Disusun Oleh :
Mei Krisselin Yesaro
BAA 118 020
Pertemuan 5:
PEMIKIRAN-PEMIKIRAN KEYNES
A. Karya-karya Keynes
Sebagai seorang pakar ekonomi ulung, ia telah menulis banyak buku. Tahun 1913
ia menulis: Indian Currency and Finance, yang memperlihatkan ketertarikannya pada
masalah-masalah moneter. Tulisan berikutnya adalah: The Economic Consequences of
the Peace (terbit tahun 1919). Pada tahun 1922 ia menulis: A Revision of The Treaty.
Kedua buku yang disebutkan terakhir ditulis sehubungan dengan pengalamannya
dalam delegasi perdamaian Versailles. Pada tahun 1923 ia menulis: A Tract on
Monetary Reform. Dalam buku ini ia memperlihatkan keprihatinannya terhadap
perubahan yang terjadi dalam daya beli uang. Tulisannya yang lain adalah A Treatise
on Money yang diterbitkan tahun 1930. Enam tahun berikutnya, ia menerbitkan buku
yang paling terkenal: The General Theory of Employment, Interest, and Money.
Dalam bukunya: The Economic Consequences of The Peace, ia banyak mengritik
cara-cara yang digunakan oleh negara-negara yang menang Perang Dunia Pertama
(Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis) dalam menekan negara-negara yang kalah
perang (yaitu pihak Jerman). Walaupun dalam Perjanjian Versailles ia mewakili
pemerintahan Inggris, tidak urung ia mengkritik cara-cara yang digunakan negara-
negara yang menang perang. Hal itu karena negara pemenang menekan Jerman
dengan syarat pembayaran utang perang yang begitu berat. Dalam buku tersebut ia
mengisyaratkan bahwa tekanan dari negara-negara yang menang perang terhadap
Jerman dapat menimbulkan rasa marah dan dendam dari masyarakat Jerman. Apa
yang diramal oleh Keynes tahun 1919 tersebut menjadi kenyataan 20 tahun
berikutnya. Jerman yangkalah dalam Perang Dunia I di bawah Hitler melakukan balas
dendam dengan memulai prakarsa Perang Dunia Kedua. Bukunya yang lain: A
Treatise on Money terdiri dari dua volume. Volume pertama khusus menyajikan teori-
teori tentang arti dan aia uang dalam perekonomian secara murni. Dalam volume
kedua dijelaskan bagaimana teori-teori murni tentang uang tersebut diterapkan dalam
perekonomian. Buku The General Theory ditulis sebagai reaksi terhadap depresi
besar-besaran yang terjadi tahun 30-an yang tidak berhasil dipecahkan dengan metode
klasik dan neo-klasik. Teori klasik dinilai Keynes mengandung banyak kelemahan.
Oleh karena itu, perlu diperbaiki dan disempurnakan.
B. Kritikan Keynes terhadap Teori Klasik
Kaum klasik percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada kekuatan
mekanisme pasar akan selalu menuju keseimbangan (equilibrium). Dalam posisi
keseimbangan, kegiatan produksi secara otomatis akan menciptakan daya beli untuk
membeli barang-barang yang dihasilkan. Daya beli tersebut diperoleh sebagai balas
jasa atas faktor-faktor produksi seperti upah, 8aji, suku bunga, sewa, dan balas jasa
dari faktor-faktor produksi lainnya. Pendapatan atas faktor-faktor produksi tersebut
seluruhnya akan dibelanjakan untuk membeli barang-barang yang dihasilkan
perusahaan. Ini yang dimaksudkan Say bahwa penawaran akan selalu berhasil
menciptakan permintaannya sendiri. Dalam posisi keseimbangan tidak terjadi
kelebihan maupun kekurangan permintaan. Ketidakseimbangan (disequilibrium),
seperti pasokan lebih besar dari permintaan; kekurangan konsumsi; atau terjadi
pengangguran, keadaan ini dinilai kaum klasik sebagai sesuatu yang sementara
sifatnya. Nanti akan ada suatu tangan tak kentara (invisible hands) yang akan
membawa perekonomian kembali pada posisi keseimbangan. Kaum klasik juga
percaya bahwa dalam keseimbangan semua sumber daya, termasuk tenaga kerja, akan
digunakan secara penuh (fully-employed). Dengan demikian, di bawah sistem yang
didasarkan pada mekanisme pasar tidak ada pengangguran. Pekerja terpaksa menerima
upah rendah, daripada tidak memperoleh pendapatan sama sekali. Kesediaan untuk
bekerja dengan tingkat upah lebih rendah ini akan menarik pérusahaan untuk
mempekerjakan mereka lebih banyak. Jadi, dalam pasar persaingan sempurna mereka
yang mau bekerja pasti akan memperoleh pekerjaan. Pengecualian berlaku bagi
mereka yang “pilih-pilih” pekerjaan, atau tidak mau bekerja dengan tingkat upah yang
diatur oleh pasar. Pekerja yang tidak bekerja karena kedua alasan di atas, oleh kaum
klasik tidak digolongkan pada penganggur. Kaum klasik menyebutnya pengangguran
sukarela (voluntary unemployment). Pendapat klasik bahwa jumlah tabungan akan
selalu sama dengan jumlah investasi di atas dibantah Keynes. Alasannya, motif orang
untuk menabung tidak sama dengan motif pengusaha untuk menginvestasi. Pengusaha
melakukan investasi didorong oleh keinginan untuk mendapatkan laba yang sebesar-
besarnya. Sementara itu, sektor rumah tangga melakukan penabungan didorong oleh
berbagai motif yang sangat berbeda. Termasuk di dalamnya ialah motif untuk berjaga-
jaga (pre-cautionary motives), misalnya untuk menghadapi kecelakaan, penyakit,
untuk memenuhi hajat (memperingati kelahiran, perkawinan, kematian), dan
sebagainya. Perbedaan dalam motif ini menyebabkan jumlah tabungan tidak akan
pernah sama dengan jumlah investasi. Kalaupun jumlahnya sama, menurut Keynes itu
hanya merupakan kebetulan belaka, bukan suatu keharusan. Karena Keynes
mengamati bahwa umumnya investasi lebih kecil dari jumlah tabungan, ia
menyimpulkan bahwa permintaan agregat juga lebih kecil dari penawaran agregat.
Kekurangan ini, apabila tidak diantisipasi, akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan dalam perekonomian. Karena sebagian produksi tidak terserap
oleh masyarakat, stok akan meningkat, dan pada periode-periode berikutnya terpaksa
harus dibatasi. Apa yang menjadi inti pokok dari pendapat Keynes diatas ialah bahwa
perekonomian yang berjalan menurut mekanisme pasar biasanya mencapai
keseimbangan pada titik di bawah full-employment.
C. Peran Pemerintah dalam Perekonomian
Dari berbagai kebijaksanaan yang dapat di ambil, Keynes lebih sering
mengandalkan kebijaksanaan fiskal. Dengan kebijaksanaan fiskal pemerintah bisa
mempengaruhi jalannya perekonomian. Langkah itu dilakukan dengan menyuntikkan
dana berupa pengeluaran pemerintah untuk proyek-proyek yang mampu menyerap
tenaga kerja. Kebijaksanaan ini sangat ampuh dalam meningkatkan output dan
memberantas pengangguran, terutama pada situasi saat sumber-sumber daya belum
dimanfaatkan secara penuh. Apakah Keynes tidak percaya pada mekanisme pasar
bebas sesuai doktrin laissez faire-laissez passer klasik? Apakah ia tidak yakin dengan
anggapan klasik bahwa perekonomian akan menemukan jalannya sendiri menuju
keseimbangan? Keynes sebetulnya percaya tentang semua hal yang dikemukakan oleh
kaum klasik tersebut. Akan tetapi, Keynes menilai bahwa jalan menuju keseimbangan
dan full-employment tersebut sangat panjang. Kalau ditunggu mekanisme pasar (lewat
tangan tak kentara) yang akan membawa perekonomian kembali pada posisi
keseimbangan, dibutuhkan waktu yang sangat lama. Keynes pernah menulis: “dalam
jangka panjang kita akan mati!” (In the long run we're all dead!). Jadi, satu-satunya
cara untuk membawa perekonomian kearah yang diinginkan seandainya ia “lari dari
posisi keseimbangan”, demikian uraian Keynes lebih lanjut, ialah lewat intervensi atau
campur tangan pemerintah. Demikianlah, kalau kaum klasik pada umumnya
menganggap tabu campur tangan pemerintah. Bagi Keynes, campur tangan pemerintah
merupakan keharusan. Campur tangan pemerintah terutama diperlukan kalau
perekonomian berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kalau diamati,
sepertinya Keynes sependapat dengan Marx yang mengatakan bahwa sistem ekonomi
klasik tidak bebas dari fluktuasi, krisis pengangguran, dan sebagainya. Marx berusaha
menghancurkan sistem kapitalis dan menggantikannya dengan sistem sosialis. Namun
sebaliknya, Keynes justru ingin menyelamatkan sistem liberal tersebut.
D. Diskusi
Pandangan Keynes sering dianggap sebagai awal dari pemikiran ekonomi
modern. Ia banyak melakukan pembaharuan dan perumusan ulang doktrin-doktrin
klasik dan neo-klasik. Karena Keynes menganggap peran pemerintah perlu dalam
melaksanakan pembangunan, Keynes sering disebut “Bapak Ekonomi Pembangunan”.
Selain itu, ia juga disebut “Bapak Ekonomi Makro”, sebab dahulu dalam tradisi klasik
maupun neo-klasik analisis-analisis ekonomi lebih banyak bersifat mikro, sejak
Keynes analisis ekonomi juga dilakukan secara makro. Hal itu dilakukan dengan
melihat hubungan di antara variabel-variabel ekonomi (seperti pendapatan, konsumsi,
tabungan, pajak, pengeluaran pemerintah, ekspor-impor, pengangguran, inflasi dan
sebagainya) secara besar-besaran atau agregatif. Pengaruh Keynes terhadap negara-
negara berkembang yang sangat ingin melihat pembangunan ekonominya berhasil
sangat besar. Sejak kemunculan Keynes, status ahli-ahli ekonomi naik beberapa
tingkat. Pendapat-pendapat mereka lebih sering didengar dan dijadikan sebagai bahan
mengambil kebijaksanaan. Sebagai mana pernah ditulis Keynes:
“The ideas of economists and political philosophers, both when they are
right and when they are wrong, are more powerful than is commonly
understood. Indeed, the world is ruled by little else!”
J.M. Keynes yang merupakan anak seorang ahli ekonomi—John Neville Keynes
—sering dibandingkan dengan John Stuart Mill, yang juga anak seorang ahli ekonomi
James Mill. Keynes dan Mill yunior sama-sama menolak implikasi kebijaksanaan
dasar yang dianut kedua orang tua mereka. Keduanya berani menempuh perjalanan ke
arah yang berbeda. Perbedaannya, J.S. Mill gagal melakukan perpisahan dengan
struktur teoretis yang dikembangkan pakar-pakar terdahulu (terutama oleh Ricardo),
sehingga ia akhirnya hanya bisa membuat “rumah setengah jadi” antara mazhab klasik
dan neo-klasik. Sementara itu, J.M. Keynes berhasil melakukan escape dari masa lalu,
yaitu dari tradisi laissez faire yang dianut pakar-pakar ekonomi masa silam seperti
Adam Smith, Ricardo dan gurunya sendiri Alfred Marshall. Keynes kemudian berhasil
membentuk suatu “bangunan rumah utuh” dalam struktur teori-teori ekonomi baru,
sehingga terjadi revolusi baik dalam teori-teori, bahkan dalam kebijaksanaan-
kebijaksanaan ekonomi. Sebagian yang dilakukan Keynes dalam mengembangkan
teori-teori baru dapat dijelaskan sebagai reaksi intelektual terhadap masalah-masalah
yang dihadapi di masanya. Keynes ingin mengetahui kekuatan-kekuatan yang telah
menyebabkan terjadinya pengangguran besar-besaran di Inggris tahun 20-an dan
depresi besar-besaran tahun 30-an.Apa yang disaksikannya, menurut pemikiran
Keynes, tidak mungkin bisa diatasi dengan teori-teori dan pendekatan usang kaum
klasik yang dipelajarinya dari tokoh-tokoh ekonom terdahulu. agi masyarakat
Indonesia, suatu hal menarik yang bisa kita pelajari dari tokoh Keynes ialah bahwa
dalam mencari kebenaran kita harus dapat menghilangkan budaya segan (budaya euh
pakewuh), Menolak ajaran-ajaran lama bukan berarti bahwa kita tidak menghargai
karya-karya para pemikir ekonomi terdahulu. Akan tetapi, sebagai titik anjak untuk
membuka lembaran baru yang diyakini mampu membawa masyarakat pada tingkat
kesejahteraan yang lebih tinggi, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan
datang. Bagi masyarakat Indonesia yang sering sekali terjerat dan terpenjara oleh masa
lampau, hal ini bisa dijadikan sebagai sesuatu yang berharga untuk diperhatikan.
Berani menempuh jalan sendiri, jika berhasil, akan menjadikan kita sebagai pahlawan
yang dikagumi. Namun, untuk itu bukan tidak ada risikonya. Dalam masyarakat yang
bagaimana pun majunya, sikap “berani tampil beda” sering harus menghadang risiko.
Hal seperti ini juga dialami oleh Keynes. Misalnya, karena ia sering menentang ajaran
dan teori-teori klasik dari guru-gurunya, ia tidak pernah mendapat nilai yang
memuaskan dalam mata-mata kuliah ekonomi. Bagaimana reaksinya terhadap nilainya
yang sering rendah untuk pelajaran ekonomi tersebut? Menurut R.F. Harrod: “The
Life of John Maynard Keynes”
Pertemuan 6:
NEO-KEYNES DAN PASCA KEYNES
A. Tokoh-tokoh Keynesian
1. Alvin Harvey Hansen (1 887-1975)
Alvin Hansen adalah pakar ekonomi lulusan Harvard University yang paling
mengagumi karya-karya Keynes. Sebagai ahli ekonomi yang cukup disegani, ia
banyak menulis karya ilmiah. Dalam hal ini ada tiga buku Hansen yang paling
menonjol. Pertama, Fiscal Policy and Business Cycle (1941); kedua, Business Cycles
and National Income (1951); dan terakhir, A Guide to Keynes (1953). Buku pertama
dan kedua lebih banyak ditujukan untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan
fluktuasi ekonomi, faktor-faktor penyebabnya. Yang lebih penting lagi mengenai cara
mengantisipasi fluktuasiekonomi tersebut. Fluktuasi ekonomi terjadi karena adanya
gerak naik turun dalam faktor-faktor yang menjadi determinan pendapatan nasional.
Dengan begitu, ia banyak mengupas tentang pendapatan nasional tersebut. Hansen
mengaitkan permasalahan mengenai pendapatan nasional, investasi, dan kesempatan
kerja dengan gerak gelombang atau fluktuasi ekonomi. Buku Hansen ketiga, A Guide
to Keynes sangat berjasa dalam penyebarluasan pemikiran-pemikiran Keynes. Oleh
beberapa kalangan (termasuk kalangan ahli ekonomi sekalipun), pemikiran itu terlalu
sulit di cerna dari buku aslinya: The General Theory. Dalam buku tersebut Hansen
menyusun pemikiran-pemikiran Keynes dalam suatu kerangka analisis yang lebih
sistematis dari buku aslinya sendiri.
2. Simon Kuznets (1901-1985)
Pada awalnya Kuznets seorang ahli statistik, yang banyak berkecimpung dengan
pengumpulan dan analisis data. Termasuk pula didalamnya data ekonomi. Karena
banyak mengumpulkan data-data ekonomi, ia menjadi tertarik dengan bidang
ekonomi. Berkat kepintarannya Kuznets berhasil menggabung ilmu statistik dan ilmu
matematika dengan ilmu ekonomi menjadi suatu kesatuan yang padu. Buku-buku
yang ditulis oleh Kuznets yang ada hubungannnya dengan ekonomi antara lain:
National Income and Its Composition: 1919-1938 (1941), Economic Change (1953),
dan Modern Economic Growth, Rate, Structure and Spread (1960). Dalam karyanya
yang pertama, Kuznets banyak menyumbangkan pemikiran tentang hal-hal yang
berhubungan dengan perhitungan pendapatan nasional.
4. John R. Hicks (1904-...)
Oleh beberapa pakar, yaitu Prof. Sumitro, Hicks dimasukkan ke dalam aliran neo-
klasik. Hal ini dimungkinkan karena ia berjasa melakukan pengkajian ulang terhadap
teori-teori Marshall tentang perilaku konsumen dan memperbarui konsep
keseimbangan umum Marshall tersebut. Akan tetapi, oleh pakar lain ia juga
dimasukkan ke dalam pendukung ajaran Keynes. Dalam kenyataan, Hicks memang
seorang all round theorist yang ahli di berbagai cabang ilmu ekonomi dengan tingkat
keahlian yang merata. Pada kesempatan ini, yang penting bagi kita ialah Hicks telah
ikut berjasa dalam mengembangkan pemikiran-pemikiran Keynes. Salah satu jasanya
yang sangat besar ialah kemampuannya dalam merangkai teori-teori ekonomi mikro
ke dalam kerangka teori makro Keynes melalui pendekatan matematika. Hal ini dapat
diikuti dari salah satu karyanya: Value and Capital (1939). Dalam tulisannya yang
lain: Mr. Keynes and The “Classic”: A Suggested Interpretation (1937) Hicks
membandingkan ajaran Keynes dengan ajaran kaum klasik secara sangat gemilang.
Karya ini tidak hanya mampu mengungkapkan kekuatan dan kelemahan sistem
Keynesian, tetapi juga memungkinkan kita untuk mempelajari teori-teori pra
Keynesian secara lebih akurat.
5. Wassily Leontief (1906-...)
Leontief adalah pakar ekonomi kelahiran Rusia yang kemudian membelot ke
Amerika Serikat. Buku-buku yang ditulis Leontief antara lain: Studies in the Structure
of the American Economy: Theoritical and Empirical Explorations in Input-Output
Analysis (1953), dan The Future of World Economy (1976). Leontief dinilai sangat
berjasa dalam mengembangkan sebuah teori yang kemudian ternyata menjadi sangat
berguna untuk berbagai analisis ekonomi, yaitu analisis input-output. Keteranganlebih
lanjut tentang analisis input-output ini dapat diikuti dari bukunya yang disebutkan
pertama di atas. Dengan menggunakan analisis input-output yang dikembangkan oleh
Leontief tersebut, kegiatan dan keterkaitan antara sektor-sektor ekonomi dalam tata
susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh dapat dilihat lebih jelas. Menurut
Leontief, hubungan dan keterkaitan antar-sektor dalam perekonomian dapat
digambarkan dalam suatu matriks. Matriks ini pada intinya berisi tabel-tabel tentang
faktor-faktor produksi (input) di tiap sektor dan tabel-tabel tentang hasil (output) dari
masing-masing sektor. Dengan dikembangkannya analisis input-output oleh Leontief,
Saat ini para ahli ekonomi dapat secara lebih jelas melihat komposisi dan keterkaitan
sektor-sektor ekonomi secara keseluruhan. Analisis input-output bisa diaplikasikan
dalam semua sistem-sistem ekonomi, baik yang liberal, etatisme maupun yang
menganut sistem ekonomi campuran.
6. Paul Samuelson (1915-...)
Samuelson memperoleh pendidikan ekonomi di Harvard. Disampingmemperdalam
ekonomi ia juga sangat mahir dalam ilmu matematika. IImu matematika yang
dikuasainya berperan dalam meringkat dan merangkum teori-teori ekonomi ortodoks
sewaktu Samuelson menyelesaikan program Ph.D, yang diperolehnya dalam usia 26
tahun. Sejak usia 32 tahun Samuelson sudah menjabat profesor penuh di Massachussetts
Institute of Technology (MIT). Berkat karya-karyanya yang brilian, ia pernah menerima
hadiah John Bates Clark. Hadiah ini merupakan suatu penghargaan bagi pakar-pakar
ekonomi muda (dibawah usia 40 tahun) yang secara nyata telah banyak memberikan
sumbangan-sumbangan pemikiran dalam bidang ilmu ekonomi. Seperti halnya Hansen,
Samuelson juga berjasa dalam menyebarluaskan. Di samping itu, ia juga
mengembangkan lebih jauh pemikiran-pemikiran Keynes. Dalam hal ini, jasanya sangat
besar dalam melakukan kodifikasi pemikiran-pemikiran Keynes. Ia pun melengkapinya
dengan pemikiran-pemikiran baru yang lebih luas jangkauannya dengan pendekatan
matematika.
B. Teori Gelombang Perusahaan (Business Cycle)
Menurut Laundert (1976) menyatakan pendapatnya tentang analisis determunasi
pendapatan Keynesian berupa tekanan utama pada ketidakstabilan yang melekat
dalam sistem kapitalis dan peranan investasi. Menurut Laundert, analisis tersebut
berasal dari Marx lewat Tugan Baronowsky, Juglar, Spiethoff, Schumpeter, Casel,
Robertson,Wicksel, dan Fisher dari aliran ortodoks; dan dari Marx, Veblen,
Hobson,Mitchell, dan lain-lain dari aliran heterodoks. Beberapa pakar ekonomi
heterodoks sebelumnya pernah memperingatkan bahwa dalam sistem kapitalis
melekat suatu kekuatan yang akan membawa perekonomian pada depresi. Akan
tetapi, peringatan-peringatan mereka tidak begitu diacuhkan. Orang pun lebih
percaya pada hukum Say, hingga terjadi depresi besar-besaran tahun 30-an.
Penyebab fluktuasi sebetulnya sangat banyak. (Untuk bacaan yang, lebih komplit
tentang siklus ekonomi ini dapat diikuti dalam buku yang ditulis oleh Sumitro
Djojohadikusumo: Perkembangan Pemikiran Ekonomi (1991), terutama bagian
Ketiga). Bagi kaum neo-keynesian, fluktuasi ekonomi terjadi karena dua penyebab
utama. Pertama, terjadinya perubahan-perubahan dalam tingkat investasi dan
rendahnya tingkat konsumsi. Sebagai contoh, depresi besar-besaran tahun 30-an
terjadi karena naik turunnya jumlah investasi dan pengeluaran konsumsi. Pendapat
ini banyak sedikitnya mirip dengan pandangan Schumpeter, Wicksell,dan Spithoff.
Kedua, fluktuasi terjadi karena tidak adanya mekanisme koreksi yang mampu
mendorong perekonomian pada keseimbangan kesempatan kerja penuh (full-
employment equilibrium). Penyebab utama ketidakseimbangan ini adalah kakunya
harga-harga, terutama tingkat upah dalam mekanisme penyesuaian. Karena
perekonomian tidak selalu berada dalam posisi keseimbangan, sering terjadi
fluktuasi. Ketidakseimbangan perekonomian yang berkaitan dengan pengangguran
dan inflasi menyebabkan kaum neo-keynesian percaya perlunya intervensi dari
pemerintah sebagai langkah koreksi.
C. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan
Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi akan berkembang pesat dalam
lingkungan masyarakat yang menghargai dan merangsang orang untuk menggali
penemuan-penemuan baru. Yang paling cocok untuk itu ialah lingkungan
masyarakat yang menganut laissez faire, bukan dalam masyarakat sosialis atau
komunis yang cenderung mematikan kreativitas orang. Dalam masyarakat yang
menganut mekanisme pasar, insentif bagi penemuan baru lebih tinggi dari insentif
yang akan diterima dalam masyarakat sosialis. Menurut Schumpeter, depresi tahun
30-an bukan karena kelemahan sistem kapitalis, tetapi justru karena kekuatannya,
Pada saat terjadinya depresi tahun 30-an tersebut perekonomian berada salah satu
titik terendah (trough) dalam suatu gelombang panjang. Jika ditemukan inovasi dan
teknologi baru, perekonomian akan membaik kembali. Perhatian terhadap
pertumbuhan dan pembangunan—terutama dinegara-negara berkembang—semakin
marak berkat pengaruh ajaran Keynes yang menginginkan campur tangan
pemerintah dalam proses pembangunan. Bermodalkan teori-teori dan konsep-konsep
yang digagas Keynes, banyak negara berkembang ikut aktif terlibat dalam proses
pembangunan.
Kesimpulan :
Teori Keynes adalah suatu teori ekonomi yang didasarkan pada ide ekonom Inggris abad
ke-20 yaitu John Maynard Keynes. Teori ini mempromosikan suatu ekonomi campuran, di mana
baik negara maupun sektor swasta memegang peranan penting. Kebangkitan ekonomi Keynes
menandai berakhirnya ekonomi laissez-faire, suatu teori ekonomi yang berdasarkan pada
keyakinan bahwa pasar dan sektor swasta dapat berjalan sendiri tanpa campur tangan negara.
Teori ini menyatakan bahwa trend ekonomi makro dapat mempengaruhi perilaku
individu ekonomi mikro. Berbeda dengan teori ekonom klasik yang menyatakan bahwa proses
ekonomi didasari oleh pengembangan output potensial, Keynes menekankan pentingnya
permintaan agregat sebagai faktor utama penggerak perekonomian, terutama dalam
perekonomian yang sedang lesu. Ia berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dapat digunakan
untuk meningkatkan permintaan pada level makro, untuk mengurangi pengangguran dan deflasi.
Jika pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang yang beredar di masyarakat akan
bertambah sehingga masyarakat akan terdorong untuk berbelanja dan meningkatkan
permintaannya (sehingga permintaan agregat bertambah). Selain itu, tabungan juga akan
meningkat sehingga dapat digunakan sebagai modal investasi, dan kondisi perekonomian akan
kembali ke tingkat normal. Kesimpulan utama dari teori ini adalah bahwa tidak ada
kecenderungan otomatis untuk menggerakan output dan lapangan pekerjaan ke kondisi full
employment (lapangan kerja penuh).