Kelas : PMI 3C
1. Sejarah Tokoh
Karl Marx lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818. Ayahnya, seorang pengacara, menafkahi
keluarganya dengan relatif baik, khas kehidupan kelas menengah. Orang tuanya dari
keluarga pendeta Yahudi (rabbi). Tetapi, karena alasan bisnis ayahnya menjadi penganut
ajaran Luther Ketika Karl Marx masih sangat muda. Tahun 1841 Marx menerima gelar
doktor filsafat dari Universitas Berlin, universitas yang sangat dipengaruhi oleh Hegel dan
guru-guru muda penganut filsafat Hegel, namun berpikir kritis. Gelar doktor Marx didapat
dari kajian filsafat yang membosankan, tetapi kajian itu mendahului berbagai gagasannya
yang muncul kemudian. Setelah tamat ia menjadi penulis untuk sebuah koran liberal radikal
dan dalam tempo 10 bulan ia menjadi editor kepala koran itu. Tetapi karena pendirian
politiknya, koran itu kemudian ditutup oleh pemerintah. Esai-esai awal yang diterbitkan
dalam periode ini mulai mencerminkan sejumlah pendirian yang membimbing Marx
sepanjang hidupnya. Esai-esai tulisan Marx itu secara bebas ditaburi prinsip-prinsip
demokrasi, kemanusiaan dan idealisme awal. Ia menolak keabstrakan filsafat Hegelian,
mimpi naif komunis utopian dan gagasan aktivis yang mendesakan apa yang ia anggap
sebagai tindakan politik prematur. Dalam menolak gagasan aktivis ini, Marx meletakan
landasan bagi gagasan hidupnya sendiri
Upaya praktis, bahkan dengan mengerahkan massa sekalipun, akan dijawab dengan
mderiam saat upaya itu dianggap berbahaya. Tetapi, gagasan yang dapat mengalahkan
intelektual kita dan yang menaklukan keyakinan kita, gagasan yang dapat membekukan
kesadaran kita, merupakan belenggu-belenggu dimana seseorang hanya bisa lepas darinya
dengan mengorbankan nyawanya; gagasan-gagasan itu seperti setan sehingga orang
hanya dapat mengatasinya dengan menyerah kepadanya (Marx, 1842/1977:20)
1
2. Teori-teori Marx dan Analisis
A. Materialisme Historis
Materialisme historis adalah pendekatan ilmiah ala Marx dan Engels. Digunakan untuk
membuat penjelasan atas bagaimana perubahan sosial terjadi. Tepatnya, materialisme historis
memberikan kerangka berpikir pada perubahan historis. Pendekatan ini tergolong baru, pada
masanya. Berbeda dari Hegel, Karl Marx meyakini kondisi material menentukan
pengorganisasian masyarakat. Sebagai contoh, perubahan pada cara produksi menyebabkan
perubahan situasi sosial ekonomi. Menurut pendekatan ini, perubahan dalam kekuatan
produksi (bahan mentah, alat produksi dan pekerja) di masyarakat menyebabkan konflik sosial.
Hasil dari konflik ini adalah organisasi sosial yang merefleksikan kekuatan produksi itu.
2
Perubahan revolusioner tersebut melalui 5 tahap, yaitu tradisional yang dicirikan
dengan kegiatan berburu, feodal di mana tanah mulai disewakan, kapitalis dengan majikan
sebagai pihak yang memiliki dan menguasai faktor produksi dan buruh di pihak lain, sosialis
di mana negara yang mempunyai hak milik, dan komunis tanpa adanya kelas di masyarakat.
3
dikuasai atau dengan kata lain terdapat kelas atas dan kelas bawah. Marx membagi kelas sosial
ke dalam tiga kelas, yakni kaum buruh, kaum pemilik modal dan tuan tanah, namun, dalam
masyarakat kapitalis, tuan tanah dimasukkan ke dalam kaum pemilik modal.
- Pemilik modal (borjuis)
Buruh (proletar)
Kaum buruh merupakan tenaga kerja yang hanya memiliki kemampuan untuk bekerja
dengan tangan dan pikiran mereka. Para pekerja ini harus mencari penghasilan kepada para
pemilik modal. Dalam sistem kapitalis, kaum buruh dan pemilik modal memang saling
membutuhkan. Buruh hanya dapat bekerja jika pemilik modal membuka tempat kerja. Pemilik
modal membutuhkan buruh untuk mengerjakan kegiatan usahanya. Akan tetapi,
ketergantungan ini tidak seimbang. Buruh tidak dapat bekerja jika pemilik modal tidak
memberikan lapangan pekerjaan, tetapi pemilik modal masih bisa hidup tanpa buruh karena ia
bisa menjual pabriknya kepada orang lain. Dapat dikatakan bahwa kaum buruh adalah kelas
yang lemah, sedangkan kaum pemilik modal adalah kelas yang kuat. Pembagian masyarakat
dalam kelas atas dan kelas bawah merupakan ciri khas masyarakat kapitalis. Hubungan
antarkelas tersebut pada hakikatnya merupakan hubungan eksploitasi.
D. Teori Alienasi
Alienasi sebagai bentuk penyelewengan hubungan antara kerja dan sifat dasar manusia
akibat kapitalisme. Dalam sistem kapitalisme manusia tidak lagi melihat kerja sebagai ekspresi
dari tujuan manusia itu sendiri. Kerja yang awalnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
manusia pada akhirnya akan memperbudak manusia itu sendiri dengan adanya sistem jam
kerja, bukan ungkapan dari kemampuan dan potensi manusia, melainkan telah berubah menjadi
sarana untuk mencapai tujuan lain, yakni uang sehingga seseorang yang bekerja dalam industri,
khususnya industri kapitalis, akan menjadi terasing dari dirinya sendiri yang utuh.
4
pemikiran Marx. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kelas-kelas sosial menentukan
struktur masyarakat dan perkembangannya dalam sejarah. Prinsip dasar teori ini adalah “bukan
kesadaran manusia yang menentukan kondisi sosial, tetapi sebaliknya, kondisi sosial yang
menentukan kesadaran manusia”. Marx masih percaya bahwa untuk memahami arah sejarah
dan perubahan seseorang tidak perlu memperhatikan apa yang dilihat orang, tetapi caranya
bekerja dan berpikir.
F. Teori Agama
Pandangan sinisme Marx terhadap agama, “Religion is the opium of the people”, bisa
dipahami dari latar belakang kehidupan Marx di masa muda, di mana akibat ketiadaan toleransi
antar umat beragama, sehingga hanya individu yang menganut agama penguasa saja yang tidak
mendapatkan diskriminasi, membuat Marx dan keluarganya harus memeluk agama Kristen
Protestan untuk mendapatkan keamanan. Ketakutan Marx kecil terhadap dominasi gereja di
masa lampau ini tampaknya sangat berbekas, hingga ikut mempengaruhi pemikiran Marx
terhadap negara.
Ada dua pandangan utama Marx mengenai agama, pertama, Marx melihat agama
hanyalah menjadi candu (opium) dari masyarakat. Di mana sifat candu yang merusak dan
hanya memberikan kenikmatan sementara pada manusia. Candu juga hanya dijadikan alat
untuk membebaskan manusia dari permasalahan yang membelitnya, ketika manusia tidak
sanggup lagi untuk menggunakan akal sehatnya untuk terlepas dari permasalahan tersebut.
Maka begitu pula Marx memandang agama. Agama bagi Marx hanya dijadikan manusia
sebagai pelarian, ketika manusia tidak sanggup lagi untuk berfikir rasional dalam
menyelesaikan masalahnya. Agama hanyalah merupakan tempat pelarian semata. Padahal
menurut Marx, setiap persoalan yang dialami manusia bertitik tolak dari manusia, sehingga
penyelesaiannya pun harus kembali kepada manusia. Agama hanya menjadikan manusia bukan
dirinya sendiri, sehingga agama menjadikan manusia menjadi asing, dan agama merupakan
sumber keterasingan manusia.
Kedua, bagi Marx agama hanyalah merupakan produk dari adanya perbedaan kelas
sosial di dalam masyarakat. Eksistensi agama ada ketika masih ada kelas-kelas sosial di dalam
masyarakat. Menurutnya pula, agama merupakan salah satu alat penindasan dari kepentingan
kaum kapitalis yang digunakan untuk menjerat kelas proletar. Dalam hal ini melalui negara,
agama digunakan untuk mempertahankan kekuasaannya, karena dengan mengatasnamakan
agama, rakyat akan tetap terlena dan tidak memberontak terhadap penguasa. Pemahaman Marx
5
mengenai hal ini didapatkan dari pengalaman sejarah di abad pertengahan, di mana prinsip
ajaran Kristen Katolik ketika itu dijadikan pembenaran untuk melakukan perbudakan dan
penindasan terhadap kelas proletar. Oleh karenanya menurut Marx, segera setelah terciptanya
masyarakat tanpa kelas, agama akan lenyap karena agama tidak lagi dibutuhkan.
6
dimana termasuk di dalamnya aparatus teknologi dan budaya yang menunjang masyarakat dan
yang memungkinkan masyarakat hidup, serta bermanfaat untuk membedakan pribadi manusia
yang memberikan kemanusiaan kepada individu itu. Materialisme Marx dan penekanannya
pada sektor ekonomi menyebabkan pemikirannya sejalan dengan pemikiran kelompok
ekonomipolitik.
Secara politis, Durkheim adalah seorang liberal, tetapi secara intelektual ia tergolong
lebih konservatif. Ketika Marx memandang bahwa masalah dunia modern adalah melekat
dalam masyarakat, Durkheim justru tak berpendapat demikian. Gagasan Durkheim tentang
keteraturan dan reformasi menjadi dominan ketika gagasan Marx tentang perlunya revolusi
sosial merosot. Durkheim adalah salah satu perintis utama dalam fungsionalisme. Tentang ini
dapat dicatat bahwa pendekatan fungsional menekankan konsensus nilai dan keharmonisan
dari pada konflik dalam masyarakat.
Kecenderungan sosiologi konservatif Durkheim terlihat ketika ia menganggap revolusi
dari Marx tidak diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Menurut Durkheim, berbagai
reformasi dapat memperbaiki dan menjaga sistem sosial modern agar tetap berfungsi.
Meskipun ia mengakui bahwa tak mungkin kembali ke masa lalu, dimana kesadaran kolektif
masih menonjol, namun ia menganggap bahwa dalam masyarakat modern moralitas bersama
dapat diperkuat.
Menurut Weber, sepenuhnya salah jika menganggap revolusi radikal sebagai satu-
satunya cara untuk mencapai emansipasi politik dan kemajuan ekonomi kelas pekerja.
Sementara itu, jika Marx berpandangan negatif, Weber melihat agama sebagai sesuatu yang
memberikan solusi untuk permasalahan sosial, ekonomi dan politik. Weber berasumsi bahwa
untuk mencapai kebahagian di akhirat maka saat di dunia haruslah bekerja sekeras mungkin.
Artinya, ketaatan dalam beragama dilihat berdasarkan gairah dan etos kerja. Semakin banyak
harta maka semakin tebal keimanan dan semakin sedikit maka keimanannya pada Tuhan
rendah.
7
KESIMPULAN
Bagaimanapun ilmiahnya sebuah teori, ia tidak bersifat absolut dan tidak mutlak. Itulah
sebabnya selalu silih berganti, karena setiap teori merupakan pelengkap atau gagasan baru dari
teori sebelumnya. Seperti dikatakan Hegel bahwa segala sesuatu di dunia ini mengalami
dialektikanya, demikian juga halnya dengan teori. Kebenaran suatu teori juga sangat relatif,
masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri. Persoalannya seperti halnya
dengan berbagai teori Karl Marx, meskipun mengandung sejumlah kelemahan dan banyak
ditolak, tetapi dalam beberapa hal justru masih cukup relevan untuk menganalisis kehidupan
masyarakat hingga kini.
SARAN
Pemakalah menyadari bahwa makalah berjudul Sejarah dan Teori Karl Marx, masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, pemakalah dengan senang hati akan menerima kritik
dan saran yang membangun.
8
DAFTAR PUSTAKA
Bahari, Yohanes. “Pemikiran Tokoh-tokoh Sosiologi Klasik dan prakteknya dalam Pemcahan
Masalah Sosial”, Pontianak: TOP Indonesia. 2021
Franz Magnis Suseno. Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan
Revisionisme. Gramedia Pustaka Utama. 2010.
Giddens Anthony. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern, Universitas Indonesia (UI-Press).
1986.
https://sosiallogi.com/tokoh-sosiologi/karl-marx-biografi-dan-teori-sosial/
https://www.sosiologi.info/2022/09/pengertian-sosiologi-menurut-karl-marx.html
Ritzer George, dan Goodman Douglas J. Teori Klasik dan Modern, Prenada Media Group.
2007.
Suhelmi, Ahmad. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2001.