Disusun oleh:
Dani Umaruddin (1601561028)
Yudha Prasetyo Aditama (1601561030)
“Dalam kacamata filsafat dialektika, tidak ada yang dibangun untuk sebuah
keabadian, tidak ada yang absolut dan suci” - Karl Marx, Filsuf Jerman
Siapakah Karl Marx ?
Karl Heinrich Marx lahir di kota Trier di distrik Moselle, Prussian Rhineland,
Jerman, pada tanggal 5 Mei 1818. Dilihat dari silsilah keluarga, Marx termasuk
keturunan rabbi Yahudi dari garis keturunan ibunya yang bernama Henrietta.
Ayahnya bernama Heinrich seorang pengacara sukses dan terhormat di Trier. Marx
dan keluarganya penganut Kristen Protestan (Kuper dan Kuper, 2000).
Kepribadian Marx sangat berbeda dengan ayahnya. Marx memiliki bakat
intelektual, tetapi keras kepala, kasar, agak liar dan jarang mengedepankan perasaan.
Pada usia delapan belas tahun, sesudah mempelajari hukum selama satu tahun di
Universitas Bonn, Marx pindah ke Universitas Berlin. Di Universitas Berlin Marx
berkenalan dengan pemikiran pemikiran Hegel. Meskipun pada waktu itu Hegel telah
meninggal tetapi semangat dan filsafat yang diwariskannya masih diminati dan
menguasai pemikiran filsafat dan sosial di Eropa (Johnson, 1986). Sebelum mengenal
pemikiran dan filsafat Hegel, Marx telah mengenal pemikiran dan filsafat Emanuel
Kant, yaitu bahwa manusia berawal dari sebuah kesempurnaan (the holy spirit of
God) tetapi kemudian masuk ke dalam dunia yang penuh keterbatasan, kotor dan
tidak suci (Salim, 2002).
Hingga tahun 1844, Marx sangat dipengaruhi oleh pemikiran Hegel yang
mengasumsikan segala sesuatu di dunia atau di masyarakat memiliki kontradiksinya
yang kemudian kontradiksi itu akan menghasilkan sintesis sehingga segala sesuatu
yang ada selalu akan mengalami dialektika. Namun setelah itu Marx berubah karena
menganggap apa yang dipikirkan Emanuel Kant dan Hegel sangat idealis sehingga
sulit diwujudkan. Menurut Marx pemikiran Kant dan Hegel hanya bersifat ide bukan
kenyataan dan pengalaman. Sampai tahun 1845 Marx menjalani kehidupan di Paris
bersama dengan isterinya. Di Parislah Marx terbentuk sebagai seorang yang kritis
terhadap masalah-masalah kemasyarakatan. Paris pada waktu itu merupakan kota
yang dipenuhi kegiatan-kegiatan radikal, intelektual dan sebagai pusat liberalisme.
Tokoh-tokoh sosialis Prancis sangat mempengaruhi pemikiran Marx, seperti
St. Simon dan Proudhon demikian juga tokoh revolusioner seperti Blanqui (Johnson,
1986). Interaksinya dengan berbagai tokoh sentral intelektual, radikal dan
revolusioner di Paris itulah yang kemudian membawanya peduli dengan kaum buruh
dan rakyat kecil yang tertindas. Kepeduliannya tersebut tampak ketika Marx menolak
sistem kapitalis yang meluas dan berusaha menggantikannya dengan sistem sosialis.
Meluasnya sistem kapitalis itu menurut Marx mengancam kondisi-kondisi materiil
dan sosial yang sesungguhnya dan tingkat kesadaran sosial kelas-kelas buruh. Kritik
dan semangat yang mendasari Marx melakukan kritik terhadap sistem kapitalisme ini
berangkat dari filsafat moral keadilan dan cita-cita untuk perubahan masyarakat
menuju keadilan sosial ekonomi.
Berangkat dari pemikiran-pemikiran kritis Marx terhadap sistem kapitalis
itulah yang menjadi cikal bakal lahirnya perlawanan Marx terhadap sistem kapitalis.
Dalam perjuangannya menentang sistem kapitalisme tersebut Marx menulis beberapa
karya ilmiahnya yang populer seperti: Economic and Philosophical. Economic dan
Philoshopical itu berupa manuscript yang berisi analisisnya tentang ekonomi dan
filsafat. Karya lain yang menjadi prinsip dalam hidupnya diterjemahkan dalam tulisan
yang diberi judul The Germany Ideology yang membahas masalah materialisme
historis. Kemudian pada tahun 1857 Marx menulis suatu pernyataan yang menjadi
program teoretis sebuah organisasi, yang diberinya judul Manifesto Komunis. Dalam
perjuangannya yang tak kenal menyerah Marx terus menuangkan pemikirannya
dalam karya yang bertajuk The Class Struggles in France and The Eighteenth
Brumaire of Louis Bonaparte yang sesungguhnya sebuah essai. Karya yang paling
menonjol dari Marx dalah Das Kapital yang menjelaskan kontradisi internal dalam
sistem kapitalis.
1. Dialektika
Gagasan tentang filsafat dialektis telah ada selama berabad-abad
(Gadamer,1989). Gagasan dasarnya adalah arti penting kontradiksi. Sementara
kebanyakan filsuf, dan bahkan orang awam memperlakukan kontradiksi-kontradiksi
sebagai kesalahan-kesalahan, filsafat dialektis percaya bahwa kontradiksi-kontradiksi
eksis di dalam realitas dan cara yang paling tepat untuk memahami realitas adalah
dengan mempelajari perkembangan kontradiksi-kontradiksi tersebut.
Marx juga menerima arti penting kontradiksi-kontradiksi untuk perubahan
historis. Kita dapat melihat hal ini di dalam rumusannya yang terkenal seperti
“Kontradiksi Kapitalisme” dan “Kontradiksi Kelas”. Namun berbeda dengan Hegel,
Marx tidak percaya bahwa kontradiksi-kontradiksi ini bisa dipecahkan di dalam
pemahaman kita, yakni di dalam pikiran-pikiran kita. Bagi Marx kontradiksi-
kontradiksi ini benar-benar ada dan tidak dapat di pecahkan ooleh filsuf yang hanya
duduk di belakang meja tulisnya, melainkan oleh perjuangan hidup dan mati demi
mengubah dunia sosial. Dialektika lebih membawa kita kepada minat untuk mengkaji
konflik dan kontradiksi-kontradiksi yang terjadi di antara berbagaii level realitas
sosial, ketimbang minat sosiologi tradisional terhadap level-level yang saling
berhubungan secara teratur dengan suatu keseluruhan yang kohesif.
● Metode Dialektis
Fokus Marx pada kontradiksi-kontradiksi yang benar-benar ada, membawa
dia kepada suatu metode khusus untuk mempelajari fenomena sosial yang disebut
dialektika (Ball,1991;Friedrichs, 1972; Ollman, 1976; Schneider, 1971)
a. Fakta dan Nilai
Dalam analisis dialektis, nilai-nilai sosial tidak dapat dipisahkan dari
fakta-fakta sosial. Kebanyakan sosiolog menganggap nilai-nilai mereka bisa
dan bahkan harus dipisahkan dari studi mereka terhadap fakta-fakta dunia
sosial, tetapi juga tidak diinginkan, karena hal itu akan menghasilkan suatu
sikap ketidak berpihakan.
b. Hubungan Timbal Balik
Metode analisis dialektis bukanlah hubungan sebab akibat sederhana
dan satu arah antar bagian-bagian dunia sosial. Bagi pemikir dialektis,
pengaruh-pengaruh sosial tidak pernah secara sederhana mengalir di satu arah
sebagaimana yang diandaikan para pemikir-pemikir sebab akibat. Bagi
dialektikawan, satu faktor dapat berpengaruh pada faktor lain, namun juga
faktor lain ini juga akan berpengaruh pada faktor pertama. Jenis pemikiran ini
bukan berarti bahwa dialektikawan tidak pernah mengakui adanya hubungan
sebab akibat dalam dunia sosial. Ketika para pemikir dialektis berbicara
tentang kausalitas, bukan berarti mereka selalu melihat faktor-faktor sosial
berdasarkan hubungan timbal balik seperti yang mereka lakukan pada
kehidupan sosial.
c. Masa lalu, Masa Sekarang, dan Masa Depan
Hubungan realitas kontemporer dengan fenomena-fenomena sosial
masa lalu dan masa yang akan datang memiliki dua implikasi yang teroisah
terhadap sosiologi dialektis. Pertama, bahwa sosiolog dialektis bergelut
mempelajari akar-akar historis dunia kontemporer sebagaimana yang
dilakukan oleh Marx (1857-58/1964) dalam studinya terhadap sumber-sumber
kapitalis modern. Kedua, banyak pemikir dialektis menyesuaiikan diri dengan
tren sosial masa sekarang untuk memahami arah yang mungkin bagi
masyarakat di masa depan.
d. Tidak Ada yang Tidak Dapat Dielakkan
Pandangan dialektis yang melihat adanya hubungan antara masa
sekarang dengan masa yang akan datang bukan berarti masa datang
ditentukan oleh masa sekarang. Terence Ball (1991) menggambarkan Marx
sebagai seorang “yang meyakini kesempatan politis” ketimbang “kepastian
sejarah”. Karena fenomena sosial selalu melahirkan aksi dan reaksi, maka
dunia sosial tidak dapat dilukiskan lewat model yang sederhana dan
deterministik. Masa yang akan datang mungkin didasarkan pada beberapa
model yang ada saat ini, tetapi itu bukan berarti dia sudah pasti seperti yang
digambarkan model itu.
e. Aktor dan struktur
Para pemikir dialektis juga tertarik pada dinamika hubungan aktor dan
struktur sosial, termasuk Marx yang juga sudah mengetahui saling pengaruh
yang terus terjadi antara level-level utama analisis sosial. Inti pemikiran Marx
berada pada hubungan antara manusia dan struktur-struktur skala luas yang
mereka ciptakan (Lefebvre, 1968:8). Metode dialektis mengakui keadaaan
masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang, dan hal ini juga
berlaku untuk aktor-aktor dan struktur-struktur.
2. Materialisme Historis
3. Perjuangan Kelas
Sumber:
Bahari, Yohanes. 2010. Karl Marx: Sekelumit Tantang Hidup Dan Pemikirannya.
Pontianak: Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora.
Fikrah, Irzum. 2015. Filsafat Materialisme Karl Marx. Kudus: Jurnal Ilmu Aqidah
dan Studi Keagamaan.