Di Susun Oleh :
Bayu Dwi Atmoko (14413244021)
Pendidikan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta
Page 0
BAB I
Karl Marx
A. Latar Belakang
Perkembangan pemikiran Marx memang tidak lepas dari pengaruh
filsuf-filsuf hebat seperti Hegel, Feuerbach, Smith, juga Engels. von
Magnis membagi lima tahap perkembangan pemikiran marx yang
dibedakan ke dalam pemikiran Marx muda (young Marx) dan Marx tua
(mature Marx). Gagasan dan pemikirannya terutama diawali dengan
kajiannya terhadap kritik Feuerbach atas konsep agamanya Hegel yang
berkaitan dengan eksistensi atau keberadaan Tuhan. Marx yang
materialistik benar-benar menolak konsep Hegel yang dianggapnya terlalu
idealistik dan tidak menyentuh kehidupan keseharian.
Pemikiran-pemikirannya sosiologisnya antara lain dialektika, teori
keas sosial, determinisme ekonomi dan kritik masyarakat. Mark sangat
terkenal dengan dialektika materialis dan dialektika historisnya karena
bagi dia kekuatan yang mendorong manusia dalam sejarah adalah cara
manusia berhubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya,
yang abadi untuk merenggut kehidupan dari alam.
Munculnya kelas-kelas sosial dan hak milik atas alat-alat produksi
disebabkan karena usaha manusia untuk mengamankan dan memperbaiki
keadaan hidup. Usaha ini dilakukan dengan pembagian kerja yang
semakin spesialis. Masyarakat terbagi menjadi dua, yakni kelas penguasa
dan kelas pekerja. Pembagian yang semakin spesialis inilah yang akhirnya
membuat perbedaan tajam antara hidup seseorang yang berada di kelas
penguasa dan kelas bawah. Oleh karena itu Mark di dalam bukunya the
Communist Manifesto berusaha mengubah faham kapitalus menjadi
komunis menurut Karl Marx. Namun hal itu tidak semudah untuk merubah
keadaan yang pada awalnya menganut paham kapitalis menjadi sebuah
keadaan tanpa hak atas milik pribadi.
Oleh karena itu sangat menarik sekali untuk mengkaji tentang
pemikiran Karl Marx, kami penulis akan mencoba mengulas mengenai
Page 0
Page 0
Page 0
Page 0
mereka bisa dan bahkan harus dipisahkan dari studi mereka terhadap
fakta-fakta dunia sosial, tetapi juga tidak diinginkan, karena hal itu akan
menghasilkan suatu sikap ketidakberpihakan.
Hubungan Timbal Balik
Metode analisis dialektis bukanlah hubungan sebab akibat
sederhana dan satu arah antar bagian-bagian dunia sosial. Bagi pemikir
dialektis, pengaruh-pengaruh sosial tidak pernah secara sederhana
mengalir di satu arah sebagaimana yang diandaikan para pemikir-pemikir
sebab akibat. Bagi dialektikawan, satu faktor dapat berpengaruh pada
faktor lain, namun juga faktor lain ini juga akan berpengaruh pada faktor
pertama. Jenis pemikiran ini bukan berarti bahwa dialektikawan tidak
pernah mengakui adanya hubungan sebab akibat dalam dunia sosial.
Ketika para pemikir dialektis berbicara tentang kausalitas, bukan berarti
mereka selalu melihat faktor-faktor sosial berdasarkan hubungan timbal
balik seperti yang mereka lakukan pada kehidupan sosial.
Masa lalu,masa Sekarang, dan Masa Depan
Hubungan realitas kontemporer dengan fenomena-fenomena sosial
masa lalu dan masa yang akan datang memiliki dua implikasi yang
teroisah terhadap sosiologi dialektis. Pertama, bahwa sosiolog dialektis
bergelut mempelajari akar-akar historis dunia kontemporer sebagaimana
yang dilakukan oleh Marx (1857-58/1964) dalam studinya terhadap
sumber-sumber kapitalis modern.
Page 0
pada beberapa model yang ada saat ini, tetapi itu bukan berarti dia sudah
pasti seperti yang digambarkan model itu.
Aktor dan struktur
Para pemikir dialektis juga tertarik pada dinamika hubungan aktor
dan struktur sosial, termasuk Marx yang juga sudah mengetahui saling
pengaruh yang terus terjadi antara level-level utama analisis sosial.Inti
pemikiran Marx
struktur
dialektis mengakui keadaaan masa lalu, masa sekarang, dan masa yang
akan datang, dan hal ini juga berlaku untuk aktor-aktor dan strukturstruktur.
3. Sifat Dasar manusia
Marx
membangun
anaisis
kritisnya
terhadap
kontradiksi-
Page 0
adasuatu sifat dasar manusia pada umumnya, akan tetapi yang tidak
penting
adalah
sifat
dasar
tersebut
dimodifikasi
pada
masing
Konsepsi konsepsi sifat dasar manusia itu konservatif. Jika probemproblem kita disebabkan oleh sifat dasar kita, maka kita lebih baik belajar
untuk membiasakan diri mencoba mengubah segala sesuatu.
Meskipun demikian, jelas sekali bahwa marx memiliki konssep sifat dasar
manusia (geras, 1983). Bahkan, kurang masuk akal untuk mengatakan
bahwa sifat dasar manusia tidak ada. Sekalipun kita seperti kotak kapur
kosong, kotaak kapur tersebut mesti terbuat dari sesuatu, dan mesti
memiliki sifat, seperti bahwa tanda tanda kapur bisa tampak pada kotak
kapur tersebut. Pernyataan yang sebenarnya bukanlah apakah kita
memiliki sifat dasar, melainkan sifat semacam apa yang kita miliki tak
berubah atau terbuka terhadap proses-proses historis.
4. Kerja
Kerja adalah, pertama dan utama sekali, suatu proses dimana
manusia dan alam sama-sama terlibat, dan dimana manusia dengan
persetujuan dirinya sendiri sama-sama terlibat, dan dengan persetujuan
dirinya sendiri memulai, mengatur, dan mengontrol aksi reaksi material
antara dirinya dan alam. Dengan bertindak terhadap dunia eksternal dan
mengubahnya, manusia pada saat yang bersamaan mengubah sifat dasar
Page 0
untuk
bertindak
patuh
terhadap
kekuasaan.
Kita
tujuan
kita.
Marx
menyebut
proses
dimana
kita
Page 0
sebagian
Page 0
dari
Roh,
melainkan
perjuangan
kelas-kelas
untuk
Page 0
6.
Page 0
Komoditas
Dasar dari semua karya Marx mengenai struktur sosial, dan
letak keterikatannya yang paling jelas dengan pananganpandangannya mengnai potensi manusia, adalah di dalam
analisisnya mengenai komoditas atau produk-produk pekerjaan
yang terutama dimaksudkan untuk pertukaran. Seperti dinyatakan
Georg Lukacs (1922/1968 : 83). Masalah komoditas adalah
masalah struktural yang sentral bagi masyarakat kapitalis.
Alienasi
Marx menggunakan konsep alienasi untuk menyingkapkan
efek produksi kapitalis yang bersifat menghancurkan terhadap
manusia dan terhadap masyarakt. Yang sangat signifikan di sini
adalah sistem dua kelas yaitu kaum kapitalis mempekerjakan
karyawan (dengan demikian mereka memiliki waktu para pekerja)
dan para kapitalis memiliki alat-alat produksi (alat-alat dan bahanbahan mentah) dan juga memiliki produk-produk hasil akhirnya.
Agar dapat bertahan hidup, para pekerja dipaksa menjual waktu
kerja mereka kepada kaum kapitalis.
Alienasi dapat dilihat mempunyai beberapa komponen mendasar:
1. Para pekerja di dalam masyarakat kapitalis dialienasi dari kegiatan
produktifnya. Mereka tidak menghasilkan objek-objek menurut ideide mereka sendiri atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka
sendiri secara langsung. Malah, para pekerja bekerja bagi kaum
kapitalis, yang memberi upah sekadar untuk mnyambung hidup
sebagai balasan untuk pemakaian mereka dalam cara yang
dianggap cocok oleh sang kapitalis. Karena kegiatan produktif
adalah milik kaum kapitalis, dan karena mereka yang memutuskan
apa yang harus dilakukan, dapat dikatakan bahwa para pekerja
teralienasi dari kegiatan-kegiatan itu.
Page 0
Kemudian
Page 0
Namun , Marx
cadangan
dari
pengagguran
yang
mau
sebuah
ibarat,
tentang
hal
ini
kapitalisme
Page 0
keuntungan
demi
mengakumulasikan
lebih
dan
dan etos
kapitalisme
mendorong
kapitalis
dalam
eksploitasi
terhadap
proletariat.
Inilah
yang
Page 0
adalah
pertukaran
mnghasilkan
kategori-kategori
Page 0
Tanpa kesadaran itu mereka hanya membentuk apa yang oleh Marx
disebut suatu kelas dalam dirinya sendiri.
Didalam kapitalise, analisis Mark menemukan dua kelas utama:
borjuis dan proletariat. Borjuis adalah nama yang di berikan Mark
untuk kaum kapitalis di dalam ekonomi modern. Kaum borjuis
memiliki alat-alat produksi dan kaum poletariat adalah contoh lain
kontradiksi material yang nyata.
Kapitalisme Sebagai Hal Yang Baik
Mark, melihat kapitalism terutama sebagai hal yang baik.
Marx tiak ingin kembali kenilai-nilai tradisional prakapitalisme.
Generasi-generasi
masalampau
benar-benar
dieksploitasi;
sistem
ekonomi.
Kelahiran
kapitalisme
membuka
ada
eksploitasi,
sistem
kapitalis
memberikan
kapitalis
berjalan
menurut
serangkaian
Page 0
produksi
kapitalis
adalah
memaksimalkan
Page 0
logika
tenaga
produktif
dan
kenaikan
dalam
rangka
mendapatkankeuntungan
maksimum
dan
cara
esensial
dimana
kapitalis
mencoba
untuk
Page 0
menemukan
inti
masyarakat
kapitalis
didalam
Page 0
Kapital
adalah uang yang menghasilkan lebih banyak uang. Dengan kata lain,
kapital lebih merupakan uang yang di investasikan ketimbang uang
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keingginan manusia.
Jadi kapitalisme adalah uang yang menghasilkan lebih banyak
uang, namun Marx mengungkapkan kepada kita bahwa kapital bukan
hanya itu : kapital juga merupakan sebuah resolusi sosial tertentu.
dengan kata lain uang hanya akan menjadi kapital, karena adanya
relasi sosial antara proletariat yang bekerja dan harus membeli produk
dengan orang yang menginvestasikan upahnya. Kapitalis kapital untuk
memperoleh keuntunagan terlihat sebagai kekuatan yang di bantu oleh
alam- suatu kekuatan produktif imanen didalam kapital.
D. Akhir dari Kapitalisme
Marx sering dijuluki sebagai bapak dari komunisme yang
berasal dari kaum terpelajar dan politikus. Ia memperdebatkan bahwa
analisis tentang kapitalisme miliknya membuktikan bahwa kontradiksi
dari kapitalisme akan berakhir dan memberikan jalan untuk
komunisme.
Page 0
aksi
yang
terorganisasi
dari
kelas
kerja
Dia
Page 0
sosialisme
memasuki
era
modern
dalam
Page 0
sosialisme
radikal
pun
berkembang
mengiringi
Page 0
yang
bertentangan,
dan
kemudian
mempelajari
betapa
inillah
yang
dia
perlukan
menyusun
teorinya
mengenai
(dialectical
materialism).
Kemudian
konsep-konsep
itu
Page 0
Kegagalan
namun pada
Page 0
pada kerja wanita yang tidak di upah, sebab pertumbuhan tenaga kerja tergantung
kerja wanita yang tidak di upah.
Problem ke empat adalah bahwa Marx melihat ekonomi sebagai sesuatu
yang dikendarai oleh produksi dan mengabaikan aturankonsumsi. Fokusnya pada
produksi menggiringinya untuk mempredisikan bahwa masalah-masalah efisiensi
dan pemotongan upah akan menggiring pada ploterarianisasi, peningkatan
alienisasi dan semakin meruncingya konflik kelas.
Terakhir, sebagian mengaggap Marx tidak kritis dalam menerima konsepsi
kemajuan barat sebagai sebuah problem, Marx percaya bahwa mesin sejarah
adalah manusia yang selau menigkatkan eksploitasi terhadap alam demi
kebutuhan-kebutuhan materialnya. Di samping itu Marx yakin bahwa hakikat
manusia adalah kemampuannya untuk mengelola alam demi mencapai tujuantujuanya.
E. Kesimpulan
Suatu diskusi mengenai pendekatan dialektis yang diperoleh Marx dari
Hegel bahwa masyarakat disusun sekitar kontradiksi-kontradiksi yang dapat
dipecahkan hanya melalui perubahan sosial yang nyata. Salah satu dari
kontradiksi-kontradiksi utama yang dilihat Marx ialah diantara Potensi Manusia
dan kondisi Kapitalisme.
Dalam masyarakat kapitalis terdapat konsep komoditas dan kontradiksi
nilai guna dan niilai tukarnya. Dalam hal ini kemampuan modal untuk
menghasilkan keuntungan terletak pada eksploitasi kaum ploletariat. Kontradiksi
tersebut menyebabkan konflik kelas diantara kaum proletariat dan borjuis, yang
pada akhirnya akan menghasilkan revolusi karena proletarianisasi akan
memperbanyak barisan kaum ploretariat.
Page 0
BAB II
Ferdinand Tonnies
A.
Page 0
Page 0
Tonnies
terkenal
dengan
teorinya
mengenai
rasa
persatuan
batin
yang
juga
bersifat
nyata
dan
Page 0
2. Gesellschaft (patembayan)
Merupakan bentuk kehidupan bersama yang merupakan ikatan
lahir yang bersifat pokok dan biasanya untuk jangka waktu yang
pendek. Gesellschaft bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran
belaka, serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat
diumpamakan pada sebuah mesin. Bentuk Gesellschaft, misalnya saja,
dalam organisasi perdagangan, organisasi suatu pabrik atau organisasi
dalam suatu industry, organisasi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa
jika itu di lingkungan kampus.
Sedangkan menerut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
Gesellschaft merupakan tipe asosiasi dimana relasi-relasi kebersamaan
dan kebersatuan antara orang berasal dari faktor-faktor lahiriah seperti
persetujuan, peraturan, undang-undang dan sebagainya. Menurut
Tonnies teori Gesellschaft berhubungan dengan penjumlahan atau
kumpulan orang yang dibentuk atau secara buatan. Apabila dilihat
secara sepintas kumpulan itu mirip dengan Gemeinschaft yaitu sejauh
para individual hidup bersama dan tinggal bersama secara damai tetapi
dalam Gemeinschaft mereka pada dasarnya terus bersatu sekalipun ada
Page 0
setiap
relasi
selalu
adalah
salah
satu
contoh
langka
penganut
Page 0
kehidupan
tipe
komunitas/kelompok/asosiasi
Page 0
Ciri
Gemeinschaft
Gesellschaft
(paguyuban)
(patembayan)
Ikatan Keluarga
Pertukaran ekonomi
Keluarga
Kedirian
Orang, warga
Tanah
Uang
Hukum keluarga
Hukum kontrak
Desa
Kota
Hubunga
n social
Institusi
khas
Citra
tentang
individu
Bentuk
kekayaan
Tipe
hokum
Institusi
social
Kontrol
social
Hukum
Adat dan agama
dan
pendapat
umum
Tentang hal ini pula secara tidak langsung menurut Tonies faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan masyarakat dimana prinsip evolusi
yang ia miliki hampir sama dan senada dengan prinsip evolusi ahli lain
seperti
Max
Weber
begitu
juga
dengan
faktor-faktor
yang
Page 0
C. Kesimpulan
Ferdinand Tonnies terkenal dengan teorinya mengenai Gemeinschaft dan
Gesellschaft sebagai dua bentuk yang meyertai perkembangan kelompokkelompok sosial. Gemeinscahft (paguyuban) adalah bentuk kehidupan bersama
dimana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang kuat dan bersifat alamiah
serta bersiaft kekal. Dasar hubungan adalah ras cinta dan persatuan batin yang
juga bersifat nyata dan organis sebagaimana dapat diumpamakan pada peralatan
hidup tubuh manusia atau hewan. Bentuk Gemeinschaft terutama dapat dijumpai
di dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan lain sebagainya.
Page 0
BAB III
Aguste comte
A. Latar Belakang
Page 0
Sosiologi berasal dari kata latin socius yang berarti kawan dan dari kata
yunani logos yang berarti kata atau berbicara. Jadi sosiologi berarti berbicara
mengenai masyarakat. Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih muda,
walau telah mengalami perkembangan yang cukup lama. Sejarah hidup
seorang tokoh yang merupakan pencetus istilah Sosiologi sekaligus dikenal
dengan Bapak Sosiologi dengan pemahaman pemikiran dan teori-teorinya
yang terkenal ia adalah Auguste comte.
Teori-teori yang dikemukakan oleh Auguste Comte merupakan suatu
pembahasan yang sangat menarik untuk dipahami dan dapat dibandingkan
dengan kehidupan sekarang. Setiap gejala kejadian fenomena yang terjadi
dimasyarakat dapat dilihat dari teori sosial yang dikemukakan oleh Auguste
comte sebagai dasar acuan untuk memahami teori yang dikemukan oleh
Auguste Comte dapat diterima atau tidak oleh masyarakat luas.
Page 0
Page 0
Kuliah yang diberikan Comte menarik menarik banyak audien akan tetapi
akan di berhentikan pada perkuliahan ketiga dikarenakan Comte mengalami
masalah mental, bahkan pernah mencoba bunuh diri.
Meskipun Comte tidak memperoleh posisi reguler di Ecole Polytechnique,
Comte mendapatkan posisi minor sebagai asisten pengajar pada tahun 1832.
Pada tahun 1837 Comte mendapatkan posisi tambahan sebagai penguji ujian
masuk, dan untuk pertamakalinya, ini memberikan pendapatan yang memadai
karena, selama ini ia seringkali tergantung secara ekonomis terhadap
keluarganya. Selama kurun waktu tersebut Comte mengerjakan enam jilid
karya yang melambungkan namanya, Cours De Philosophie positive, yang
secara keseluruhan terbit pada tahun 1842, dimana jilid pertama terbit pada
tahun 1830. Dalam karya ini Comte memaparkan pandangannya bahwa
sosiologi adalah ilmu tertinggi. Ia juga menyerang Ecole Polytechnique, dan
hasilnya adalah pada tahun 1844 pekerjaannya sebagai asisten tidak di
perpanjang. Pada tzhun 1851 ia menyelesaikan empat jilid buku Systeme De
Politique Positive, yang lebih bertujuan praktis, dan menawarkan rencana
reorganisasi masyarakat.
Heibron menandaskan bahwa pada tahun 1838 terjadi kehancuran besar
pada kehidupan Comte dan sejak saat itu ia kehilangan harapan bahwa setiap
orang akan memikirkan karyanya secara serius tentang ilmu pengetahuan
secara umum, dan secara khususnya pada sosiologi. Pada saat yang
bersamaan ia mengawali hidup yang menyehatkan otak . yaitu, Comte tidak
mau membaca karya orang lain, yang akibatnya adalah ia menjadi kehilangan
harapan untuk dapat berhubungan dengan perkembangan intelektual terkini.
Setelah tahun 1838 ia mulai mengembangkan gagasan anehnya tentang
reformasi masyarakat yang di paparkan dalam bukunya Systime De Politique
Positive. Comte mulai menghayalkan dirinya sebagai seorang pendeta tingg
agama baru kemanusiaan ; ia percaya pada dunia yang pada akhirnya akan di
pimpin oleh sosiolog pendeta. Dalam hal ini, Comte banyak di pengaruhi oleh
latar belakang katholiknya. Menarik untuk disimak ditengah-tengah gagasan
berani itu, pada akhirnya Comte mendapatkan banyak pengikut di Prancis,
Page 0
Page 0
ilmu
pengetahuan
sosial
yang
bersifat
scientific.
Page 0
pengetahuan pada dasarnya tidak lebih dari pada suatu perluasan metode yang
sangat sederhanan dari akal sehat, terhadap semua fakta-fakta yang tunduk
kepada
akal
pikiran
manusia.
Comte
sangat
mendasarkan
seluruh
Page 0
Page 0
The law of the three stage atau hukum tentang tiga tingkatan
pemikiran, adalah hukum tentang perkembangan intelegensi manusia,
dan yang berlaku tidak hanya terhadap perkembangan masyarakat,
juga terhdap perkembangan seorang individu. Hukum ini merupakan
generalisasi dari tiap bagian dari pemikiran manusia yang berkembang
semakin maju melalui tiga tahap pemikiran yaitu:
a. Tahap Teologis
Tahap ini meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini
dikendalikan oleh kekuatan supranatural yang dimiliki oleh para dewa,
roh atau tuhan.Pemikiran ini menjadi dasar yang mutlak untuk
menjelaskan segala fenomena yang terjadi di sekitar manusia, sehingga
terkesan irasional.Dalam tahap teologis ini terdapat tiga kepercayaan
yang dianut masyarakat.Yang pertama fetisysme dan dinamise,
menganggap alam semesta ini mempunyai jiwa. Contohnya,
bergemuruhnya guntur disebabkan raksasa yang sedang berperang dan
lain-lain. Kemudian ada animisme yang mempercayai dunia sebagai
kediaman roh-roh atau bangsa halus.Yang kedua politeisme, sedikit
lebih
maju
dari
pada
kepercayaan
sebelumnya.Politeisme
mengelompokkan semua dan kejadian alam berdasarkan kesamaankesamaan diantara mereka.Sehingga politeisme menyederhanakan
alam semesta yang beranekaragam.Contoh dari politeisme, dulu
disetiap sawah di desa berbeda mempunyai dewa yang berbeda.
Politeisme
menganggap
setiap
sawah
dimanapun
tempatnya
mempunyai dewa yang sama, orang jawa mengatakan dewa padi yaitu
yaitu dewi sri. Yang terakhir, monoteisme yaitu kepercayaan yang
menganggap hanya ada satu tuhan.
b. Tahap Metafisik
Pada tahap ini tingkat pemikiran bahwa alam semesta dengan segala
isinya diatur adanya dan gerak perubahannya oleh hukum-hukum alam
yang merupakan tahap transisi pemikiran manusia dan semua
Page 0
Didalam
menyusun
ilmu
pengetahuan,
comte
Page 0
Page 0
E. Kesimpulan
Auguste comte adalah seorang tokoh yang terkenal dengan
pemahaman dan teori-teorinya dan sebagai pencetus mulculnya sosiologi
hingga disebut sebagai Bapak Sosiologi. Pemahaman pemikiran Auguste
Comte yang dibagi menjadi beberapa sumber penting yang menjadi latar
belakang yang menentukan jalan pikiran comte yaitu : revolusi Prancis,
filsafat sosial yang berkembang di Prancis, aliran reaksioner dan aliran
pemikiran sosialistik.
Auguste
comte
menciptakan
teori
dalam
sosiologi
yaitu
Page 0
BAB IV
(George Simmel)
A. Latar belakang
Teori merupakan sekumpulan konsep, definisi, dan proposisi yang saling
berkaitan yang menghadirkan suatu tinjauan secara sisitematis atas fenomena
yang ada dengan menunjukan secara spesifik hubungan-hubungan diantara
variabel-variabel yang terkait dalam fenonema, dengan tujuan memberikan
eksplanasi dan prediksi atas fenonema tersebut. Dalam hal ini teori sosiologi
klasik diartikan sebagai suatu hasil pemikiran berupa teori yang digunakan
sebagai alat penganalisa fenomena sosial pada masa menjelang abad ke-20.
Teori-teori tersebut lahir dari para tokoh-tokoh terkenal pada masa itu seperti
Emile Durkhem, Max Weber, Karl Mark, Georg Simmel dan lain-lain.
Hasil pemikiran dari masing-masing tokoh sosiologi klasik memiliki
keunikannya masing-masing dengan karakternya masing-masing sebagai
usaha dalam memahami kenyataan-kenyataan sosial yang terjadi di
masyarakat. Seperti misalnya hasil pemikiran George Simmel.
Page 0
George Simmel yang dikenal sebagai seorang sosiolog dan filsuf Jerman
yang
hidup
di
tahun
1858-1928
merupakan
salah
satu Founding
Father Sosiologi yaitu tepatnya tokoh dari sosiologi formal. Sosiologi formal
maksudnya ialah sosiologi lebih menitik beratkan pada mempelajari bentukbentuk interaksi sosial bukan mempelajari isi dari hubungan atau interaksi
sosialnya (Siahaan, 1986).
Pendekatan Simmel terhadap sosiologi dilihat dari cara pandangnya
terhadap masyarakat yang menurutnya merupakan sebuah bentuk interaksi
sosial yang berpola seperti halnya jaringan laba-laba. Masalah-masalah pokok
sosial yang dipelajari sosiologi terletak pada deskripsi dan analisa bentukbentuk khusus dari interaksi sosial manusia dan kristalisasinya di dalam
kelompok dengan karakteristiknya masing-masing.
Georg Simmel beranggapan bahwa sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
yang
harus
memiliki
tujuan
mendeskripsikan,
mengklasifikasikan,
Page 0
kerabat,
sahabat,
mahasiswa
dan
orang
Page 0
meninggalkan Berlin.
Perang Dunia I meletus beberapa saat setelah kepindahaannya di
Strasbourg, ruang-ruang kuliah berubah menjadi rumah sakit, tentara dan para
mahasiswa pergi berperang. Dan Simmel tetap menjadi sosok marginal di
kalangan akademisi Jerman sampai dengan dia wafat tahun 1918. Dia
memang tidak pernah mendapat karier akademis yang normal. Namun meski
Page 0
begitu Simmel telah menarik banyak pengikut akademik pada jamannya, dan
kepopulerannya sebagai seorang sarjana terpelihara bertahun-tahun.
Page 0
dialektis
di
dalam
Pemikiran Dialektis
Pemikiran dialektis adalah suatu pemikiran dimana individu
Page 0
Sosiologi filsafat
E. Kesadaran Individu
Pada level individual, Simmel berfokus pada bentuk-bentuk asosiasi dan
tidak terlalu memerhatikan masalah kesadaran individual. Namun, Simmel
dengan jelas bekerja dengan suatu pengertian bahwa manusia memiliki
kesadaran kreatif. Dasar kehidupan bagi Simmel adalah para individu atau
kelompok individu yang sadar, yang saling berinteraksi karena bermacam
motif, maksud dan kepentingan (Frisby, 1984:61). Minat pada kreativitas
tersebut terwujud di dalam diskusi Simmel mengenai bentuk-bentuk interaksi
yang bermacam-macam, kemampuan para aktor menciptakan struktur sosial,
dan juga efek-efek yang membahayakan yang dimiliki struktur-struktur itu
pada kreativitas individu. Diskusi Simmel mengenai bentuk bentuk interaksi
mengisyaratkan bahwa para aktor pasti berorientasi secara sadar kepada orang
lain. Misalnya interaksi didalam suatu sistem yang di stratifikasikan
mengharuskan agar pihak yang lebih tinggi dan yang lebih rendah saling
mengorientasi diri satu sama lain. Interaksi akan berhenti dan sistem stratifikasi
akan runtuh jika tidak ada proses orientasi bersama, hal yang sama berlaku
juga untuk semua bentuk interaksi lainnya.
Simmel juga mempunyai pengertian atas nurani individual dan atas fakta
bahwa norma-norma dan nilai-nilai masyarakat menjadi terinternalisasi di
dalam kesadaran individu. Keberadaan norma-norma dan nilai-nilai baik secara
internal maupun eksternal menjelaskan karakter rangkap perintah moral: bahwa
disatu sisi, perintah itu menghadapi kita sebagai tatanan impersonal yang harus
kita patuhi, tetapi di sisi lain, bukan kekuatan eksternal, melainkan hanya
Page 0
dorongan hati kita yang paling pribadi dan internal, yang memaksakannya
kepada kita. Bagaimanpun juga disinilah salah satu kasus ketika individu
didalam kesadarannya sendiri mengulangi hubungan-hubungan yang ada di
antara dia sebagai suatu pribadi total dan kelompok. Selain itu, Simmel
mempunyai suatu konsepsi mengenai kemampuan orang untuk menghadapi
dirinya sendiri secara mental, memisahkan diri dari tindakan-tindakannya
sendiri yang sangat mirip dengan pandangan-pandangan George Herbert Mead
dan interaksionis simbolik. Sang aktor dapat menerima rangsangan eksternal,
mengaksesnya, mengusahakan rangkaian tindakan yang berbeda, dan
kemudian memutuskan apa yang harus dilakukan. Karena kapasitas-kapasitas
mental tersebut, sang aktor tidak hanya diperbudak oleh kekuatan-kekuatan
eksternal. Akan tetapi, ada suatu paradoks di dalam konsepsi Simmel mengenai
kemampuan-kemampuan mental. Pikiran dapat membuat orang tetap
diperbudak oleh rangsangan luar, tetapi ia juga mempunyai kemampuan untuk
mereifikasi realita sosial, menciptakan sendiri objek-objek yang akhirnya
memperbudaknya. Seperti dikatakan Simmel "pikiran kita mempunyai
kecakapan luar biasa untuk memikirkan isi yang independen dan tindakan
berpikir. Oleh karena itu, meskipun kecerdasan memampukan manusia untuk
menghindar dari diperbudak, kecerdasan manusia juga menciptakan strukturstruktur dan lembaga-lembaga yang menghambat pemikiran dan tindakantindakan mereka.
F. Interaksi sosial
Georg
Simmel
terkenal
dalam
sosiologi
kontemporer
karena
sumbangannya bagi pemahaman kita tentang pola atau bentuk interaksi social.
Dalam hal ini kita berbicara tentang proses mikro-molukuler dalam, sebut saja
materi manusia. Proses-proses ini adalah kejadian aktual yang terikat atau
terhipostatiskan ke dalam sistem dan unit yang bersifat makrokosmik dan padat.
(Simmel,1908/1959b: 327-328) Simmel menjelaskan bahwa salah satu minat
utamanya adalah interaksi (asosiasi) antar actor sadar dan tujuan minatnya ini
adalah melihat besarnya cakupan interaksi yang pada suatu ketika mungkin
terlihat sepele namun pada saat lain sangat penting. Ini bukannya kelanjutan minat
Page 0
Durkheim tentang fakta sosial, tetapi lebih merupakan pernyataan tentang fokus
sosiologi yang skalanya lebih kecil.
Geometri Sosial
Dalam sosiologi formal Simmel, kita dapat melihat jelas upayanya
mengembangkan geometri relasi sosial. dua dari koefisien geometri yang
Page 0
Jumlah
Minat Simmel pada dampak jumlah orang terhadap kualitas interaksi dapat
dilihat dalam bahasanya tentang perbedaan antara dyad dan triad. Bagi Simmel
(1950), terdapat perbedaan krusial antara dyad dengan triad.
Dyad(dyad (kelompok yang terdiri dari dua orang)
- Tidak ada struktur kelompok independen.
- Kelompok tidak lain hanya terdiri dari dua individu yang dapat di pisahkan.
- Masing-masing anggota mempertahankan tingginya level individualitas.
- Individu tidak direndahkan pada level kelompok
Triad (kelompok yang terdiri dari tiga orang).
-Memiliki kemungkinan besar memperoleh makna di luar individu yang
terlibat.
-Berpotensi melahirkan struktur kelompok independen.
-Sering terjadi ancaman yang lebih besar bagi individualitas anggotanya.
Gerakan
adalah
sesuatu
yang
esensial
bagi
Ukuran kelompok
Pada level yang lebih umum, terdapat sikap simmel yang mendua
(1908/1971) terhadap dampak ukuran kelompok. Di satu sisi, ia berpendapat
bahwa meningkatnya ukuran kelompok atau masyarakat kecil cenderung
mengontrol kebebasan individu. Namun, pada masyarakat yang lebih luas,
individu cenderung terlibat dalam sebuah kelompok, yang masing-masing hanya
mengontrol sebagian kecil dari keseluruhan kepribadian. Dengan kata lain,
individualitas dalam kehadiran dan tindakannya secara umum meningkatkan
derajat
sehingga
lingkaran
sosial
yang
melingkupi
individu
dapat
Jarak
Dalam buku the philosophy of money (1907/1978), simmel memaparkan
sebuah prinsip umum nilai apa saja yang membuat suatu benda jadi berharga-
Page 0
yang menjadi dasar analisisnya tentang uang. Poin dasarnya ialah bahwa nilai
sesuatu ditentukan oleh jaraknya dari aktor. Sebuah barang tidak akan ada nilainya
jika terlalu dekat dan terlalu mudah diraih atau, sebaliknya, terlalu jauh dan terlalu
sulit diperoleh. Objek yang memang mungkin dapat diraih, namun hanya dengan
upaya sungguh-sungguh, adalah yang paling berharga.
Tipe sosial
Kita telah mengulas salah satu tipe simmel, yaitu orang asing; tipe lainnya
adalah si pelit, pemboros, pengelana, dan bangsawan. Untuk mengilustrasikan apa
yang dimaksud simmel di wilayah ini, kita akan membahas salah satu tipe yang
dijelaskannya, yaitu orang miskin.
Orang miskin
Sebagaimana ciri khas karya simmel, orang miskin juga didefinisikan
menurut relasi sosial, orang yang dibantu oleh orang lain atau paling tidak berhak
untuk mendapatkan bantuan tersebut.Dalam hal ini simmel jelas tidak
berpandangan bahwa kemiskinan didefinisikan oleh ada atau tidakna sejumlah
uang di tangan.
Simmel juga memiliki pandangan relativistik tentang kemiskinan yaitu,
orang miskin bukan sekedar mereka yang berada di lapis terbawah
masyarakat.Dari sudut pandang ini, kemiskinan ditemukan pada seluruh strata
masyarakat.Konsep ini mempengaruhi konsep sosiologi ang kemudian tumbuh,
yaitu keterbelakangan relatif.Jika orang yang merupakan anggota kelas atas lebih
miskin dari sesamanya, mereka cenderung merasa miskin bila dibandingkan
dengan mereka.
Bentuk Sosial
Simmel melihat luasnya cakupan bentuk sosial, termasuk pertukaran,
konflik, prostitusi dan sosiabilitas. Kita bisa melihat bentuk sosial melalui diskusi
Simmel tentang dominasi, yaitu superordinasi dan subordinasi.
Superordinasi dan Subordinasi
Superordinasi dan subordinasi memiliki hubungan timbal balik. Pemimpin
tidak ingin sepenuhnya mengarahkan pikiran dan tindakan orang lain. Justru
pemimpin berharap pihak yang tersubordinasi beraksi secara positif atau
negatif.Tidak satu pun bentuk interaksi ini meungkin ada tanpa adanya hubungan
Page 0
G. Struktur-struktur sosial
Secara langsung Simmel tidak banyak membicarakan tentang strukturstruktur masyarakat berskala besar. Terkadang karena fokusnya pada interaksi, dia
menyangkal adanya level realitas sosial. Suatu contoh yang baik dari hal itu
ditemukan didalam usahanya untuk mendefinisikan masyarakat, tempat dia
menolak pendirian realis yang dicontohkan oleh Emile Durkheim bahwa
masyarakat adalah suatu entitas meterial yang nyata. Simmel juga tidak merasa
nyaman dengan konsepsi nominalis bahwa masyarakat tidak lain dari suatu
himpunan individu-individu yang terisolasi. Dia menganut pendirian menengah,
yang membahayakan masyarakat sebagai sekumpulan interaksi atau berhubungan
melalui interaksi.
Meskipun Simmel menyatakan pendirian interaksionis itu, di dalam banyak
karyanya dia bekerja sebagai seorang realis, seakan-akan masyarakat adalah suatu
struktur material yang nyata. Kemudian ada suatu kontradiksi mendasar didalam
karya Simmel mengenai level struktur-sosial. Simmel mencatat, "masyarakat
melampaui individu dan menjalani kehidupannya sendiri yang mengikuti hukumhukumnya sendiri. Masyarakat juga menghadapi individu dengan keteguhan
historis, imperatif".
Pemecahan untuk paradoks tersebut terletak di dalam perbedaan di antara
sosiologi formal Simmel, dimana dia cenderung setia kepada pandangan
interaksionis atas masyarakat, dan pansangan historis dan sosiologis filosofisnya,
Page 0
yang berarti dia jauh lebih condong untuk melihat masyatakat sebagai suatu
struktur sosial independen yang bersifat memaksa. Di dalam sosiologi-sosiologi
belakangan, dia melihat masyarakat sebagai bagian dari proses-proses
perkembangan kebudayaan obyektif yang lebih luas yang membuatnya cemas.
Meskipun kebudayaan objektif paling baik dilihat sebagai bagian dari ranah
budaya, Simmel memasukkan pertumbuhan struktur-struktur sosial berskala besar
sebagai bagian dari proses itu. Bahwa Simmel mengaitkan pertumbuhan strukturstruktur sosial dengan penyebaran kebudayaan objektif, jelas di dalam pernyataan
ini, "meningkatnya objektivikasi kebudayaan kita, yang fenomenanya terdiri dari
unsur-unsur yang semakin impersonal dan yang semakin kurang menyerap
totalitas subjektif individu...juga mencakup struktur-struktur sosial" (1908/1950b:
318). Selain itu, untuk memperjelas hubungan di antara masyarakat dan
kebudayaan objektif, pernyataan itu menghasilkan pemikiran-pemikiran Simmel
pada level budaya realitas sosial.
H. Kebudayaan Objektif
Dalam pandangan Simmel, manusia menghasilkan kebudayaan, tetapi
karena kemampuan mereka untuk mereifikasi realitas sosial, dunia budaya dan
dunia sosial akhirya mempunyai kehidupan sendiri, kehidupan yang semakin
mendominasi para aktor yang menciptakannya, dan terus menciptakannya setiap
hari. Obyek-obyek budaya menjadi semakin terkait satu sama lain di dalam suatu
dunia yang lengkap yang kian sedikit berhubungan dengan jiwa subyektif
(individual) dan keinginan-keinginan serta kepekaan-kepekaannya.
Komponen kebudayaan obyektif:
Peralatan
Seni
Alat-alat transportasi
Bahasa
Produk-produk ilmu
Lingkungan intelektual
Teknologi
Kebijaksanaan konvensional
Page 0
Dogma religious
Sistem-sistem legal
Sistem-sistem filosofis
Page 0
kota modern (Vidler, 1991). Dia melihat bahwa kebudayaan objektif dapat
berkembang dengan baik di kota metropolis modern, namun disisi lain terjadi
kemunduran kebudayaan individual. Kota menjadi pusat pembagian kerja, spesialisasi
memainkan suatu peran sentral didalam menghasilkan suatu kebudayaan objektif
yang terus meluas. Dampak modenitas lainnya yaitu bahwa orang lebih bebas berada
dalam kota modern dibandingkan dengan tinggal dalam batas-batas sosial ketat di
kota kecil.
patut mendapat penghargaan. Teori ini setara dengan penghargaan untuk esaiesainya mengenai mikrososiologi. Judul karya Simmel memang terfokus kepada
uang, namun pada fenomenonya terdapat sekumpulan perhatian teoritis dan
filosofis yang lebih luas. Contohnya, Simmel tertarik pada isu nilai yang luas, dan
uang dapat dilihat sebagai bentuk nilai yang spesifik. Pada level lainnya, Simmel
tertarik tak hanya mengenai uang, namun dampaknya terhadap sederetan
fenomena yang luas, dunia batin para aktor dan kebudayaan objektif secara
keseluruhan. Pada level berikutnya, Simmel memperlakukan uang sebagai suatu
fenomena spesifik yang berhubungan dengan suatu varietas komponenkomponen kehidupan. Akhirnya dan dianggap yang paling umum bahwa Simmel
melihat uang sebagai suatu komponen kehidupan yang spesifik yang mampu
membantu memahami totalitas kehidupan.
J. Uang dan Nilai
objek-objek, memisahkan diri dari objek dan kemudian berusaha mengatasi jarak,
rintangan-rintangan, dan kesulitan-kesulitan (Simmel,1907 / 1978 : 66). Semakin
besar kesulitan memperoleh sesuatu obyek, semakin besar nilainya. Akan tetapi,
kesulitan pencapaian mempunyai suatu batas yang lebih rendah dan yang lebih
tinggi (Simmel,1907 / 1987 : 72).Nilai suatu benda berasl dari kemampuan untuk
mendapatkannya. Suatu benda keberadaaanya dekat,menjadi suatu yang tidak bernilai
harganya dan terlalu mudah dalam mendapatkannya. Sebaliknya pula, suatu benda
yang terlalu jauh dan sulit dalam hal mendapatkannya juga menjadi sesuatu yang tak
bernilai pula. Mereka dapat di bilang bernilai jika dalam mendapatkannya tidak terlalu
jauh dan tidak terlalu dekat. Hal-hal yang mempengaruhi jarak suatu benda / objek
dalam mendapatkannya adalah seberapa lama mendapatkannya,kelangkaan, kesulitan
serta hal-hal yang perlu di korbankan dalam mendapatkannya. Individu berusaha
menempatkan diri dalam prosesi mendapatkan benda atau objek tersebut dengan
mudah, namun juga sedikit sulit.
Page 65
K. Uang, Reifikasi, dan Rasionalisasi
kalukulasi-kalkulasi
jangka
panjang,
perusahaan-perusahaan
berskala besar, dan kredit jangka panjang (1907 / 1978:125). Belakangan , Simmel
mengatakan uang telah... mengembangkan... praktik-praktik paling obyektif, normanorma yang paling logis, yang matematis secara murni, kebebasan absolut dari segala
hal yang personal (1907 / 1978:128). Simmel melihat proses dari retifikasi hanya
bagian dari proses yang lebih umum yang mewujudkan dan menyimbolkan di dalam
obyek-obyek. Perwujudan dan tsruktur simbolik tersebut menjadi di reifikasi dan pada
akhirnya menjalankan kekuatan mengendalikan para aktor. Uang tidak hanya
menciptakan dunia sosial yang direifikasi,juga menyumbang bagi rasionalisasi dunia
sosial yang terus meningkat (Deutschmann,1996;B.Turner,1986). Ekonomi uang
menumbuhkembangkan suatu penekanan pada faktor-faktor kuantitatif dari pada
kualitatif.
Page 65
yang ada dapat kita beli. Penyeragaman yang terjadi dengan membuat
kesatuan obyek yang di sebut uang membuat sikap sinis yang beranggapan
semua ada harganya. Ekonomi uang menyebabkan sikap bosan, semua hal
sama mejemuknya dangan warna abu-abu,sehingga tidak menggembirakan
bila memperolehnya (Simmel, 1907/ 1978: 256). Bosan membuat kehilangan
kemampuan dari individu untuk membedakan setiap nilai dari setiap tujuan
dari pembelian. Hal negatif yang lain dari ekonomi uang adalah hubungan
yang semakin impersonal diantara manusia.
L. Tragedi Kebudayaan
nya pembagian kerja di dalam pembagian kerja di dalam masyarakat modern (Oakes,
1984: 19). Pada saat spesialisasi dalam pekerjaan mengantarkan ketingkat kecakapan
yang lebih baik dan menciptakan berbagai komponen budaya. Namun, pada saat yang
sama individu yang sudah terspesialisasi kehilangan kepekaan dan pengendalian
terhadap kebudayaan. Kebudayaan obyektif terbentuk, kebudayaan individu terhenti.
Contohnya, dalam perkembangan bahasa telah di perluas secara besar besaran,
namun kemampuan lingusitik individu tertentu tampak mundur. Dengan seiring
perkembangan teknologi dan peralaatan mesin, kemampuan para pekerja yang
mengutamakan individu dan keahlian yang dibutuhkan telah merosot. Individu sudah
sangat terspesialisasi dengan pembagian kerjanya. Dengan kekuatanya mendominasi
para individu dalam segala kehidupan mereka dengan berbagai cara.
hal tentang orang lain agar dapat menjalin komunikasi dengan mereka, seperti kita
harus tau siapa yang menjadi lawan bicara kita atau sedang berurusan dengan siapa
pada saat itu. Namun hal yang perlu diketahui bahwa kita bisa pada akhirnya
Page 65
mengetahui banyak hal tentang orang lain tersebut,tetapi kita tidak akan pernah
mengetahui kondisi secara internal terhadap diri mereka seperti pemikiran, suasana
hati,dll. Di lain hal kita benar - benar membentuk konsepsi yang utuh mengenai
orang lain dari potongan potongan infomasi yang didapat serta membentuk
gambaran mental yang koheren mengenai orang yang menjadi lawan interaksi.
Dengan demikian hubungan hubungan berkembang diatas dasar pengetahuan
timbal balik, dan pengetahuan itu berlandaskan hubungan hubungan aktual.
Keduanya terjalin terpisahkan(1906/1950: 309)
ketidaktahuan dan kesalahan. Akan tetapi dalam proses interaksi dengan orang lain
hal itu memperoleh sifat yang khas karena terkait dengan kehidupan batin orang yang
kita ajak berinteraksi. Manusia memiliki objek pengetahuan yang berbeda,
mempunyai kemampuan menyingkapkan secara sengaja kebenaran atau berbohong
dengan menyembunyikan kebenaranyang ada pada dirinya. Namun faktanya bahwa
sekalipun
manusia
ingin
menyingkapkan
semuanya,
mereka
tidak
dapat
melakukannya karena begitu banyak informasi yang mereka dapat akan mendorong
setiap orang masuk ke rumah sakit jiwa (Simmel, 1906/1950:312). Oleh karena itu,
orang harus memilih hal-hal yang akan mereka laporkan kepada orang lain. Dari
sudut pandang simmel bahwa kita hanya melaporkan pecahan-pecahandari
kehidupan batin kita pada orang lain kemudian memilih pecahan mana yang
diungkapkan dan disembunyikan. Hal itu membawa bentuk kebohongan,suatu bentuk
interaksi dengan sengaja menyembunyikan sebagian kebenaran kepada orang lain dan
dalam hal ini,orang lain tidak hanya ditinggalkan pada konsepsi keliru melainkan
dapat diusut pada fakta bahwa pelaku bermaksud orang lain tertipu.
kedua belah pihak dengan fakta yang diketahui pihak yang satu atau pihak yang lain.
Karena keberadaan yang kebelakangan itulah yang menyebabkan adanya jarak
dalam semua hubungan sosial. Dalam argumen Simmel bahwa hubungan sosial
Page 65
memerlukan baik unsur-unsur yang diketahui oleh lawan interaksi dan yang tidak
diketahuioleh lawan interaksi. Dengan kata lain hubungan paling intim pun
memerlukan hubungan kedekatan yang berjarak,pengetahuan timbal balik dan saling
menyembunyikan,oleh karena itu kerahasiaan bagian integral dari hubungan sosial
seluruhnya meskipun kerahasiaan dapat menghancurkan hubungan bagi yang
mengetahuinya.
Ukuran masyarakat
Dalam setiap kelompok-kelompok kecil sulit dalam mengembangkan
kerahasiaan. setiap orang terlalu dekat dengan orang lain dan kondisi-kondisinya
serta frekuensi keintimannya mengandung banyak godaan untuk
menyingkapnya(Simmel,1906/1950:335. Sebaliknya, dalam kelompok besar
rahasia-rahasia dapat dikembangkan bahkan jauh lebih banyak dibutuhkan karena
ada perbedaaan kepentingan diantaranya.
dan kerahasiaan timbal balik. Bahwa dalam sederet kelompok kepentingan dimana
kita berinteraksi berdasarkan pada suatu dasar yang terbatas serta kepribadian dari
orang lain tidak relevan bagi perhatian kita yang spesifik. Simmel berargumen bahwa
objektivitas kebudayaan yang bertambah membawa serta semakin banyak kelompok
berkepentingan terbatas dan jenis-jenis yang dikaitkan dengannya. Hubungan ini
memerlukan totalitas subjektif sang individu daripada yang dilakukan asosiasi dalam
masyarakat pramodern.
Kepercayaan
Page 65
Kita
dapat
mengetahui
kenalan-kenalan
kita,tetapi
kita
tidak
mempunyai pengetahuan yang akrab atas mereka. orang mengetahui orang lain
hanya bagian luarnya,baik dalam arti gambaran sosial murni,atau dalam apa yang
mereka tunjukan kepada kita (Simmel,1906/1950:320). Karena itulah ada
kerahasiaan yang lebih banyak dari kalangan kenalan dari pada kalangan yang
akrab.
orang lain dengan sengaja pada kita. Keberjarakan itu tidak mengacu kepada hal
khusus yang tidak di izinkan kita ketahui, tetapi kepada suatu sikap hati-hati umum
berkenanaan kepribadian total(Simmel,1906/1950:321). Meskipun berjarak kita
sering dapat mengetahui lebih banyak tentang orang lain daripada yang mereka
singkapkan kepada kita. bagi orang yang mempunyai telinga yang baik secara
psikologis,orang yang sering mengkhianati sebagian besar pemikiran dan
kualitasnya yang paling rahasia,tak hanya meskipun tapi sering karena mereka
sangat ingin menjaganya(1902/1950:323-324). Simmel berargumen bahwa
interaksi bergantung baik pada keberjarakan atau fakta kita dapat mengetahui lebih
dari yang mereka kira.
Persahabatan. Asumsi bahwa persahabatan didasar pada keakraban total dan
hubungan timbal balik yang penuh disisi lain Simmel melawan karena kurangnya
keakraban penuh secara khusus berlaku bagi persahabatan dalam masyarakat
Page 65
Page 65
menjadi sesuatu yang jauh lebih menghancurkan dari pada zaman dahulu, sesuatu
yang mempertanyakan persis fondasi kehidupan
Dalam
dunia
modern
masalah
politik
cenderung
telah
kehilangan
kerahasiaannya dan sebaliknya urusan pribadi jauh lebih rahasia daripada dalam
masyarakat modern. Simmel juga mengingatkan bahwa kehidupan modern telah
berkembang,ditengah kesesakan metropolitan,suatu teknik untuk membuat dan
menjaga masalah pribadi rahasia(Simmel,1906/1950:337). Secara keseluruhan apa
yang
publik
menjadi
lebih
publik
dan
pribadi
akan
menjadi
pribadi(Simmel,1906/1950:337)
Jerman memang terleihat begitu menonjol. Namun, dari semua popularitas yang
disandangnya, Simmel juga mempunyai banyak hambatan dalam mewujudkan dirinya
dikalangan elite ilmuan di Jerman.
Page 65
O. Kesimpulan
Simmel
ditarik
kesimpulan,
bahwa
Simmel
berusaha
untuk
terpola seperti halnya jaring laba-laba. Dan ini merupakan tugas dari sosiolog
untuk meneliti bentuk interaksi sedemikian itu bagaimana mereka terjadi dan
mewujud di dalam kehidupan sejarah dan seiring budaya yang berbeda. Sosiologi
adalah master science dimana orang dapat menemukan hukum-hukum yang
mengatur semua perkembangan sosial. Simmel tidak melihat masyarakat sebagai
bentuk organisme sebagaimana menurut comte ataupun Spencer. Menurut
Simmel masyarakat terdiri dari jaringan yang banyak liku-likunya.
Simmel mempunyai beberapa teori besar, antar lain dalam buku the
Page 65
BAB V
(Herbert Spencer)
A. Latar Belakang
dengan lingkungannya. Sosiologi juga bisa berarti ilmu tentang struktur sosial, proses
sosial dan perubahannya mencakup berbagai bidang, sehingga kita bisa menemui
beberapa istilah yang terkait dengan Sosiologi. Banyak ahli yang mengemukakan
pendapatnya tentang
memahami arti Sosiologi dan pandangan para ahli dalam Sosiologi, kami akan
membahas salah satu ahli sosiologi yaitu Herbert Spencer. Tahun 1837 ia mulai
bekerja sebagai insinyur sipil jalan kereta api, jabatan yang dipegangnya hingga tahun
1850. Tahun 1853, Spencer menerima harta warisan yang memungkinkan ia berhenti
bekerja dan manjalani sisa hidupnya sebagai seorang sarjana bebas.
Salah satu watak Spencer yang paling menarik yang menjadi penyebab
kerusakan intelektualnya adalah keengganannya membaca buku orang lain. Dalam hal
ini ia sama dengan tokoh sosiologi awal Auguste Comte yang juga mengalami
gangguan otak. Bila ia tidak pernah membaca karya sarjana lain, lalu dari mana
gagasan dan pemahaman Spencer berasal? Ia mengatakan bahwa gagasan-gagasan
yang muncul sedikit demi sedikit, secara rendah hati tanpa disengaja atau tanpa kerja
keras (Wiltshire, 1987:66).
Page 65
Spencer lahir di Derby, Inggris 27 April 1820. Ia tak belajar seni dan
humaniora, tetapi di bidang teknik dan bidang-bidang utilitarian (bisnis). Tahun 1837
ia mulai bekerja sebagai insinyur sipil jalan kereta api, jabatan yang dipegangnya
hingga tahun 1846. Selama periode ini Spencer melanjutkan studi atas biaya sendiri
dan mulai menerbitkan karya ilmiah dan politik. Tahun 1848 Spencer ditunjuk sebagai
redaktur The Economist dan gagasan intelektualnya mulai mantap. Tahun 1850 ia
menyelesaikan karya besar pertamanya, Social Statics. Selama menulis karya ini
Spencer untuk pertama kali mulai mengalami insomnia (tak bisa tidur) dan dalam
beberapa tahun berikutnya masalah mental dan fisiknya ini terus meningkat. Ia
menderita gangguan saraf sepanjang sisa hidupnya.
berhenti bekerja dan menjalani sisa hidupnya sebagai seorang sarjana bebas. Ia tak
pernah memperoleh gelar kesarjanaan universitas atau memangku jabatan akademis.
Karena ia makin menutup diri, dan penyakit fisik dan mentalnya makin parah,
produktivitasnya selaku sarjana makin menurun. Akhirnya Spencer mulai mencapai
kemasyhuran tak hanya di Inggris tetapi juga reputasi internasional. Richard
Hofstadter mengatakan, Selama tiga dekade sesudah perang saudara, orang tak
mungkin aktif berkarya di bidang intelektual apapun tanpa menguasai (perkiraan)
Spencer. (1959:33).
Page 65
kerusakan intelektualnya adalah keengganannya membaca buku orang lain. Dalam hal
ini ia sama dengan tokoh sosiologi awal Auguste Comte yang juga mengalami
gangguan otak. Mengenai keengganannya membaca buku orang lain itu, Spencer
berkata : Aku telah menjadi pemikir sepanjang hidupku, bukan menjadi pembaca,
aku sependapat dengan yang dikatakan Hobbes bahwa jika aku membaca sebanyak
yang dibaca orang lain, aku hanya akan mengetahui sedikit yang mereka ketahui itu
(Wiltshire, 1978:67). Temannya pernah meminta pendapatnya tentang buku, dan
jawabannya adalah bila membaca buku ia melihat asumsi fundamental buku itu
keliru dan karena itulah ia tak mau membaca buku (Wiltshire, 1978:67). Seorang
pengarang menulis tentang cara Spencer dalam menyerap pengetahuan melalui
kekuatan kulitnya. Ia rupanya tak pernah membaca buku (Wiltshire, 1978:67)
Bila tak pernah membaca karya sarjana lain, lalu darimana gagasan
dan pemahaman Spencer berasal? Menurut Spencer, ide-idenya muncul tanpa sengaja
dan secara intiutif dari pikirannya. Ia mengatakan bahwa gagasannya muncul sedikit
demi sedikit, secara rendah hati tanpa disengaja atau tanpa upaya yang keras
(Wiltshire, 1978:66). Institusi seperti itu dianggap Spencer jauh lebih efektif
ketimbang upaya berpikir dan belajar tekun : Pemecahan yang dicapai melalui cara
yang dilukiskan itu mungkin lebih benar ketimbang yang dicapai pemikiran
(Wiltshire, 1978:66).
lain. Sebenarnya, jika ia membaca karya orang lain, itu dilakukannya hanya sekedar
untuk menemukan pembenaran pendapatnya sendiri. Ia mengabaikan gagasan orang
lain yang tak mengakui gagasannya. Demikianlah, Charles Darwin, pakar
sezamannya, berkata tentang Spencer, Jika ia mati melatih dirinya untuk mengamati
lebih banyak, dengan risiko kehilangan sebagian dari kekuatan berpikirnya sekalipun,
tentulah ia telah menjadi seorang manusia yang sangat hebat (Wiltshire, 1978:70)
pengabaian Spencer terhadap aturan ilmu pengetahuan menyebabkan ia membuat
serentetan gagasan kasar dan pernyataan yang belum dibuktikan kebenarannya
mengenai evolusi kehidupan manusia. Karena itulah sosiolog abad 20 menolak
gagasan Spencer dan riset empiris yang tekun. Spencer meninggal 8 Desember 1903
C. Pemikiran Mengenai Evolusi Masyarakat
Page 65
untuk mengenakan prinsip evolusi tidak hanya pada bidang Biologi, melainkan pada
semua bidang pengetahuan lainnya. Proses evolusi masyarakat berawal dari individu
bergabung menjadi keluarga, keluarga bergabung menjadi kelompok, kelompok
bergabung menjadi desa, desa menjadi kota, kota menjadi Negara, Negara menjadi
perserikatan bangsa-bangsa.
bahwa kita harus bertitik tolak dari The law of the persistence of force yaitu prinsip
ketahanan kekuatan. Artinya siapa yang kuat dialah yang menang dalam
masyarakat.Teori Spencer mengenai evolusi masyarakat merupakan bagian dari
teorinya yang lebih umum mengenai evolusi seluruh jagat raya.Dalam bukunya social
statics masyarakat disamakan dengan suatu organisme.Maksud Spencer mengatakan
bahwa
masyarakat
adalah
organisme
itu,
dalam
arti
positivistis
dan
dan berevolusi sendiri lepas dari kemauan dan tanggung jawab anggotanya, dan
dibawah kuasa suatu hukum. Latar belakang dari adanya gerak evolusi ini ialah
lemahnya semua benda yang serba sama. Misalnya, dalam keadaan sendirian atau
sebagai perorangan saja manusia tidak mungkin bertahan. Maka ia merasa diri
didorong dari dalam untuk bergabung dengan orang lain, supaya dengan berbuat
demikian ia akan dapat melengkapi kekurangannya.
penggabungan materi :
a) Tahap penggandaan atau pertambahan
keseluruhannya selalu bertumbuh dan bertambah. Anak yang berbadan kecil menjadi
besar, desa menjadi kota, suku bangsa menjadi bangsa, dan seterusnya.
b) Tahap kompleksifikasi
perpecahan, maka kecenderungan negatif ini perlu dibendung dan diimbangi oleh
proses yang mempersatukan. Pengintegrasian ini juga merupakan tahap dalam proses
evolusi, yang bersifat alami dan spontan-otomatis. Manusia sendiri tidak perlu
mengambil inisiatif atau berbuat sesuatu untuk mencapai integrasi ini. Sebaiknya ia
tinggal pasif saja, supaya hukum evolusi dengan sendirinya menghasilkan keadaan
kerjasama yang seimbang itu. Proses pengintegrasian masyarakat berlangsung seperti
halnya dengan proses pengintegrasian antara anggota-anggota badan fisik Indonesia.
yang berjudul On the Origin of Species, atau the Preservation of Favoured Races in
the Struggle for Life yang membahas proses evolusi organisme-organisme fisik yang
konsep-konsep tersebut amat berpengaruh atas Darwinisme Sosial.
sebutan Darwinisme Sosial atau Social Darwinism. Herbert Spencer melihat ada
kesamaan dalam teori evolusi
manusia disebutnya
oleh suatu kecenderungan biologis di dalam diri manusia, yaitu suatu naluri sosial
yang disebut herd instinct atau gregarious instinct (naluri kelompok) yang membuat
manusia
mengakui
dan
menyukai
teman-teman
sesama.Walaupun
manusia
mempunyai kodrat sosial yang bersifat biologis, ia tidak hidup dalam damai dengan
Page 65
orang lain. Struggle for life senantiasa menonjol.Ia merasa diri terancam oleh orang
lain yang hendak memakai dia demi bisa bertahan hidup. Keadaan ini telah
menyebabkan bahwa oleh alam sendiri membentuk badan fisik dan badan sosial.
2. Teori Ras
seorang Yahudi yang dibesarkan dalam kancah dan suasana konflik antara golongan
bukan Yahudi melawan golongan Yahudi. Teorinya adalah teori perang, ia yakin
bahwa telah menemukan didalam Darwinisme kunci rahasia, yang menyikap seluruh
sejarah. Darwin telah membuktikan adanya evolusi biologis yang melalui tahap-tahap
seleksi dan adaptasi.Teori ini diterapkan Gumplowicz pada sejarah. Sejarah adalah
proses seleksi yang terus menerus, dimana golongan yang palig sehat dan kuat pada
akhirnya selalu menang.
bahasa dan agama.Bangsa merupakan kesatuan budaya, hal ini tidak terlalu konsisten
dengan teorinya yang menerangkan kehidupan merupakan hasil hukum alam yaitu
hasil konfrontasi (kekerasan). Jadi pada akhir hidup Gumplowicz, ia akhirnya sedikit
memperbaiki pandangan masyarakat yang Darwinistis dan telah mulai merintis suatu
pandangan yang bercirikan budaya.
3. Teori Determinisme
Diantara
banyak
teori
monokausal
yang
bermaksud
untuk
famili patriarkal
pengembala.Tipe Kedua ialah famili tidak stabil yang mirip dengan keluarga yang
sekarang disebut keluarga inti.Tipe ini agak goyah karena kurang berdaya dalam
Page 65
a. Evolusionisme
Page 65
Rousseau dan pengikutnya dari zaman Romantik dan program mereka berupa
kembalilah kepada alam! ia mengajar bahwa alam berarti evolusi,
sedangkan
kebudayaan
kebudayaan
sosialitas
bersifat
manusia
berarti
antisosial.
dan
tidak
involusi.
Kebudayaan
merupakan
Pada
tidak
tanda
pokoknya
tiap-tiap
mengejewantahkan
kebebasannya
dan
yang
kuat
dan
mahir
di
bidang
peperangan
atau
pertempuran.Ia
menarik beberapa kesimpulan dari thesisnya, bahwa masyarakat industri harus dilihat
sebagai pembebasan manusia dari cengkeraman negara dan agama, yang keduaduanya bersifat absolut. Menurut hemat spencer, kedua tipe masyarakat bertentangan
satu terhadap yang lain dalam arti bahwa mereka saling menolak.
dalam buku Sosial Static, dia yakin bahwa kekuatan power hidup manusia adalah
sarana untuk menghadapi ujian hidup serta menyesuaikan diri dengan perubahanperubahan sosial maupun fisik.Seleksi alam yang kuatlah yang menang menjadi
prasyarat manusia menuju puncak kesempurnaan dan kebahagiaan.Survival of The
Fittest merupakan istilah yang digunakan oleh Spencer untuk menunjuk pada
perubahan yang terjadi di dalam dunia sosial. Dalam hal ini ungkapan tersebut
sebenarnya digunakan untuk menunjuk pada proses seleksi alam, akan tetapi Spencer
menerima pandangan seleksi alam juga terjadi di dalam dunia sosial. Spencer
menerima pandangan ini karena ia merupakan seorang Darwinis sosial. Jadi ia
meyakini pandangan evolusi bahwa dunia tumbuh semakin baik. Dengan demikian,
dunia harus dibiarkan begitu saja; campur tangan pihak luar akan memperburuk
situasi ini. Jadi jika tidak dihambat oleh intervensi eksternal, orang yang kuat akan
bertahan hidup dan berkembang biak, sementara yang lemah pada akhirnya akan
punah.
Darwinisme
sosial
menggambarkan
bahwa
perubahan
dalam
Page 65
G. KESIMPULAN
Page 65
BAB VI
(MAX WEBER)
A Latar Belakang
Dengan demikian suatu gerak reflek tidak berarti, oleh karena tidak
mempunya tujuan dan sarananya juga tidak dipikirkan sebelumnya. Weber
mengingatkan, tidak terdapat pemisahan yang kaku antara perilaku yang
berarti dengan perilaku yang tidak bertujuan.
Tipe-tipe rasionalitas:
1.
Page 65
Meskipun seluruh tipe rasionalitas lain juga bersifat lintas peradaban dan
melampaui sejarah, rasionalitas formal hanya muncul di Barat seiring
dengan lahirnya industrialisasi.
Page 65
tindakan sosial. Dalam teori tentang tindakan sosial, tujuan Weber tak lain
adalah memfokuskan perhatian pada individu, pola dan regulitas tindakan,
dan bukan pada kolektivitas. Tindakan dalam pengertian orentasi
perilaku laku yang dapat dipahami secara subjektif hanya hadir sebagai
perilaku seorang atau beberapa orang manusia individual
matang mengenai tujuan dan cara yang akan ditempuh untuk meraih
tujuan itu. Jadi, Rasionalitas instrumental adalah tindakan yang diarahkan
Page 65
Affectual Rational
Tradisional Rational
Tindakan sosial semacam ini bersifat rasional, namun sipelaku tidak
lagi memperhitungkan proses dan tujuannya terlebih dahulu, yang
dijadikan pertimbangan adalah kondisi atau tradisi yang sudah baku
dan manakala baik itu cara-caranya dan tujuan-tujuannya adalah
sekedar kebiasaan atau sering disebut dengan mendarah daging.
Page 65
F KESIMPULAN
Page 65
BAB VII
(EMILE DURKHEIM)
A. Latar Belakang
usahanya menjadikan sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmu yang baru. Ia percaya
bahwa masyarakat dapat dipelajari secara ilmiah. Ia menolak pendekatan individual
dalam memahami fenomena dalam masyarakat dan lebih memilih pendekatan secara
sosial. Oleh karena itu ia juga berusaha memperbaiki metoda berpikir sosiologis yang
tidak hanya berdasarkan pada pemikiran-pemikiran logika filosofi tetapi sosiologi.
Menurut Durkheim, masyarakat dibentuk oleh fakta sosial yang melampaui
pemahaman intuitif kita dan mesti diteliti melalui observasi dan pengukuran. Ide
tersebut adalah inti dari sosiologi yang menyebabkan Durkheim sering Dianggap
sebagai bapak sosiologi (Gouldner, 1958). Meskipun istilah sosiologi telah
dilahirkan Auguste Comte beberapa tahun sebelumnya, namun belum ada lapangan
sosiologi yang berdiri sendiri dalam universitas pada akhir abad ke-19. Belum ada
sekolah, departemen, apalagi professor dalam bidang sosiologi. Tantangan yang
signifikan dari sosiologi adalah filsafat dan psikologi, dua ranah ilmu ini mengklaim
melingkupi ranah yang ingin diduduki sosiologi. Cita-cita Durkheim terhadap
sosiologi sekaligus menjadi dilemanya adalah menjadikan sosiologi menjadi suatu
ilmu yang berdiri sendiri dan merupakan ranah yang bisa diidentifikasi.
Page 65
pendeta Yahudi dan ia sendiri belajar untuk menjadi pendeta (rabbi). Tetapi, ketika
berumur 10 tahun ia menolak menjadi pendeta. Sejak itu perhatiannya terhadap agama
lebih bersifat akademis ketimbang teologis (Mestrovic, 1988). Ia bukan hanya kecewa
terhadap pendidikan agama, tetapi juga pendidikan masalah kesusastraan dan estetika.
Ia juga mendalami metodologi ilmiah dan prinsip moral yang diperlukan untuk
menuntun kehidupan sosial. Ia menolak karir tradisional dalam filsafat dan berupaya
mendapatkan pendidikan ilmiah yang dapat disumbangkan untuk pedoman moral
masyarakat. Meski kita tertarik pada sosiologi ilmiah tetapi waktu itu belum ada
bidang studi sosiologi sehingga antara 1882-1887 ia mengajar filsafat di sejumlah
sekolah di Paris.
Jerman ia berkenalan dengan psikologi ilmiah yang dirintis oleh Wilhelm Wundt
(Durkheim, 1887/1993). Beberapa tahun sesudah kunjungannya ke Jerman, Durkheim
menerbitkan sejumlah buku diantaranya adalah tentang pengalamannya selama di
Page 65
Jerman (R. Jones, 1994). Penerbitan buku itu membantu Durkheim mendapatkan
jabatan di Jurusan Filsafat Universitas Bordeaux tahun 1887. Di sinilah Durkheim
pertama kali memberikan kuliah ilmu sosial di Universitas Perancis. Ini adalah sebuah
prestasi istimewa karena hanya berjarak satu dekade sebelumnya kehebohan meledak
di Universitas Perancis karena nama Auguste Comte muncul dalam disertasi seorang
mahasiswa. Tanggung jawab utama Durkheim adalah mengajarkan pedagogik di
sekolah pengajar dan kuliahnya yang terpenting adalah di bidang pendidikan moral.
Tujuan instruksional umum mata kuliahnya adalah akan diteruskan kepada anak-anak
muda dalam rangka membantu menanggulangi kemerosotan moral yang dilihatnya
terjadi di tengah masyarakat Perancis.
Tahun 1893 ia menerbitkan tesis doktornya, The Devision of Labor in Society dalam
bahasa Perancis dan tesisnya tentang Montesquieu dalam bahasa Latin (W. Miller,
1993). Buku metodologi utamanya, The Rules of Sociological Method, terbit tahun
1895 diikuti (tahun 1897) oleh hasil penelitian empiris bukunya itu dalam studi
tentang bunuh diri. Sekitar tahun 1896 ia menjadi profesor penuh di Universitas
Bordeaux. Tahun 1902 ia mendapat kehormatan mengajar di Universitas di Perancis
yang terkenal, Sorbonne, dan tahun 1906 ia menjadi profesor ilmu sangat terkenal
lainnya, The Elementary Forins of Religious Life, diterbitkan pada tahun 1912. Kini
Durkheim sering dianggap menganut pemikiran politik konservatif dan pengaruhnya
dalam kajian sosiologi jelas bersifat konservatif pula. Tetapi dimasa hidupnya ia
dianggap berpikiran liberal dan ini ditunjukkan oleh peran publik aktif yang
dimainkannya dalam membela Alfred Drewfus, seorang kapten tentara Yahudi yang
dijatuhi hukuman mati karena penghianatan yang oleh banyak orang dirasakan
bermotif anti-yahudi (Farrel, 1997).
Durkheim merasa sangat terluka oleh kasus Dreyfus itu, terutama oleh
seorang yang dapat dianggap bertanggung jawab atas penderitaannya itu. Orang yang
Page 65
dapat dijadikan sebagai sasaran pembalasan dendam atas kemalangannya itu, dan
orang yang menentang pendapat umum yang diskriminatif, biasanya ditunjuk sebagai
kambing hitam yang akan dijadikan korban. Yang meyakinkan saya dalam penafsiran
ini adalah cara-cara masyarakat menyambut hasil pengadilan Dreyfus 1894. keriangan
meluap di jalan raya. Rakyat merayakan kemenangan atas apa yang telah dianggap
sebagai penyebab penderitaan umum. Sekurang-kurangnya mereka tahu siapa yang
harus disalahkan atas kesulitan ekonomi dan kebejatan moral yang terjadi dalam
masyarakat mereka; kesusahan itu berasal dari Yahudi. Melalui fakta ini juga segala
sesuatu telah dilihat menjadi bertambah baik dan rakyat merasa terhibur (Lukes,
1972:345).
Perhatian
Durkheim
terhadap
perkara
Dreyfus
berasal
dari
Page 65
prinsip moral ditemukan melalui studi sosiologi ilmiah di tempat prinsip moral itu
diterapkan.
pengaruhnya tak hanya terbatas di bidang sosiologi saja. Sebagian besar pengaruhnya
terhadap bidang lain tersalur melalui jurnal Lannee Sociologique yang didirikannya
tahun 1898. Sebuah lingkaran intelektual muncul sekeliling jurnal itu dan Durkheim
berada dipusatnya. Melalui jurnal itu, Durkheim dan gagasannya mempengaruhi
berbagai bidang seperti antropologi, sejarah, bahasa dan psikologi yang agak ironis,
mengingat serangannya terhadap bidang psikologi.
Page 65
dan penuh darah Paris Commune. Revolusi ini disinyalir sebagai penyebab
munculnya persoalan-persoalan individualisme.
D. Fakta Sosial
Hal yang penting dalam pemisahan sosiologi dari filsafat adalah ide
bahwa fakta sosial dianggap sebagai sesuatu (S. Jones, 1996) dan dipelajari secara
Page 65
empiris. Artinya, bahwa fakta sosial mesti dipelajari dengan perolehan data dari luar
pikiran kita melalui observasi dan eksperimen.
Fakta sosial adalah seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang
dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal; atau bisa juga
dikatakan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu
masyarakat, dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasimanifestasi individual. (Durkheim, 1895/111982: 13). Hal itu menunjukkan bahwa
Durkheim memberikan definisi agar sosiologi terpisah dari ilmu filsafat dan
psikologi. Durkheim berpendapat bahwa fakta sosial tidak bisa direduksi kepada
individu, namun mesti di pelajari sebagai realitas mereka. Durkheim menyebut fakta
sosial dengan istilah latin sui generis, yang berarti unik. Durkheim menggunakan
istilah ini untuk menjelaskan bahwa fakta sosial memiliki karakter unik yang tidak
bisa direduksi menjadi sebatas kesadaran individual. Jika fakta sosial dianggap bisa
dijelaskan dengan merujuk pada individu, maka sosiologi akan tereduksi menjadi
psikologi.
termasuk aturan legal, beban moral, dan kesepakatan sosial. Dia juga memasukan
bahasa sebagai fakta sosial, dan menjadikannya contoh yang paling mudah dipahami.
Pertama karenakan bahasa adalah sesuatu yang mesti dipelajari secara empiris.
Kedua bahasa adalah sesuatu yang berada di luar individu. Meskipun individu
menggunakan bahasa, namun bahasa tidak dapat didefinisikan atau diciptakan oleh
individu. Ketiga, bahasa memaksa individu. Bahasa dapat membuat sesuatu itu sulit
dikatakan. Terakhir, perubahan dalam bahasa dapat dipelajari dengan fakta sosial lain
dan tidak bisa hanya keinginan individu saja.
posisi yang ekstrem dalam hal ini. sebab ia terlalu membatasi sosiologi hanya pada
fakta sosial saja. Padahal ada banyak cabang-cabang dalam sosiologi. Durkheim
membedakan dua tipe ranah fakta sosial material dan non material. Fakta sosial
material seperti gaya arsitektur bentuk teknologi, dan hukum dan perundangundangan, relatif mudah dipahami karena keduanya bisa diamati secara langsung.
Lebih penting lagi, fakta sosial material tersebut sering kali mengekspresikan
kekuatan moral yang lebih besar dan kuat yang sama-sama berrada diluar individu
Page 65
dan memaksa mereka. Kekuatan moral inilah yang disebut dengan fakta sosial nin
material.
Studi Durkheim yang paling penting dan inti dari sosiologi terletak
yang material. Durkheim menyebut ini dengan fakta morfologis, dan semua itu
termasuk hal yang paling penting dalam buku pertamanya, The Division of Labor.
a. Moralitas.
Persperktif durkheim mengenai moralitas: pertama, Durkheim yakin
bahwa moralitas adalah fakta sosial, dengan kata lain, moralitas bisa dipelajari
secara empiris, karena ia berada diluar individu, ia memaksa individu, dan bisa
dijelaskan dengan fakta-fakta sosial lain. Kedua, Durkheim dianggap sebagai
sosiolog moralitas karena studinya didorong oleh kepeduliannya pada kesehatan
moral kesehatan moral masyarakat modern.
Dalam pandangan Durkheim, orang selalu terancam kehilangan ikatan
moral, dan hal ini dinamakan patologi. hal tersebut penting bagi Durkheim
karena tanpa itu individu akan diperbudak oleh nafsu yang tidak pernah puas.
Seseorang akan didorong oleh nafsu mereka ke dalam kegilaan untuk mencari
Page 65
kepuasan namun setiap kepuasan akan menuntut lebih dan lebih. Jika masyarakat
tidak membatasi kita maka kita akan menjadi budak kesenagan yang selalu
meminta lebih. Sehingga Durkheim memegang pandangan bahwa individu
membutuhkan moralitas dan kontrol dari luar untuk bebas. Pandangan hasrat
yang tidak pernah puas ini ada pada setiap manusia adalah inti dari sosiologi
Durkheim.
b. Kesadaran kolektif.
berbagai macam cara dan konsep. Usaha awalnya untuk menaangani persoalan ini
adalah dengan mengembangkan ide tentang kesadaran kolektif. Durkheim
mendefinisikan kesadaran kolektif sebagai berikut: seluruh kepercayaan dan
perasaan bersama orang kebanyakan dalam sebuah masyarakat akan membentuk
suatu sistem yang tetap yang punya kehidupan sendiri, kita boleh menyebutnya
dengan kesadaran kolektif atau kesadaran umum. Dengan demikian, dia tidak
sama dengan kesadaran partikular, kendati hanya bisa disadari lewat kesadarankesadaran partikular.
yang luas dan gagasan yang tidak memiliki bentuk yang tetap. Sehingga perlu
didekati dengan relasi fakta sosial material. Contoh dari representasi kolektif ialah
simbol agama, mitos, dan legenda populer. Semua yang tersebut itu adalah caracara dimana masyarakat merefleksikan dirinya.
Page 65
diasosiasikan dengan organisasi sosial. Namun dia menjelaskan bahwa fakta sosial
tidak menghadirkan diri dalam bentuk yang jelas. Durkheim menyebutnya arus
sosial. Dia mencontohkan dengan luapan semangat, amarah, dan rasa kasihan.
Fakta-fakta sosial nonmaterial bahkan bisa memengaruhi institusi yang paling
kuat sekalipun. Hal ini dicontohkan pada konser rock yang terjadi di Erropa timur.
Konser rock merupakan tempat muncul dan berseminya standar buadaya, fashion.
Dan gejala perilaku yang lepas kntrol partai. Dengan kata lain kepemimpinan
politik takut pada konser rock karena berpotensi menekan perasaa individu dari
alienasi menjadi motivasi keterasingan sebagai fakta sosial.
e. Pikiran kelompok
Arus sosial dapat dilihat sebagai serangkaian makna yang disepakati
dan dimiliki bersama oleh seluruh anggota kelompok. Karena itu arus sosial tidak
bisa dijelaskan berdasarkan suatu pikiran individual. Arus sosial juga tidak bisa
dijelaskan secara intersubjektif yaitu berdasarkan interaksi antar individu. Arus
sosial hanya akan tampak pada level interaksi bukan individu.
Kenyataannya ada kesamaan yang kuat antara teori fakta sosial dari
Durkheim dengan teori mutakhir tentang hubungan otak dengan pikiran individu.
Keduanya sama-sama menggunakan gagasan bahwa sistem yang kompleks akan
terus berubahdan menunjukkan ciri-ciri baru.
Durkheim juga memiliki pemahaman modern tentang fakta sosial
nonmaterial yang mengandung norma, nilai, budaya, dan berbagai fenomena
psikologis sosial bersama.
E. Teori Solidaritas
telah disebut sebagai karya klasik pertama sosiologi. Di dalam karya tersebut,
Page 65
a. Dinamika Penduduk
dan diferensiasi yang tinggi memungknkan orang bekerja sama dan sama-sama
ditopang oleh sumber daya yang sama. Diferensiasi justru menciptakan ikatan yang
lebih erat dari pada persamaan. Masyarakat dengan solidaritas organis membentuk
ikatan yang solid dan individual daripada masyarakat dengan solidaritas mekanis.
Individualitas tidak menyebabkan kehancuran suatu katan tetapi memperkuat ikatan
tersebut.
b. Hukum Represif dan Resitutif
dibentuk oleh hukum represif. Karena masyarakat seperti itu memiliki kesaman
norma dan moralitas bersama. Apabila ada individu melanggar maka seluruh anggota
Page 65
Durkheim
berpendapat
bahwa
sosiolog
mampu
membedakan
khas keseragaman pola-pola relasi sosial, memiliki latar belakang pekerjaan yang
sama dan kedudukan semua anggota. Apabila nilai-nilai budaya yang melandasi relasi
mereka, dapat menyatukan mereka secara menyeluruh. Maka akan memunculkan
ikatan sosial yang kuat dan di tandai dengan munculnya identitas sosial yang kuat
pula. Individu menyatukan diri dalam kebersamaan, sehingga tidak ada aspek
kehidupan yang tidak diseragamkan oleh relasi-relasi sosial yang sama. Individu
melibatkan diri secara penuh dalam kebersamaan pada masyarakat. Karena itu, tidak
terbayangkan bahwa hidup mereka masih dapat berlangsung apabila salah satu aspek
kehidupan di pisahkan dari kebersamaan.
penting. Contohnya yaitu, adanya kesadaran kolektif yang di dasarkan pada sifat
ketergantungan individu yang memiliki kepercayaan dan pola normatif yang sama.
Individualitas tidak berkembang karena di hilangkan oleh tekanan aturan atau hukum
yang bersifat represif. Sifat hukuman cenderung mencerminkan dan menyatakan
kemarahan kolektif yang muncul atas penyimpangan atau pelanggaran kesadaran
kolektif dalam kelompok sosialnya. Singkatnya, solidaritas mekanis di dasarkan pada
suatu kesadaran kolektif (collective consciousness) yang di lakukan masyarakat
dalam bentuk kepercayaan dan sentimen total di antara para warga masyarakat.
Individu dalam masyarakat seperti ini cenderung homogen dalam banyak hal.
Keseragaman tersebut berlangsung terjadi dalam seluruh aspek kehidupan, baik
sosial, politik bahkan kepercayaan atau agama.
Page 65
2. Solidaritas organis
kehidupan sosialnya namun terdapat kepentingan bersama atas dasar tertentu. Pada
kelompok sosialnya, terdapat ciri-ciri tertentu, yaitu :
a)
b)
c)
proses perubahan kepemimpinan di lakukan secara turun temurun dari kepala suku
atau etua adat. Berbeda dengan masyarakat organis proses suksesi kepemimpinan di
lakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat atau individu. Contohnya seperti
pemilihan umum presiden dan wakil presiden di Indonesia melalui Pemilu yang
melibatkan seluruh warga Negara Indonesia.
Solidaritas Mekanis
Solidaritas Organis
Saling
keterkaitan
mempengaruhi
keefisienan kerja.
Terjadi
di
masyarakat
sederhana.
Di
dan
dalam
langsungkan
oleh
(pedesaan)
Beban ringan.
Banyak
lain
saling
bergantungan
masyarakat yang masih memiliki kesadaran kolektif yang sangat tinggi, kepercayaan
yang sama, cita-cita dan komitmen moral. Masyarakat yang menggunakan solidaritas
mekanis, mereka melakukan aktifitas yang sama dan memiliki tanggung jawab yang
sama.
Page 65
diri. Karena itu adalah wilayah studi psikologi. Perhatiannya adalah menjelaskan
perbedaan angka bunuh diri dari beberapa negara. Ia memiliki asusmsi mengenai
fakta sosial yang melatarbelakangi fenomena bunuh diri ini sekaligus kenapa suatu
kelompok memiliki angka bunuh diri yang lebih itnggi. Durkheim menggunakan dua
cara yang saling berhubungan untuk mengevaluasi angka bunuh diri. Pertama dengan
membandingkan suatu tipe masyarakat atau kelompok dengan tipe lain.
Kedua,
dengan melihat perubahan angka bunuh diri dalam sebuah masyarakat atau kelompok
dalam rentang waktu tertentu. Jika ada perbedaan dalam angka bunuh diri antara suatu
kelompok dengan kelompok lain atau dari suatu periode dengan periode yang lain,
maka menurut Durkheim perbedaan tersebut adalah akibat dari perbedaan faktorfaktor sosial atau arus sosial.
negara, dia menunjukan penolakannya terhadap teori-teori lama tentang bunuh diri
tersebut. Kalau kemiskinan, menurut Durkheim, kenyataannya orang-orang dari
lapisan atas(kaya) justru lebih tinggi tingkat bunuh dirinya dbanding dengan orangorang dari lapisan bawah(miskin). Hal itu ditunjukannya dengan mengatakan bahwa
Page 65
di negara-negara miskin di Eropa seperti Italia dan Spanyol, justru memiliki angka
bunuh diri yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara Eropa yang lebih
makmur, seperti Prancis, Jerman,dan negara-negara Skandinavia. Lalu Durkheim
menambahkan bahwa, jika diselidiki, sebenarnya ada pola yang lebih teratur dari pada
sebab-sebab serta penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh teori-teori terdahulu
mengenai bunuh diri. Angka bunuh diri yang ditunjukan dari suatu kelompok atau
masyarakat bersumber pada keadaan masyarakat yang bersangkutan. Dengan
demikian, bunuh diri harus dipelajari dengan menghubungkanya dengan struktur
sosial dari masyarakat atau negara yang bersangkutan, kata Durkheim.
Menurut Durkheim peristiwa-peristiwa bunuh diri sebenarnya merupakan
kenyataan-kenyataan sosial tersendiri yang karena itu dapat dijadikan sarana
penelitian dengan menghubungkannya terhadap struktur sosial dan derajat integrasi
sosial dari suatu kehidupan masyarakat.
Teori bunuh diri Durkheim bisa dilihat lebih jelas jika kita mencermati
hubungan jenis-jenis bunuh diri dengan dua fakta sosial utamanya, yaitu Integrasi dan
Regulasi. Integrasi condong berarti kuat tidaknya keterikatan dengan masyarakat.
Regulasi condong berarti tingkat paksaan eksternal yang dialami individu. Menurut
Durkheim, dua arus sosial tersebut adalah variabel yang saling berkaitan dan angka
bunuh diri meningkat ketika salah satu arus menurun dan yang lain meningkat. Jika
integrasi meningkat, Durkheim mengelompokkanya menjadi bunuh diri Altruis. Jika
integrasi menurun, akibatnya dalah peningkatan bunuh diri egoistis. Bunuh diri
fatalistis berkaitan dengan regulasi yang tinggi, sementara bunuh diri anomik adalah
rendahnya regulasi.
Arus Sosial
Integrasi
Regulasi
Tingkat
Tinggi
Altruistis
Rendah
Egoistis
Tinggi
Anomik
Page 65
Rendah
Fatalistis
masyarakat atau kelompok dimana individu tidak berinteraksi dengan baik dalam unit
sosial yang luas. Lemahnya integrasi ini menimbulkan perasaan bahwa individu
bukan bagian dari masyarkat dan masyarkat bukan pula sebagai bagian dari individu.
Lemahnya integrasi melahirkan suatu arus sosial yang khas, dan arus tersebut
memunculkan angka bunuh diri. Misalnya, Durkheim berbicara tentang disintegrasi
masyarakat yang melahirkan arus depresi dan kekecewaan. Sebaliknya, kelompok
yang memiliki integrasi yang kuat akan mencegah terjadinya bunuh diri. Arus sosial
yang melindungi dan mengayomi yang lahir dari masyarkat akan mencegah terjadinya
bunuh diri egoistis, diantaranya, memberikan seseorang makna hidup dalam
pengertian yang lebih luas.
sendiri Yang membentuk agama adalah keberadaan sejumlah kepercayaan dan praktik
tertentu yang dianut dan dilakukan bersama oleh sekelompok orang beriman, yang
diwarisi turun temurun dan oleh karena itu bersifat mewajibkan. Makin banyak dan
kuat kerangka berpikir semacam ini, maka semakin kuat pulalah integrasi di dalam
kelompok keagamaan tersebut dan nilai-nilai yang mempertahankanya juga makin
besar.
manusia untuk bunuh diri, akan tetapi tak semua agama memberikan tingkat
perlindungan yang sama terhadap bunuh diri. berikut adalah table perbandingan angka
bunuh diri yang berbeda dari negara-negara penganut agama Katolik, Protestan, dan
Katolik orthodox.
Laju
Negara
Negara
Negara
Negara
Protestan
Roma
Katolik
Katolik
190
Katolik
90
Mayoritas
58
Ortodox
40
bunuh
Page 65
diri
(1:1 juta
orang)
perbedaan angka bunuh diri antara penganut agama Protestan dan Katolik adalah
terletak di dalam perbedaan kebebasan yang diberikan oleh kedua agama tersebut
kepada penganutnya. Kebebasan yang lebih diberikan agama protestan dalam
mempelajari sendiri hakekat ajaran kitab suci, oleh karena itu kepercayaan bersama
orang-orang protestan menjadi berkurang. Setiap orang berhak memiliki tafsir yang
berbeda, sehingga dari situ integrasi yang dimiliki oleh masyarkat protestan lebih
rendah dari pada masyarkat katolik. Begitu pula sebaliknya dengan masyarkat katolik.
Akhirnya angka bunuh diri yang terdapat pada masing-masing masyarakat penganut
agama berbeda karena integrasi dalam agama yang berbeda pula.
Bunuh diri Altruistis terjadi ketika integrasi sosial yang ada di dalam
Bunuh diri ini terjadi saat kekuatan regulasi masyarakat terganggu. Hal
ini bisa muncul karena lemahnya kontrol sosial yang sebenarnya dibutuhkan oleh
masyarakat sebagai pengatur nafsu mereka yang tak terbatas. Anomi sendiri
merupakan suatu keadaan tanpa norma yang memungkinkan seseorang merasa tidak
mempunyai norma dan aturan yang membimbing mereka sehari-hari. Selanjutnya,
Page 65
mereka juga merasa tidak mempunyai apa-apa dan tempat untuk ditinggali. Mereka
yang mungkin merasakan situasi anomi adalah tunawisma dan yatim piatu.
Bunuh diri ini disebabkan oleh situasi yang merupakan kebalikan dari
anomi. Tingkat regulasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan seorang melakukan
bunuh diri. Terdapat kontrol yang berlebihan dari suatu pihak yang kuat terhadap
pihak yang lebih lemah dalam suatu struktur masyarkat. Durkheim mengatakan
keadaan itu saat seseorang merasa masa depanya telah tertutup dan nafsu yang
tertahan oleh disiplin yang menindas. Contoh bunuh diri ini adalah seorang budak
yang lebih baik membunuh dirinya sendiri dari pada merasakan kontrol yang
berlebihan dalam hidupnya.
G. Sosiologi Agama
practices relative to sacred things, dan selanjutnya ditambahkan pula that is to say,
things set apart and forbidden belief and practice wich unite into one single moral
community called curch all those who adhare to them. Asal mula agama menurut
Durkheim adalah berasal dari masyarakat sendiri. Setiap masyarakat selalu
membedakan sesuatu yang dianggap sacral dan hal-hal yang dianggap profane atau
duniawiah. Durkheim tidak percaya tentang realitas supranatural apapun yang
menjadi sumber perasaan agama tersebut. Namun, kebenaran ada suatu kekuatan
moral yang superior yang member inspirasi kepada pengikut, dan kekuatan itu adalah
masyarakat, bukan Tuhan. Masyarakat merupakan kekuatan yang lebih besar dari
kekuatan kita. Ia melampaui kita, menuntut pengorbanan kita, menekan sifat egois
kita, dan mengisi kita dengan energi. Dan apa yang menjadi pendapat dasar Durkheim
adalah bahwa agama merupakan perwujudan dari Collective Consciousness atau
kesadaran kolektif.
Selain adanya yang sakral dan yang profane terdapat tiga persyaratan
lain yang dibutuhkan bagi keberadaan agama. Pertama Kepercayaan, yang diartikan
Durkheim sebagai representasi yang mengekspresikan hakikat hal yang sakral dan
hubungan yang mereka miliki, baik dengan sesame hal sakral atau dengan hal yang
profan. Kedua, ada ritual. Yaitu aturan tingkah laku yang mengatur bagaimana
Page 65
seorang manusia mesti bersikap terhadap hal-hal yang sakral itu. Ketiga, agama
membutuhkan gereja, atau suatu komunitas moral yang melingkupi seluruh
anggotanya.
masyarakat suku Arunta. Dalam mempelajari agama dalam budaya primitif pada suku
Arunta tersebut, Durkheim percaya akan mendapatkan pengetahuan tentang hakikat
agama yang sebenarnya yang masih murni belum ada pembaharuan oleh pemikirpemikir agama seperti pada agama-agama modern. Tetapi studi pada agama primitif
tersebut akan ia gunakan pula untuk mempelajari agama modern. Dari studinya itu
Durkheim menjumpai apa yang disebut totem, yaitu benda yang dianggap suci. Totem
ini merupakan pusat upacara keagamaan dari orang-orang primitif tersebut.
Sebenarnya Totem yang dianggap suci itu tidak lain adalah hanya sebuah simbol,
yaitu seperti pada penjelasan diatas adalah simbol dari Tuhan. Tuhan yang ia sebut
sebagai kesadaran kolektif yang kemudian menjelma menjadi representasi kolektif
yakni berupa lambing-lambang yang berwujud ajaran-ajaran Totem.
Durkheim
berkesimpulan bahwa Tuhan itu hanyalah sebuah idealism dari masyarakat itu sendiri
yang menganggapnya sebagai makhluk yang paling sempurna. Sehingga ia
berkesimpulan bahwa agama merupakan lambing kolektif atau representasi kolektif
dari masyarkat dengan bentuk yang ideal.
Page 65
H. Kesimpulan
mengenai solidaritas sosial yang kemudian ia bagi menjadi solidaritas mekanik dan
solidaritas organik. Durkheim berpendapat bahwa masyarakat dengan solidaritas
mekanis dibentuk oleh hukum represif. Karena masyarakat seperti itu memiliki
kesaman norma dan moralitas bersama. Sebaliknya, masyarakat dengan solidaritas
organis dibentuk oleh hukum restitutif. Seseorang yang melanggar mesti melakukan
restitusi untuk kejahatan mereka. Pelanggaran yang terjadi dilihat sebagai serangan
terhadap individu atau segmen lain, bukan terhadap sistem moral.
Page 65
DAFTAR PUSTAKA
Page 65
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2009. Teori Sosiologi: Dasar Teori
Sosiologi Klasik sampai Perkmbangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern.
Jogjakarta : Kreasi Wacana Jogjakarta.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2011. Teori Sosiologi. Yogyakarta:
Kreasi Wacana.
Veenger, KJ. 1985. Realitas Sosial. Jakarta: PT Gramedia
Haryanto. 1987. Herbert Spencer (Modul Pembelajaran Universitas
Terbuka). Jakarta: Universitas Terbuka.
Page 65