝐵) − (𝐴 ∩ 𝐵) = (𝐴 − 𝐵) ∪ (𝐵 − 𝐴)
Contoh:
Jika A = { 2, 4, 6 } dan B = { 2, 3, 5 }, maka 𝐴 ⊕ 𝐵 = { 3, 4, 5, 6

6. Perkalian Kartesian (cartesian product)


Perkalian kartesian dari himpunan A dan B adalah himpunan yang elemennya semua pasangan
berurutan (ordered pairs) yang dibentuk dari komponen pertama dari himpunan A dan
komponen kedua dari himpunan B
Notasi: 𝐴 × 𝐵 = {(𝑎, 𝑏)|𝑎 ∈ 𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝑏 ∈ 𝐵}
Contoh:
a. Misalkan C = {1, 2, 3}, dan D = { a, b }, maka C × D = { (1, a), (1, b), (2, a), (2, b), (3, a), (3, b) }
b. Misalkan A = B = himpunan semua bilangan riil, maka A × B = himpunan semua titik di bidang
datar

Jenis Himpunan
Himpunan saling lepas
Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas jika kedua himpunan tidak memiliki elemen yang
sama dan dinotasikan dengan A // B

Himpunan tidak saling lepas


Dua himpunan A dan B dikatakan tidak saling lepas jika kedua himpunan memiliki elemen yang
sama

Prinsip inklusi-eksklusi
Jika banyak himpunan A adalah n(A) dan banyak himpunan B adalah n(B)
Banyaknya anggota himpunan gabungan antara himpunan A dan himpunan B merupakan jumlah
banyaknya anggota dalam himpunan tersebut dikurangi banyaknya anggota di dalam irisannya
Banyaknya elemen bersama antara A dan B adalah n(A  B)
n(AB) = n(A) + n(B)- n(AB)
n(AB) = n(A) +n(B)- n(AB)
Misalkan A dan B adalah himpunan berhingga yang saling lepas, maka
AB = A + B

Misalkan A, B, dan C adalah himpunan berhingga, maka n(AUBUC) juga berhingga dengan
n(AUBUC)= n(A) + n(B)+ n(C) – n(AB)- n(AC) – n(BC) + n(AB  C)
n(ABC)= n(AUBUC)- n(A) – n(B)- n(C) + n(AB)+n(AC) +n(BC)

Contoh:
Berapa banyak bilangan bulat antara 1 dan 100 yang habis dibagi 3 atau 5
Penyelesaian:
A: himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3
B: himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 5
AB: himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3 dan 5 (yaitu himpunan bilangan bulat yang
habis dibagi oleh KPK dari 3 dan 5 yaitu 15)
Yang ditanyakan adalah n(AB)
n(A)= 100/3 = 33
n(B) = 100/5 = 20
n(AB) = 100/15 = 6
n(AB) = n(A) + n(B)- n(AB)
= 33+20-6
= 47
Jadi banyak bilangan bulat yang habis dibagi 3 atau 5 sebanyak 47

Perluasan Prinsip inklusi-eksklusi


Pada dua himpunan A dan B dengan banyak himpunan A adalah n(A) dan banyak himpunan B
adalah n(B)
Penggabungan dua himpunan menghasilkan himpunan baru dengan banyak elemen
himpunannya adalah n(AB)
Banyaknya elemen bersama antara A dan B adalah n(AB)
Pada himpunan A terdapat elemen yang terdapat di A saja dan elemen bersama A dan B
(n(AB))
Pada himpunan B terdapat elemen yang terdapat di B saja dan elemen bersama A dan B
(n(AB))
Banyak elemen yang tidak ada di A maupun B adalah n(AB)C
Banyak semesta pada A dan B adalah n(U) dengan n(U)=n(AB) + n(AB)C
Dengan menggabungkan prinsip inklusi-eksklusi diperoleh
n(U)=n(A) + n(B)- n(AB) + n(AB)C
Contoh:
Suatu survey mengenai mahasiswa pada suatu perguruan tinggi menemukan bahwa dari 50
mahasiswa diketahui 30 mahasiswa mengambil mata kuliah kalkulus, 25 mahasiswa mengambil
mata kuliah Matematika Diskrit, dan 10 mahasiswa mengambil keduanya. Berapa banyak
mahasiswa yang tidak mengambil kedua mata kuliah tersebut?
Penyelesaian:
Banyak mahasiswa = n(U)= 50
Banyak mahasiswa yang mengambil mata kuliah Kalkulus = n(A)= 30
Banyak mahasiswa yang mengambil mata kuliah Matematika Diskrit = n(B)= 25
Banyak mahasiswa yang mengambil Kalkulus dan Matematika Diskrit = n(AB= 10
Banyak mahasiswa yang tidak mengambil kedua mata kuliah Kalkulus dan Matematika Diskrit =
n(AB)C
n(U)=n(A) + n(B)- n(AB) + n(AB)C
50 = 30 + 25 – 10 + n(AB)C
n(AB)C = 50 – 45 = 5
Banyak mahasiswa yang tidak mengambil kedua mata kuliah adalah 5 orang

Contoh:
Sebanyak 1232 orang mahasiswa mengambil kuliah Bahasa Inggris, 879 orang mengambil kuliah
Bahasa Perancis, dan 114 orang mahasiswa mengambil kuliah Bahasa Jerman. Sebanyak 103
orang mengambil kuliah Bahasa Inggris dan Perancis, 23 orang mengambil kuliah Bahasa Inggris
dan Jerman, dan 14 orang mengambil kuliah Bahasa Perancis dan Jerman. Jika 2092 orang
mengambil paling sedikit salah satu kuliah Bahasa Inggris, Jerman, atau Perancis, berapa banyak
mahasiswa yang mengambil kuliah ketiga buah bahasa tersebut?
Penyelesaian:
A = Bahasa inggris, B = Bahasa perancis, C= Bahasa Jerman
n(AUBUC) = 2092
n(A) = 1232
n(B) = 879
n(C) = 114
n(AB) = 103
n(AC) = 23
n(BC) = 14
Banyak mahasiswa yang mengambil kuliah ketiga buah Bahasa adalah n(AB  C) = ???
Dengan menggunakan prinsip inklusi-eksklusi :
n(AUBUC)= n(A) + n(B)+ n(C) – n(AB)- n(AC) – n(BC) + n(AB  C)
2092 = 1232 + 879 + 114 – 103 – 23 – 14 + n(AB  C)
n(AB  C) = 2092- 2085 = 7
Latihan Soal
1. Jika U= {1,2,3,...,10} dan diketahui himpunan A ={1,2,3,4,5,6} dan B ={2,3,5,6,7,8,9}. Tentukan
:
a. 𝐴 ∪ 𝐵 i. 𝐴𝐶 ∪ 𝐵𝐶
b. 𝐴 ∩ 𝐵 j. 𝐴𝐶 ∩ 𝐵𝐶
c. 𝐴 − 𝐵 k. 𝐴𝐶 − 𝐵
d. 𝐵 − 𝐴 l. 𝐴𝐶 − 𝐵𝐶
e. 𝐴 ⊕ 𝐵 m. (𝐴 − 𝐵)𝐶
f. 𝐴 × 𝐵 n. (𝐴 ∪ 𝐵) − (𝐴 ∩ 𝐵)
𝐶
g. (𝐴 ∪ 𝐵)
h. (𝐴 ∩ 𝐵)𝐶
2. Diketahui himpunan A = {a,b,c,d,e} tentukan himpunan kuasa dari A
3. Didefinisikan A, B, C, dan D sebagai berikut: A={1,2,3,4},B={1,2,{2},{{4}}}, C={1,{1,2},{{1,2,3}}},
D={1,2,2,1}
Untuk tiap W,X,Y,A yang didefinisikan di bawah ini, nyatakan apakah ia adalah elemen atau
himpunan bagian dari tiap himpunan A,B,C,D
W={1,3,5}, X={1,2,3}, Y={4}, Z={2}
4. Dari 1200 mahasiswa TI diketahui : 582 orang menguasai Linux, 627 orang menguasai
Windows, 543 orang menguasai Unix, 227 orang menguasai Linux dan Windows, 307 orang
menguasi Linux dan Unix, 250 orang menguasai Windows dan Unix, dan 222 orang
menguasai ketiganya
a. Berapa orang yang tidak menguasai ketiga jenis system operasi di atas?
b. Berapa orang yang hanya menguasai Linux tetapi tidak menguasai Windows dan Unix?
5. Dari 37 orang programmer yang mengikuti wawancara untuk suatu pekerjaan diketahui: 25
ornag menguasai Pascal, 28 orang menguasai C++ dan 2 orang tidak menguasai keduanya.
Berapa orang yang menguasai keduanya?
6. Hitung berapa bilangan bulat positif yang lebih kecil atau sama dengan 200 yang habis dibagi
4 atau 7 atau 9?

Tugas 3
1. Diketahui himpunan 𝐴 = {𝑥 ∈ 𝑍|0 ≤ 𝑥 ≤ 4}, 𝐵 = {𝑥 ∈ 𝑁 |1 ≤ 𝑥 < 9}, dan
𝐶 = {𝑥 ∈ 𝑍|2 ≤ 𝑥 < 7} Tentukan:
a. A ∩ B ∩C
b. A U B U C
c. A – B
d. B – C
e. A x B
2. Hitung berapa bilangan bulat positif yang lebih kecil atau sama dengan 500 yang habis dibagi
2 atau 3 atau 5?
Materi 4 Himpunan Fuzzy

Himpunan fuzzy adalah konsep yang mendasari lahirnya logika fuzzy. Himpunan fuzzy adalah
sebuah himpunan yang anggotanya memiliki derajat keanggotaan tertentu. Setiap anggota
memiliki derajat keanggotaan tertentu yang ditentukan oleh fungsi keanggotaan (membership
function) tertentu atau disebut juga fungsi karakteristik (characteristik function).
Himpunan crisp adalah himpunan klasik yang telah dikenal secara umum. Himpunan crisp
membedakan anggotanya dengan nilai nol atau satu, anggota himpunan atau bukan. Sebagai
contoh himpunan yaitu, pada himpunan manusia. Himpunan wanita atau himpunan laki-laki dapat
direpresentasikan dengan mudah dengan cara himpunan klasik. Akan tetapi, bagaimana
merepresentasikan himpunan pada manusia muda atau tua. Muda atau tua itu cukup relatif tidak
langsung terpisah hanya karena berbeda satu hari. Dalam hal ini himpunan fuzzy dapat
memberikan mengelompokkan dengan memberi nilai derajat tertentu. Berbeda dengan
himpunan klasik, keanggotaan himpunan fuzzy dapat bernilai parsial.

Fungsi Keanggotaan
Berbeda dengan teori himpunan, dimana nilai keangggotaan hanya bernilai 1 atau 0, fungsi
keanggotaan himpunan fuzzy ada di dalam interval 0 sampai 1.
Notasi keanggotan himpunan Fuzzy: 𝐴: 𝑥 → [0,1]

Karena derajat keanggotaan himpunan fuzzy berada dalam interval 0 sampai 1, maka ada kalanya
keangggotaan himpunan fuzzy dinyatakan dalam bentuk fungsi. Fungsi keanggotaan didefinisikan
sebagai berikut:
Jika X adalah himpunan semesta, maka fungsi keanggotaan, maka fungsi keanggotaan
𝜇𝐴 : 𝑋 → [0,1]
Dimana [0,1] adalah interval bilangan real dari nol sampai dengan satu. Dua himpunan A dan B
dinyatakan sama jika dan hanya jika 𝜇𝐴 (𝑥 ) = 𝜇𝐵 (𝑥). Jika 𝜇𝐴 (𝑥 ) bernilai nol, berari x bukan
anggota dari himpunan fuzzy A. Jika 𝜇𝐴 (𝑥 ) bernilai satu, menunjukkan bahwa x adalah anggota
penuh dari himpunan fuzzy A. sementara nilai antara nol sampai dengan satu menunjukkan bahwa
x merupakan anggota dari himpunan fuzzy A secara parsial.
Contoh:
𝑥 − 6, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 6 ≤ 𝑥 ≤ 7
( )
𝐴 𝑥 = { 8 − 𝑥, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 7 ≤ 𝑥 ≤ 8
0, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑥 < 6 𝑑𝑎𝑛 𝑥 > 8
Grafik keanggotaan A(x)
Ada beberapa jenis fungsi keanggotaan yang sering digunakan, antara lain
1. Representasi kurva linier turun

Fungsi keanggotaan linear turun:


𝑏−𝑥
,𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 𝑏
𝜇 (𝑥 ) = {𝑏−𝑎 ,
0, 𝑥 ≥ 𝑏
dengan a = nilai domain terkecil saat derajat keanggotaan terkecil
b = derajat keanggotaan terbesar dalam domain
2. Representasi kurva linier naik

Fungsi keanggotaan linear naik:


0, 𝑥 ≤ 𝑎
𝑥−𝑎
𝜇 (𝑥 ) = {𝑏−𝑎 , 𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 𝑏 ,
1, 𝑥 = 𝑏
dengan a = nilai domain terkecil saat derajat keanggotaan terkecil
b = derajat keanggotaan terbesar dalam domain

3. Representasi kurva segitiga

Fungsi keanggotaan dari representasi segitiga:


0, 𝑥 ≤ 𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 ≥ 𝑐
𝑥−𝑎
𝜇 (𝑥 ) = { 𝑏−𝑎 , 𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 𝑏 ,
𝑐−𝑥
, 𝑏≤𝑥≤𝑐
𝑐−𝑏
dengan a = nilai domain terkecil saat derajat keanggotaan terkecil
b = derajat keanggotaan terbesar dalam domain
c = nilai domain terbesar saat derajat keanggotaan terkecil
4. Representasi kurva trapesium

Fungsi keanggotaan dari representasi trapesium:


0, 𝑥 ≤ 𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 ≥ 𝑑
𝑥−𝑎
,𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 𝑏
𝑏−𝑎
𝜇 (𝑥 ) = ,
1, 𝑏 ≤ 𝑥 ≤ 𝑐
𝑑−𝑥
{ 𝑑−𝑐 , 𝑐 ≤ 𝑥 ≤ 𝑑
dengan a = nilai domain terkecil saat derajat keanggotaan terkecil
b dan c = derajat keanggotaan terbesar dalam domain
d = nilai domain terbesar saat derajat keanggotaan terkecil

Contoh:
Tentukan fungsi keanggotaan untuk himpunan normal pada variabel kecepatan kendaraan
43km.jam dari kurva trapesium berikut

Penyelesaian:
Apabila kita kurva trapesium, fungsi keanggotaan kecepatan kendaraan 43 Km/ jam terletak
antara domain a dan b (a ≤ x ≤ b) sehingga:
𝑥−𝑎
Fungsi Keanggotaan: 𝜇(𝑥 ) = 𝑏−𝑎
43−20 23
𝜇𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 (43) = 50−20 = 30 = 0,76

Contoh:
Misalkan variabel umur dibagi meniadi 3 kategori, yaitu
Muda: Umur < 35
Dewasa: 35 ≤ umur ≤ 55
Tua: umur > 55
Nilai keanggotaan himpunan Muda, Dewasa, dan Tua ini pada umur 25 dan 60 dapat
direpresentasikan dalam bentuk grafik berikut.
Tentukan derajat keanggotaan seseorang yang berumur 40 untuk kategori muda dan dewasa
Penyelesaian:
derajat keanggotaan seseorang yang berumur 40 untuk kategori muda = 𝜇𝑚𝑢𝑑𝑎 [40] (sesuai kurva
linear turun)
45−40 5
𝜇𝑚𝑢𝑑𝑎 [40] = 45−25 = 20 = 0,25
derajat keanggotaan seseorang yang berumur 40 untuk kategori muda = 𝜇𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 [40] (sesuai
kurva segitiga)
40−35 5
𝜇𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 [40] = 45−35 = 10 = 0,5

Operasi Himpunan Fuzzy


a. Komplemen
Komplemen himpunan fuzzy A adalah 𝐴̅ dengan fungsi keanggotaan 𝐴̅(𝑥 ) = 1 − 𝐴(𝑥)
Contoh:
𝜇𝐴 (𝑥 ) = 0,24 maka𝜇𝐴̅ (𝑥 ) = 1 − 0,24 = 0,76
b. Gabungan/Union
Gabungan himpunan fuzzy A dan B adalah himpunan fuzzy 𝐴 ∪ 𝐵 dengan fungsi keanggotaan
(𝐴 ∪ 𝐵)(𝑥 ) = max[𝐴(𝑥 ), 𝐵(𝑥 )] untuk semua 𝑥 ∈ 𝑋
Contoh:
𝜇𝐴 (𝑥 ) = 0,24 dan 𝜇𝐵 (𝑥 ) = 0,5 maka 𝜇𝐴∪𝐵 (𝑥 ) = max[0,24; 0,5] = 0,5
c. Irisan/Intersection
Irisan himpunan fuzzy A dan B adalah himpunan fuzzy 𝐴 ∩ 𝐵 dengan fungsi keanggotaan
(𝐴 ∩ 𝐵)(𝑥 ) = min[𝐴(𝑥 ), 𝐵(𝑥 )] untuk semua 𝑥 ∈ 𝑋
Contoh:
𝜇𝐴(𝑥 ) = 0,24 dan 𝜇𝐵 (𝑥 ) = 0,5 maka 𝜇𝐴∩𝐵 (𝑥 ) = min[0,24; 0,5] = 0,24

Contoh:
Misalkan himpunan fuzzy A dan himpunan fuzzy B masing-masing memiliki fungsi keanggotaan
yang grafiknya adalah sebagai berikut:
Grafik fungsi keanggotaan himpunan A ∪ B sebagai berikut

Grafik fungsi keanggotaan himpunan A ∩ B

Grafik fungsi keanggotaan himpunan 𝐴̅

Tugas 4
Terdapat 3 variabel suhu, yaitu: Dingin, Normal, dan Panas.
a. Dengan kurva segitiga, tentukan grafik fungsi keanggotaan untuk himpunan suhu 35°C dan
50 °C dimana suhu (dalam derajat celcius):
Dingin: suhu ≤ 30
Normal: 35 ≤ suhu ≤ 45
Panas: suhu > 45
b. Tentukan derajat keanggotaan untuk himpunan Normal pada variable suhu , kasus untuk
suhu : 29° C dan 37° C
Materi 5 Relasi Biner Dan Operasinya

Definisi
Relasi menyatakan hubungan antara elemen himpunan dengan elemen himpunan lain
Relasi antara dua himpunan A dan B disebut relasi biner
Definisi Relasi Biner:
Relasi biner R antara A dan B adalah himpunan bagian dari A x B.
Dengan A x B = { (a,b) І a  A dan b  B}
Sehingga dinotasikan R  (A x B)
Jika (a,b)  R maka dapat digunakan notasi a R b yang berarti a dihubungkan ke b oleh R
Jika (a,b)  R maka dapat digunakan notasi a R b yang berarti a tidak dihubungkan ke b oleh R
Contoh:
Misalkan P = {2,3,4} dan Q = {2,4,6,8,10,12}.
PxQ={(2,2), (2,4), (2,6), (2,8), (2,10), (2,12), (3,2) , (3,4) , (3,6) , (3,8) , (3,10) , (3,12), (4,2) , (4,4) ,
(4,6) , (4,8) , (4,10) , (4,12)}
Jika didefinisikan relasi R dari P ke Q dengan (p,q)  R jika p habis membagi q
Maka relasi R dapat dinyatakan dengan
R = {(2,2), (2,4), (2,6),(2,8),(2,10), (2,12), (3,6), (3,12), (4,4), (4,8), (4,12)}

Relasi pada satu Himpunan


Relasi pada himpunan A didefinisikan sebagai relasi dari himpunan A ke himpunan A sendiri atau
𝐴⊆ 𝐴×𝐴
Misalkan Himpunan A = {1,2,3,4}
Relasi R didefinisikan sebagai relasi pada himpunan A dengan 𝑅 = {(𝑎, 𝑏)|𝑎 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑎𝑔𝑖 𝑏 }
Maka relasi R dapat dinyatakan denganR={(1,1),(1,2),(1,3),(1,4),(2,2),(2,4),(3,3),(4,4)}
Suatu relasi pada himpunan A adalah himpunan bagian dari A x A.
Jika banyak elemen A adalah n, maka A x A memiliki n 2 elemen
Himpunan dengan m elemen memiliki 2m himpunan bagian
2
Oleh karena itu, banyak relasi yang mungkin dibentuk dari himpunan A adalah 2𝑛
2
Misalnya, pada himpunan A = {a, b, c} akan bisa dibentuk sebanyak 23 = 29 = 512 relasi pada
himpunan A

Representasi Relasi
Relasi dapat dinyatakan dalam bentuk:
1. Diagram Panah
2. Bentuk tabel
3. Bentuk matriks

A B
2
2 4
3 6
8
1
4
01
2
Representasi Relasi dengan Matriks
Misalkan R adalah relasi dari A = {a1, a2, …, am} dan B = {b1, b2, …, bn}.
Relasi R dapat disajikan dengan matriks M = [mij],
𝑚11 𝑚12 . . . 𝑚1𝑛
𝑚21 𝑚22 . . . 𝑚2𝑛
𝑀 = [ ... ... ... ... ]
𝑚𝑚1 𝑚𝑚2 . . . 𝑚𝑚𝑛
b1 b2 bn
𝒂𝟏 (𝑎1 , 𝑏1 ) (𝑎1 , 𝑏2 ) … (𝑎1 , 𝑏𝑛 )
𝒂𝟐 (𝑎 , 𝑏 ) (𝑎2 , 𝑏2 ) … (𝑎2 , 𝑏𝑛 )
𝑀= ⋮ [ 2 1 ]
⋮ ⋮ ⋮ ⋮
𝒂𝒎 (𝑎𝑚 , 𝑏1 ) (𝑎𝑚 , 𝑏2 ) … (𝑎𝑚 , 𝑏𝑛 )
1, (𝑎𝑖 , 𝑏𝑗 ) ∈ 𝑅
Dengan 𝑚𝑖𝑗 = {
0, (𝑎𝑖 , 𝑏𝑗 ) ∉ 𝑅
Contoh:
P = {2,3,4} dan Q = {2,4,6,8,10,12}. Jika didefinisikan relasi R dari P ke Q dengan (p,q)  R jika p
habis membagi q
Maka relasi R dapat dinyatakan dengan
R = {(2,2), (2,4), (2,6),(2,8),(2,10), (2,12), (3,6), (3,12), (4,4), (4,8), (4,12)}
Relasi R diatas dapat dinyatakan dengan matriks
2 4 6 8 10 12
𝟐 1 1 1 1 1 1
𝑀𝑅 = 𝟑 [0 0 1 0 0 1]
𝟒 0 1 0 1 0 1

Relasi Inversi
Jika diberikan relasi R pada himpunan A ke himpunan B, kita bisa mendefinisikan relasi baru dari
B ke A dengan cara membalik urutan dari setiap pasangan terurut di dalam R. Relasi baru
tersebut dinamakan invers dari relasi semula
Misalkan R adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B. Invers dari relasi R, dilambangkan
dengan R-1, adalah relasi dari B ke A yang didefinisikan oleh :
R-1 = {(b,a) | (a,b)  R }
𝑚11 𝑚12 . . . 𝑚1𝑛
𝑚21 𝑚22 . . . 𝑚2𝑛
Jika MR adalah matriks yang merepresentasikan relasi R, 𝑀𝑅 = [ . . . ... ... ... ]
𝑚𝑚1 𝑚𝑚2 . . . 𝑚𝑚𝑛
maka matriks yang merepresentasikan relasi R–1, diperoleh dengan melakukan transpose
𝑚11 𝑚21 . . . 𝑚𝑚1
𝑚12 𝑚22 . . . 𝑚𝑚2
terhadap matriks MR yaitu 𝑀𝑅−1 = [ . . . ... ... ... ]
𝑚1𝑚 𝑚2𝑚 . . . 𝑚𝑛𝑚
Contoh:
P = {2,3,4} dan Q = {2,4,6,8,10,12}. Jika didefinisikan relasi R dari P ke Q dengan (p,q)  R jika p
habis membagi q
Maka relasi R dapat dinyatakan dengan
R = {(2,2), (2,4), (2,6),(2,8),(2,10), (2,12), (3,6), (3,12), (4,4), (4,8), (4,12)}
R-1 adalah invers dari relasi R, yaitu dari Q ke P dengan (q,p) R-1 jika q adalah kelipatan dari p
maka R-1 = {(2,2), (4,2),(6,2),(8,2),(10,2),(12,2),(6,3),(12,3),(4,4),(8,4),(12,4)}
Atau
1 0 0
1 0 1
1 1 1 1 1 1
1 1 0
𝑀𝑅 = [0 0 1 0 0 1] 𝑀𝑅−1 =
1 0 1
0 1 0 1 0 1
1 0 0
[1 1 1]
Mengkombinasikan Relasi
Karena relasi biner merupakan himpunan pasangan terurut, maka operasi himpunan antara 2
relasi atau lebih juga berlaku. Hasil operasi tersebut juga berupa relasi.
Dengan kata lain jika R1 dan R2 masing-masing adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B,
maka R1  R2, R1  R2, R1 – R2, dan R1  R2 juga relasi dari A ke B.
Contoh:
A = {a,b,c} dan B = {a,b,c,d}.
Relasi R1 = {(a,a),(b,b),(c,c)} dan
Relasi R2 = {(a,a),(a,b),(a,c),(a,d)} adalah relasi dari A ke B
R1  R2 = {(a,a)}
R1  R2 = {(a,a),(b,b),(c,c),(a,b),(a,c),(a,d)}
R1 – R2 = {(b,b),(c,c)}
R2 – R1 = {(a,b),(a,c),(a,d)}
R1  R2 = {(b,b),(c,c),(a,b),(a,c),(a,d)}

Kombinasi Relasi Pada Matriks


Jika relasi R1 dan R2 masing-masing dinyatakan dengan matriks MR1 dan MR2, maka matriks yang
menyatakan gabungan dan irisan dari kedua relasi tersebut adalah
MR1  R2 = MR1  MR2 dan
MR1  R2 = MR1  MR2
Contoh:
A = {a,b,c} dan B = {a,b,c,d}.
Relasi R1 = {(a,a),(b,b),(c,c)} dan
Relasi R2 = {(a,a),(a,b),(a,c),(a,d)} adalah relasi dari A ke B
1 0 0 0 1 1 1 1
𝑀𝑅1 = 0 1 0 0 𝑀𝑅2 = 0 0 0 0]
[ ] [
0 0 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1
𝑀𝑅1 ∪𝑅2 = 𝑀𝑅1 ∨ 𝑀𝑅2 = [0 1 0 0]
0 0 1 0
1 0 0 0
𝑀𝑅1 ∩𝑅2 = 𝑀𝑅1 ∧ 𝑀𝑅2 = [0 0 0 0]
0 0 0 0

Komposisi Relasi
Misalkan R adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B dan S adalah relasi dari himpunan B ke
himpunan C. Komposisi R dan S dinotasikan dengan S ᵒ R adalah relasi dari A ke C yang
didefinisikan oleh
S ᵒ R = {(a,c) │ a  A, c  C, dan untuk beberapa b  B, (a,b)  R dan (b,c)  S }
Contoh:
Misalkan R = {(1, 2), (1, 6), (2, 4), (3, 4), (3, 6), (3, 8)}adalah relasi dari himpunan {1, 2, 3} ke
himpunan {2, 4, 6, 8} dan S = {(2, u), (4, s), (4, t), (6, t), (8, u)} adalah relasi dari himpunan {2, 4, 6,
8} ke himpunan {s, t, u}.
Maka komposisi relasi R dan S adalah
S  R = {(1, u), (1, t), (2, s), (2, t), (3, s), (3, t), (3, u) }
Komposisi Relasi pada matriks
Jika relasi R1 dan R2 masing-masing dinyatakan dengan matriks MR1 dan MR2, maka matriks yang
menyatakan komposisi dari kedua relasi tersebut adalah
MR2  R1 = MR1  MR2
yang dalam hal ini operator “.” sama seperti pada perkalian matriks biasa, tetapi dengan
mengganti tanda kali dengan “” dan tanda tambah dengan “”.
Perkalian dua matriks
Misalkan Amxn dan Bnxp maka Amxn Bnxp = Cmxp dimana elemen–elemen dari matriks C( cij)
merupakan penjumlahan dari perkalian elemen–elemen matriks A pada baris i dengan elemen–
elemen matriks B pada kolom j
Contoh:
Misalkan relasi R1 dan R2 menyatakan relasi pada himpunan A dinyatakan oleh matriks
1 0 1 0 1 0
𝑅1 = [1 1 0] dan 𝑅2 = [0 0 1]
0 0 0 1 0 1
𝑅2 ∘ 𝑅1 menyatakan komposisi R1 dilanjutkan relasi R2, maka
1 0 1 0 1 0
MR2  R1 = MR1  MR2 = [1 1 0] [0 0 1]
0 0 0 1 0 1
MR2  R1 =
(1 ∧ 0) ∨ (0 ∧ 0) ∨ (1 ∧ 1) (1 ∧ 1) ∨ (0 ∧ 0) ∨ (1 ∧ 0) (1 ∧ 0) ∨ (0 ∧ 1) ∨ (1 ∧ 1)
[(1 ∧ 0) ∨ (1 ∧ 0) ∨ (0 ∧ 1) (1 ∧ 1) ∨ (1 ∧ 0) ∨ (0 ∧ 0) (1 ∧ 0) ∨ (1 ∧ 1) ∨ (0 ∧ 1)]
(0 ∧ 0) ∨ (0 ∧ 0) ∨ (0 ∧ 1) (0 ∧ 1) ∨ (0 ∧ 0) ∨ (0 ∧ 0) (0 ∧ 0) ∨ (0 ∧ 1) ∨ (0 ∧ 1)
1 1 1
MR2  R1 = 0 1 1]
[
0 0 0

Sifat-sifat Relasi Biner


Relasi biner yang didefinisikan pada sebuah himpunan mempunyai beberapa sifat, yaitu :
1. Refleksif
Definisi : Relasi R pada himpunan A disebut refleksif jika (a,a)  R untuk setiap a  A
Contoh:
Misalkan A={1,2,3,4} dan relasi R dibawah ini didefinisikan pada himpunan A, maka
a. Relasi R = {(1,1),(1,3),(2,1),(2,2),(3,3),(4,2),(4,3),(4,4)} bersifat reflektif karena terdapat
elemen yang berbentuk (a,a), yaitu (1,1),(2,2),(3,3) dan (4,4).
b. Relasi R = {(1,1),(2,2),(2,3),(4,2),(4,3),(4,4)} tidak bersifat reflektif karena (3,3) ∉ R

2. Setangkup dan Tak Setangkup


Definisi :
Relasi R pada himpunan A disebut setangkup jika untuk semua a,b  A, jika (a,b)  R, maka
(b,a)  R.
Misalkan A={1,2,3,4} dan relasi R dibawah ini didefinisikan pada himpunan A, maka
a. Relasi R {(1,1),(1,2),(2,1),(2,2),(2,4),(4,2),(4,4)} bersifat setangkup karena jika (a,b) R maka
(b,a) juga R. Disini (1,2)dan(2,1)R begitu juga (2,4) dan (4,2)R
b. Relasi R {(1,1),(2,3),(2,4),(4,2)} tidak setangkup karena (2,3)  R, tetapi (3,2) ∉ R

3. Menghantar
Definisi:
Relasi R pada himpunan A disebut menghantar jika (a,b)  R dan (b,c)  R, maka (a,c)  R, untuk
a, b, c  A
Misalkan A={1,2,3,4} dan relasi R dibawah ini didefinisikan pada himpunan A, maka
Relasi R {(2,1),(3,1),(3,2),(4,1),(4,2),(4,3)} bersifat menghantar.
Periksa dengan membuat tabel berikut :
Pasangan
berbentuk

Latihan Soal:
1. Misalkan relasi R menyatakan hubungan himpunan A ={0,1,2,3,4} ke himpunan B = {0,1,2,3}
dengan (a,b)  R jika dan hanya jika
a. a = b
b. a > b
c. a membagi b
2. Misalkan relasi R pada himpunan X ={1,2,3,4} dengan
R = {(1,2),(1,3),(2,3)(2,4),(3,1),(3,2),(4,1),(4,2),(4,4)}.
Nyatakan relasi R dalam bentuk tabel dan matriks
3. Misalkan R adalah relasi {(1,2),(1,3),(2,3),(2,4),(3,1)} dan S adalah relasi
{(2,1),(3,1),(3,2),(4,2),(4,1)}. Tentukan S ᵒ R dan R ᵒ S
4. Misalkan relasi R dan S pada himpunan A dinyatakan dengan matriks
1 1 0 0 1 0 
R = 0 1 0 S = 1 1 1
1 0 0 0 1 1
Tentukan:
a. R U S c. R – S
b. R ∩ S d. R ᵒ S
5. Relasi berikut menyatakan relasi pada himpunan {1,2,3,4}. Diantara relasi berikut ini
manakah yang mempunyai sifat reflektif, setangkup atau tidak setangkup dan menghantar
a. {(2,2),(2,3),(2,4),(3,2),(3,3),(3,4)}
b. {(1,1),(1,2),(2,1),(2,2),(3,3),(4,4)}
c. {(2,4),(4,2)}
d. {(1,2),(2,3),(3,4)}
e. {(1,1),(2,2),(3,3),(4,4)}
f. {(1,3),(1,4),(2,3),(2,4),(3,1),(3,4)}

Tugas 5
Diketahui relasi R pada himpunan X = { 1,2,3,4,5} ke Y = {a,b,c} dengan R 1 =
{(1,a),(1,c),(2,b),(3,b),(4,a),(4,b),(5,a),(5,b),(5,c)}
R2 ={(1,b),(1,c),(2,a),(2,b),(3,a),(3,c),(4,a),(5,b),(5,c)}
a. Nyatakan relasi R1 dan R2 dalam bentuk matriks
b. Tentukan MR1  R2
c. Tentukan MR1  R2
Materi 6 Fungsi Biner

Definisi dan Notasi


Misalkan A dan B himpunan tak kosong
Fungsi biner f dari A ke B merupakan suatu fungsi jika setiap elemen di dalam A dihubungkan
dengan tepat satu elemen di dalam B.
Jika f adalah fungsi dari A ke B dinotasikan dengan 𝑓: 𝐴 → 𝐵
Secara matematis, suatu fungsi f dari X ke Y didefinisikan dengan
f adalah fungsi dari X ke Y ⇔ (∀𝒙 ∈ 𝑿)(∃𝒚 ∈ 𝒀) 𝒇(𝒙) = 𝒚
Jika a elemen di dalam A dan b elemen di dalam B maka f (a) = b dengan A disebut domain
(daerah asal), dan B disebut kodomain (daerah kawan), b adalah bayangan (image) dari a dan a
dinamakan pra-bayangan (pre-image) dari b. Himpunan semua nilai pemetaan (bayangan) dari f
disebut range (daerah hasil)
Range bisa dinyatakan dengan
𝑅𝑓 = {𝑏 ∈ 𝐵|𝑏 = 𝑓 (𝑎), 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑎 ∈ 𝐴}

Fungsi dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk:


1. Himpunan pasangan berurutan
Fungsi f = {(1,a)(2,a)(3,b)(4,c),(5,c)}
2. Diagram Panah
3. Rumus eksplisit
Fungsi f didefinisikan dari himpunan bilangan bulat Z ke himpunan bilangan bulat Z dengan
𝑓: 𝑍 → 𝑍, 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓 (𝑧) = 𝑧 + 3
Contoh:
1. Relasi f = {(1,u),(2,v),(3,w)} dari A ={1,2,3} ke B={u,v,w,x, y,z}
Relasi f merupakan fungsi dari himpunan A ke himpunan B sehingga dapat dinyatakan
dengan f(1) = u, f(2) = v , f(3) = w
Himpunan A merupakan domain dan himpunan B sebagai kodomain. Range/daerah hasil
fungsi f adalah {u, v, w}
2. Manakah diantara relasi berikut yang merupakan fungsi dari X = {a,c,b} ke Y = {1,2,3,4}

Beberapa Fungsi Khusus


1. Fungsi konstan : suatu fungsi dikatakan fungsi konstan jika setiap anggota domain
dipasangkan dengan satu kodomain yang sama.
Fungsi konstan f(x)=k dengan k adalah sebuah konstanta
CONTOH : {x=1,2,3}, maka f(1)=10, f(2)=10, f(3)=10
2. Fungsi identitas : suatu fungsi dikatakan fungsi identitas jika setiap nilai dalam domain
memetakan kepada nilai pada kodomain yang sama.
Fungsi identitas f(x)=x
CONTOH : {x=1,2,3}, maka f(1)=1, f(2)=2, f(3)=3
3. Fungsi Floor dan Ceiling
Misalkan x adalah bilangan riil berarti x berada di antara dua bilangan bulat.
Fungsi floor dari x dinotasikan ⌊𝑥 ⌋ dan fungsi ceiling dari x dinotasikan ⌈𝑥 ⌉ dengan definisi:
⌊𝑥 ⌋ menyatakan bilangan bulat terbesar yang lebih kecil atau sama dengan x
⌈𝑥 ⌉ menyatakan bilangan bulat terkecil yang lebih besar atau sama dengan x
atau
Fungsi floor membulatkan bilangan real x ke bawah dan fungsi ceiling membulatkan bilangan
real x ke atas
Contoh:
⌊25.6⌋ = 25 dan ⌈25.6⌉ = 26
⌊−4,3⌋ = −4 dan ⌈−4,3⌉ = −3
4. Fungsi Modulo
Misalkan a adalah sembarang bilangan bulat dan m adalah bilangan bulat positif. Fungsi
modulo adalah fungsi dengan operator mod, yang dalam hal ini:
a mod m memberikan sisa pembagian bilangan bulat bila a dibagi m
atau
a mod m = r sedemikian sehingga a = mq + r dengan 0 ≤ r ≤ m
contoh:
8 mod 3 = 2
3 mod 3 = 0
7 mod 3 = 1
5. Fungsi Faktorial
Fungsi factorial didefinisikan untuk sembarang bilangan bulat tidak negatif n, faktorial dari n
dilambangkan dengan n! dan didefinisikan sebagai
n ! = 1 x 2 x ... x n , n > 0
n ! = 1 , untuk n = 0
Contoh:
5! = 5 x 4 x 3 x 2 x 1 = 120
4! = 4 x 3 x 2 x 1 = 24

Contoh:
Misalkan fungsi f didefinisikan pada himpunan A = {1,2,3,4,5} ke himpunan B = {0,1,2,3,4}
dinotasikan 𝑓: 𝐴 → 𝐵 dengan f(a) = 2a mod 3
Fungsi f dapat dinyatakan dengan
f(1) = 2.1 mod 3 = 2 mod 3 = 2
f(2) = 2.2 mod 3 = 4 mod 3 = 1
f(3) = 2.3 mod 3 = 6 mod 3 = 0
f(4) = 2.4 mod 3 = 8 mod 3 = 2
f(5) = 2.5 mod 3 = 10 mod 3 = 1
Sehingga daerah hasil fungsi f adalah Rf = {0,1,2}

Fungsi satu-satu (injektif)


Definisi:
Fungsi f dikatakan satu-satu (injektif) jika tidak ada dua elemen himpunan X yang memiliki
bayangan sama. Dengan kata lain, jika x dan y adalah anggota himpunan A maka, f(x) ≠ f(y)
bilamana x ≠ y. Jika f(x) = f(y) maka implikasinya adalah x = y.
Bila dinyatakan dalam pernyataan berkuantor, 𝑓: 𝑋 → 𝑌 adalah fungsi injektif jika dan hanya jika
∀(𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋)𝑓 (𝑥 ) = 𝑓(𝑦) ⇒ 𝑥 = 𝑦
Atau kontraposisinya: ∀(𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋) [𝑥 ≠ 𝑦 ⇒ 𝑓(𝑥) ≠ 𝑓(𝑦)]
Ingkarannya : 𝑓: 𝑋 → 𝑌 adalah fungsi bukan injektif jika dan hanya jika ∃(𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋)𝑓 (𝑥 ) =
𝑓 (𝑦) tetapi 𝑥 ≠ 𝑦
Contoh:
Diberikan fungsi f dari A = {a, b, c, d} ke B = {1, 2, 3, 4, 5} dengan f(a)=4, f(b)=5, f(c)=1 dan f(d) = 3
Apakah fungsi f merupakan fungsi injektif ?
Penyelesaian:
Fungsi f fungsi injektif karena tidak ada anggota B yang mempunyai pasangan ganda pada A
maka fungsi ini injektif.
Contoh:
Apakah fungsi 𝑓: 𝑍 → 𝑍 dengan f(x) = 2x+5 injektif?
Penyelesaian:
Syarat Fungsi injektif ∀(𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋)𝑓 (𝑥 ) = 𝑓 (𝑦) ⇒ 𝑥 = 𝑦
Ambil sembarang (𝑥, 𝑦 ∈ 𝑍) 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑓𝑎𝑡 𝑓 (𝑥 ) = 𝑓(𝑦)
akan dibuktikan bahwa dari f(x) = f(y) dapat diturunkan sehingga x = y
f(x) = 2x + 5 dan f(y) = 2y + 5
karena f(x) = f(y) diperoleh
2x + 5 = 2y + 5
2x = 2y
x=y
Sehingga diperoleh bahwa jika f(x) = f(y) dapat diturunkan menjadi x = y yang berarti f injektif

Contoh:
Diberikan fungsi 𝑓: 𝑅 → 𝑅 dengan 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 2 . Apakah fungsi f injektif?
Penyelesaian:
Syarat Fungsi injektif ∀(𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋)𝑓 (𝑥 ) = 𝑓 (𝑦) ⇒ 𝑥 = 𝑦
Ingkarannya: 𝑓: 𝑋 → 𝑌 adalah fungsi bukan injektif jika dan hanya jika ∃(𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋)𝑓 (𝑥 ) =
𝑓 (𝑦) tetapi 𝑥 ≠ 𝑦
Untuk x = 1 dan y = -1 dengan 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑅 (kodomain) dimana f(x) = f(1) = (-1)2 = 1 dan f(y) = f(-1) =
(-1)2 = 1 sehingga f(x) = f(y) tetapi x ≠ y
Sehingga f tidak injektif

Fungsi pada(onto) /Surjektif


Fungsi f dikatakan pada (onto) atau surjektif jika setiap elemen himpunan Y merupakan
bayangan dari satu atau lebih elemen himpunan X. Dengan kata lain seluruh elemen Y
merupakan anggota range(daerah hasil) dari f. Fungsi f disebut fungsi pada himpunan Y.
Bila dinyatakan dalam pernyataan berkuantor, 𝑓: 𝑋 → 𝑌 adalah fungsi surjektif jika dan hanya
jika
(∀𝑦 ∈ 𝑌) (∃𝑥 ∈ 𝑋) 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑓 (𝑥 ) = 𝑦

Ingkarannya : 𝑓: 𝑋 → 𝑌 adalah fungsi bukan surjektif jika dan hanya jika


(∃𝑦 ∈ 𝑌) (∀𝑥 ∈ 𝑋) 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑓 (𝑥 ) ≠ 𝑦
Contoh:
Diketahui fungsi f dari himpunan X = {1,2,3,4,5} ke himpunan Y = {a,b,c,d} dengan
f={(1,a),(2,c),(3,c),(4,d),(5,d)}. Apakah fungsi f surjektif?
Penyelesaian:
Fungsi f bukan surjektif karena terdapat 𝑏 ∈ 𝑌 tidak memiliki kawan di X

Contoh:
Apakah fungsi 𝑓: 𝑍 → 𝑍 dengan f(x)= x-3 surjektif?
Penyelesaian:
Syarat fungsi surjektif jika dan hanya jika (∀𝑦 ∈ 𝑌) (∃𝑥 ∈ 𝑋) 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑓 (𝑥 ) = 𝑦
ambil sembarang 𝑦 ∈ 𝑍 (kodomain)
akan dibuktikan terdapat 𝑥 ∈ 𝑍 (domain) sehingga f(x) = y
Diperoleh f(x) = y ⇒ 𝑥 − 3 = 𝑦 ⇒ 𝑥 = 𝑦 + 3
Karena 𝑦 ∈ 𝑍 maka (y + 3) ∈ 𝑍 sehingga terdapat 𝑥 = 𝑦 + 3 ∈ 𝑍 sehingga 𝑓 (𝑥 ) = 𝑦
Jadi f surjektif

Contoh:
Apakah fungsi 𝑓: 𝑅 → 𝑅 dengan f(x) = x2 surjektif ?
Penyelesaian:
Syarat fungsi surjektif jika dan hanya jika (∀𝑦 ∈ 𝑌) (∃𝑥 ∈ 𝑋) 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑓 (𝑥 ) = 𝑦
Ingkarannya : 𝑓: 𝑋 → 𝑌 adalah fungsi bukan surjektif jika dan hanya jika
(∃𝑦 ∈ 𝑌) (∀𝑥 ∈ 𝑋) 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑓 (𝑥 ) ≠ 𝑦
untuk y = -1 ϵ R (kodomain) tetapi tidak ada x ϵ R (domain) sehingga f(x) = y atau berlaku f(x)≠ y
Jadi, f tidak surjektif

Fungsi Korespondensi Satu-satu (Bijektif)


Fungsi f dikatakan berkorespondensi satu-satu atau bijektif jika fungsi f satu-satu dan fungsi
pada.
Fungsi f : X → Y dikatakan bijektif bila f merupakan injektif sekaligus surjektif.
Pada fungsi bijektif, setiap anggota Y mempunyai tepat satu pra-bayangan di X

Contoh:
Apakah fungsi 𝑓: 𝐴 → 𝐵 dengan A = {a,b,c,d} dan B= {1,2,3,4} dengan f(a)=4, f(b)=2, f(c)=1 dan
f(d)=3 bijektif.
Penyelesaian:
Fungsi f adalah fungsi bijektif karena semua nilainya berbeda maka fungsi ini satu-satu. Karena
semua anggota B habis terpasang maka ia surjektif. Jadi fungsi ini bijektif.

Contoh:
Misalkan f: Z → Z tentukan apakah fungsi f(x) = x – 1 merupakan bijektif?
Penyelesian:
Akan dibuktikan fungsi f injektif
ambil sebarang x, y dengan x = y , diperoleh x – 1 = y – 1 → f(x) = f(y). Jadi f injektif
Akan dibuktikan fungsi f surjektif
Ambil sebarang bilangan real y, maka y = x-1 → x = y+1 memenuhi f(x) = y. Jadi f surjektif

Latihan Soal
1. Diketahui fungsi 𝑓: 𝐴 → 𝑍 dimana A = {1.2, 1.6, 2.1, 2.3, 3.6, 4.4} dan Z adalah himpunan
bilangan bulat dengan f(x) = ⌊𝑥 ⌋ untuk 𝑥 ∈ 𝐴 . Tentukan daerah hasil dari fungsi f
2. Diketahui : A = {x | 1 ≤ x ≤ 5, x ϵ N } dan B = {1, ¼, 1/9, 1/16, 1/25}
3. Jika fungsi 𝑓: 𝐴 → 𝐵 dimana f(x) = x-2 untuk x ϵ A
a. Tentukan daerah hasil dari fungsi f
b. Buktikan apakah fungsi f surjektif atau injektif?
4. Misalkan fungsi f: R → R dengan f(x) = x3 – 1, Buktikan apakah fungsi f merupakan fungsi
bijektif?

Tugas 6
Misalkan f adalah fungsi dari X = {0,1,2,3,4} ke X yang didefinisikan dengan f(x) = 2x mod 3.
a. Tuliskan f sebagai himpunan pasangan berurut.
b. Buktikan apakah f surjektif atau injektif
Materi 7 Induksi Matematika

Induksi matematika adalah Metode pembuktian untuk proposisi yang berhubungan dengan
bilangan bulat
Induksi matematika merupakan teknik pembuktian yang baku di dalam matematika
Induksi matematika dapat mengurangi langkah-langkah pembuktian bahwa semua bilangan
bulat termasuk ke dalam suatu himpunan kebenaran dengan hanya sejumlah langkah terbatas

Prinsip Induksi Matematika Sederhana


Misalkan p(n) adalah pernyataan yang berhubungan dengan bilangan bulat positif.
Kita ingin membuktikan bahwa p(n) benar untuk semua bilangan bulat positif n.
Untuk membuktikan pernyataan ini, kita hanya perlu menunjukkan bahwa:
1. p(1) benar, dan
2. jika p(n) benar, maka p(n + 1) juga benar, untuk setiap n  1,
• Langkah 1 dinamakan basis induksi, sedangkan langkah 2 dinamakan langkah induksi.
• Langkah induksi berisi asumsi (andaian) yang menyatakan bahwa p(n) benar. Asumsi
tersebut dinamakan hipotesis induksi.
Bila kita sudah menunjukkan kedua langkah tersebut benar maka kita sudah membuktikan
bahwa p(n) benar untuk semua bilangan bulat positif n.
Contoh:
Gunakan induksi matematika untuk membuktikan bahwa jumlah n buah bilangan ganjil positif
pertama adalah n2.
Penyelesaian:
1. Basis induksi: Untuk n = 1, jumlah satu buah bilangan ganjil positif pertama adalah 1 2 = 1.
Ini benar karena jumlah satu buah bilangan ganjil positif pertama adalah 1.
2. Langkah induksi:
Andaikan p(n) benar, yaitu pernyataan 1 + 3 + 5 + … + (2n – 1) = n2 adalah benar (hipotesis
induksi)
Kita harus membuktikan bahwa p(n +1) juga benar, yaitu
1 + 3 + 5 + … + (2n – 1) + (2n + 1) = (n + 1)2 juga benar
Hal ini dapat kita tunjukkan sebagai berikut:

1 + 3 + 5 + … + (2n – 1) + (2n + 1) = [1 + 3 + 5 + … + (2n – 1)] + (2n + 1)


= n2 + (2n + 1)
= n2 + 2n + 1
= (n + 1)2

Karena langkah basis dan langkah induksi keduanya telah diperlihatkan benar, maka jumlah n
buah bilangan ganjil positif pertama adalah n 2.

Contoh:
Buktikan bahwa Jumlah bilangan bulat positif dari 1 sampai n adalah n(n+1)/2
Penyelesaian:
1. Basis induksi untuk n = 1 diperoleh jumlah bilangan bulat dari 1 adalah 1 sehingga
1 = 1(1+1)/2 = 1(2)/2 = 2/2 = 1
1. Langkah induksi
Andaikan p(n) benar yaitu pernyataan 1+2+3+…+n = n(n+1)/2 adalah benar
Kita harus membuktikan bahwa p(n +1) juga benar, yaitu
1+2+3+…+n+(n+1) = (n+1)[(n+1)+1]/2
Hal ini dapat kita tunjukkan sebagai berikut:
1+2+3+…+n+(n+1) = (1+2+3+…+n)+(n+1)
= [n(n+1)/2]+(n+1)
= [(n2+n)/2]+(n+1)
= [(n2+n)/2]+[(2n+2)/2]
= (n2+3n+2)/2
= (n+1)(n+2)/2
= (n+1)[(n+1)+1]/2
Langkah (i) dan (ii) dibuktikan benar, maka untuk semua bilangan bulat positif n, terbukti bahwa
untuk semua n  1, 1+2+3+…+n = n(n+1)

Prinsip Induksi yang Dirampatkan


Prinsip induksi sederhana dapat dirampatkan (generalized)
Misalkan p(n) adalah pernyataan perihal bilangan bulat n  n0. Untuk membuktikannya perlu
menunjukkan bahwa:
1. p(n0) benar
2. Jika p(n) benar, maka p(n+1) juga benar untuk setiap n  n0
sehingga p(n) benar untuk semua bilangan bulat n  n
Contoh:
Untuk semua bilangan bulat tidak negatif n, buktikan dengan induksi matematika bahwa 20+ 21+
22+…+ 2n= 2n+1 -1
Penyelesaian:
Misalkan p(n) adalah proposisi bahwa untuk semua bilangan bulat tidak negatif n, 20+ 21+ 22+…+
2n= 2n+1 -1
Basis induksi
p(0) benar → untuk n = 0 (bilangan bulat tidak negatif pertama) diperoleh dari :
20 = 1 = 20+1 -1 = 21 -1 = 2 – 1 = 1
Langkah induksi
Misalkan p(n) benar, yaitu proposisi :
20+ 21+ 22+…+ 2n= 2n+1 -1
Diasumsikan benar (hipotesis induksi). Perlihatkan bahwa p(n+1) juga benar, yaitu
20+ 21+ 22+…+ 2n+ 2n+1 = 2(n+1)+1 -1
Hal ini dapat ditunjukkan sebagai berikut :
20+ 21+ 22+…+ 2n+ 2n+1 = (20+ 21+ 22+…+ 2n) + 2(n+1)
= 2(n+1)+1 -1 + 2n+1 (dari hipotesis induksi)
= (2n+1 + 2n+1) – 1
= (2 . 2n+1) – 1
= 2n+2 – 1
= 2(n+1)+1 -1
Langkah (i) dan (ii) dibuktikan benar, maka untuk semua bilangan bulat tidak negatif n, terbukti
bahwa 20+ 21+ 22+…+ 2n= 2n+1 -1

Contoh:
Buktikan dengan induksi matematika bahwa 3n < n! untuk n bilangan bulat positif yang lebih
besar dari 6
Penyelesaian:
Misalkan p(n) adalah proposisi bahwa 3n < n! untuk n bilangan bulat positif yang lebih besar dari
6
i. Basis induksi
p(7) benar → 37 < 7!  2187 < 5040
ii. Langkah induksi
Misalkan bahwa p(n) benar, yaitu asumsikan bahwa 3 n < n! adalah benar. Perlihatkan juga
bahwa p(n+1) juga benar, yaitu 3n+1 < (n+1)!
Hal ini dapat ditunjukkan sbb :
3n+1 < (n+1)!
3 . 3n < (n+1) . n!
3n . 3 / (n+1) < n!
Menurut hipotesis induksi, 3n < n!, sedangkan untuk n > 6, nilai 3/(n+1) < 1, sehingga 3/(n+1)
akan memperkecil nilai di ruas kiri persamaan. Efek nettonya, 3 n . 3/(n+1) < n! jelas benar
Langkah (i) dan (ii) dibuktikan benar, maka terbukti bahwa 3 n < n! untuk n bilangan bulat positif
lebih besar dari 6.

Latihan Soal
Dengan menggunakan induksi matematika buktikan pernyataan:
1. n5 – n habis dibagi 5 untuk n > 1.
𝑛(𝑛+1)(𝑛+2)
2. 1.2 + 2.3 + … + n(n+1) = 3
3. Untuk n suatu bilangan bulat positif, buktikan bahwa 1 + 2 + 22 + ⋯ + 2𝑘 = 2𝑛+1 − 1
4. 32n-1 selalu habis dibagi oleh 8 untuk setiap bilangan asli n
5. Di dalam sebuah pesta, setiap tamu berjabat tangan dengan tamu lainnya hanya sekali. Jika
ada n orang tamu maka jumlah jabat tangan yang terjadi adalah n(n – 1)/2
6. Banyaknya himpunan bagian yang dapat dibentuk dari sebuah himpunan yang
beranggotakan n elemen adalah 2n

Tugas 7
Dengan menggunakan induksi matematika buktikan pernyataan:
Untuk semua n  1, n3 + 2n adalah kelipatan 3
Materi 8 Kombinatorial (Kaidah Dasar Menghitung dan Permutasi)

Kombinatorial adalah cabang matematika yang mempelajari pengaturan objek-objek. Hasil dari
kombinatorial berupa jumlah cara pengaturan objek-objek tertentu di dalam himpunannya.
Kombinatorial diperoleh dari suatu percobaan atau eksperimen.
Contoh:
1. Kemungkinan hasil melempar dadu sebanyak 6
2. Memilih lima orang wakil dari 100 orang
3. Menyusun jumlah kata yang panjangnya 5 huruf dari huruf a, b, c, d, e, f dengan huruf a
harus berada pada urutan pertama
4. Menyusun password yang terdiri dari 4 huruf dan 2 angka

Kaidah Dasar Menghitung


1. Kaidah Perkalian/Aturan Perkalian (rule of product)
Jika kejadian 1 mempunyai p kemungkinan hasil yang mungkin terjadi dan kejadian 2 mempunyai
q kemungkinan hasil yang mungkin terjadi, maka bila kejadian 1 dan kejadian 2 dilakukan bersama
akan terdapat p x q kemungkinan hasil yang mungkin terjadi
2. Kaidah Penjumlahan (rule of sum)
Jika kejadian 1 mempunyai p kemungkinan hasil yang mungkin terjadi dan kejadian 2 mempunyai
q kemungkinan hasil yang mungkin terjadi, maka bila kejadian 1 atau kejadian 2 dilakukan
bersama akan terdapat p + q kemungkinan hasil yang mungkin terjadi

Contoh:
Suatu restoran menyediakan lima jenis makanan dan tiga jenis minuman. Jika setiap orang
boleh memesan satu makanan dan minuman, berapa banyak pilihan pasangan makanan
dan minuman yang mungkin dapat dipesan?
Penyelesaian:
Terdapat lima jenis makanan dan tiga jenis minuman berarti kejadian pertama sebanyaj lima
pilhan dan kejadian kedua sebanyak tiga pilihan. banyak pilihan pasangan makanan dan minuman
yang mungkin dapat dipesan adalah 5 x 3 = 15

Contoh:
Jabatan ketua himpunan dapat diduduki oleh mahasiswa angkatan 2017 atau 2018. jika
terdapat 45 mahasiswa angkatan 2017 dan 52 mahasiswa angkatan 2018, berapa banyak cara
memilih pejabat ketua himpunan
Penyelesaian:
Terdapat 45 mahasiswa angkatan 2017 dan 52 mahasiswa angkatan 2018. Jabatan ketua
himpunan dapat diduduki oleh mahasiswa angkatan 2017 atau 2018 sebanyak 45+52 = 97
pilihan
Contoh:
Sekelompok mahasiswa terdiri dari 4 orang pria dan 3 orang wanita. berapa jumlah cara
memilih satu orang wakil pria dan satu orang wakil wanita
Penyelesaian:
Sekelompok mahasiswa terdiri dari 4 orang pria dan 3 orang wanita. Jumlah cara memilih satu
orang wakil pria dan satu orang wakil Wanita adalah 4 x 3 = 12

Contoh:
Misalkan himpunan A ={a,b,c,d,e} dan B ={1,2,3}. Berapa banyak pasangan terurut yang dapat
dibentuk antara anggota A dengan anggota B
Penyelesaian:
himpunan A ={a,b,c,d,e} dan B ={1,2,3}. Banyak pasangan terurut yang dapat dibentuk antara
anggota A dengan anggota B adalah 5 x 3 = 15

Contoh:
Kursi di dalam ruang aula akan diberi nomor dengan satu huruf dan diikuti satu bilangan bulat
positif yang tidak lebih dari 50. Berapa jumlah maksimum kursi yang dapat dinomori?
Penyelesaian:
Kursi di dalam ruang aula akan diberi nomor dengan satu huruf dan diikuti satu bilangan bulat
positif yang tidak lebih dari 50. Berarti kejadian pertama berisi huruf dan kejadian kedua berisi
bilangan bulat positif yang tidak lebih dari 50. Huruf sebanyak 26 dan bilangan bulat positif yang
tidak lebih dari 50 sebanyak 49, maka jumlah maksimum kursi yang dapat dinomori adalah 26 x
49 = 1274

Perluasan Kaidah Menghitung


Jika terdapat n kejadian dengan masing-masing memiliki kemungkinan p 1, p2, ... , pn hasil yang
mungkin terjadi
1. Kaidah perkalian
p1 x p2 x ... x pn
2. Kaidah penjumlahan
p1 + p2 + ... + pn

Contoh:
Berapa banyak jumlah kata yang memuat 5 huruf dapat disusun dari huruf a,b,d,e,f,g jika:
a. tidak boleh ada huruf yang berulang dalam kata
b. boleh ada huruf yang berulang dalam kata
Penyelesaian:
Banyak jumlah kata yang memuat 5 huruf dapat disusun dari huruf a,b,d,e,f,g jika:
a. tidak boleh ada huruf yang berulang dalam kata
6 x 5 x 4 x 3 x 2 = 720
b. boleh ada huruf yang berulang dalam kata
6 x 6 x 6 x 6 x 6 = 7776

Contoh:
Suatu perpustakaan memiliki 6 buku Berbahasa Inggris, 8 buku berbahasa Perancis, dan 10
buku berbahasa Jerman. Masing-masing buku berbeda judulnya. Berapa jumlah cara memilih 3
buku masing-masing dari tiap bahasa berbeda.
Penyelesaian:
Suatu perpustakaan memiliki 6 buku Berbahasa Inggris, 8 buku berbahasa Perancis, dan 10
buku berbahasa Jerman. Masing-masing buku berbeda judulnya. Jumlah cara memilih 3 buku
masing-masing dari tiap bahasa berbeda adalah 6 x 8 x 10 = 480

Contoh:
Berapa banyak bilangan ribuan dapat dibentuk dari angka 1,2,3,4,5
a. Jika tidak boleh ada angka yang sama dalam satu bilangan
b. Jika kurang dari 3000
c. Jika lebih dari 3000
d. Jika bilangan tersebut merupakan bilangan genap
Penyelesaian:
a. Jika tidak boleh ada angka yang sama dalam satu bilangan maka di setiap tempat dikurangi
satu pilihan sehingga jika tidak boleh ada angka yang sama dalam satu bilangan = 5 x 4 x 3 x 2
= 120
b. Kurang dari 3000 berarti ditempat pertama (ribuan) hanya bisa 1 atau 2 sehingga tempat
pertama hanya ada dua pilihan dan di tempat lain ada 5 pilihan. Jika kurang dari 3000 = 2 x 5
x 5 x 5 = 250
c. Jika lebih dari 3000 maka tempat pertama hanya 3,4,atau 5 sehingga terdapat 3 pilihan
ditempat pertama dan 5 di tempat yang lain. Jika lebih dari 3000 = 5 x 5 x 5 x 3 = 375
d. Jika membentuk bilangan genap maka di tempat terakhir (satuan) hanya bisa bilangan genap
saja sehingga di tempat terakhir hanya bisa angka 2 atau 4 , terdapat dua pilihan di tempat
terakhir. Jika bilangan tersebut merupakan bilangan genap = 5 x 5 x 5 x 2 = 120

Permutasi
• Permutasi adalah jumlah urutan berbeda dari pengaturan objek-objek
• Permutasi r objek dari n objek adalah kemungkinan urutan r objek yang dipilih dari n objek,
dengan r ≤ n, dimana pada setiap urutan tidak ada objek yang sama
• Permutasi r objek dari n objek dirumuskan dengan
𝒏!
𝑃(𝒏, 𝒓) =
(𝒏 − 𝒓)!
• Jika n = r maka P(n,n) = n!

Contoh:
Tiga ujian akan dilakukan dalam suatu periode enam hari (Senin sampai Sabtu). Berapa banyak
pengaturan jadwal yang dapat dilakukan sehingga tidak ada dua ujian atau lebih yang dilakukan
pada hari yang sama
Penyelesaian:
Tiga ujian akan dilakukan dalam suatu periode enam hari (Senin sampai Sabtu). Banyak
pengaturan jadwal yang dapat dilakukan sehingga tidak ada dua ujian atau lebih yang dilakukan
6! 6! 6.5.4.3!
pada hari yang sama adalah 𝑃 (6,3) = = =
(6−3)!
= 6.5.4 = 120
3! 3!

Contoh:
Dari 10 calon pengurus HMP akan dipilih ketua, sekretaris, dan bendahara. Banyak cara memilih
pengurus HMP adalah …cara
Penyelesaian:
Dari 10 calon pengurus HMP akan dipilih ketua, sekretaris dan bendahara. Banyak cara memilih
10! 10! 10.9.8.7!
pengurus HMP adalah 𝑃(10,3) = =
(10−3)!
= = 10.9.8 = 720
7! 7!

Contoh:
Suatu bioskop memiliki jajaran kursi yang disusun per baris. Tiap baris terdiri dari 6 kursi. Jika
dua orang akan duduk, berapa banyak pengaturan tempat duduk yang mungkin pada satu baris
Penyelesaian:
Suatu bioskop memiliki jajaran kursi yang disusun per baris. Tiap baris terdiri dari 6 kursi. Jika
dua orang akan duduk, banyak pengaturan tempat duduk yang mungkin pada satu baris adalah
6! 6! 6.5.4!
𝑃(6,2) = (6−2)! = 4! = = 6.5 = 30
4!

Contoh:
Kode buku di sebuah perpustakaan panjangnya 7 karakter, terdiri dari 4 huruf berbeda dan
diikuti dengan 3 angka yang berbeda pula. Banyak susunan kode buku yang mungkin ada adalah

Penyelesaian:
Kode buku di sebuah perpustakaan panjangnya 7 karakter, terdiri dari 4 huruf berbeda dan
diikuti dengan 3 angka yang berbeda pula. Banyak susunan kode buku yang mungkin ada adalah
4 huruf berarti dari 26 huruf sehingga terdapat P(26,4) pilihan
3 angka berbeda berarti dari 10 angka tungga sehingga terdapat P(10,3) pilihan
Banyak susunan kode buku yang mungkin ada adalah
26! 10! 26.25.24.23.22! 10.9.8.7!
𝑃(26,4) × 𝑃 (10,3) = (26−4)!
×(10−3)!
= ×
22! 7!
= 26.25.24.23.10.9.8 = 258,336,000

Permutasi Melingkar
Permutasi melingkar dari n objek adalah penyusunan objek-objek yang mengelilingi suatu
lingkaran. Jumlah susunan objek yang mengelilingi lingkaran adalah (n-1)!
Contoh:
Terdapat 10 orang yang akan duduk secara melingkar. Berapa banyak cara duduk yang mungkin
terjadi?
Penyelesaian:
Terdapat 10 orang yang akan duduk secara melingkar. Banyak cara duduk yang mungkin terjadi
adalah (10-1)! = 9! = 362,880

Contoh:
Terdapat 5 orang pria dan 3 orang wanita duduk secara melingkar. Berapa banyak cara duduk
yang mungkin terjadi jika pria dan wanita masing-masing harus duduk secara berdekatan.
Penyelesaian:
Terdapat 5 orang pria dan 3 orang wanita duduk secara melingkar. Banyak cara duduk yang
mungkin terjadi jika pria dan wanita masing-masing harus duduk secara berdekatan berarti
dianggap terdapat dua kelompok yang dipermutasi secara melingkar sehingga terdapat (2-1)! = 1
tetapi diantara 5 orang pria dapat ditukar posisi sebanyak 5! = 120 cara dan diantara 3 Wanita
dapat ditukar posisi sebanyak 3! = 6 cara. Maka Banyak cara duduk yang mungkin terjadi jika pria
dan wanita masing-masing harus duduk secara berdekatan adalah 1 x 120 x 6 = 720 cara

Latihan Soal:
1. Suatu kode akses computer terdiri dari 3 huruf dengan memperbolehkan pengulangan.
Berapa banyak kode akses yang mungkin dibentuk?
2. Terdapat 5 jalan berbeda dari kota A ke kota B, 3 jalan berbeda dari kota B ke kota C dan 3
jalan berbeda dari kota A langsung ke kota C
a. Berapa banyak cara yang ada untuk bepergian dari A ke C melalui B
b. Berapa banyak cara yang ada untuk bepergian dari A ke C secara keseluruhan
c. Berapa banyak cara yang ada untuk bepergian dari A ke C dan kemudian Kembali lagi ke
A
d. Berapa banyak cara perjalanan berbeda dari A ke C dan Kembali ke A dengan selalu
melalui B, baik waktu berangkat maupun pulang
e. Misalkan jalan yang sudah dilalui tidak boleh dipakai Kembali, maka berapa banyak
perjalanan yang berbeda dari A ke C melewati B dan Kembali ke A dengan melewati B lagi
3. Berapa banyak nomor telepon yang bisa dibuat, jika nomor tersebut terdiri dari 7 digit,
dengan syarat dua digit pertama antara angka 2 sampai 9, digit ketiga antara 1 sampai 9 dan
sisanya bebas.
4. Berapa banyak kata yang terbentuk dari kata RAJIN?
5. Berapa banyak cara mengurutkan nama 25 mahasiswa?
6. Suatu kelompok terdiri dari 7 wanita dan 3 pria. Ada berapa banyak cara berbaris yang
mungkin dilakukan jika ketiga pria harus berdiri bersebelahan satu dengan yang lain
7. Terdapat 7 mahasiswa duduk mengelilingi meja bundar. Tiga diantaranya adalah mahasiswa
semester 2. Jika mahasiswa yang semesternya sama selalu berdampingan, maka banyaknya
susunan mereka duduk adalah…
8. Suatu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan 3 orang anak duduk mengelilingi meja bundar.
Banyaknya mereka duduk jika ayah dan ibu selalu duduk berdampingan adalah…
9. Indra mempunyai 4 kemeja berwarna kuning, hijau, biru, dan merah. Indra juga mempunyai
3 celana berwarna hitam, coklat, dan putih. Indra dapat memakai pasangan kemeja dan
celana dengan … cara
10. Banyak bilangan antara 2000 dan 6000 yang dapat disusun dari angka 0,1,2,3,4,5,6,7 dan
tidak ada angka yang sama adalah…
11. Sepuluh orang finalis lomba cerdas cermat akan memperebutkan juara I, II, III, dan Harapan.
Banyaknya posisi juara yang dapat terjadi adalah…
12. Pengurus suatu organisasi yang terdiri atas ketua, sekretaris, dan bendahara dipilih dari 7
orang calon. Banyaknya cara yang mungkin untuk memilih pengurus organisasi itu dengan
tidak jabatan rangkap adalah..
13. Lima orang akan duduk mengelilingi meja bundar. Banyak cara mereka duduk jika 2 orang
harus selalu berdampingan adalah…

Tugas 8
1. Dari angka-angka 2,3,4,5,6, dan 7 akan dibuat bilangan terdiri dari empat angka berlainan.
Banyaknya bilangan lebih dari 4.000 yang dapat dibuat adalah ….
2. Dari 10 orang pengurus suatu ekstrakurikuler akan dipilih seorang ketua, wakil ketua,
sekretaris, bendahara, dan humas. Banyak cara pemilihan pengurus adalah ….
3. Jika seorang penata bunga ingin mendapatkan informasi penataan bunga dari 5 macam
bunga yang berbeda, yaitu B1, B2, …, B5 pada lima tempat yang tersedia, maka banyaknya
formasi yang mungkin terjadi adalah …
Materi 9 Kombinasi dan Permutasi Bentuk Umum

Kombinasi merupakan suatu permutasi khusus dimana jika pada permutasi urutan diperhatikan,
namun pada kombinasi urutan tidak diperhatikan. Jadi pada kombinasi hanya menyusun objek
tanpa memperhatikan urutan masing-masing objek.
Kombinasi r objek dari n objek adalah jumlah kemungkinan yang tidak terurut dari r objek yang
diambil dari n objek
Kombinasi r objek dari n objek dirumuskan dengan
𝒏!
𝑪(𝒏, 𝒓) =
𝒓! (𝒏 − 𝒓)!

Contoh:
Berapa cara memilih 3 orang mahasiswa dari 15 orang mahasiswa
Penyelesaian:
15! 15! 15.14.13.12!
Banyak cara memilih adalah 𝐶 (15,3) = = = = 5.7.13 = 455
3! (15−3)! 3!12! 3.2.1.12!

Contoh:
Dari 10 orang finalis suatu lomba karya tulis akan dipilih secara acak 3 yang terbaik. Berapa
Banyak cara pemilihan tersebut?
Penyelesaian:
10! 10! 10.9.8.7!
Banyak cara memilih adalah 𝐶 (10,3) = = = = 10.3.4 = 120
3! (10−3)! 3!7! 3.2.1.7!

Contoh:
Diketahui 7 titik dan tidak ada 3 titik atau lebih segaris. Berapa banyak segitiga yang dapat
dibentuk dari titik-titik tersebut?
Penyelesaian:
Satu segitiga dapat dibentuk minimal dari 3 titik sehingga banyak segitiga yang mungkin
7! 7! 7.6.5.4!
dibentuk adalah 𝐶 (7,3) = = = = 7.5 = 35
3! (7−3)! 3!4! 3.2.1.4!

Permutasi dan Kombinasi Bentuk Umum


Jika S adalah suatu himpunan ganda dengan n objek yang didalamnya terdiri atas k jenis objek
berbeda, dan tiap objek memiliki multiplisitas n 1,n2,...,nk (jumlah n1 +n2 +... +nk = n), maka
jumlah cara menyusun seluruh objek adalah
𝒏!
𝑷(𝒏𝟏 , 𝒏𝟐 . . . . , 𝒏𝒌 ) = 𝑪(𝒏𝟏 , 𝒏𝟐 . . . . , 𝒏𝒌 ) =
𝒏𝟏 ! 𝒏𝟐 !. . . 𝒏𝒌 !
Contoh:
Berapa banyak stringg yang dapat dibentuk dengan menggunakan kata MATEMATIKA
Penyelesaian:
MATEMATIKA terdiri dari 10 huruf dengan banyak huruf masing-masing
- M sebanyak 2 huruf
- A sebanyak 3
- T sebanyak 2 huruf
- I sebanyak 1 huruf
- K sebanyak 1 huruf
- E sebanyak 1 huruf
Maka banyak stringg yang dapat dibentuk adalah
10! 10.9.8.7.6.5.4.3!
= = 10.9.8.7.6.5 = 151,200
2!.3!2!1!1!1! 2.1.3!2.1.1.1.1

Laihan Soal
1. Sebuah kotak berisi 4 bola putih dan 5 bola biru. Dari dalam kotak diambil 3 bola sekaligus,
Berapa banyak cara pengambilan?
2. Setiap 2 warna yang berbeda dicampur dapat menghasilkan warna baru yang khas. Berapa
banyak warna baru yang khas apabila disediakan 5 warna yang berbeda?
3. Dari 20 orang mahasiswa yang berkumpul, mereka saling berjabat tangan, berapa
banyaknya jabatan tangan yang terjadi
4. Seorang murid diminta mengerjakan 5 dari 10 soal ulangan tetapi soal nomor 1 dan 2 harus
dikerjakan. Banyaknya pilihan yang dapat diambil murid tersebut adalah…
5. Suatu tim bola basket terdiri atas 8 calon pemain, maka banyaknya cara pelatih menyusun
tim adalah…
6. Dalam suatu ujian terdapat 10 soal, dari nomor 1 sampai nomor 10. Jika soal nomor 3, 5, dan
8 harus dikerjakan dan peserta ujian hanya diminta mengerjakan 8 dari 10 soal yang
tersedia, maka banyak cara seorang peserta memilih soal yang dikerjakan adalah …
7. Seorang ibu mempunyai 8 sahabat. Banyak komposisi jika ibu ingin mengundang 5
sahabatnya untuk makan malam adalah …
8. Sebuah kotak berisi 4 bola putih dan 5 bola biru. Dari dalam kotak diambil 3 bola sekaligus,
banyak cara pengambilan sedemikian hingga sedikitnya terdapat 2 bola biru adalah …
9. Terdapat 10 orang pria dan 7 orang Wanita akan dibentuk panitia yang terdiri dari 4 orang
pria dan 3 orang Wanita. Berapa banyak cara Menyusun panitia tersebut?
10. 12 lampu berwarna (4 merah, 3 putih, dan 5 biru) dipasang pada 18 buah soket dalam satu
baris(sisanya 6 soket dibiarkan kosong). Berapa banyak cara pemasangan lampu?
11. 12 lembar karton akan diwarnai sehingga 3 karton berwarna hijau, 2 berwarna merah, 2
berwarna kuning, dan sisanya berwarna biru. Berapa banyak cara pengecatan?

Tugas 9
1. Seorang peserta ujian harus mengerjakan 6 soal dari 10 soal yang ada. Banyak cara
peserta memilih soal ujian yang harus dikerjakan adalah …
2. Banyak kelompok yang terdiri atas 3 siswa berbeda dapat dipilih dari 12 siswa pandai
untuk mewakili sekolahnya dalam kompetisi matematika adalah …
3. Pada sebuah bidang datar terdapat 15 titik yang berbeda. Melalui setiap 2 titik yang
berbeda dibuat sebuah garis lurus. Jumlah garis lurus yang dapat dibuat adalah …
4. Banyaknya susunan berbeda yang dapat dibuat dari huruf-huruf pada kata “KALKULUS”
adalah…
Materi 10 Teori Graf

Terapan Teori Graf


1. Rangkaian Listrik ➔ Kirchoff menurukan persamaan arus masuk dan keluar pada rangkaian
listrik sehingga dapat dihitung arus listrik yang mengalir pada setiap komponen
2. Isomer Senyawa kimia karbon ➔ digunakan dalam memodelkan molekul senyawa misal
Alkana CnH2n+2
3. Transaksi konkuren pada basis data terpusat ➔ digunakan untuk mendeteksi deadlock pada
beberapa transaksi yang saling menunggu transaksi lainnya secara bersamaan (berupa graf
berarah)
4. Pengujian program ➔ memodelkan aliran kendali program untuk memastikan program yang
dibentuk benar untuk berbagai kondisi dengan titik menyatakan pernyataan/kondisi
sedangkan sisi menyatakan aliran kendali program ke kondisi lainnya.
5. Teori otomata ➔ untuk pemodelan perilaku suatu mesin dengan kondisi tertentu (aplikasi
dari graf berbobot)

SEJARAH GRAf
Teori graf mulai berkembang di Jerman dengan masalah jembatan Konisberg. Terdapat tujuh
buah jembatan yang menghubungkan daratan yang dibelah oleh sungai tersebut. Masalah
jembatan Konigsberg adalah apakah mungkin melalui ketujuh jembatan itu masing-masing satu
kali dan Kembali ke tempat semula. L.Euler ilmuwan pertama yang menemukan jawabannya
dengan pembuktian sederhana menggunakan graf

Definisi dan Notasi


Graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V, E) dan dinotasikan dengan G = (V, E) yang
dalam hal ini:
V = himpunan tidak-kosong dari titik-titik (vertices) = { v1 , v2 , ... , vn }
E = himpunan sisi (edges) yang menghubungkan sepasang titik = {e1 , e2 , ... , en } = {( v1 , v2), (v1 ,
v3) …}

Secara geometri graf digambarkan sebagai kumpulan titik (vertex) di dalam bidang yang
dihubungkan dengan sekumpulan sisi/garis (edge).
Terminologi Graf
• Sebuah graph mungkin hanya terdiri dari satu titik
• Sebuah graph belum tentu semua titiknya terhubung dengan sisi
• Sebuah graph mungkin mempunyai titik yang tak terhubung dengan titik yang lain
• Sebuah graph mungkin semua titiknya saling berhubungan

• Sisi ganda ➔ dua sisi yang dihubungkan oleh dua titik yang sama
• Gelang (loop) ➔ sisi yang berawal dan berakhir pada titik yang sama

loop
Sisi ganda

Jenis-Jenis Graf
• Graf Sederhana ➔ graf yang tidak mengandung lopp dan sisi ganda
• Graf Ganda (mulitigrah) ➔ graf yang mengandung sisi ganda
• Graf Semu (pseudograph) ➔ graf yang mengandung loop

Graf Sederhana Graf Ganda Graf Semu


Jenis Graf berdasar arah
1. Graf Tak berarah
graf yang tidak memiliki arah pada setiap sisinya. Pada graf tak berarah sisi (u,v) sama dengan
sisi (v,u)
1 1 1
e1 e4 e1 e4
e3 e3
e2 e2
2 3 2 3 2 e8
e6 e6 3
e5 e5
e7 e7
4 4 4

2. Graf Berarah directed graph atau digraph)


graf yang setiap sisinya mempunyai arah dan tidak mempunyai sisi ganda. Sisi berarah disebut
dengan busur. Pada graf berarah (u, v) dan (v, u) merupakan busur yang berbeda. Untuk busur
(u, v) berarti arah titik berasal dari titik u ke titik v, titik u disebut titik asal (initial vertex) dan
titik v disebut titik terminal (terminal vertex)

GRAPH SEBAGAI MODEL MATEMATIKA


• Sistem Komunikasi
Misalkan graf berikut menyatakan jaringan komunikasi dengan bulatan kecil menyatakan
computer mikro dan bulatan hitam kecil menyatakan komputer mini.
Komputer mini digunakan untuk mengubah signal dari suatu sirkuit ke sirkuit lainnya serta untuk
memproses data.

Seseorang yang bermaksud mengakses jaringan harus melalui salah satu dari komputer mini
yang ada dengan menggunakan komputer mikro miliknya. Sistem tersebut dapat digunakan
untuk mengirim pesan antarkomputer mikro, atau untuk melakukan proses pengolahan data
dengan menggunakan salah satu komputer yang lebih besar. Melalui diagram atau graph
tersebut dapat diajukan berbagai pertanyaan antara lain :
1. Dapatkah komputer mikro di Seattle mengirimkan pesan melalui komputer mikro di
Miami?
2. Berapa banyak perubahan signal diperlukan untuk memperoleh pesan yang dikirim dari
Boston ke Los Angeles?
3. Jika komputer mini di Chicago rusak, apakah pesan dari Boston ke Los Angeles masih
dapat dikirimkan?
4. Jika sirkuit antara Boston dan New York ada kerusakan, apakah pengiriman pesan dari
Bangor ke Phoenix masih bisa dilakukan?

Desain Arsitektur
Misalkan A, B, C, D, dan E menyatakan ruangan yang ada dalam bangunan tersebut, sedangkan
O menyatakan bagian luar bangunan

Jika A, B, C, D, E, dan O dinyatakan sebagai titik-titik dan pintu yang menghubungkan antar
ruangan atau antara ruangan dengan bagian luar dinyatakan sebagai sisi, maka situasi pada
gambar tersebut dapat dinyatakan sebagai graph

Rangkaian Listrik
Pengujian program

Ikatan Kimia
Tiap molekul kimia mengandung sejumlah atom yang dikaitkan dengan ikatan kimia. Sebagai
contoh, karbon dioksida mempunyai sebuah atom karbon yang dikaitkan terhadap 2 atom
oksigen. Demikian pula dalam C2H5OH (ethanol), sebuah atom karbon dikaitkan pada 3 atom
hidrogen, sedangkan atom karbon lainnya dikaitkan dengan atom karbon pertama, 2 atom
hidrogen dan sebuah atom oksigen. Atom oksigennya dikaitkan dengan sebuah atom hidrogen,
selain dengan sebuah atom karbon.

Dalam teori graph ikatan kimia ini dapat dinyatakan dengan graph dengan banyaknya sisi yang
menghubungkan sebuah titik menyatakan valensi dari tiap-tiap atom yang berkorespondensi.
Hubungan edge dan vertex
a. Bertetangga (Adjacent)
Dua buah titik pada graf tak berarah G dikatakan bertetangga bila keduanya terhubung
langsung dengan sebuah sisi. Dengan kata lain, suatu titik u bertetangga dengan titik v jika
(u, v) adalah suatu sisi pada graf G
b. Bersisian (Incident)
Untuk sembarang sisi e = (u, v), sisi e dikatakan bersisian dengan titik u dan titik v
c. Titik Terpencil (Isolated Vertex)
Titik terpencil adalah suatu titik yang tidak mempunyai sisi yang bersisian dengannya
d. Graf Kosong (Null Graph atau Empty Graph)
Graf Kosong adalah graf yang tidak mempunyai sisi hanya terdiri dari titik-titik saja

Pada G1 titik 1 bertetangga dengan 2 dan 3


Sisi (1,2) bersisian dengan titik 1 dan 2
Titik 5 disebut dengan titik terpencil (isolated vertex)

Graf G2 adalah graf null (graf kosong) karena hanya terdiri dari titik-titik

Derajat Graf (Degree)


Derajat suatu titik adalah jumlah sisi yang bersisian dengan titik tersebut.
Derajat untuk loop dihitung dua kali
Notasi: d(v)
1 1 1

e2
2 e3 5
3 e1

3 e5 3
2 e4 2 4
4

Pada G1 diketahui d(1) = 2, d(2) = 3 , d(3) = 3 , d(4) = 2


Pada G2 diketahui d(1) = 3, d(2) = 3 , d(3) = 4
Pada G3 diketahui d(1) = 2, d(2) = 2 , d(3) = 3 , d(4) = 1, d(5) = 0
Degree pada graf berarah
din(v) = derajat-masuk (in-degree) = jumlah busur yang masuk ke titik v
dout(v) = derajat-keluar (out-degree) = jumlah busur yang keluar dari titik v
d(v) = din(v) + dout(v)

Pada G1 ,diketahui
d(1) = 3 dengan din (1) = 2 dan dout (1) = 1
d(2) = 5 dengan din (2) = 2 dan dout (2) = 3
d(3) = 3 dengan din (3) = 2 dan dout (3) = 1
d(4) = 3 dengan din (4) = 1 dan dout (4) = 2

Lemma Jabat tangan


Jumlah derajat semua titik pada suatu graf adalah genap, yaitu dua kali jumlah sisi pada graf
tersebut.
Dengan kata lain, jika G = (V, E), maka ∑𝒗∈𝑽 𝒅(𝒗) = 𝟐|𝑬|

Teorema
Untuk sembarang graf G, banyaknya titik berderajat ganjil selau genap

Contoh:
Diketahui graf dengan lima buah titik. Dapatkah kita menggambar graf tersebut jika derajat
masing-masing titik adalah:
(a) 1, 4, 2, 3, 2
(b) 4, 1, 3, 2, 3
Penyelesian:
a) Kita dapat menggambar graf dengan derajat masing-masing titik 1, 4, 2, 3, 2 karena jumlah
derajatnya adalah 12 (genap)

b) Kita tidak dapat menggambar graf dengan derajat masing-masing titik 4, 1, 3, 2, 3 karena
jumlah derajatnya adalah 13 (ganjil)
Path(Lintasan)
Path atau lintasan yang panjangnya n dari titik awal v0 ke titk tujuan vn di dalam graf G ialah
barisan berselang-seling titik-titik dan sisi-sisi yang berbentuk v0, e1, v1, e2, v2,... , vn –1, en, vn
sedemikian sehingga e1 = (v0, v1), e2 = (v1, v2), ... , en = (vn-1, vn) adalah sisi-sisi dari graf G.
Jika graf yang ditinjau adalah graf sederhana, maka lintasan dapat dituliskan sebagai barisan
titik-titik saja: vo, v1, …, vn.
Jika graf mengandung sisi ganda, maka lintasan harus dituliskan sebagai barisan berselang-
seling antara titik dan sisi.
Panjang lintasan adalah banyaknya sisi pada lintasan tersebut.
Lintasan sederhana ➔ jika semua titiknya berbeda (setiap sisi yang dilalui hanya satu kali
Lintasan terbuka ➔ lintasan yang tidak berawal dan berakhir pada titik yang sama
Lintasan tertutup ➔ lintasan yang berawal dan berakhir pada titik yang sama

Lintasan 1, e3, 3 e6, 4, e5, 2, e1, 1 disebut lintasan tertutup


Lintasan 1, e3, 3 e6, 4, e5, 2 disebut lintasan terbuka

Lintasan a, b, c, d, e, a disebut lintasan tertutup


Lintasan a, b, c, d, e, h, g, f disebut lintasan terbuka

Terhubung (connected)
Dua titik disebut saling terhubung jika terdapat lintasan dari u ke v
Graf tak berarah G disebut graf terhubung (connected graph) jika untuk setiap pasang titik u
dam v di dalam himpunan V terdapat lintasan dari u ke v (yang juga harus berarti ada lintasan
dari u ke v) jika tidak maka G disebut graf tak-terhubung (disconnected graph)
Tugas 10
1. Gambarkan suatu graf sederhana dengan 5 titik dan 10 sisi ! Kemudian tentukan
a. Himpunan titik dari graph yang kalian buat
b. Himpunan sisi dari graph yang kalian buat
2. Perhatikan graf berikut:

Tentukan :
a. Derajat semua titik-titik dari graph tersebut.
b. Semua sisi yang bersisian dengan v8
c. Semua titik yang bertetangga dengan v8
Materi 11 Graf Khusus

Jenis graf khusus


1. Graf lengkap ialah graf sederhana yang setiap titiknya mempunyai sisi ke semua titik lainnya.
Pada graf lengkap tidak boleh ada loop dan sisi ganda. Graf lengkap dengan n buah titik
dilambangkan dengan Kn. Jumlah sisi pada graf lengkap yang terdiri dari n buah titik adalah
n(n – 1)/2.

2. Graf Bipartit
Graf G yang himpunan simpulnya dapat dipisah menjadi dua himpunan bagian V1 dan V2,
sedemikian sehingga setiap sisi pada G menghubungkan sebuah simpul di V1 ke sebuah
simpul di V2 disebut graf bipartit dan dinyatakan sebagai G(V1, V2). Apabila dalam graf
bipartite setiap titik dalam V1 berhubungan dengan setiap titik dalam V2, maka grafnya
disebut Graf Bipartite Lengkap. Jika V1 terdiri dari m titik dan V2 terdiri dari n titik, maka Graf
Bipartite Lengkap disimbolkan dengan Km,n
Graf G di bawah ini adalah graf bipartit, karena simpul-simpunya dapat dibagi menjadi V1 =
{a, b, d} dan V2 = {c, e, f, g}
H1 H2 H3 a b

g c
f
W G E

Graf bipartite lengkap (K3,3), e d

3. Sub Graf
Graf H dikatakan subgraf dari G jika semua titik dan sisi pada graf H juga merupakan titik dan
sisi pada graf G.
Dari definisi tersebut, dapat diturunkan beberapa hal mengenai subgraf:
a. Setiap titik dalam G merupakan subgraf G
b. Suatu sisi dalam G bersama-sama titik ujungnya merupakan subgraf G
c. Setiap graf merupakan subgraf dari dirinya sendiri
d. Dalam subgraf berlaku sifat transitif, yaitu jika H adalag subgraf G dan G adalah subgraf K,
maka H adalah subgraf K.
Contoh:
Tentukan semua subgraf dari graf berikut:

a b

e d

4. Komplemen SubGraf
Komplemen suatu subgraf G1 terhadap graf G adalah graf G2 (V2,E2) sedemikian sehingga E2 =
E – E1 dan V2 adalah himpunan titik yang anggota-amggota E2 bersisian dengannya.
Contoh:
Tentukan Komplemen Dari Graf Berikut

5. Graf berbobot
Graf Berbobot adalah graf yang setiap sisinya diberi bobot(harga)
Graf berbobot digunakan untuk memodelkan suatu masalah dalam bentuk graf dengan sisi
diberi label bilangan tak negative, dan titik diberi label berupa data lain yang sesuai dengan
masalah yang dimodelkan.
Graf berbobot disebut juga dengan graf label

6. Graf Isomorfik
Dua bua graf , G1 dan G2 dikatakan isomorfik jika terdapat korespondensi satu-satu antara
simpul-simpul keduanya dan antara sisi-sisi keduanya sedemikian sehingga jika sisi e
bersisian dengan simpul u dan v di G1, maka sisi e’ yang berkorespondensi di G 2 juga harus
bersisian dengan simpul u’ dan v ‘ di G2
Definisi lebih sederhana dari dua graf yang saling isomorfik adalah dua graf yang sama,
kecuali penamaan simpul dan sisinya yang berbeda tetapi tampilan geometriknya berbeda
Syarat dua graf dikatakan isomorfik:
1. Mempunyai jumlah simpul yang sama
2. Mempunyai jumlah sisi yang sama
3. Mempunyai jumlah simpul yang sama berderajat tertentu
4. Terdapat korespondensi satu-satu antara simpul-simpul pada kedua graf
Graf G1 isomorfik dengan G2 tetapi tidak isomorfik dengan G3

Contoh:
Apakah kedua graf di bawah ini isomorfik?Jika isomorfik tunjukkan simpul mana yang saling
berkorespondensi satu-satu

7. Graf Planar
Graf planar adalah graf yang dapat digambarkan pada bidang datar dengan sisi-sisi yang
tidak saling memotong (bersilangan)
Representasi graf planar yang digambarkan dengan sisi-sisi yang tidak saling berpotongan
disebut graf bidang
Tugas 11
Tentukan mana di antara pasangan graph berikut ini yang isomorfis

a.

b.
Materi 12 Lintasan dan Sirkuit

Siklus (Cycle) atau Sirkuit (Circuit)


Lintasan yang berawal dan berakhir pada titik yang sama disebut dengan sirkuit atau siklus
Jika setiap sisi yang dilalui berbeda disebut dengan sirkuit sederhana
Contoh

Pada graf G, sirkuit v1, v2, v3, v4, v6, v1 adalah sirkuit sederhana

Lintasan dan Sirkuit Euler


• Lintasan euler adalah lintasan yang melalui masing-masing sisi di dalam graf tepat satu kali
• Sirkuit Euler adalah sirkuit dimana setiap titik dalam graf G muncul paling sedikit satu kali
dan setiap garis muncul tepat satu kali
• Dengan kata lain, Sirkuit Euler pada graf G adalah suatu sirkuit sederhana yang melalui setiap
sisi/garis di G hanya satu kali
• Graf yang memiliki sirkuit Euler disebut graf Euler dan graf yang memiliki lintasan Euler
disebut graf semi-Euler
• Masalah jembatan Konigsberg: masalah 7 jembatan yang menghubungkan 4 kota . Apakah
mungkin seseorang berjalan mengunjungi kota yang dimulai dan diakhiri pada pada tempat
yang sama dengan melintasi 7 jembatan masing-masing tepat satu kali. Masalah ini dapat
dibuktikan dengan menunjukkan bahwa graf yang terbentuk bukan graf Euler.

Contoh:

Teorema Sirkuit Euler


• Graf terhubung tak berarah G adalah Graf euler (memiliki sirkuit Euler) jika dan hanya jika
setiap titik di dalam graf tersebut berderajat genap
• Graf terhubung tak berarah G adalah graf semi-Euler (memiliki lintasan Euler) jika dan hanya
jika di dalam graf G tersebut terdapat tepat dua titik berderajat ganjil
• Graf terhubung berarah G memiliki sirkuit Euler jika dan hanya jika G terhubung dan setiap
titik memiliki derajat masuk dan derajat keluar sama.
• Graf G memiliki lintasan Euler jika dan hanya jika G terhubung dan setiap titik memiliki
derajat masuk dan derajat keluar sama kecuali dua titik, yang pertama memiliku derajat
keluar satu lebih besar dari derajat masuk, dan yang kedua memiliki derajat masuk satu lebih
besar dari derajat keluar

Contoh:
Manakah diantara graf berikut yang merupakan graf Euler, graf semi-euler atau tidak keduanya

Contoh:
Gambar di bawah ini adalah denah lantai dasar sebuah gedung. Apakah dimungkinkan berjalan
melalui setiap pintu di lantai itu hanya satu kali saja jika kita boleh mulai memasuki pintu yang
mana saja?

Penyelesaian:

Graf yang dihasilkan ditunjukkan dengan ruangan dinyatakan dengan titik dan pintu penghubung
antara ruangan dinyatakan dengan garis (sisi)
Pertanyaannya adalah setiap pintu hanya boleh dilalui sekali tanpa harus Kembali ke titik asal
keberangkatan, maka persoalan ini sebenarnya adalah menentukan apakah graf yang terbentuk
terdapat lintasan euler. Agar graf mempunyai lintasan Euler, maka harus terdapat dua titik
berderajat ganjil. Dari graf terdapat dua titik berderajat ganjil yaitu titik 1 dan 5 sehingga graf
tersebut memuat lintasan Euler.
Kesimpulannya kita dapat melalui semua pintu tepat satu kali.

Lintasan dan Sirkuit Hamilton


• Lintasan Hamilton adalah lintasan yang melalui tiap titik di dalam graf tepat satu kali
• Sirkuit Hamilton adalah sirkuit yang melalui tiap titik di dalam graf tepat satu kali kecuali titik
asal (sekaligus titik akhir) yang dilalui dua kali
• Graf yag memiliki sirkuit Hamilton disebut graf Hamilton sedangkan graf yang memiliki
lintasan Hamilton disebut graf semi-Hamilton
• Traveling salesman problem merupakan masalah yang paling terkenal dalam penyelesaian
menggunakan sirkuit Hamilton
Contoh:

Teorema Sirkuit Hamilton


• Jika G adalah graf sederhana dengan n buah titik ( n ≥ 3) sedemikian sehingga derajat tiap
titik paling sedikit n/2 (yaitu d(v) ≥ n/2 untuk setiap titik v di G) maka G disebut graf Hamilton
• Jika G adalah graf sederhana dengan n buah titik ( n ≥ 3) sedemikian sehingga d(v) + d(w) ≥
n untuk setiap pasang titik tidak bertetangga u dan v, maka G disebut Graf semi-Hamilton
• Setiap Graf lengkap adalah graf Hamilton
(𝑛−1)!
• Di dalam graf lengkap G dengan n buah titik (n ≥3) terdapat sebanyak buah sirkuit
2
Hamilton
• Di dalam graf lengkap G dengan n buah titik (n ≥3 dan n ganjil) terdapat (n-1)/2 buah sirkuit
Hamilton yang saling lepas (tidak ada sisi yang bersisian). Jika n genap dan n ≥4 maka di
dalam G terdapat (n-2)/2 buah sirkuit Hamilton yang saling lepas

Contoh:
Manakah di antara graf berikut yang merupakan graf Hamilton, graf semi-Hamilton atau tidak
keduanya
Perbedaan Sirkuit Euler dan Sirkuit Hamilton
• Dalam sirkuit Euler semua garis harus dilalui tepat satu kali sedangkan semua titik boleh
dilewati lebih dari satu kali
• Dalam sirkuit Hamilton semua titik harus dilewati tepat satu kali dan tidak harus melalui
semua garis

Tugas 12
Gambar dibawah ini adalah denah lantai dasar sebuah gedung. Apakah
dimungkinkan berjalan melalui setiap pintu di lantai itu hanya satu kali saja jika kita boleh mulai
memasuki pintu yang mana saja?
Materi 13 Lintasan Terpendek

Lintasan Terpendek (Shortest Path)


• Graf yang digunakan dalam mencari lintasan terpendek adalah graf berbobot. Bobot pada sisi
graf dapat menyatakan jarak, waktu, atau biaya.
• Persoalan lintasan terpendek di dalam graf nerupakan salah satu persoalan optimasi.
• Lintasan terpendek diartikan sebagai meminimisasi bobot pada suatu lintasan di dalam graf
• Contoh aplikasi:
misalkan titik pada graf dimisalkan sebagai terminal computer atau titik komunikasi pada suatu
jaringan sedangkan sisi menyatakan saluran komunikasi yang menghubungkan dua buah
terminal. Bobot pada graf menyatakan biaya pemakaian saluran komunikasi antara dua buah
terminal, jarak antra dua buah terminal, atau waktu pengiriman pesan antara dua buah
terminal. Persoalan lintasan terpendek adalah menentukan jalur komunikasi terpendek antara
dua buah terminal computer. Lintasan terpendek akan menghemat waktu pengiriman pesan
dan biaya.
• Beberapa macam persoalan lintasan terpendek
a. Lintasan terpendek antara dua buah titik tertentu
b. Lintasan terpendek antara semua pasangan titik
c. Lintasan terpendek dari titik tertentu ke semua titik yang lain
d. Lintasan terpendek antara dua buah titik yang melalui beberapa simpul tertentu

Notasi sederhana Lintasan terpendek


• Untuk graf berbobot (yaitu himpunan dari titik V, himpunan dari sisi dan nilai bobot dalam
bilangan real f: E → R) dan selanjutnya diberi sebuah elemen v dari V, cari lintasan P dari v ke
v’ dari C sehingga ∑𝑝 ∈𝑃 𝑓(𝑝) adalah minimal di antara semua lintasan yang menghubungkan
v ke v’. Semua pasangan masalah lintasan terpendek, dimana kita harus mencari lintasan
antara v ke v’
Contoh:
Lintasan terpendek dari titik a ke semua titik lain diberikan pada tabel berikut:

Titik asal Titik tujuan Lintasan terpendek Jarak

a b a,b 10
a d a,b,d 25
a c a,b,d,c 45

a e a,e 45
a f Tidak ada -
Titik asal Titik tujuan Lintasan terpendek Jarak

a d a,d 40

a d a,b,d 25

a d a,c,b,d 80

a d a,c,e,d 90

a d a,e,d 75

Algoritma Lintasan Terpendek (Algoritma Dijkstra)


• Algoritma Dijkstra adalah algoritma yang paling terkenal pada lintasan terpendek
• Algoritma Dijkstra mencari lintasan terpendek dalam sejumlah langkah dengan
menggunakan prinsip greedy
• Prinsip greedy pada algoritma Dijkstra menyatakan bahwa pasa setiap Langkah kita memilih
sisi yang berbobot minimum dan memasukkannya ke dalam himpunan solusi

Prinsip Dasar Algoritma Dijkstra


Misalkan suatu graf berbobot dengan n buah titik dinyatakan dengan matriks ketetanggaan 𝑀 =
[𝑚𝑖𝑗 ] yang dalam hal ini:
- 𝑚𝑖𝑗 = bobot sisi (i,j)
- 𝑚𝑖𝑖 = 0
- 𝑚𝑖𝑗 = ∞, jika tidak ada sisi dari titik I ke titik j
Selain matriks M, kita juga menggunakan tabel 𝑆 = [𝑠𝑖 ] yang dalam hal ini:
- si = 1, jika titik i termasuk ke dalam lintasan terpendek
- si = 0, jika titik i tidak termasuk ke dalam lintasan terpendek
Dan tabel 𝐷 = [𝑑𝑖 ] yang dalam hal ini:
- di = Panjang lintasan dari titik awal a ke titik i

Langkah-langkah Algoritma Dijkstra


1. Buat tabel dengan kolom sebagai tempat nilai atau jarak dari titik sedangkan baris sebagai
posisi titik
2. Pilihlah titik awal dan titik tujuan (syaratnya harus terhubung langsung)
3. Hitung nilai atau jarak dari beberapa titik tujuan yang dipilih
4. Jika semua titik telah diuji, maka pilihlah nilai atau jarak yang paling kecil
5. Titik yang dipilih menjadi titik acuan untuk tahap selanjutnya. Terus berulang dari nomer 2
sampai semua titik telah diuji atau simpul tujuan telah didapati jarak atau nilai
terpendeknya.

Contoh:
Tentukan lintasan terpendek dari titik a ke semua titik yang lain menggunakan Algoritma Dijkstra
Penyelesaian:
Matriks ketetanggaan dari graf berbobot
a b c d e f
a 0 10 50 40 45 ∞

b 20 0 ∞ 15 ∞ ∞

c ∞ 15 0 ∞ 10 ∞

d ∞ ∞ 20 0 35 ∞

e ∞ ∞ ∞ 30 0 ∞

f ∞ ∞ ∞ 30 ∞ 0

Perhitungan lintasan terpendek dari titik a ke semua titik yang lain:


Iterasi Titik Lintasan S D
yang terpendek
dipilih a b c d e f a b c D e f

1 a a,b 1 0 0 0 0 0 ∞ 10 50 40 45 ∞
a,b a,c a,d a,e

2 b a,b,d 1 1 0 0 0 0 ∞ 10 50 25 45 ∞
a,b a,c a,b,d a,e

3 d a,b,d,c 1 1 0 1 0 0 ∞ 10 45 25 45 ∞
a,b a,b,d,c a,b,d a,e

4 c Tidak 1 1 1 1 0 0 ∞ 10 45 25 45 ∞
memuat a,b a,b,d,c a,b,d a,e
lintasan
terpedek
5 e a,e 1 1 1 1 1 0 ∞ 10 45 25 45 ∞
a,b a,b,d,c a,b,d a,e

Kesimpulan:
- Jalur terpendek dari a ke b adalah a-b dengan Panjang 10
- Jalur terpendek dari a ke c adalah a-b-d-c dengan Panjang 45
- Jalur terpendek dar a ke d adalah a-b-d dengan Panjang 25
- Jalur terpendek dari a ke e adalah a-e dengan Panjang 45
- Tidak ada jalur dari a ke f

Referensi tutorial algoritma Dijkstra


• https://www.youtube.com/watch?v=qIzCYrE8570
• https://www.youtube.com/watch?v=gPJWbqDEMpM&t=905s
• https://www.youtube.com/watch?v=sssRJaOxluU
• https://www.youtube.com/watch?v=JsWpS4a4rtQ

Tugas 13
Tentukan lintasan terpendek dari titik v1 ke semua titik yang lain menggunakan algoritma Dijkstra
Materi 14 Pohon (Tree)

Definisi Pohon (Tree)


Pohon (tree) adalah graf tak-berarah terhubung yang tidak mengandung sirkuit (Lintasan yang
berawal dan berakhir pada titik yang sama)
a b a b a b a b

c d c d c d c d

e f e f e f e f

pohon pohon bukan pohon bukan pohon

Definis Hutan (forest)


Hutan (forest) adalah
✓ kumpulan pohon yang saling lepas, atau
✓ graf tidak terhubung yang tidak mengandung sirkuit. Setiap komponen di dalam graf
terhubung tersebut adalah pohon

Hutan yang terdiri dari 3 pohon

Sifat-sifat Pohon
Teorema. Misalkan G = (V, E) adalah graf tak-berarah sederhana dan jumlah simpulnya n. Maka,
semua pernyataan di bawah ini adalah ekivalen:
1. G adalah pohon.
2. Setiap pasang simpul di dalam G terhubung dengan lintasan tunggal.
3. G terhubung dan memiliki m = n – 1 buah sisi.
4. G tidak mengandung sirkuit dan memiliki m = n – 1 buah sisi.
5. G tidak mengandung sirkuit dan penambahan satu sisi pada graf akan membuat hanya
satu sirkuit.
6. G terhubung dan semua sisinya adalah jembatan.
Teorema di atas dapat dikatakan sebagai definisi lain dari pohon
Pohon berakar (rooted tree)
Pohon yang satu buah simpulnya diperlakukan sebagai akar dan sisi-sisinya diberi arah sehingga
menjadi graf berarah dinamakan pohon berakar (rooted tree).
a a
a a

b b
d d
b cb c
d d
c c
e e
e fe g f g
f g f g

h i j h i j
h i j h i j
(a) Pohon berakar dengan akar a (b) sebagai perjanjian, tanda panah pada sisi dapat dibuang

(c) Pohon berakar dengan akar a


(d) Pohon berakar dengan akar c

b e
a e f
b d
g d d f
a c
c
h e b
g h g h
(e) Pohon
f a c

(f) Pohon berakar dengan


(g) Pohon berakar dengan
akar b
akar e
Terminologi pada Pohon Berakar
6. Anak (child atau children) dan Orangtua (parent)
➢ b, c, dan d adalah anak-anak simpul a,
➢ a adalah orangtua dari anak-anak itu
7. Lintasan (path)
Lintasan dari a ke j adalah a, b, e, j. Panjang lintasan dari a ke j adalah 3
8. Saudara kandung (sibling)
f adalah saudara kandung e, tetapi g bukan saudara kandung e, karena orangtua mereka
berbeda
a

b
c d

e
f g

k
h i j

l m
9. Upapohon (subtree)
a

b
c d

e
f g

k
h i j

l m

b) UpaPohon g b) Pohon dan upapohon


a) Pohon g

10. Derajat (degree)

Derajat sebuah simpul adalah jumlah upapohon (atau jumlah anak) pada simpul tersebut.
Derajat a adalah 3, derajat b adalah 2,
Derajat d adalah satu dan derajat c adalah 0.
Jadi, derajat yang dimaksudkan di sini adalah derajat-keluar.
Derajat maksimum dari semua simpul merupakan derajat pohon itu sendiri.
Pohon berikut berderajat 3
a

b
c d

e
f g

k
h i j

l m

11. Daun (leaf)


Simpul yang berderajat nol (atau tidak mempunyai anak) disebut daun. Simpul h, i, j, f, c, l,
dan m adalah daun.
12. Simpul Dalam (internal nodes)
Simpul yang mempunyai anak disebut simpul dalam. Simpul b, d, e, g, dan k adalah simpul
dalam
13. Aras (level) atau Tingkat
Aras

a
0

b 1
c d

e 2
f g

k 3
h i j

4
l m

14. Tinggi (height) atau Kedalaman (depth)


Aras maksimum dari suatu pohon disebut tinggi atau kedalaman pohon tersebut. Pohon di
atas mempunyai tinggi 4

Pohon Terurut (ordered tree)


Pohon berakar yang urutan anak-anaknya penting disebut pohon terurut (ordered tree).
1 1

2 4 3 4 2
3

5 6 7 8 9 8 9 6 5 7

10 10

(a) dan (b) adalah dua pohon terurut yang berbeda

Pohon Merentang (spanning tree)


Pohon merentang dari graf terhubung adalah upagraf merentang yang berupa pohon.
Pohon merentang diperoleh dengan memutus sirkuit di dalam graf

Graf G T1 (spanning Tree dari T2 (spanning Tree T3 (spanning T4 (spanning Tree


Graf G) dari Graf G) Tree dari Graf G) dari Graf G)

Sifat-sifat Spanning Tree


• Setiap graf terhubung mempunyai paling sedikit satu buah pohon merentang.
• Graf tak-terhubung dengan k komponen mempunyai k buah hutan merentang yang disebut
hutan merentang (spanning forest).
Pohon Merentang Minimum
• Graf terhubung-berbobot mungkin mempunyai lebih dari 1 pohon merentang.
• Pohon merentang yang berbobot minimum –dinamakan pohon merentang minimum
(minimum spanning tree).
a a
45
55 d d
25 30 25 30
c h c h
b b
40 20 40 20
50
5 15 5 15
g g
e e
35 10 10
f f

b) Pohon merentang berbobot yang mempunyai


a) Graf terhubung berbobot
jumlah jarak minimum

Algoritma Prim
Misalkan T adalah pohon merentang yang sisi-sisinya diambil dari graf G.
Algoritma Prim membentuk pohon merentang minimum Langkah per Langkah. Pada setiap
Langkah kita mengambil sisi e dari Graf G yang mempunyai bobot minimum dan bersisian
dengan titik-titik di dalam T tetapi e tidak membentuk sirkuit di dalam T
• Langkah 1: ambil sisi dari graf G yang berbobot minimum, masukkan ke dalam T.
• Langkah 2: pilih sisi (u, v) yang mempunyai bobot minimum dan bersisian dengan simpul
di T, tetapi (u, v) tidak membentuk sirkuit di T. Masukkan (u, v) ke dalam T.
• Langkah 3: ulangi langkah 2 sebanyak n – 2 kali.

Contoh penggunaan algoritma Prim


Tentukan dan gambarkan pohon merentang minimum dari graf di bawah ini

1 10 2
50
30 45 40 3
35
4
25
5
20 55
15

6
Langkah Sisi Bobot Pohon rentang

1 10 2
1 (1, 2) 10

1 10 2

2 (2, 6) 25

25

6
1 10
3 (3, 6) 15
3

25

15

1 10 2
4 (4, 6) 20
3
4
25

20
15

1 10 2
5 (3, 5) 35
45 3
35
4
25
5
20 55
15

Pohon merentang minimum yang dihasilkan:


1 10 2

45 3
35
4
25
5
20 55
15
Bobot = 10 + 25 + 15 + 20 + 35 = 105
6

• Pohon merentang yang dihasilkan tidak selalu unik meskipun bobotnya tetap sama.
• Hal ini terjadi jika ada beberapa sisi yang akan dipilih berbobot sama.
Contoh:
a 3 b 4 c 2 d

4 2 3 6

5 f 4 g 4
e h

5 3 5 4

i 6 j 4 k 2 l
Graf G

a 3 b c 2 d a 3 b c 2 d a 3 b 4 c 2 d

4 2 3 4 2 3 4 2 3
f g h f h f g h
e e e
4 4 4
5 3 4 5 3 4 5 3 4

i j 4 k 2 l i j 4 k 2 l i j k 2 l

Tiga buah pohon merentang minimum dengan Bobotnya sama yaitu = 36

Algoritma Kruskal
Pada algoritma Kruskal, sisi-sisi di dalam graf diurutkan terlebih dahulu berdasarkan
bobotnya dari kecil ke besar. Sisi yang dimasukkan ke dalam himpunan T adalah sisi graf G
sedemikian sehingga T adalah pohon. Pada keadaan awal, sisi-sisi sudah diurutkan
berdasarkan bobot membentuk hutan (forest), masing-masing pohon di hutan hanya berupa
satu titik. Hutan tersebut dinamakan hutan merentang (spanning forest). Sisi dari graf G
ditambahkan ke T jika ia tidak membentuk siklus di T
Langkah 0: sisi-sisi dari graf sudah diurut menaik berdasarkan bobotnya – dari bobot kecil ke
bobot besar
Langkah 1: T masih kosong
Langkah 2: pilih sisi (u, v) dengan bobot minimum yang tidak membentuk sirkuit di T.
Tambahkan (u, v) ke dalam T.
Langkah 3: ulangi langkah 2 sebanyak n – 1 kali.

Contoh:
Tentukan dan gambarkan pohon merentang minimum dari graf di bawah ini
1 10 2
50
30 45 40 3
35
4
25
5
20 55
15

6
Sisi-sisi diurut menaik:

Sisi (1,2) (3,6) (4,6) (2,6) (1,4) (3,5) (2,5) (1,5) (2,3) (5,6)
Bobot 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55

Langkah Sisi Bobot Hutan merentang

0 1 2 3 4 5 6

1 (1, 2) 10
1 2

2 (3, 6) 15
1 2 3 4 5

3 (4, 6) 20
1 2 3 5

4
6

4 (2, 6) 25
1 2 3 5

5 (1, 4) 30 ditolak

6 (3, 5) 35
1 2
3
5
4
6

Pohon merentang
Pohon merentang minimum
minimum yang
yang dihasilkan:
dihasilkan:

11 10
10 22

45
45 33
35
35
44
25
25
4 (2, 6) 25 55 1 2 3 5
20
20 55
55
15
15
4
66

25 ++ 15
Bobot = 10 + 25 15 ++ 20
20 ++ 35
35 == 105
105
Tugas 14
Tentukan dan gambarkan pohon merentang minimum dari graf di bawah ini

a 5 b 4 c

2 3 5 6 3
7 e 1
d f
6 8 3 4 4

g 4 h 2 i

Anda mungkin juga menyukai