Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI

“TEORI KLASIK ADAM SMITH”

OLEH:

KELOMPOK I

1. Putu Julia Marta Diyanti (1907511002)


2. I Gede Rastaka Putra (1907511003)
3. Dwi Laksono (1907511014)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Teori Klasik Adam Smith”. Makalah
ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua tentang
permasalahan pokok ekonomi dalam berbagai sistem perekonomian.

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen terkait dengan
bab 2 Sejarah Pemikiran Ekonomi yang berisi tentang uraian secara singkat mengenai teori
klasik Adam Smith, yang meliputi hakikat manusia serakah, mekanisme pasar bebas, teori
nilai (Value Theory), teori pembagian kerja, teori akumulasi kapital, pengaruh pandangan
Adam Smith.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini memiliki banyak kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanya dimiliki oleh Tuhan. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya
makalah ini . Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya
dan bagi kami khususnya .

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………....i

Daftar Isi………………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………....1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………....1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………1

1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………..3

2.1 Hakikat Manusia Serakah…………………………………………………….3

2.2 Mekanisme Pasar Bebas………………………………………………………3

2.3 Teori Nilai (Value Theory)……………………………………………………5

2.4 Teori Pembagian Kerja………………………………………………………..5

2.5 Teori Akumulasi Kapital………………………………………………………6

2.6 Pengaruh Pandangan Adam Smith…………………………………………….6

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………10

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….10

3.2 Saran……………………………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan
menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidak-seimbangan antara
kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya
terbatas. Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan (scarcity). The
Wealth of Nations karya Adam Smith pada tahun 1776 dianggap sebagai penanda dimulainya
era aliran ekonomi klasik. Aliran ini mengemuka hingga pertengahan abad ke-19 dan
kemudian digantikan oleh ekonomi neoklasik, yang lahir di Britania Raya pada tahun 1870.
Definisi ekonomi klasik diperdebatkan oleh sejumlah pakar, terutama pada periode 1830–
1870-an dan keberlanjutannya ke ekonomi neoklasik. Istilah "ekonomi klasik" awalnya
dicetuskan oleh Karl Marx untuk merujuk pada ekonomi Ricardian – aliran ekonomi yang
dikembangkan oleh David Ricardo dan James Mill serta pendahulunya. Namun, penggunaan
istilah ini kemudian diperluas untuk merujuk pada semua pengikut Ricardo.
Ekonomi klasik secara umum dianggap sebagai aliran modern pertama dalam sejarah
pemikiran ekonomi. Ekonomi klasik menyatakan bahwa pasar bebas akan mengatur dirinya
sendiri jika tidak ada campur tangan dari pihak apapun. Adam Smith menyebutnya dengan
metafora "tangan tak terlihat", yang akan menggerakkan pasar menuju keseimbangan alami
mereka tanpa adanya campur tangan dari luar. Tidak seperti ekonomi Keynesian, ekonomi
klasik menekankan pada penerapan harga fleksibel, baik dari segi upah ataupun barang.
Penekanan lainnya terdapat pada Hukum Say: penawaran menciptakan permintaan sendiri –
artinya, produksi agregat akan menghasilkan pendapatan yang cukup untuk membiayai
semua pengeluaran yang dihasilkan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu :

1. Bagaimana hakikat manusia serakah ?


2. Bagaimana mekanisme pasar bebas ?
3. Bagaimana teori nilai (Value Theory) ?
4. Bagaimana teori pembagian kerja ?

1
5. Bagaimana teori akumulasi kapital ?
6. Bagaimana pengaruh pandangan Adam Smith ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui bagaimana hakikat manusia serakah.


2. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme pasar bebas.
3. Untuk mengetahui bagaimana teori nilai (Value Theory).
4. Untuk mengetahui bagaimana teori pembagian kerja.
5. Untuk mengetahui bagaimana teori akumulasi kapital.
6. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pandangan Adam Smith.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Manusia Serakah
Kanyataan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki sifat serakah sudah dikenal oleh
pemikir-pemikir masa Yunani Kuno, terutama oleh Plato. Smith, seperti halnya
Mandeville, juga percaya bahwa pada hakikatnya manusia rakus, egoistis, selalu ingin
mementingkan diri sendiri. Mandeville menganggap sifat rakus manusia yang selalu lebih
mementingkan diri sendiri ini akan memberikan dampak sosial-ekonomi negatif bagi
masyarakat. Untuk menghindari dampak negatif ini, Mandeville menganjurkan adanya
campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Sebaliknya, Smith tidak anti dengan
sifat egoistis manusia, malahan menganggap sifat ini akan memacu pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan secara keseluruhan. Smith berpendapat bahwa sifat egoistis
manusia ini tidak akan mendatangkan kerugian dan merusak masyarakat sepanjang ada
persaingan bebas. Menurut penjelasannya lebih lanjut, setiap orang yang menginginkan
laba dalam jangka panjang (artinya serakah), tidak akan pernah menaikkan harga di atas
tingkat harga pasar. Menurut Smith lebih lanjut, tindak-tanduk manusia pada umumnya
didasarkan pada kepentingan diri sendiri (self-interest), bukan belas kasihan dan juga
bukan perikemanusiaan. Walaupun motif kepentingan diri sendiri kurang begitu mulia,
bukan berarti kita harus menolak berbisnis dengan orang lain. Hal ini hanya akan
menghancurkan diri sendiri.
2.2 Mekanisme Pasar Bebas
Smith sangat mendukung motto laissez faire-laissez passer yang menghendaki
campur tangan pemerintah seminimal mungkin dalam perekonomian. Paham ini,
sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, berawal dari pendapat Francis Quesnay (dari
aliran fisiokrat). Mempertegas apa yang pernah disampaikan oleh kaum fisiokrat tersebut,
Smith menghendaki agar pemerintah sedapat mungkin tidak terlalu banyak campur
tangan mengatur perekonomian. Jika banyak campur tangan pemerintah, menurut Smith,
pasar justru akan mengalami distorsi yang akan membawa perekonomian pada
ketidakefisienan (inefficiency) dan ketidakseimbangan. Bagaimana pasar bebas yang
didasarkan pada keinginan-keinginan pribadi tersebut bisa membawa perekonomian pada
suatu keseimbangan yang efisien? Dalam menjawab pertanyaan tentang bekerjanya
mekanisme pasar yang sangat sederhana, tetapi sangat ampuh tersebut, Smith
mengekspresikannya dalam suatu paragraf:

3
“As every individual, therefore, endeavors as much as he can to employ his capital in the
support of domestic industry, and so to direct that industry that its produce may be of the
greatest value; every individual necessarily labours to render the annual revenue of the
society as great as he can. He generally, indeed, neither intends to promote the public
interest, norknows how much he is promoting it. By preferring the support of domestic to
that of foreign industry, he intends only his own security; and by directing that industry
in such a manner as its produce may be of the greatest value, he intends only his own
gain, and he is in this, as in many other cases, led by an invisible hand to promote and
end which was no part of his intention. Nor is it always the worsefor the society that it
was no part of it. By pursuing his own interest he frequently promotes that of society
more effectively than when he really intends to promote it.”
Secara singkat, walaupun tiap orang mengerjakan sesuatu didasarkan kepada
kepentingan pribadi, tetapi hasilnya bisa selaras dengan tujuan masyarakat. Dampak
aktivitas setiap individu dalam mengejar kepentingan masing-masing terhadap kemajuan
masyarakat, justru lebih baik dibanding dengan tiap orang berusaha memajukan
masyarakat.
Smith paling tidak percaya dengan “maksud baik”, baik dari orang perorangan,
bahkan dari pemerintah. Sehubungan dengan ini Smith pernah memperingatkan:
“You think you are helping the economic system by your wellmeaning laws and
interferences. You are not!Let it be. The oil of self-interest will keep the gears working
inalmost miraculous fashion. No one need plan. No sovereign need rule. The market will
answer all things.”
Smith justru mencurigai bahwa jalan ke neraka penuh dihiasi dengan maksud-maksud
baik. Apa yang diperingatkan Smith, saat ini dapat disaksikan di Indonesia. Misalnya,
“niat baik” melakukan tataniaga cengkeh dan jeruk, terbukti bukan menguntungkan
petani, tetapi justru merugikan mereka. Pandangan-pandangan Smith kemudian telah
menandai suatu perubahan yang sangat revolusioner dalam pemikiran ekonomi. Di masa
sebelumnya, yaitu masa merkantilis, negara ditempatkan di atas individu-individu.
Sebaliknya, menurut ajaran klasik dan fisiokrat ini kepentingan individulah yang mesti
diutamakan. Bahkan, tugas negaralah untuk menjamin terciptanya kondisi bagi setiap
orang untuk bebas bertindak melakukan yang terbaik bagi diri mereka masing-masing.
Bagi penyokong pasar bebas, tidak ada jasa yang bisa diperbuat oleh seorang umat
manusia, kecuali yang dapat membuat dirinya lebih maju.

4
2.3 Teori Nilai (Value Theory)
Menurut Smith, barang mempunyai dua nilai. Pertama, nilai guna (value in use);
kedua, nilai tukar (value in exchange). Nilai tukar atau harga suatu barang ditentukan oleh
jumlah tenaga (labor) yang diperlukan untuk menghasilkan barang tersebut. Untuk
mengukur tenaga labor yang dicurahkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa tidak
bisa hanya diukur dari jam atau hari kerja saja. Hal itu karena keterampilan setiap orang
tidak sama. Untuk itu, ia menggunakan “harga” labor sebagai alat ukur, yaitu upah yang
diterimanya dalam menghasilkan barang tersebut. Tingkat upah sekaligus menentukan
perbedaan tingkat keterampilan labor. Perbedaan tenaga kerja yang dicurahkan dalam
menghasilkan barang, digunakan Smith untuk mematok harga.
Menurut Smith, hubungan antara nilai guna dan nilai tukar suatu barang yang
mempunyai nilai guna tinggi kadang-kadang tidak mempunyai nilai tukar (tidak bisa
ditukarkan dengan barang lain). Sebaliknya, ada barang yang mempunyai nilai tukar
sangat tinggi, tetapi tidak begitu berfaedah dalam kehidupan.
Nilai tukar dapat diartikan dengan kemampuan sesuatu barang untuk memperoleh
barang lain. Hal itu berarti nilai tukar suatu barang sama dengan harga barang itu sendiri.
Jika diperhatikan, konsep nilai Smith bersifat mendua(ambiguous). Ia tampaknya belum
atau tidak paham tentang harga-harga relatif. Ia juga tidak bisa membedakan antara
utilitas total(total utility) dengan utilitas marjinal (marginal utility) dan utilitas rata-
rata(average utility).Dalam penjelasannya Smith hanya terfokus pada utilitas total saja.
ini membuatnya sulit dalam memahami peran permintaan dalam menentukan harga pasar.
2.4 Teori Pembagian Kerja
Produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui pembagian kerja (division of
labor). Pembagian kerja akan mendorong spesialisasi; orang akan memilih mengerjakan
yang terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. Adanya spesialisasi
berarti setiap orang tidak perlu menghasilkan setiap barang yang dibutuhkan secara
sendiri-sendiri. Akan tetapi, hanya menghasilkan satu jenis barang saja. Kelebihan barang
atas kebutuhan sendiri itu dipertukarkan (diperdagangkan) di pasar.
Smith memberikan contoh dampak pembagian tugas dalam pembuatan peniti. Jika
tiap orang melakukan semua jenis pekerjaan sendiri-sendiri (termasuk di dalamnya
meluruskan kawat, memotongnya, meruncingkan, dan memasangkan kepala peniti, dan
sebagainya), hasil yang diperoleh kecil. Akan tetapi, jika dilakukan pembagian tugas
(division of labor),yang satu khusus meluruskan kawat, yang lain memotong,

5
meruncingkan ujung peniti, dan memasangkan kepala peniti, hasil produksi secara total
menjadi lebih banyak.
2.5 Teori Akumulasi Kapital
Peningkatan kesejahteraan bisa diperoleh dengan meningkatkan laba. Smith
menjelaskan cara terbaik untuk itu ialah dengan melakukan investasi, yaitu membeli
mesin-mesin dan peralatan. Dengan mesin-mesin dan peralatan yang lebih canggih, maka
produktivitas labor akan semakin meningkat. Peningkatan produktivitas labor ini berarti
peningkatan produksi perusahaan. Jika semua perusahaan melakukan hal yang sama,
output nasional, yang juga berarti kesejahteraan masyarakat, akan meningkat pula.
Smith menganggap pentingnya arti akumulasi kapital bagi pembangunan ekonomi.
Maka sistem ekonomi yang dianut sesuai dengan pemikiran Smith selain sering disebut
sistem liberal (karena memberikan keleluasaan yang besar bagi tiap individu untuk
bertindak dalam perekonomian), juga sering disebut sistem ekonomi kapitalisme (karena
sangat menekankan arti akumulasi kapital dalam pembangunan ekonomi).
2.6 Pengaruh Pandangan Adam Smith
Pengaruh pandangan dan pemikiran Adam Smith sangat luas. Dapat dikatakan bahwa
hampir semua pembahasan di bidang ekonomi dikaitkan dengan pandangan
Smith. Pandangan-pandangan dan pemikiran-pemikiran ekonomi yang dilontarkan Smith
banyak diambil dari para pemikir terdahulu. Sebagai contoh, individualisme dan
materialisme bukanlah murni ajaran Smith. Jika ditelusuri ke belakang, paham
individualisme sebelumnya berasal dari paham hedonisme, yang sudah dikembangkan
oleh pemikir-pemikir ekonomi dari masa Yunani Kuno. Paham hedonisme dirumuskan
pertama kali oleh pemikir Yunani Kuno Aristippus, dan disempurnakan oleh Epicurus.
Menurut paham hedonisme, tujuan hidup manusia di dunia adalah mencari kenikmatan
hidup yang sebesar-besarnya. Paham hedonisme kemudian melahirkan paham
utilitarianisme, yang pertama kali dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1748- 1832) dan
didukung J.S Mill.
Sesungguhnya terdapat perbedaan yang sangat tajam antara paham hedonisme
dengan paham utilitarianisme yang banyak diadopsi Smith dalam mengembangkan
pemikiran-pemikirannya. Kalau dalam paham hedonisme kenikmatan yang setinggi-
tingginya adalah untuk individu-individu, dalam paham utilitarianisme kebahagiaan atau
kenikmatan yang sebesar-besarnya ditunjukkan bagi masyarakat banyak.
Paham materialisme oleh pemikir-pemikir ekonomi klasik disebarluaskan. Ternyata
kemudian hari ikut dianut oleh banyak orang dibanyak negara. Bahkan, deklarasi
6
kemerdekaan Amerika Serikat, misalnya, mencantumkan tujuan mencapai kebahagiaan
yang sebesar-besarnya sebagai salah satu hak asasi manusia. Hal itu sejalan dengan
pentingnya kehidupan dan kebebasan.
Paham materialisme dan individualisme sukar dibendung, bahkan oleh kekuasaan
gereja sekalipun. Sebagaimana mudah dibandingkan, ide manusia dapat mencari dan
mungkin meraih kebahagiaan didunia jelas berbeda dengan ajaran Kristen Ortodoks. Bagi
ajaran Kristen Ortodoks, kebahagiaan yang hakiki hanya mungkin ditemukan di surga.
Berbagai usaha yang dilakukan oleh pihak gereja untuk membendung ajaran
materialisme, di antaranya oleh Paus Pius IX ( 1846-1878) tidak berhasil.
Paus berikutnya, yaitu Paus Leo XIII (1878- 1903) memahami bahwa apabila gereja
terus menentang paham materialisme dan individualisme liberal karena khawatir gereja
sendiri akan ditinggalkan. Sebagai paus yang lebih diplomatis, Leo XIII justru
mengadakan kerjasama. Paus kemudian mengurangi serangannya dan pada saat yang
bersamaan menganjurkan agar manusia ekonomi (economic man) bertindak sebagai
penganut Kristen yang baik.
Kolaborasi gereja dengan paham individualisme liberal di atas merupakan momentum
baru dalam kehidupan ekonomi politik masyarakat Eropa. Pabrik-pabrik dapat beroperasi,
pemerintah dapat mengatur soal tenaga kerja anak-anak, dan gereja meminta agar setiap
hari minggu semua buruh dibebaskan dari kerja agar dapat beristirahat dan mengikuti
acara keagamaan.
Penghargaan yang sangat tinggi terhadap Smith ialah karena ia berhasil menciptakan
sebuah sistem ekonomi. Sistem ekonomi itu berupa sistem ekonomi pasar, yang kadang-
kadang juga disebut sistem ekonomi liberal (karena sistem ini memberikan kebebasan
yang seluas-luasnya bagi individu atau unit-unit perekonomian untuk melakukan yang
terbaik bagi kepentingan mereka masing-masing), atau sistem kapitalis (istilah ejekan
oleh Karl Marx karena sistem ini mengandalkan kapital yang dikuasai pihak swasta).
Dalam hal ini perlu dicatat bahwa penghargaan terhadap sistem ekonomi pasar yang
diciptakan Smith karena kesederhanaannya. Walaupun sederhana, sangat ampuh dalam
mencapai tujuan pengalokasian sumber daya yang optimum; tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi.
Sistem ekonomi pasar tidak membutuhkan perencanaan dan pengawasan dari pihak
manapun. Serahkan saja semuanya kepada pasar, dan suatu invisible hand akan membawa
perekonomian tersebut ke arah keseimbangan, yang dalam posisi keseimbangan semua
sumber daya dimanfaatkan sepenuhnya.
7
Ajaran tentang doktrin perekonomian liberal yang berasal dari Adam Smith menandai
adanya suatu perubahan yang revolusioner dalam pemikiran ekonomi. Pada masa-masa
sebelumnya, terutama pada masa merkantilis, peran negara sangat tinggi di atas individu-
individu. Akan tetapi, sejak era Smith kepentingan individu lebih diutamakan.
Kepentingan negara tidak hanya dinomorduakan, bahkan lebih dari itu. Negara justru
diberi tugas demi menjamin terciptanya kondisi bagi setiap orang untuk bebas bertindak
melakukan yang terbaik bagi diri mereka masing-masing.
Orang sering kali keliru menganggap bahwa sistem ekonomi liberal yang didasarkan
pada paham individualisme ini akan mengakibatkan terganggunya harmoni sosial.
Namun, Smith justru berpandangan sebaliknya. Menurut Smith, walaupun tiap orang
didorong untuk mengejar kepentingan masing-masing, adanya persaingan bebas akan
menjamin bahwa masyarakat secara keseluruhan akan menerima benefit.
Dalam hal ini perlu dijelaskan kan bahwa paham individualisme Smith tidak sama
dengan egoisme. Kedua sifat tersebut memang sama-sama mementingkan diri sendiri.
Akan tetapi, implikasi kedua paham tersebut sangat berbeda jika dikaitkan dengan
perhatian terhadap orang atau sekelompok masyarakat lain. Kalau dalam egoisme orang
mementingkan diri sendiri tanpa memperhatikan kepentingan orang lain, dalam
individualisme orang yang mementingkan diri sendiri memaksanya untuk memperhatikan
(considerant) kepentingan orang lain.
Lebih jelas, memperhatikan kepentingan pribadi dalam paham individualisme tidak
harus menyebabkan berkurangnya perhatian terhadap kepentingan orang lain. Hanya
orang yang berhasil dalam mencapai tujuan pribadi yang dapat memberikan sumbangan-
sumbangan sosial secara lebih berarti. Sementara itu, orang yang tidak berhasil dalam
mencapai tujuan-tujuan pribadinya, pada umumnya tidak mempunyai apa-apa untuk
disumbangkan kepada orang lain. Dengan kata lain, kalau diri sendiri saja tidak terurus
dan terperhatikan, bagaimana mungkin ia dapat memperhatikan orang lain.
Sistem ekonomi pasar berdasarkan persaingan sempurna yang dikembangkan Smith
oleh banyak pakar sering diakui sebagai organisasi masyarakat terbaik yang mungkin
dikembangkan. Hal ini terbukti bahwa jumlah negara yang menganut sistem pasar ini
makin lama makin bertambah dari tahun ketahun. Sebagaimana diketahui, sistem
perekonomian liberal yang lebih mengandalkan mekanisme pasar dalam memecahkan
masalah-masalah ekonomi, pada awalnya dikembangkan dan dipraktikkan di negara-
negara Eropa dan Amerika Serikat. Akan tetapi, karena terbukti sangat ampuh dan
efisien, saat ini sudah menjalar ke berbagai pelosok dunia.
8
Negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar terbukti menikmati tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Sementara itu, negara-negara yang mengabaikan
kekuatan mekanisme pasar dalam mengalokasikan sumber daya dan mendistribusikan
barang dan jasa tertatih-tatih dalam melaksanakan pembangunan. Semua bukti tersebut
terlalu keras untuk menyangkal bahwa sistem perekonomian yang dilandaskan pada
kekuatan mekanisme pasar jauh lebih unggul dibandingkan sistem ekonomi
kemasyarakatan lainnya.

9
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas Smith tidak anti dengan sifat egoistis manusia, malahan
menganggap sifat ini akan memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan secara
keseluruhan. Smith berpendapat bahwa sifat egoistis manusia ini tidak akan mendatangkan
kerugian dan merusak masyarakat sepanjang ada persaingan bebas.
Smith menghendaki agar pemerintah sedapat mungkin tidak terlalu banyak campur
tangan mengatur perekonomian. Jika banyak campur tangan pemerintah, menurut Smith,
pasar justru akan mengalami distorsi yang akan membawa perekonomian pada
ketidakefisienan (inefficiency) dan ketidakseimbangan.
Menurut Smith, barang mempunyai dua nilai. Pertama, nilai guna (value in use);
kedua, nilai tukar (value in exchange). Nilai tukar dapat diartikan dengan kemampuan
sesuatu barang untuk memperoleh baranglain. Hal itu berarti nilai tukar suatu barang sama
dengan harga barang itu sendiri.
Produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui pembagian kerja (division of
labor). Pembagian kerja akan mendorong spesialisasi; orang akan memilih mengerjakan yang
terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing.
Peningkatan kesejahteraan bisa diperoleh dengan meningkatkan laba. Smith
menjelaskan cara terbaik untuk itu ialah dengan melakukan investasi, yaitu membeli mesin-
mesin dan peralatan. Dengan mesin-mesin dan peralatan yang lebih canggih, maka
produktivitas labor akan semakin meningkat.
Pandangan dan pemikiran ekonomi yang dilontarkan Smith banyak diambil dari para
pemikir terdahulu. Sebagai contoh, individualisme dan materialisme bukan murni ajaran
Smith. Jika ditelusuri ke belakang, paham individualisme sebelumnya berasal dari paham
hedonisme, yang sudah dikembangkan oleh pemikir-pemikir ekonomi dari masa Yunani
Kuno. Paham hedonisme dirumuskan pertama kali oleh pemikir Yunani Kuno Aristippus, dan
disempurnakan oleh Epicurus. Menurut paham hedonisme, tujuan hidup manusia di dunia
adalah mencari kenikmatan hidup yang sebesar-besarnya. Paham hedonisme kemudian
melahirkan paham utilitarianisme, yang pertama kali dikembangkan oleh Jeremy
Bentham(1748- 1832) dan didukung J.S Mill.

10
3.2 Saran
Dengan adanya pembahasan ini dilakukan semata-mata untuk mempelajari dan
menambah wawasan dalam memahami pemikiran-pemikiran para ekonom dunia.Selain itu
pemakalah juga berharab agar dapat membandingkan pemikiran ekonomi masa lalu dengan
masa sekarang.

11
Daftar Pustaka
Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi Edisi Ketiga, 2010, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai