Filsafat Hukum
Mengenal Pionir Materialisme Historis
Lahir di Trier, Jerman Tahun 1818 dari keluarga Yahudi terkemuka à studi
hukum dan filsafat di Bonn dan Berlin à Pindah ke Koin dan menjadi
pemimpin redaksi harian Die Rheinische Zitung,koran liberal-progresif à
pindah (mencari suaka) ke Perancis (negara paling liberal dan pusat
pemikiran sosialisme). Tahun 1844 Marx bertemu Friedrich Engels, anak
seorang industrialis Hamburg, kelak menjadi sahabat karibnya à diusir dari
Paris lalu tinggal di Brussel à Tahun 1849 menetap di London à mendirikan
serikat buruh internasional yang pertama à meninggal dunia tahun 1883
• Sistem hak milik memisahkan antara pemilik dan pekerja, antara yang
menguasai alat kerja dan yang menguasai tenaga kerja.
• Dalam sistem hak milik, majikan memonopoli kesempatan kerja. Karena
itu, orang yang bekerja harus mengontrakkan diri kepada majikan.
• Sistem hak milik pribadi adalah hasil dari pembagian kerja. Semula
kegiatan dilakukan bersama-sama secara kelompok. Namun dlm
perkembangannya masyarakat purba memiliki kesadaran soal “efisiensi
kerja” yang mendasar pada pembagian kerja. Laki-laki Vs Perempuan;
orang pandai Vs orang tidak pandai; orang kuat Vs orang lemah.
• Pembagian kerja melahirkan kelas-kelas sosial.
Teori Kelas Sosial
• Marx tidak pernah mendefinisikan apa yang dimaksud dengan istilah “kelas”.
• Pada umumnya, mengikuti definisi Lenin, “kelas sosial” dianggap sebagai
golongan sosial dalam sebuah tatanan masyarakat yang ditentukan oleh posisi
tertentu dalam proses produksi.
• Menurut Magnis-Suseno dalam memahami pemikiran Marx, ciri sebagai kelas
baru terpenuhi secara sempurna apabila golongan itu juga menyadari dirinya
dan memiliki semangat juang sebagai kelas.
• Petani à Petani kaya (pemilik tanah luas), Petani menengah, Petani miskin
(gurem), Buruh tani
• Nelayan à Nahkoda, Pemilik Kapal, ABK; Nelayan kecil, Nelayan menengah,
Nelayan besar
• Buruh/pekerja – pemilik modal/pabrik
• Pemilik aplikasi Gojek, driver Go-jek
• Guru/dosen sbg buruh Pendidikan – pemberi kerja (negara, swasta, yayasan)
Marx: Pekerjaan sbg Sarana Manusia utk
Menciptakan Diri Sendiri
• Dalam arti apa manusia merupakan hasil pekerjaanya sendiri?
1. Pekerjaan, kegiatan khas manusia
o Pekerjaan membedakan manusia dari binatang dan
menunjukkan hakikatnya yang bebas dan universal.
Manusia terbuka pada nilai-nilai estetik.
2. Pekerjaan sebagai objektivitas manusia
o Bekerja berarti manusia mengambil bentuk alami dari objek
alami dan memberikan bentuknya sendiri. Ia
mengobjektivasikan diri ke dalam alam melalui
pekerjaannya. Bagi petani yg kecakapannya tercermin pada
sawah yg menghijau; bagi pengukir/pemahat, hasil
pahatannya/patung adalah cermin kenyataan dirinya ada
dan sebagai seniman; kecakapan pemasak tercermin dari
masakannya.
3. Pekerjaan dan sifat sosial manusia
o Melalui pekerjaan, manusia membuktikan diri sebagai
makhluk sosial. Pekerjaan tidak hanya menjembatani jarak
antara manusia yg sezaman. Yang lebih penting lagi adl
hasil dimensi historis pekerjaan. Alam itu produk dari
industry dan masyarakat, artinya bahwa alam itu produk
sejarah.
Sherina Munaf – Menikmati Hariku
https://www.youtube.com/watch?v=nGDIfAKCdww
Hak Milik Pribadi (Sistem Produksi Kapitalis) à
Pembagian Kerja à Kelas Sosial à Keterasingan
https://www.researchgate.net/publication/263260948_Power_to_Make
_Land_Dispossession_Acceptable_A_Policy_Discourse_Analysis_of_the
_Merauke_Integrated_Food_and_Energy_Estate_MIFEE_Papua_Indone
sia
Contoh: Sistem ekonomi memengaruhi tata hukum
Masing-masing kelas sosial memiliki
pengalaman/dampak yang berbeda thd keberlakuan
hukum
Kontradiksi Internal Sistem Produksi Kapitalis
• Menurut Marx, di dalam basis (infrastruktur) terjadi
“kontradiksi internal”: di satu pihak kekuatan2
produktif itu berkembang progresif, namun di lain
pihak hubungan2 produksi (hak milik & kekuasaan)
cenderung konservatif.
• Ekonomi kapitalisme niscaya akan menghasilkan
kehancurannya sendiri, karena kapitalisme
seluruhnya terarah pada keuntungan pemilik
sebesar-besarnya, kapitalisme menghasilkan
pengisapan manusia pekerja, dan karena itu
pertentangan/ketimpangan kelas semakin tajam.
• Kontradiksi internal sistem produksi kapitalis itulah
niscaya akan melahirkan revolusi kelas buruh
(revolusi proletariat) yg akan menghapus hak milik
pribadi atas produksi-produksi dan mewujudkan
masyarakat sosialis tanpa kelas.
• Negara sebagai wujud kepentingan bersama bukan
segelintir/sekelompok orang; setiap manusia setara
di hadapan hukum.
Kritik terhadap Pemikiran Karl Marx
• Bukan menghapus sistem kerja upahan, atau motivasi utama kerja adl demi upah/gaji
adl manusia paling buruk. Upah dpt dipandang sbg mekanisme pembayaran
(kontraprestasi) atas apa yg telah dikerjakan. Kemudian, yang penting bukan apakah kita
menerima upah, bukan apakah motivasi menerima upah itu mencolok atau tidak,
melainkan apakah pekerjaan mengembangkan kita. Di negara-negara industri maju,
sudah semakin dinikmati oleh kaum buruh. Pekerjaan yg membosankan/ terlalu berat
dpt diserahkan kpd mesin.
• Apakah meniadakan keterasingan = menghapus hak milik? Apakah keduanya harus
ditiadakan? Bukan menghapus keterasingan, melainkan (mungkin) menguranginya.
Karena kerja-kerja perawatan (merawat anak, merawat orangtua, memasak, mencuci,
sudah bisa dikerjakan orang lain. Tetap ada keterasingan dlm kerja-kerja tsb. Kemudian,
bukan menghapus hak milik sepenuhnya, (mungkin) meningkatkan keadilan atas sistem
produksi tersebut.
• Apakah revolusi masyarakat tanpa kelas benar-benar pernah ada?
• Apakah benar-benar pernah ada ”setiap orang setara dihadapan hukum”?
• Lalu bagaimana hukum yang ideal supaya setiap orang bisa mengalami kenikmatan
yang setara, dalam arti tidak ada yang tidak mampu mengakses keadilan itu sendiri? à
Pemikiran Mrax yang seperti ini dianggap sebagai mimpi yang idealistis.
Referensi
• Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum dalam Lintasan
Sejarah, Kanisius, Yogyakarta
• Theo Huijbers, 1995, Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta.
• Franz Magnis-Suseno, 1999, Pemikiran Karl Marx: dari
Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme, Gramedia.
• F. Budi Hardiman, 2019, Pemikiran Modern: dari
Machiavelli sampai Nietzsche, Kanisius, Yogyakarta.