Anda di halaman 1dari 17

Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM)
Hello!

Kelompok 6:
1. Anak Agung Istri Yudhiantari
(1907511017)
2. Verryl R A
(1907511034)
3. Ardhita Pramesty
(1907511040)
Pengertian UMKM

Usaha Mikro Kecil Menengah atau


(UMKM) adalah istilah umum dalam
khazanah ekonomi yang merujuk
kepada usaha ekonomi produktif yang
dimiliki perorangan maupun badan
usaha sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan oleh Undang-Undang No.
20 tahun 2008.
Usaha produktif
1.
perorangan
Usaha Usaha produktif
yang memenuhi
Mikro perorangan/kelo
kriteria mikro
mpok bukan dari
usaha cabang
perusahaan
utama
2.
Usaha
Usaha produktif Kecil
4. yang dilakukan
Usaha oleh badan
usaha Usaha produktif
Besar perorangan/kelo
mpok bukam
dari usaha 3.
KRITERIA UMKM cabang Usaha
perusahaan Meneng
puasat ah
Ukuran Usaha Karakteristik
Aset Omset
Usaha Mikro Maksimal Rp.50 Juta Maksimal Rp. 300 Juta
Usaha Kecil >Rp.50 Juta - Rp. 500 Juta >Rp. 300 Juta - Rp. 2,5 Miliyar
Usaha Menengah >Rp. 500 Juta – Rp. 10 >Rp. 2,5 Miliyar – Rp. 50
Miliyar Miliyar
Usaha Besar >Rp. 10 Miliyar >Rp. 50 Miliyar

1. Usaha Mikro (jumlah karyawan 10 orang);


2. Usaha Kecil (jumlah karyawan 30 orang);
3. Usaha Menengah (jumlah karyawan hingga 300
orang); dan
4. Usaha Besar (jumlah karyawan lebih dari 300 orang)
Bila kita gambarkan dalam piramda perekonomian, maka
UMKM menempati urutan terendah posisi UMKM ada pada
wilayah yang paling besar dan luas. Dengan demikian akan
sangat mudah kita menegerti bahwa jumlah UMKM sangat
banyak dan menjadi lapangan kerja dalam perekonomian
yang paling luas bagi masyarakat. Dalam piramida itu pula
kita akan menemukan kriteria suatu usaha yang
dikategorikan sebagai UMKM adalah suatu usaha yang
memiliki struktur persaingan kompetitif.
Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat jumlah unit UMKM pada
tahun 2006 mencapai 22,73 juta unit usaha. Jumlah tersebut
meningkat sebesar 17,51% menjadi 26,71 juta pada tahun 2016.

Tercatat pada tahun 2016 ada sebanyak 26,26 juta unit usaha
mikro dan kecil skala atau 98,33%, sedangkan sisanya yakni
0,45 juta unit atau hanya 1.67% yang skala usahanya
menengah dan besar.
Peran UMKM Dalam Penyerapan Tenaga Kerja & Pertumbuhan Ekonomi

Pentingnya UMKM sebagai salah satu sumber pertumbuhan kesempatan kerja di


Indonesia tidak hanya tercerminkan pada kondisi statis, yakni jumlah orang yang bekerja
dikelompok usaha tersebut yang jauh lebih banyak daripada yang diserap oleh usaha besar,
tetapi juga dapat dilihat pada kondisi dinamis, yakni dari laju kenaikannya setiap tahun yang
lebih tinggi daripada usaha besar.

Memang cukup berat tantangan yang dihadapi untuk memperkuat struktur


perekonomian nasional. Pembinaan UMKM harus lebih diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan mereka menjadi pengusaha menengah. Namun, disadari pula bahwa
pengembangan UMKM menghadapi beberapa kendala seperti tingkat kemampuan,
keterampilan, keahlian, manajer sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran,
dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan sumber daya manusia ini
mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik.
Dikutip dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (2001) karya Tulus Tambunan,
UMKM mempunyai peran penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

1. Peran UMKM tidak hanya dirasakan di negara-negara sedang berkembang melainkan juga di
negara-negara maju.
2. Di negara maju maupun berkembang, UMKM sangat penting, sebab menyerap paling banyak
tenaga kerja dibandingkan usaha besar.
3. Kontribusi UMKM terhadap pembentukan atau pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
paling besar dibandingkan kontribusi dari usaha besar.
Secara umum, terdapat tiga peran UMKM atau kontribusi
UMKM terhadap perekonomian Indonesia meliputi:

1. Sarana memeratakan tingkat perekonomian rakyat kecil


2. Sarana mengentaskan kemiskinan
3. Sarana pemasukan devisa bagi negara
Produktivitas UMKM Di Indonesia

Jumlah UMKM di Indonesia sangat banyak. Menurut berbagai data, jumlah


UMKM sekitar 99 persen dari total jumlah usaha yang ada di Indonesia. Pemerintah
semakin menyadari akan manfaat yang diberikan UMKM dalam upaya memperbaiki
perekonomian bangsa. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya lapangan
pekerjaan yang disediakan oleh UMKM itu sendiri.
Selain itu, UMKM juga merupakan pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian
Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa
krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi paska krisis.
UMKM di Indonesia adalah merupakan subyek diskusi dan menjadi
perhatian pemerintah karena perusahaan kecil tersebut menyebar dimana-
mana, dan dapat memberi kesempatan kerja yang potensial.  

Sektor ekonomi UMKM yang memiliki proporsi unit usaha terbesar berdasarkan statistik UKM tahun 2004-
2005 adalah sektor :
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan;
2. Perdagangan, Hotel dan Restoran;
3. Industri Pengolahan;
4. Pengangkutan dan Komunikasi;
5. Jasa. Sedangkan sektor ekonomi yang memiliki proporsi unit usaha terkecil secara berturut-turut
adalah sektor :
Pertambangan dan Penggalian;
•Bangunan;
•Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan;
•Listrik, Gas dan Air Bersih.
Secara kuantitas, UMKM memang unggul, hal ini didasarkan pada
fakta bahwa sebagian besar usaha di Indonesia (lebih dari 99%)
berbentuk usaha mikro kecil menengah (UMKM). Namun secara
jumlah omset dan aset, apabila keseluruhan omset dan aset UMKM
di Indonesia digabungkan, belum tentu jumlahnya dapat menyaingi
satu perusahaan berskala nasional.
Pada umumnya, masalah yang menghambat produktivitas Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) di Indonesia adalah antara:

A.    Faktor Internal

1. Kurangnya Permodalan dan Terbatasnya Akses Pembiayaan Permodalan merupakan


faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha.
2. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara
tradisional dan merupakan usaha keluarga yang turun temurun
3. Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar Usaha kecil yang pada
umumnya merupakan unit usaha keluarga.
4. Mentalitas Pengusaha UMKM Hal penting yang seringkali pula terlupakan dalam setiap
pembahasan mengenai UMKM

B.    Faktor Eksternal
1. Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif.
2.  Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha Kurangnya informasi yang berhubungan
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Implikasi Perdagangan Bebas.
4. Sifat produk dengan ketahanan pendek.
5. Terbatasny akses informasi dan pasar.
SOLUSI MASALAH YANG DIHADAPI UMKM

Dengan mencermati permasalahan yang dihadapi oleh UMKM dan langkah-langkah yang selama ini telah
ditempuh, maka kedepannya, perlu diupayakan hal-hal sebagai berikut:

a) Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang
kondusif antara lain dengan mengusahakan ketenteraman dan keamanan berusaha serta
penyederhanaan prosedur perijinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya.

b) Bantuan Permodalan Pemerintah perlu memperluas skema kredit khusus dengan syarat-syarat yang
tidak memberatkan bagi UMKM, untuk membantu peningkatan permodalannya, baik itu melalui sektor
jasa finansial formal, sektor jasa finansial informal, skema penjaminan, leasing dan dana modal ventura.

c) Perlindungan Usaha Jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang merupakan
usaha golongan ekonomi lemah, harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah, baik itu melalui
undang-undang maupun peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling menguntungkan (win-win
solution).
d) Pengembangan Kemitraan Perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu
antar UMKM, atau antara UMKM dengan pengusaha besar di dalam negeri maupun di
luar negeri.
e) Pelatihan Pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UMKM baik dalam aspek
kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta keterampilannya dalam
pengembangan usahanya serta menerapkan hasil pelatihan di lapangan untuk
mempraktekkan teori melalui pengembangan kemitraan rintisan.

f) Membentuk Lembaga Khusus Perlu dibangun suatu lembaga yang khusus


bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan semua kegiatan yang berkaitan dengan
upaya penumbuhkembangan UMKM
Sesi Diskusi

Anda mungkin juga menyukai