Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH DAN TEORI KARL MARX

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Sosiologi Klasik dan Modern
Dosen Pengampu : W.G. Pramita Ratnasari, S.Ant., M.Si

Disusun Oleh Kelompok 3 :

Iqbal Risyad Fadhillah 11210540000061

Siti Nurhaliza 11210540000074

Zumrudah Ghina Muhamsyah 11210540000086

Kelas : PMI 3C

PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2022
PEMBAHASAN

1. Sejarah Tokoh
Karl Marx lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818. Ayahnya, seorang pengacara, menafkahi
keluarganya dengan relatif baik, khas kehidupan kelas menengah. Orang tuanya dari
keluarga pendeta Yahudi (rabbi). Tetapi, karena alasan bisnis ayahnya menjadi penganut
ajaran Luther Ketika Karl Marx masih sangat muda. Tahun 1841 Marx menerima gelar
doktor filsafat dari Universitas Berlin, universitas yang sangat dipengaruhi oleh Hegel dan
guru-guru muda penganut filsafat Hegel, namun berpikir kritis. Gelar doktor Marx didapat
dari kajian filsafat yang membosankan, tetapi kajian itu mendahului berbagai gagasannya
yang muncul kemudian. Setelah tamat ia menjadi penulis untuk sebuah koran liberal radikal
dan dalam tempo 10 bulan ia menjadi editor kepala koran itu. Tetapi karena pendirian
politiknya, koran itu kemudian ditutup oleh pemerintah. Esai-esai awal yang diterbitkan
dalam periode ini mulai mencerminkan sejumlah pendirian yang membimbing Marx
sepanjang hidupnya. Esai-esai tulisan Marx itu secara bebas ditaburi prinsip-prinsip
demokrasi, kemanusiaan dan idealisme awal. Ia menolak keabstrakan filsafat Hegelian,
mimpi naif komunis utopian dan gagasan aktivis yang mendesakan apa yang ia anggap
sebagai tindakan politik prematur. Dalam menolak gagasan aktivis ini, Marx meletakan
landasan bagi gagasan hidupnya sendiri
Upaya praktis, bahkan dengan mengerahkan massa sekalipun, akan dijawab dengan
mderiam saat upaya itu dianggap berbahaya. Tetapi, gagasan yang dapat mengalahkan
intelektual kita dan yang menaklukan keyakinan kita, gagasan yang dapat membekukan
kesadaran kita, merupakan belenggu-belenggu dimana seseorang hanya bisa lepas darinya
dengan mengorbankan nyawanya; gagasan-gagasan itu seperti setan sehingga orang
hanya dapat mengatasinya dengan menyerah kepadanya (Marx, 1842/1977:20)

1
2. Teori-teori Marx dan Analisis

A. Materialisme Historis

Materialisme historis adalah pendekatan ilmiah ala Marx dan Engels. Digunakan untuk
membuat penjelasan atas bagaimana perubahan sosial terjadi. Tepatnya, materialisme historis
memberikan kerangka berpikir pada perubahan historis. Pendekatan ini tergolong baru, pada
masanya. Berbeda dari Hegel, Karl Marx meyakini kondisi material menentukan
pengorganisasian masyarakat. Sebagai contoh, perubahan pada cara produksi menyebabkan
perubahan situasi sosial ekonomi. Menurut pendekatan ini, perubahan dalam kekuatan
produksi (bahan mentah, alat produksi dan pekerja) di masyarakat menyebabkan konflik sosial.
Hasil dari konflik ini adalah organisasi sosial yang merefleksikan kekuatan produksi itu.

Materialisme historis dianggap mampu menjelaskan transisi dari masyarakat feodal ke


masyarakat kapitalis sebagaimana pada masa itu kegiatan ekonominya berubah. Di dalam
masyarakat feodal, mereka yang berasal dari keluarga bangsawan mengontrol produksi
agrikultural karena mereka adalah pemilik lahannya. Sedangkan orang-orang bekerja sebagai
petani di lahan mereka. Dengan munculnya mesin, kelas sosial ekonomi baru muncul: kelas
borjuis. Mereka, para borjuis, memiliki cara baru untuk memproduksi barang-barang
ekonomis. Sepanjang waktu, kelas borjuasi berkonflik dengan kelas bangsawan dan hasilnya
adalah perubahan struktur sosial di masyarakat tersebut. Masyarakat kapitalis lahir kemudian.
Pada dasarnya materialisme historis meyakini bahwa keseluruhan sejarah masyarakat manusia
adalah sejarah perjuangan kelas. Dalam kasus masyarakat feodalisme, kelasnya terdiri dari
bangsawan dan petani. Sedangkan masyarakat industri, kelasnya terdiri dari borjuasi kapitalis
dan buruh.

B. Dinamika Perubahan Sosial


Perubahan sosial menurut Marx adalah perubahan-perubahan yang terjadi karena
perkembangan teknologi atau kekuatan produktif dan hubungan antara kelas-kelas sosial yang
berubah. Berubah dan berkembangnya masyarakat itu ditentukan oleh caranya memproduksi
barang-barang material yang ditentukan oleh tenaga produktif. Berubah dan berkembangnya
tenaga produktif akan menentukan hubungan produksi, yang selanjutnya menentukan sistem
ekonomi masyarakat atau sistem perkembangan masyarakat. Hubungan-hubungan produksi
tersebut memunculkan pembagian kerja yang sangat erat hubungannya dengan kepemilikan
atau penguasaan atas sumbersumber pokok dan alat produksi sehingga munculnya kelas-kelas
sosial.

2
Perubahan revolusioner tersebut melalui 5 tahap, yaitu tradisional yang dicirikan
dengan kegiatan berburu, feodal di mana tanah mulai disewakan, kapitalis dengan majikan
sebagai pihak yang memiliki dan menguasai faktor produksi dan buruh di pihak lain, sosialis
di mana negara yang mempunyai hak milik, dan komunis tanpa adanya kelas di masyarakat.

Menurut pandangan Karl Marx tentang kehidupan sosial, antara lain:


1. Masyarakat merupakan arena terjadinya berbagai bentuk konflik.
2. Negara dipandang sebagai pihak yang secara aktif berpartisipasi dalam konflik dengan
berbagai pihak penguasa.
3. Pemaksaan dalam bentuk hukum dipandang sebagai faktor penting dalam pemeliharaan
pranata sosial seperti milik pribadi (property), perbudakan (servitude), kapital, yang
menciptakan ketidaksamaan hak dan kesempatan. Ketimpangan sosial muncul di
masyarakat akibat beroperasinya institusi pemaksaan yang berbasis pada kekerasan,
penipuan dan penindasan. Dengan demikian, titik tumpu konflik sosial adalah
ketimpangan sosial.
4. Negara dan hukum dipandang sebagai alat penindasan yang digunakan oleh kelas
penguasa (kapitalis) untuk keuntungan pribadi.
5. Kelas dipandang sebagai kelompok sosial dengan kepentingan pribadi yang saling
bertentangan.

C. Teori Pertentangan Kelas


Dalam Comunist Manifestonya, Marx menulis bahwa sampai saat ini, sejarah
masyarakat manapun di muka bumi ini adalah sejarah pertentangan kelas. Si merdeka dengan
si budak, kaum bangsawan dengan rakyat jelata, tuan dan pesuruhnya, dengan kata lain antara
penindas dengan yang tertindas atau ditindas. Posisi yang berhadap-hadapan ini akan selalu
ada dan tidak dapat dibantah. Pesan yang ingin disampaikan Marx adalah bahwa eksistensi
manusia bukan ditentukan oleh sejarah kelahirannya dan bukan pula ide-ide yang ia miliki
tetapi lebih banyak dikendalikan oleh faktor ekonomi yang dapat membuat manusia survive
dalam hidupnya.
Kelas sosial dianggap sebagai golongan sosial dalam sebuah tatanan masyarakat yang
ditentukan oleh posisi tertentu dalam proses produksi. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh
Marx bahwa kelas berakar dalam hubungan sosial produksi, bukan hubungan dalam distribusi
dan konsumsi. Menurut Marx, pelaku utama dalam perubahan sosial bukanlah individu, tetapi
kelas-kelas sosial. Dalam setiap masyarakat terdapat kelas yang menguasai dan kelas yang

3
dikuasai atau dengan kata lain terdapat kelas atas dan kelas bawah. Marx membagi kelas sosial
ke dalam tiga kelas, yakni kaum buruh, kaum pemilik modal dan tuan tanah, namun, dalam
masyarakat kapitalis, tuan tanah dimasukkan ke dalam kaum pemilik modal.
- Pemilik modal (borjuis)

Kaum pemilik modal merupakan pemilik alat-alat produksi, membeli dan


mengeksploitasi tenaga kerja serta menggunakan nilai surplus (nilai lebih) dari pekerja untuk
mengakumulasi atau memperluas modal mereka.

Buruh (proletar)

Kaum buruh merupakan tenaga kerja yang hanya memiliki kemampuan untuk bekerja
dengan tangan dan pikiran mereka. Para pekerja ini harus mencari penghasilan kepada para
pemilik modal. Dalam sistem kapitalis, kaum buruh dan pemilik modal memang saling
membutuhkan. Buruh hanya dapat bekerja jika pemilik modal membuka tempat kerja. Pemilik
modal membutuhkan buruh untuk mengerjakan kegiatan usahanya. Akan tetapi,
ketergantungan ini tidak seimbang. Buruh tidak dapat bekerja jika pemilik modal tidak
memberikan lapangan pekerjaan, tetapi pemilik modal masih bisa hidup tanpa buruh karena ia
bisa menjual pabriknya kepada orang lain. Dapat dikatakan bahwa kaum buruh adalah kelas
yang lemah, sedangkan kaum pemilik modal adalah kelas yang kuat. Pembagian masyarakat
dalam kelas atas dan kelas bawah merupakan ciri khas masyarakat kapitalis. Hubungan
antarkelas tersebut pada hakikatnya merupakan hubungan eksploitasi.

D. Teori Alienasi
Alienasi sebagai bentuk penyelewengan hubungan antara kerja dan sifat dasar manusia
akibat kapitalisme. Dalam sistem kapitalisme manusia tidak lagi melihat kerja sebagai ekspresi
dari tujuan manusia itu sendiri. Kerja yang awalnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
manusia pada akhirnya akan memperbudak manusia itu sendiri dengan adanya sistem jam
kerja, bukan ungkapan dari kemampuan dan potensi manusia, melainkan telah berubah menjadi
sarana untuk mencapai tujuan lain, yakni uang sehingga seseorang yang bekerja dalam industri,
khususnya industri kapitalis, akan menjadi terasing dari dirinya sendiri yang utuh.

E. Teori Materialisme Dialektika


Materialisme dialektis adalah doktrin Marx yang berlaku untuk alam semesta secara
umum. Menurut Marx, perkembangan sejarah manusia bergantung pada sifat materialistis dari
dialektika. Jika teori ini diterapkan pada masyarakat, maka disebut materialisme historis dalam

4
pemikiran Marx. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kelas-kelas sosial menentukan
struktur masyarakat dan perkembangannya dalam sejarah. Prinsip dasar teori ini adalah “bukan
kesadaran manusia yang menentukan kondisi sosial, tetapi sebaliknya, kondisi sosial yang
menentukan kesadaran manusia”. Marx masih percaya bahwa untuk memahami arah sejarah
dan perubahan seseorang tidak perlu memperhatikan apa yang dilihat orang, tetapi caranya
bekerja dan berpikir.

F. Teori Agama
Pandangan sinisme Marx terhadap agama, “Religion is the opium of the people”, bisa
dipahami dari latar belakang kehidupan Marx di masa muda, di mana akibat ketiadaan toleransi
antar umat beragama, sehingga hanya individu yang menganut agama penguasa saja yang tidak
mendapatkan diskriminasi, membuat Marx dan keluarganya harus memeluk agama Kristen
Protestan untuk mendapatkan keamanan. Ketakutan Marx kecil terhadap dominasi gereja di
masa lampau ini tampaknya sangat berbekas, hingga ikut mempengaruhi pemikiran Marx
terhadap negara.

Ada dua pandangan utama Marx mengenai agama, pertama, Marx melihat agama
hanyalah menjadi candu (opium) dari masyarakat. Di mana sifat candu yang merusak dan
hanya memberikan kenikmatan sementara pada manusia. Candu juga hanya dijadikan alat
untuk membebaskan manusia dari permasalahan yang membelitnya, ketika manusia tidak
sanggup lagi untuk menggunakan akal sehatnya untuk terlepas dari permasalahan tersebut.
Maka begitu pula Marx memandang agama. Agama bagi Marx hanya dijadikan manusia
sebagai pelarian, ketika manusia tidak sanggup lagi untuk berfikir rasional dalam
menyelesaikan masalahnya. Agama hanyalah merupakan tempat pelarian semata. Padahal
menurut Marx, setiap persoalan yang dialami manusia bertitik tolak dari manusia, sehingga
penyelesaiannya pun harus kembali kepada manusia. Agama hanya menjadikan manusia bukan
dirinya sendiri, sehingga agama menjadikan manusia menjadi asing, dan agama merupakan
sumber keterasingan manusia.

Kedua, bagi Marx agama hanyalah merupakan produk dari adanya perbedaan kelas
sosial di dalam masyarakat. Eksistensi agama ada ketika masih ada kelas-kelas sosial di dalam
masyarakat. Menurutnya pula, agama merupakan salah satu alat penindasan dari kepentingan
kaum kapitalis yang digunakan untuk menjerat kelas proletar. Dalam hal ini melalui negara,
agama digunakan untuk mempertahankan kekuasaannya, karena dengan mengatasnamakan
agama, rakyat akan tetap terlena dan tidak memberontak terhadap penguasa. Pemahaman Marx

5
mengenai hal ini didapatkan dari pengalaman sejarah di abad pertengahan, di mana prinsip
ajaran Kristen Katolik ketika itu dijadikan pembenaran untuk melakukan perbudakan dan
penindasan terhadap kelas proletar. Oleh karenanya menurut Marx, segera setelah terciptanya
masyarakat tanpa kelas, agama akan lenyap karena agama tidak lagi dibutuhkan.

3. Persamaan Pandangan Marx, Durkheim dan Weber


Secara garis besar, Marx menawarkan sebuah teori tentang masyarakat kapitalis
berdasarkan citranya mengenai sifat mendasar manusia. Marx meyakini bahwa manusia pada
dasarnya produktif. Artinya, untuk bertahan hidup manusia perlu bekerja dengan
mengekploitasi alam. Dengan bekerja seperti itu, mereka menghasilkan makanan, pakaian,
peralatan, perumahan, dan kebutuhan lain yang memungkinkan mereka hidup. Produktivitas
mereka bersifat alamiah, yang memungkinkan mereka mewujudkan dorongan kreatif mendasar
dan yang mereka miliki. Dorongan ini diwujudkan bersama-sama dengan orang lain. Dengan
kata lain, manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial, mereka perlu bekerja sama untuk
menghasilkan segala sesuatu yang mereka perlukan untuk hidup.
Asumsi dasar Marx mengenai saling ketergantungan antar berbagai institusi dalam
masyarakat juga ditekankan dalam fungsionalisme Durkheim, Misalnya, pandangan keduanya
mengenai pentingnya hasil tindakan yang tidak dimaksudkan, yang sebenarnya bertentangan
dengan hasil yang diharapkan. Sebagai contoh tentang ini, dapat dilihat pula dalam pengaruh-
pengaruh yang tidak diharapkan dari investasi kapitalis dalam permesinan yang dimaksudkan
untuk meningkatkan keuntungan, akan tetapi secara tidak disengaja mempercepat krisis
ekonomi.
Mengenai hubungan Weber dan Marx adalah bahwa ia dipandang lebih banyak bekerja
menurut tradisi Marxian ketimbang menentangnya. Karyanya tentang agama, apabila
diinterpretasikan menurut sudut pandang ini adalah semata-mata merupakan upaya untuk
menunjukkan bahwa faktor material dalam kapitalisme. Artinya, hal ini bukanlah satu-satunya
faktor yang dapat mempengaruhi gagasan, akan tetapi gagasan itu sendiri yang mempengaruhi
struktur material. Interpretasi karya Weber pada sisi ini jelas menempatkannya sangat dekat
dengan teori Marxian.

4. Perbedaan Pandangan Marx, Weber dan Durkheim


Pendekatan teoritis Marx yang menekankan pada proses konflik, umumnya dilihat
sebagai sesuatu yang bertentangan dengan teori fungsional oleh Durkheim. Keberadaan
subyektif dari masyarakat, menurut Marx, adalah keanggotaan manusia dalam masyarakat,

6
dimana termasuk di dalamnya aparatus teknologi dan budaya yang menunjang masyarakat dan
yang memungkinkan masyarakat hidup, serta bermanfaat untuk membedakan pribadi manusia
yang memberikan kemanusiaan kepada individu itu. Materialisme Marx dan penekanannya
pada sektor ekonomi menyebabkan pemikirannya sejalan dengan pemikiran kelompok
ekonomipolitik.
Secara politis, Durkheim adalah seorang liberal, tetapi secara intelektual ia tergolong
lebih konservatif. Ketika Marx memandang bahwa masalah dunia modern adalah melekat
dalam masyarakat, Durkheim justru tak berpendapat demikian. Gagasan Durkheim tentang
keteraturan dan reformasi menjadi dominan ketika gagasan Marx tentang perlunya revolusi
sosial merosot. Durkheim adalah salah satu perintis utama dalam fungsionalisme. Tentang ini
dapat dicatat bahwa pendekatan fungsional menekankan konsensus nilai dan keharmonisan
dari pada konflik dalam masyarakat.
Kecenderungan sosiologi konservatif Durkheim terlihat ketika ia menganggap revolusi
dari Marx tidak diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Menurut Durkheim, berbagai
reformasi dapat memperbaiki dan menjaga sistem sosial modern agar tetap berfungsi.
Meskipun ia mengakui bahwa tak mungkin kembali ke masa lalu, dimana kesadaran kolektif
masih menonjol, namun ia menganggap bahwa dalam masyarakat modern moralitas bersama
dapat diperkuat.
Menurut Weber, sepenuhnya salah jika menganggap revolusi radikal sebagai satu-
satunya cara untuk mencapai emansipasi politik dan kemajuan ekonomi kelas pekerja.
Sementara itu, jika Marx berpandangan negatif, Weber melihat agama sebagai sesuatu yang
memberikan solusi untuk permasalahan sosial, ekonomi dan politik. Weber berasumsi bahwa
untuk mencapai kebahagian di akhirat maka saat di dunia haruslah bekerja sekeras mungkin.
Artinya, ketaatan dalam beragama dilihat berdasarkan gairah dan etos kerja. Semakin banyak
harta maka semakin tebal keimanan dan semakin sedikit maka keimanannya pada Tuhan
rendah.

7
KESIMPULAN
Bagaimanapun ilmiahnya sebuah teori, ia tidak bersifat absolut dan tidak mutlak. Itulah
sebabnya selalu silih berganti, karena setiap teori merupakan pelengkap atau gagasan baru dari
teori sebelumnya. Seperti dikatakan Hegel bahwa segala sesuatu di dunia ini mengalami
dialektikanya, demikian juga halnya dengan teori. Kebenaran suatu teori juga sangat relatif,
masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri. Persoalannya seperti halnya
dengan berbagai teori Karl Marx, meskipun mengandung sejumlah kelemahan dan banyak
ditolak, tetapi dalam beberapa hal justru masih cukup relevan untuk menganalisis kehidupan
masyarakat hingga kini.

SARAN

Pemakalah menyadari bahwa makalah berjudul Sejarah dan Teori Karl Marx, masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, pemakalah dengan senang hati akan menerima kritik
dan saran yang membangun.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bahari, Yohanes. “Pemikiran Tokoh-tokoh Sosiologi Klasik dan prakteknya dalam Pemcahan
Masalah Sosial”, Pontianak: TOP Indonesia. 2021

Franz Magnis Suseno. Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan
Revisionisme. Gramedia Pustaka Utama. 2010.

Giddens Anthony. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern, Universitas Indonesia (UI-Press).
1986.

https://sosiallogi.com/tokoh-sosiologi/karl-marx-biografi-dan-teori-sosial/

https://www.sosiologi.info/2022/09/pengertian-sosiologi-menurut-karl-marx.html

Pals. Daniel. L. Seven Theories of Religion, IRCiSod, Yogyakarta. 1996.

Ravo, Bernad. “Sosiologi”. Yogyakarta: Moya Zam Zam. 2016.

Ritzer George, dan Goodman Douglas J. Teori Klasik dan Modern, Prenada Media Group.
2007.

Suhelmi, Ahmad. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2001.

Sutrisno, M. dan H. Putranto. Teori – teori Kebudayaan. Kanisius. Jogyakarta. 2005.

Anda mungkin juga menyukai