Anda di halaman 1dari 6

SOSIALISME SEBELUM MARX

Sejak awal dikembangkannya ajaran liberalisme-kapitalisme telah


mengundang berbagai reaksi yang kritis dari berbagai pihak. Reaksi tidak hanya
dalam bentuk perdebatan secara teoritis, melainkan juga dalam bentuk gerakan
politik.
Pemikiran-pemikiran ekonomi berlairan sosialis secar garis besar dapat
dipilih atas tiga kelompok :
1. Dari kelompok pemikir sebelum Marx,
2. Pandangan Marx dan Engles dan
3. Kelompok pemikir sosialis sesudah Marx.

A. PENGERTIAN SOSIALISME / KOMUNISME


Dalam kehidupan sehari-hari istilah sosialisme digunakan dalam banyak
arti. Istilah sosialisme selain bisa digunakan untuk menunjukkan aliran falsafah,
ideologi, cita-cita, ajaran-ajaran atau gerakan. Pada awalnya sosialisme
dimaksudkan untuk menunjukkan sistem-sistem pemilikan dan pemanfaatan
sumber-sumber produksi (selain labor) secara kolektif.
Sejak Revolusi Bolshevik tahun 1917, istilah sosialisme sering digantikan
dengan komunisme. Kata komunisme secara historis sering digunakan untuk
menggambarkan sistem-sistem sosial dimana barang-barang dimiliki secara
bersama-sama dan didistribusikan untuk kepentingan bersama sesuai dengan
kebutuhan masing-masing anggota masyarakat.
Dalam masyaralat sosialis yang menonjol adalah rasa kebersamaan atau
kolektivisme (collectivism), dan salah satu bentuk kolektivisme yang ekstrim
adalah komunisme, dimana keputusan-keputusan ekonomi disusun,
direncanakan dan dikontrol oleh kekuatan pusat.
Aliran sosialisme sebelum Marx (yang bersifat utopis) sering dimasukkan
ke dalam sosialis, sedangkan sosialisme yang dikembangkan Marx digolongkan
ke dalam komunis. Cara lain menamakan sosialisme Marx adalah Marxisme.

B. SOSIALISME UTOPIS
Tokoh sosialis utopis yang paling terkenal adalah Sir Thomas More (1978-
1535). Bahkan istilah sosialis utopis diberikan karena More [ernah menulis
tentang sebuah negara impian dalam sebuah tulisannya yang sangat terkenal
“Utopia”. Dalam buku tersebut More menjelaskan bahwa di sebuah pulau khayal
bernama Utopia, yang dapat juga ditafsirkan sebagai sebuah negara, semua
milik merupakan milik bersama. Semua orang tinggal dalam suatu tempat
bersma, dimana makanan serta segala kebutuhan lainnya disediakan secara
bersama-sama pula.
Dari gambarannya tentang negara utopia sebagaimana dijelaskan di atas,
tidak sulit ditebak bahwa Thomas More juga dapat digolongkan sebagai
penganut sosialisme komunisme.

C. SOSIALISME KOMUNITAS BERSAMA


Kalau tulisan-tulisan Plato, More, Tomasso Campanella, Francis bacon
dan James Harrington bersifat utopis, dimana mereka hanya mengkhayalkan
bentuk suatu komunitas ideal, ada juga tokoh-tokoh sosialis yang merealisis cita-
cita mereka dalam kenyataan. Diantaranya adalah adalah Robert owen (1771-
1858), Charles Fourier (1772-1837), dan Louis Blanc (1811-1882).
Ide-ide Owen tentang gerakan sosialis dapat dapat dilihat daru bukunya :
“The New View of Society” (1816). Owen juga memperjuangkan peran
pemerintah dalam pembangunan desa-desa komunal berdasarkan asas
koperasi. Untuk merealisir idenya, ia mendirikan percontohan di New Harmony,
Indiana, Amerika Serikat. Sayang percontohan tersebut, juga percontohan-
percontohan lain yang didirikannya di Inggris, tidak ada yang mampu bertahan
lama.
Charles Fourier adalah pengikut ajaran Saint Simon, yang dalam banyak
hal juga banyak kesamaannya dengan Owen. Bedanya, kalau Owen mendirikan
komunitas berdasarkan asas koperasi dalam sebuah parallelogram, Fourier
mendirikan apa yang disebutnya phalanges, atau phalanx. Phalanx merupakan
suatu unit komunitas terdiri dari sejumlah orang yang hidup dalam suatu
apartment hjotel atau phalanstery tempat tinggal bersama.
Seperti halnya Robert Owen, Lous Blanc juga seorang penggagas
koperasi, tapi khusus untuk koperasi produksi, yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
Sebagai penutup, dapat dikatakan bahwa ide-ide para pemikir sosialis
seperti kita singgung di atas kebanyakan masih bersifat utopis, bersifat angan-
angan. Yang oleh Marx dinilai terlalu naïf untuk diikuti.
SOSIALISME MARX (MARXISME)

Di antara sekian banyak pakar sosialis, pandangan Karl Heindrich Marx


(1818-1883) dianggap paling berpengaruh. Teori-teorinya tidak hanya
didasarkan atas pandangan ekonomi saja, tetapi juga melibatkan moral, etika,
sosial, politik, sejarah, falsafah dan sebagainya. Marx mempunyai seorang
konco yang sangat dekat, yang sekaligus juga sering bertindak sebagai
pendukung finansialnya, yaitu Friedrich Engels. Pertemuan antara dua sahabat
karib yang sehaluan dalam berbagai pandangan ini mempunyai arti sangat
penting di kemudian hari.
Dua di antara buku-buku yang ditulis oleh Marx dan Engels yang sangat
berpengaruh adalah Manifesto Komunis (The Communist Manifesto) dan Das
Kapital.

A. KECAMAN MARX TERHADAP SISTEM KAPITALIS


Karl Marx sangat benci dengan sistem perekonomian liberal yang digagas
oleh Adam Smith dan kawan-kawan. Dari segi moral Marx nelihat bahwa sistem
kapitalis mewarisi ketidakadilan dari dalam. Walau ada pengakuan bahwa sistem
yang didasarkan pada mekanisme pasar ini lebih efisien, akan tetapi sistem ini
tetap dikecam sebab sistem liberal tersebut tidak peduli tentang masalah
kepincangan dan kesenjangan sosial.
Dari segi sosiologi, Marx melihat adanya sumber konflik antar kelas.
Dalam sistem liberal-kapitalis yang diamati Marx ada sekelompok orang (para
pemilik modal) yang menguasai capital, dan ada sekelompok orang lainnya
(kaum buruh) sebagai kelas proletar yang selalu menduduki posisi kelas bawah.
Dari segi ekonomi, Marx melihat bahwa akumulasi capital di tengah kaum
kapitalis memungkinkan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Akan
tetapi pembangunan dalam sistem kapitalis sangat bias terhadap pemilik modal.
Untuk bisa membangun secara nyata bagi seluruh lapisan masyarakat, perlu
dilakukan perombakan struktual melalui revolusi sosual.

B. TEORI PERTENTANGAN KELAS


Dalam buku Manifesto Komunis dapat diikuti bagaimana teori Marx
tentang pertentangan kelas. Menurut marx, sejarah segala masyarakat yang ada
hingga sekarang pada hakekatnya adalah sejarah pertemtangan kelas. Menurut
pengamatan Marx, di seluruh dunia ini di sepanjang sejarah, kelas yang lebih
bahwa selalu berusaha untuk membebaskan dan meningkatkan ststus
kesejahteraan mereka. Dengan anggapan seperti ini Marx meramalkan bahwa
kaum proletar yang terdiri dari para buruh akan bangkit melawan kesewenang-
wenangan kaum pemilik modal.

C. TEORI “SURPLUS VALUE” DAN PENINDASAN BURUH


Menurut pandangan kaum klasik (Ricardo), nilai sustu barang harus sama
dengan biaya-biaya untuk menghasilkan barang tersebut, yang didalamnya
sudah termasuk ongkos tenaga kerja berupa upah alami (natural wages). Upah
alami yang diterima oleh para butuh jauh lebih besar dari jumlah yang diterima
mereka sebagai upah alami. Kelebihan nilai produktivitas kerja buruh atas upah
alami inilah yang disebut Marx sebagai nilai lebih (surplus value). Makin kecil
upah alami yang dibayarkan pada kaum buruh, makin besar nilai surplus yang
dinikmati pemilik modal, yang bagi Marx berarti makin besar penghisapan atau
eksploitasi dari pemilik modal atas kaum buruh.
Di sini tampak perbedaan yang Smith menganggap persaingan bebas
sebagai prasyarat bagi terbentuknya masyarakat sejahtera, sebaliknya Marx
memandangnya sebagai penyebab terjadinya konsentrasi-konsentrasi ekonomi
atau monopoli. Kompetisi ini dinilai Marx mengandung sesuatu daya yang kalau
tidak diawasi akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan masyarakat.

D. DIALEKTIKA MATARIALISME HISTORIS


Proses pembangunan melalui konflik merupakan proses dialektik. Proses
ini mempunyai basis dalam pembagian masyarakat atas kaum pekerja dan
kapitalis. Bagi Marx, pangkal dari semua perubahan adalah karena dilakukannya
penghisapan atau ekploitasi dari para kapitalis terhadap kaum buruh. Teori Marx
tentang kejatuhan kapitalisme untuk kemudian digantikan dengan sosialisme/
komunisme didasarkan pada dialektika materialisme sejarah. Konsep dialektika
materialisme ini dipelajari Marx dari filsuf Jerman Georg Wilhelm Hegel dan
Ludwig Feuerbach.
Berdasarkan dialektika materialisme sejarah di atas Marx percaya bahwa
kekuatan-kekuatan ekonomi (yang disebutnya kekuatan-kekuatan produktif,
productive forces) sangat menentukan bagaimana hubungan-hubunganproduksi,
pasar, masyarakat, dan bahkan termasuk suprastruktur : (ideology, falsafah,
hukum sosial, budaya, agama, kesenian dan sebagainya), nantinya diorganisir.

E. FASE-FASE PERKEMBANGAN MASYARAKAT


Menurut Marx, semua kelompok masyarakat akan mengalami fase-fase
sebagai berikut :
1. komunitas primitive (suku)
2. Perbudakan,
3. Feodalisme,
4. Kapitalisme,
5. Sosialisme, dan
6. Komunisme
Menurut Marx, perubahan dari suatu fase ke fase berikutnya yang lebih
maju disebabkan karena kurang atau tidak seimbangnya kemajuan dalam
teknologi dengan kemajuan dalam istitusi. Kemajuan teknologi membawa
berbagai perubahan. Ia bahkan mampu menciptakan kelas baru dalam
masyarakat, yang punya kekuatan dan kekuasaan untuk merombak institusi
yang bergerak lamban tersebut.

F. BEDA SOSIALISME DAN KOMUNISME MENURUT MARX


Marx membedakan fase sosialisme dengan komunisme penuh atau
lengkap.
1. Produktivitas,
2. Hakikat manusia sebagai produsen, dan
3. Pembagian pendapatan.
Dalam fase sosialisme produktivitas masih rendah, dan kebutuhan materi
belum terpenuhi secara cukup. Sedang dalam fase komunisme penuh
produktivitas sudah tinggi sehingga semua kebutuhan materi sudah diproduksi
secara cukup. Tentang hakikat manusia sebagai produsen, dalam fase
sosialisme manusia belum cukup menyesuaikan diri dan masih mementingkan
intensif materi untuk bekerja. Pada tahap komunisme penuh kerja sudah menjadi
hakekat tanpa terlalu mengharapkan intensif langsung seperti upah. Tentang
pembagin atau distribusi pendapatan, dalam fase sosialisme berlaku prinsip:
“from each according to his ability, to each according to his labor”, sedang dalam
fase komunisme penuh prinsipnya adalah: “from each according to his ability, to
each according to his needs”.
NAMA : MAIZAL FITRI
NIM : 050601080
M. KULIAH : SEJARAH PEMIKIRAN
EKONOMI

Anda mungkin juga menyukai