Anda di halaman 1dari 9

1.

Pendahuluan

Karl Marx merupakan sosok pemikir filsuf sekaligus seorang sosiolog yang sangat fenomenal
abad 19, selain Emile Durkheim dan Max Weber. Pemikrannya menjadi poros tersendiri bagi
seorng filusuf sekaligus sosiolog yang menjadi kutub bagi kalangan kapitalis, beberapa kejadian
revolusi besar didunia tergerak dari pangkal pemikiran Marx seperti revolusi Bolshevik atau
yang lebih dikenal dengan revolusi Oktober 1917 di Rusia yang dipimpin oleh Vladimir Lenin,
sementara di wilayah Asia, di Cina yang di kenal dengan revolusi Tiongkok 1949 yang dipimpin
Mao Tse Tung, dan juga tidak kalah pentingnya pemikran Marx juga mempengaruhi gerakan
revolusi di Indonesia 1945 dan juga diberbagai bekas jajahan kolonial lainnya.

Para filosof hanyamenafsirkandunia dengan berbagai macam cara; namun yang jadi inti
adalahmengubahnya.[1]Sebuah theses dari Marx yang menjadi perdebatan dalam banyak
kalangan, baik dari kalangan proletariat maupun dari kalangan borjuasi. Inilah yang
membedakan diantara filsuf sebelumnya dengan pemikiran Marx. Hal ini bisa dilihat dari
perbedaan tujuan berfilsafat.
Seperti pernyataan thesis Karl Marx di atas diartikan bahwa, tujuan para filosof berfilsafat adalah
bagiamana memahami hakekat dunia (how to under stand the world), sedangkan Karl Marx
tujuan berfilsafatnya adalah bagaimana mengubah dunia (how to change the world).[2]Oleh
karena thesis itulah filsafat Karl Marx dari banyak kalangan menyebutnya sebagai filsafat social.
Filsafat social, menurut Blackburn, adalah kajian menyeluruh dan komprehensif tentang
masyarakat bagaimana ia ada dan seharusnya ada. Dalam pandangan Ellwood, filsafat social
sebagai pemikiran tentang hubungan-hubungan antar manusia (human relations),bagaimana asal-
usul, arah dan strukturnya yang seharusnya untuk kesejahteraan manusia (human welfare).
[3]Dalam inti pemikiran Karl Marx dalam filsafat sosialnya tersebut terdapat tiga paradigm
teoritik pokok yaitu,Materialisme Dialektika, Materialisme Historis, dan Ekonomi Politik
Marxis.Seperti yang akan kita bahas selanjutnya, dalam pembahasan fisafat social Karl Marx
disini hanya difokuskan pada teoriMaterialisme Dialektika, Materialisme Historis.

1. Riwayat hidup Karl Marx


Karl Marx lahir di kota Trier, Jerman pada tanggal 5 mei 1818,dari keluarga yahudi. Ayahnya
seorang advokat yang cukup mapan kehidupanya. Pada tahun 1835 Marx pergi ke Bonn sebagai
mahasiswa dalam bidang Ilmu Hukum,kemudian ia pindah ke Berlin untuk belajar
Kesastraan,sejarah dan Filsafat.[4]Dari sinilah Marx berkenalan denga pemikiran-pemikiran
Hegel. Meskipun pada saat itu Hegel telah meninggal, tetapi semangat dan filsafat yang
diwariskannya masih diminati dan menguasai pemikiran filsafat dan social eropa.[5]Pada usia 23
tahun ia meraih gelar doktor filsafat. Gagal menjadi dosen, Marx muda kemudian menjadi
wartawan dan akhirnya lebih banyak menjadi aktivis politik dan penulis.
Hidup Marx berpindah-pindah. Saat menjadi wartawan di Jerman, dia pindah ke Paris. Di sini
dia bertemu perempuan bernama Jenny yang dinikahinya pada 19 Juni 1843. Di Paris pula dia
bertemu dengan Friedrich Engels yang menjadi sahabat karibnya. Marx, pada tahun 1845,
bersama keluarganya pindah ke Brusells. Marx sempat kembali ke Paris dan kemudia ke
Rhineland. Marx akhirnya pindah ke London pada tahun 1849. Da tinggal dan berkarya di kota
tersebut sampai akhir hayatnya. Dia meninggal pada 14 Maret 1883.

Karl Marx adalah seorang filsuf, ekonom, sosiolog sekaligus aktivis politik. Pemikiran Marx
dipengaruhi oleh Hegel, Feurbach, pemikir-pemikir sosialis Perancis seperti St. Simon, Prudhon
dan tokoh revolusioner seperti Blanqui.Selama hidupnya, Marx telah banyak menghasilkan
karya, seperti: Economic and Philosophical Manuscript, The German Ideology, The Class
Strrunggles in France and the Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte, The Communist
Manifesto, Das Capital.[6]

1. Dua Pokok Aliran Filsafat Mempengaruhi Pemikiran Karl Marx

Pemikiran Karl Marx sangat dipengaruhi oleh dua tokoh filsuf sebelumnya, semasa kuliah
pemikiranmya terpengaruh oleh Hegelianisme yang masih mempunyai pengaruh sangat kuat di
wilayah eropa, disamping juga dipengaruhi pemikirannya Feuerbach dikala mendobrak
pemikiran Hegel menuju materialism.[7]Pemikiran yang mempengaruhi Karl Marx tersebut
adalah:

1. Dialektika Hegel
Karl Marx, seperti yang kita ketahui, ialah murid Hegel semasa mudanya, dan dalam system
filsafatnya yang terakhir ia masih mempertahankan beberapa corak Hegelian.[8]Menurut Hegel
bahwa, dalam pandangannya sejarah merupakan dunia mengulang transisi-transisi dialektik,
itulah tesis yang dikembangkan dalam karyanya,Philosophy of History.[9]Filsafat-sejarah Marx
merupakan campuran anatara Hegel dan ekonomi Britania. Seperti yang dijelaskan dalam
tesisnya. Hegel, ia mengira bahwa dunia berkembang menurut rumusan dialektis, tetapi ia tidak
sepakat dengan Hegel mengenai kekuatan penggerak perkembangan ini. Hegel percaya kepada
entitas mistis yang disebut “Ruh”(Spirit), yang menyebabkan sejarah manusia berkembang
menurut tahap-tahap dialektik seperti yang dipolakan dalamLogic, karya Hegel.
Dialektika Marx tidak memiliki satu pun kualitas ini kecuali yang tak terelakkan. Bagi Marx
kekuatan penggerakanya adalah materi, bukan ruh. Namun materi yang dimaksud disini adalah
materi dalam pengertian yang unik, bukan yang didehumanisasikan oleh para atomis. Ini berarti
bahwa, bagi Marx, kekuatan penggerak itu sesungguhnya adalah hubungan anatara manusia
dengan materi, yang bagian terpentingnya adalah cara produksinya. Dengan jalan inilah
materialism Marx, dalam prakteknya, menjadi ilmu ekonomi.[10]

2. Materialisme Feuerbach

Sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa salah satu pemikiran pokok yang mempengaruhi
pemikiran Karl Marx dalam filsafat sosialnya, khususnya yang mengenahi materialisme adalah
dipengaruhinya dari pemikiran tentang materi oleh Feuerbach. Seperti juga marx, Feuerbach
merupakan salah satu murid yang pernah belajar filsafat kepada Hegel, para murid Hegil sering
kali mendapatkan sebutan sebagai “Hegelian muda”. Feuerbach termasuk sebagai salah satu dari
aliran Hegelian sayap kiri.[11]
Feuerbach memandang bahwa system filosofis yang sudah ditegakkan oleh Hegel adalah puncak
tertinggi dari rasionalisme Barat. Masalahnya bagi Feuerbachadalh bahwa system Hegelian itu
tidak cocok dengan kenyataan inderawi yang kongkrit. Kenyataan inderawi yang kongkrit itu
adalah alam material. Alam jug adalah dasar terakhir dari kenyataan. Artinya, seluruh kenyataan
dapat dikembalikan pada alam material sebagai kenyataan akhir.[12]
Bagaimana kesimpulan Feuerbach itu bisa dijelaskan? Dia tentu sadar bahwa adanya alam dapat
diketahui pikiran; obyek dapat diketahui lewat subyek yang sadar. Akan tetapi, kemudia dia
mempersoalkan dari mana munculnya kesadaran itu kalau tidak ada sesuatu yang disadari lebih
dulu. Dengan kata lain, manusia sebagai subjek itu menyadari alam hanya dengan cara
membedakan dirinya dari alam itu. Artinya adalah dasar bagi kesadaran, sebab tanpanya
mustahil muncul pembedaan itu. Atas alasan ini, Feuerbach mengatakan bahwa alam adalah
dasar bagi manusia. Dengan cara demikian pula, apa yang oleh Hegel disebut “Idea”, “Roh”,
“Logos” di hadapan Feuerbach diubah menjadi alam material. Dan memang lewat kritik atas
idealism ini, Feuerbach ingin mengubahnya menjadi meterialisme.[13]
Dari kedua pemikiran filosof tersebut diatas Marx mencoba megkritisi kedua pemikiran filosof
tersebut, dan mengambil sebagian diantara kedua pemikiran filosof yang dianggap relevan atas
pemikiran Marx. Marx sebenarnya adalah seorang ahli waris filsafat Hegel, tetapi dia adlah ahli
waris yang kritis. Sudah disinggung bahwa dia pernah tergabung dalam kelompok Hegelian
Sayap Kiri di Berlin. Ada beberapa warisan Hegelian dalam filsafat Marx.Pertma,Marx memakai
metode dialektika Hegel untuk menjelaskan sejarah dan proses-proses
kemasyarakatan.Kedua,Marx juga menganut asumsi-asumsi filsafat sejarah Hegel, bahwa
melalui sejarah umat manusia mewujudkan dirinya kea rah sebuahtelos(tujuan)
tertentu.Ketiga,seperti Hegel, Marx juga merefleksikan kenyataan negatif, yaitu alienasi. Sebagai
ahli waris yang kritis, Marx sebenarnya sejalan dnegan Feuerbach: dia ingin mentransformasikan
idealisme menjadi materialisme.[14]
Sementara dalam materialis, Marx juga sependapat dengan Feuerbach dalam pengandaiannya
atasDas Wesen des Christentums,bahwa kenyataan akhir adalah objek-objek inderawi. Akan
tetapi, lalu dia mengajukan kritik-kritiknya melalui esai-esainya,Thesen uber Feuerbanch,kita
bisa menemukan bagaimana penilaian Marx mengenai materialism. Dia menolak segala bentuk
materialisme sebelum dia, termasuk materialisme Feuerbach. Alasanya adalah bahwa
materialism sampai pemikiran Feuerbach bersifat kontemplatif dan tidak mendorong pada
kegiatan revolusioner. Sebenarnya yang ditolak Marx adalah segala bentuk materialism zaman
pencerahan dan pasca pencerahan yang menafsirkan dunia secara mekanik.[15]
Inilah kritik pemikiran Marx atas pemikiran Hegel tentang dialektik yang idealistis, sehingga
menurut Marx dialektiknya Hegel sangat mengawang-awang. Sementara kritik atas pemikiran
Feuerbach tentang materialis, Marx menganggap materialisme Feuerbach adalah materialis
mekanik, sehingga sifatnya kontemplatif yang tidak bisa bersifat revolusioner. Dari sinilah Marx
mengambil ide materialismnya Feuerbach yang tidak bersifat mekanik, dan Marx juga
mengambil metode dialektika Hegel untuk menjelaskan sejarah dan proses-proses kehidupan
masyarakat.

Marxisme adalah kata lain untuk sebuah filsafat yang bernama dialektika materialisme.
Dialektika dan materialisme adalah dua filsafat yang dikembangkan oleh filsuf-filsuf Barat —
dan juga Timur, yang kemudian disatukan, disintesakan, oleh Marx menjadi dialektika
materialisme. Untuk memahami pokok-pokok Marxisme, kita bisa memecahkannya menjadi tiga
bagian, seperti yang dipaparkan oleh Lenin, yakni:

1. Materialisme Dialektis
2. Materialisme Historis
3. Ekonomi Marxis

Tiga bagian ini yang biasanya menjadi bagian utama dari Marxisme. Namun pada dasarnya,
Materialisme Historis adalah pemahaman sejarah dengan metode materialisme dialektis, dan
Ekonomi Marxis adalah pemahaman ekonomi dengan metode materialisme dialektis. Semua
aspek kehidupan bisa ditelaah dengan materialisme dialektis. Kebudayaan, kesenian, ilmu sains,
dll., semua ini bisa dipelajari dengan metode materialisme dialektis, dan hanya dengan metode
ini kita bisa memahami bidang-bidang tersebut dengan sepenuh-penuhnya.[16]Lebih lanjut kita
akan mulai membahas tentang pemahaman materialisme dialektika sebagai dasar untuk
memahami materialisme historis.

1. MATERIALISME DIALEKTIKA

Materialisme dialektika adalah bukan semata-mata gejala materi dari kesatuan yang organik,
melainkan bergerak dan berkembang. Seluruh alam, kata Engels, dari yang sebutir pasir sampai
matahari, dari sperma sampai manusia, adalah selalu dalam keadaan senantiasa mengalir dengan
bergerak dan berkembang.

Gerak adalah bentuk eksistensi materi, di manapun tak pernah ada dan tak mungkin ada materi
tanpa gerak. Sebab materi tanpa gerak adalah sama mustahilnya gerak tanpa materi atawa
nonsens! Oleh sebab itu, gerak sebagaimana materi itu sendiri, tak dapat diciptakan atau
dilenyapkan. Ia hanya bisa ditransfer. Sebagai contoh, dalam masyarakat, ia juga tidak pernah
diam. Masyarakat sebagai suatu himpunan material dari sekumpulan manusia, selalu terlibat
dalam gerak dalam bentuk kerja atau kegiatan yang beraneka ragam. Sehingga tak ada
masyarakat (materi) yang diam tanpa gerak, dan tak ada gerak tanpa materi (masyarakat).[17]

1. Materialisme

Ketika kita berbicara mengenai Materialisme, kita berbicara mengenai filsafat Materialisme yang
berseberangan dengan filsafat Idealisme. Di sini kita harus membedakan Materialisme dengan
“materialisme” yang kita kenal dalam perbincangan sehari-hari. Biasanya kalau kita mendengar
kata materialisme, kita lantas berpikir ini berarti hanya memikirkan kesenangan duniawi, hanya
suka berpesta-pora, mementingkan uang di atas segala-galanya. Dan ketika kita mendengar kata
idealisme, kita lalu berpikir ini berarti orang yang punya harapan, yang bersahaja dan punya
mimpi dan cita-cita mulia. Pengertian sehari-hari ini bukanlah pengertian yang sesungguhnya
untuk Materialisme dan Idealisme dalam artian filsafat. Sepanjang sejarah filsafat, ada dua kubu
utama, yakni kubu Idealis dan kubu Materialis. Filsuf-filsuf awal Yunani, Plato dan Hegel,
adalah kaum Idealis. Mereka melihat dunia sebagai refleksi dari ide, pemikiran, atau jiwa
seorang manusia atau seorang makhluk maha kuasa. Bagi kaum Idealis, benda-benda materi
datang dari pemikiran. Sebaliknya, kaum Materialis melihat bahwa benda-benda materi adalah
dasar dari segalanya, bahwa pemikiran, ide, gagasan, semua lahir dari materi yang ada di dunia
nyata.[18]

1. Dialektika

Dialektika adalah satu cara pandang atas sesuatu dalam keadaan geraknya dan bukan dalam
keadaan diamnya. Proposisi dasar dialektika adalah bahwa segala hal selalu ada dalam proses
perubahan yang dinamik, yang seringkali prosesnya tidak terlihat dan tidak bergerak dalam garis
lurus. Untuk memudahkan kita memahami dialektika, ada tiga hukum utama gerak dialektika
yang bisa kita rangkum:Pertama,Hukum Kontradiksi.Kedua,Hukum Perubahan dari Kuantitatif
ke Kualitatif.Ketiga,Hukum Negasi dari Negasi. Kesemuanya akan kita uraikan sebagai berikut:

 Hukum Kontradiksi

Pertama: Kontradiksi Umum


Kontradiksi memuat di dalamnya dua persoalan penting, yakni, 1) bahwa segala sesuatu dalam
kehidupan ini selalu mengandung segi-segi yang berkontradiksi, 2) bahwa di dalam seluruh
proses perkembangannya dari satu tingkatan menuju tingkatan berikutnya selalu mengandung
kontradiksi.

Kedua: Kontradiksi Khusus

Ia juga mempunyai dua pengertian, yakni, 1) bahwa di dalam setiap hal mempunyai kontradiksi
sendiri-sendiri secara khusus. Suatu kontradiksi yang berbeda antara satu dan lainnya. 2) bahwa
suatu hal dalam proses perkembangan yang bersifat khusus akan mencapai tingkat
perkembangan yang khusus pula sampai melahirkan kualitas baru.

Ketiga: Kontradiksi Dasar

Dalam pelataran kenyataan objektif senantiasa terdapat kontradiksi-kontradiksi, adapun salah


satu yang terpenting adalah adanya kontradiksi dasar. Ia mengandung pengertian sebagai kualitas
kontradiksi yang menciptakan kondisi objektif dalam hal corak produksi masyarakat. Inilah yang
dimaksud kontradiksi dasar. Kontradiksi dasar adalah kontradiksi yang menempatkan antara satu
kelas dan kelas lainnya pada posisi yang saling bertentangan.

Keempat: Kontradiksi Pokok

Dalam setiap tingkat perkembangan tertentu, tidak semua kontradiksi mengandung ciri yang
sama. Di antara kontradiksi ini selalu ada satu hal yang memainkan peranan utama atau peranan
pokok. Kontradiksi pokok adalah kontradiksi yang menjadi poros utama, yaitu poros yang paling
menentukan, yang mampu memimpim dan yang mampu mendobrak untuk memenangkan suatu
perjuangan. Sebagai yang pokok ia juga akan menentukan yang tidak pokok. Kontradiksi pokok
ini menjadi aktor penentu dan paling utama.

Kelima: Mutasi Kontradiksi

Pasal ini mengandung pengertian, bahwa dalam suatu kontradiksi pokok senantiasa diganggu
dengan banyak kontradiksi yang juga dimainkan, dengan demikian kontradiksi pokok ini tidak
tetap kedudukannya. Pergeseran atau penggantian kedudukan kontradiksi ini disebut mutasi
kontradiksi pokok menuju non-pokok.

Keenam: Kontradiksi Antagonis

Adalah kontradiksi dalam pengertian bahwa penyelesaian antara dua kelas yang saling
bermusuhan adalah mengandung cara yang saling menghancurkan dengan kekerasan sebagai
jalan penyelesaian permusuhan. Tanpa penghancuran atau kekerasan, ia tak akan menyelesaikan
masalah.[19]

 Hukum Perubahan dari Kuantitaif ke Kualitatif

Ada dua jenis perubahan, yakni perubahan kuantitas dan perubahan kualitas. Perubahan kuantitas
adalah satu jenis perubahan yang hanya menyentuh besaran dari sesuatu hal atau benda.
Sedangkan perubahan kualitas adalah sebuah perubahan dari satu sifat ke sifat yang lain. Di alam
maupun ilmu sosial, kita dapat menyaksikan dua jenis perubahan ini. Hukum dialektika
mengajarkan bahwa pada saat tertentu perubahan kuantitas bisa beralih menjadi perubahan
kualitas, bahwa perubahan tidak selalu berada dalam garis lurus tetapi pada momen tertentu
mengalami loncatan.[20]

 Hukum Negasi dari Negasi

Negasi bermakna meniadakan. Negasi dari negasi bararti proses meniadakan yang meniadakan.
Hukum negasi dari negasi adalah metode mengungkapkan arah atau kecenderungan umum dari
gerak atau perkembangan sesuatu. Ia mengandung perubahan dari kualitas lama menjadi kualitas
baru dalam proses peningkatan dan perkembangan dari bentuk yang rendah, sederhana menuju
ke bentuk yang lebih tinggi dan kompleks. Itulah sebabnya hukum negasi dari negasi ini memuat
makna progresif karena ia tidak mengenal mundur atau mandek, melainkan maju.[21]

1. METERIALISME HISTORIS

Materialism historis adalah ilmu pengetahuan dari masyarakat manusia yang pada dasarnya
mencoba untuk memperhatikan dan menjelaskan dialektika/komunikasi.[22]Materialisme
historis dipahami sebagai perluasan prinsip-prinsip materialisme dialektik pada analisa mengenai
kehidupan masyarakat, atau pengeterapan prinsip-prinsip materialisme dialektik pada gejala
kehidupan masyarakat, atau semua aspek yang terjadi dalam fenomena masyarakat dan sejarah.
Bertolak dari proposisi bahwa yang terpenting dari filsafat adalah bukan hanya bongkar pasang
makna tentang dunia namun bagaimana ia mampu merubah kenyataan dunia, Karl Marx
meneruskan konsistensi pemikirannya pada kasus hukum dialektika sejarah dalam masyarakat
manusia. Sementara itu dalam materialisme historis, Marx menunjukkan hukum-hukum objektif
perkembangan masyarakat, menjabarkan secara ilmiah mata rantai sebab-sebab kelahiran,
perkembangan dan kehancuran sistem masyarakat beserta kelas-kelas sosial dalam suatu kurun
sejarah.[23]
Materialisme historis menyatakan bahwa cara dimana umat manusia mengorganisir produksi
materialnya menjadi basis bagi seluruh organisasi social. Basis tersebut kemudian menentukan
semua aktivitas social lainnya-administrasi hubungan antar kelompok manusia. Produksi
spiritual, moral, hokum, agama dsb. Apa yang disebut aktivitas suprastruktur social tersebut
selalu tetap terhubung, dengan satu jalan atau yang lainnya, pada basis social.[24]
Lenin berpendapat, dengan ditemukannya konsepsi materialisme historis, ia telah mengatasi dua
kelemahan pokok dari teori-teori sejarah terdahulu. Pertama, mereka paling hanya meneliti
motif-motif ideologis dari aktivitas sejarah manusia, tanpa menyelidiki apa yang melahirkan
motif-motif tersebut dan tanpa berpegang pada hukum-hukum objektif yang menguasai
perkembangan sistem hubungan sosial. Mereka juga tidak melihat akar-akar dari hubungan-
hubungan pada tingkat perkembangan produksi materi. Kedua, teori-teori sejarah terdahulu tidak
meliputi tinjauan aktivitas masyarakat dalam berbagai aspek corak-corak produksi dan
perkembangannya. Sedang materialisme historis Marx meninjau keadaan objektif sosial dan
perubahan dalam hukum dialektikanya dengan tingkat akurasi yang hampir menyamai ilmu-ilmu
alam. Sebab dalam materialisme historis, Marx menunjukkan hukum-hukum objektif
perkembangan masyarakat, menjelaskan secara objektif kelahiran, perkembangan dan
kehancuran suatu sistem masyarakat. Ia juga menyatakan bahwa pencipta sejarah sebenarnya
adalah massa rakyat kelas pekerja, bukan individu istimewa macam raja atau pahlawan.[25]

Anda mungkin juga menyukai