B. Pengertian Sosialisme/Komunisme
Dalam kehidupan sehari-hari istilah sosialisme digunakan dalam banyak arti. Istilah
sosialisme selain bisa digunakan untuk menunjukkan sistem ekonomi, juga bisa digunakan untuk
menunjukkan aliran falsafah, ideologi, cita-cita, ajaran-ajaran atau gerakan. Pada Bab
sebelumnya pernah disinggung bahwa John Stuart Mill, walaupun dalam buku-buku teks
mengenai perkembangan pemikiran ekonomi selalu dimasukkan ke dalam aliran klasik yang
bersifat liberalisme-kapitalisme, tetapi pada akhir hayatnya ia sendiri menyebut dirinya sendiri
sebagai seorang “sosialis”. Mengapa ia menyebut dirinya sebagai sosialis? Rupanya yang
dimaksudkan sosialisme oleh Mill ialah kegiatan menolong orang-orang yang tak beruntung dan
tertindas dengan sesedikit mungkin tergantung dari bantuan pemerintah.
Dalam bentuk yang paling lengkap sosialisme melibatkan pemilikan semua alat-alat
produksi, termasuk didalamnya tanah-tanah pertanian oleh negara dan menghilangkan milik
swasta (Brinton, 1981).
Dari uraian diatas jelas bahwa pada awalnya “sosialisme” dimaksudkan untuk menunjukkan
sistem-sistem pemilikan dan pemanfaatan sumber-sumber produksi (selain labor) secara kolektif
(Whittaker,1960). Dengan definisi seperti diatas maka sosialisme bisa mencakup asosiasi-asosiasi
kooperatif maupun pemilikan dan pengoperasian oleh pemerintah. Dengan definisi secara luas
seperti ini negara-negara seperti (eks) Uni Soviet dan juga Inggris yang dikuasai oleh partai
buruh dapat dimasukkan ke dalam sistem sosialis.
Dalam kehidupan sehari-hari kata “sosialisme” sering dipakai bergantian dengan istilah
“komunisme”. Antara sosialisme dan komunisme memang tidak banyak perbedaannya. Bahkan
Marx sering menggunakan kedua istilah tersebut secara bergantian untuk menjelaskan hal yang
sama. Bagaimanapun, oleh pakar-pakar lain antara keduanya sering dibedakan.
Sejak Revolusi Bolshevik tahun 1917, istilah “sosialisme” sering digantikan dengan
“komunisme”. Menurut Brinton(1981), kalau sosialisme menggambarkan pergeseran milik
kekayaan dari swasta ke pemerintah berlangsung secara perlahan-lahan melalui prosedur
peraturan pemerintah dengan memberikan kompensasi pada pemilik-pemilik swasta, maka dalam
“komunisme” peralihan pemilikan dari swasta ke tangan pemerintah tersebut digambarkan terjadi
secara cepat dan “revolusioner”, dilakukan secara paksa dan tanpa kompensasi. Jadi, walaupun
tujuan sosialisme dengan komunisme sama, akan tetapi cara untuk mencapai tujuan ini sangat
berbeda.
Kata “komunisme” secara historis sering digunakan untuk menggambarkan sistem-sistem
sosial dimana barang-barang dimiliki secara bersama-sama dan didistribusikan untuk kepentingan
bersama sesuai dengan kebutuhan masing-masing anggota masyarakat. Produksi dan konsumsi
bersama berdasarkan kapasita ini merupakan hal pokok dalam mendefinisikan paham komunis,
sesuai mott mereka : from each according to his abilities, to each according to his needs (dari
setiap orang sesuai kemampuan, untuk setiap orang sesuai kebutuhan).
Dalam masyarakat sosialis yang menonjol adalah rasa kebersamaan atau
kolektivisme(collectivism), dan salah satu bentuk kolektivisme yang ekstrem adalah komunisme,
dimana keputusan-keputusan ekonomi disusun, direncanakan dan dikontrol oleh kekuatan pusat.
Komunisme dapat dikatakan sebagai bentuk sistem paling ekstrem diantara golongan kiri sosialis,
sebab untuk mencapai masyarakat komunis yang dicita-citakan diperoleh melalui suatu revolusi.
Perekonomian yang didasarkan atas sistem, dimana segala sesuatunya serba dikomando ini
sering juga disebut sistem “perekonomian komando”. Karena dalam sistem komunis negara
merupakan penguasa mutlak, perekonomian komunis juga sering disebut “sistem ekonomi
totaliter”. Istilah lain yang juga sering digunakan adalah “anarkisme”, merujuk pada suatu
kondisi sosial dimana pemerintah tidak main paksa dalam menjalankan kebijaksanaan-
kebijaksanaannya, melainkan dipercayakan pada asosiasi-asosiasi individu secara bebas dalam
sistem sosial kemasyarakatan yang ada.
Aliran sosialisme sebelum Marx (yang lebih bersifat utopis sering dimasukkan ke dalam
“sosialis”, sedangkan sosialisme yang dikembangkan Marx digolongkan ke dalam “komunis”.
Cara lain menamakan sosialisme Marx adalah “marxisme”. Disebut “marxisme” karena jasa
Marx sangat besar dalam mengembangkan dan mempopulerkan aliran sosialis-komunis ini.
Tetapi kemudian paham marxisme ini juga mengalami perkembangan, dan jenis-jenis marxisme
juga bervariasi, mulai dari marxisme ortodoks, neo-marxis, human-marxis, aliran Kiri Baru(New
Left), sosialis independen dan sebagainya.
Tetapi, walau demikian pengertian tentang sosialisme semakin beragam dan bervariasi, dapat
dikatakan bahwa pandangan dari tiap-tiap aliran didasarkan pada ajaran Marx dan Engels. Semua
aliran marxisme tersebut pada intinya sama-sama melihat, mempertanyakan dan membahas
mengapa dan bagaimana pola produksi kapitalis telah mengubah formasi sosial-ekonomi
masyarakat prakapitalis; mengapa yang terjadi justru proses pemiskinan (pauperization), proses
penyengsaraan (immiserization), keadaan keterbelakangan (under-development) serta makin
banyak dan berkembangnya jumlah “tentara cadangan industri” (industrial reserve army) dan
bukannya proses pembangunan (development) atau kemajuan (proggress).
Jenis-Jenis Marxisme
1. Marxisme ortodoks
Marxisme Ortodoks: Ketaatan Pada Metode Ajaran marxisme ortodoks tidak diterima oleh
semua pemikir yang menimba inspirasi dari filsafat marx. Diantara pemikir-pemikir itu
EBERNSTEIN(1850-1932) pertama-tama harus disebut.bernstein melihat bahwa perkembangan
masyarakat tidak berjalan menurut tesis marx tentang bertambahnya kemiskinan rakyat dan
bertambahnya permusuhan antara kaum majikan dan kaum buruh. Sebaliknya situasi kaum buruh
makin membaik, bukan melalui revolusi seperti yang diramalkan marx, tetapi melalui jalan
demokratis. Terkesan oleh perkembangan ini bernstein mengenengahkan bahwa teori marxisme
harus disesuaikan dengan perubahan zaman, dan bahwa datangnya suatu masyarakat baru haru di
perjuangkan melalui jalan demokratis.pandangan ini dikemukakan oleh bernstein dalam bukunya
tentang prasyarat sosilisme dan tugas-tugas demokrasi sosial.teori bernstein ini disebut
revisionisme. Dalam bentuk praktisnya teori yang sama disebut reformisme.dengan teori ini
bernstein menjadi pelapor aliran-aliran sosial demokratis yang aktif dalam politik negara-negara
sampai zaman sekarang.
2. Neo-marxis
Neo-Marxisme adalah istilah yang longgar untuk berbagai pendekatan abad kedua puluh
yang mengubah atau memperpanjang Marxisme dan teori Marxis, biasanya dengan memasukkan
unsur-unsur dari tradisi intelektual lainnya, seperti: teori kritis, psikoanalisis atau
Eksistensialisme (dalam kasus Sartre).
Teori erik Olin Wright dari lokasi kelas bertentangan, yang menggabungkan sosiologi
Weberian, kriminologi kritis, dan anarkisme, adalah contoh dari sinkretisme dalam teori neo-
Marxis. [1] Seperti banyak kegunaan dari neo awalan, banyak teori dan kelompok yang ditunjuk
sebagai neo-Marxis telah berusaha untuk melengkapi kekurangan yang dirasakan dari Marxisme
ortodoks atau materialisme dialektis. Banyak neo-Marxis terkemuka, seperti Herbert Marcuse
dan anggota lain dari Frankfurt School, yang sosiolog dan psikolog.
Neo-Marxisme datang di bawah kerangka yang lebih luas dari Kiri Baru. Dalam arti
sosiologis, neo-Marxisme menambahkan pemahaman Max Weber yang lebih luas dari
kesenjangan sosial, seperti status dan kekuasaan, filsafat Marxis. Alunan neo-Marxisme meliputi:
teori kritis, analitis Marxisme dan Marxisme struktural Perancis.
Konsep ini dihasilkan sebagai cara untuk menjelaskan pertanyaan yang tidak dijelaskan
dalam karya-karya Karl Marx. Ada banyak yang berbeda "cabang" dari Neo-Marxisme sering
tidak setuju dengan satu sama lain dan teori-teori mereka.
3. Human Marxis
Asumsi dasar yang mendasari teori Marxisme ini adalah pertama, anggapan bahwa manusia
adalah makhluk yang bersifat materialisme ataupun dengan kata lain manusia adalah makhluk
yang hidup dengan materi sebagai pencapaian tertinggi. Kedua, Manusia makhluk yang berpikir
bahwa manusia itu hidup karena materi dan untuk mengejar materi semata. Ketiga, dalam
perkembangan kehidupannya, manusia dipengaruhi oleh pola produksi yang ada di sekelilingnya
sehingga masyarakat dengan kepemilikan faktor produksi tertentu akan ‘menguasai’ dan
peningkatan atas materi akan membuat kesenjangan sosial cukup jauh.
4. Aliran Kiri Baru (New Left)
Kiri Baru adalah gerakan politik di tahun 1960-an dan 1970-an, terutama terjadi
di Inggris dan Amerika Serikat, yang terdiri dari pendidik, agitator dan lain-lain yang berusaha
untuk menerapkan berbagai reformasi pada isu-isu seperti hak gay, aborsi, peran gender,
dan obat-obatan, berbeda dengan gerakan kiri atau Marxis sebelumnya yang telah mengambil
pendekatan yang lebih kepada kepeloporan untuk keadilan sosial dan sebagian besar terfokus
pada serikat pekerja buruh dan pertanyaan dari kelas sosial.[3][4] Kiri Baru menolak keterlibatan
dengan gerakan buruh dan teori sejarah Marxisme dari perjuangan kelas. Di Amerika Serikat,
gerakan ini terkait dengan gerakan Hippie dan gerakan protes masal anti-perang di kampus
perguruan tinggi termasuk Gerakan Kebebasan Berbicara. Sementara dibentuk bertentangan
dengan "Kiri Lama" Partai Demokrat, kelompok yang menyusun Kiri Baru secara bertahap
menjadi pemain sentral dalam koalisi Demokrat.
Aspek kunci dari Kiri Baru merupakan pengembangan fokus ideologi
dari Marxisme tradisional. Kiri Baru berkembang dari protes terhadap keprihatinan
para Marxis yang berhubungan dengan penindasan berbasis kelas, untuk mengikutsertakan
teori Neo-Marxis Abad ke-20. Neo-Marxisme, seperti yang ditemukan pada konsep teori
kritis Frankfurt School, memperluas kerangka kritik Marxis pada wilayah kehidupan yang Karl
Marx sendiri tidak perhatikan pada Marxisme tradisional, seperti gender, ras, dan orientasi
seksual.
5. Sosialisme Independent
Socialis independen tahun 1920, 1930, dan 1940-an yang membangun lebih solid sedang
dibangun di Sjahrir dari awal 1950-an hampir gambar menghibur dari revolusi global sebagai
perusahaan demokratis sosial besar-besaran.
Negara kesejahteraan Eropa barat dan utara menjadi tema utama Sjahrir selama periode ini
mungkin. negara kesejahteraan ia menulis dengan hormat kerja hampir tidak memenuhi syarat
secara sadar dan menurut rencana. mereka wujudkan sebuah "socialic" percobaan, namun, pada
saat yang sama, mereka mewakili "paling maju dan paling matang" segmen di dalam dunia
kapitalis. mereka "tidak memaksa atau menekan. mereka dipandang sebagai milik orang-orang
yang meneruskan consciousnees keterampilan dan kewenangan pekerja mereka
C. SOSIALISME UTOPIS
Jika diperhatikan, paham sosialisme atau paham komunisme sebetulnya bukan merupakan
pandangan baru. Dilihat dari gagasannya tentang suatu negara, Plato sebenarnya dapat dianggap
sebagai pendukung atau bahkan pendiri ajaran sosialisme. Sebab, sebagaimana yang dapat dilihat
dari bukunya: Respublika”, Plato menganggap bahwa negara hanya akan baik kalau dipimpin dan
diperintah oleh orang-orang baik serta negarawan-negarawan ulung, yang disaring secara ketat
dari seluruh anggota masyarakat. Untuk memperoleh orang-orang terbaik atau orang-orang
pilihan ini, Plato menyarankan agar pendidikan diatur oleh negara. Dari sinilah disaring orang-
orang terbaik yang nanti dijadikan sebagai pemimpin.
Untuk menjamin bahwa tiap pemimpin mencurahkan seluruh waktunya hanya untuk
masyarakat, negara menjamin segala kebutuhannya. Karena para pejabat negara tidak
diperkenankan mempunyai hak milik, anak-anak dan istri mereka dikumpulkan bersama-sama di
bawah perlindungan dan pengawasan negara. Sistem pemerintah yang dianjurkan oleh Plato
adalah berbentuk totaliterisme, sepenuhnya dikendalikan dan dipimpin oleh sekelompok orang
terpandai dan terpilih.
Tokoh sosialis-utopis yang paling terkenal adalah Sir Thomas More (1478-1535). Bahkan
istilah “sosialis-utopis” diberikan karena More pernah menulis tentang sebuah “negara impian”
dalam sebuah tulisannya yang sangat terkenal: “Utopia”. Buku Utopia ditulis pertama kali dalam
bahasa Latin di Belgia tahun 1516, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun 1551.
Dalam buku tersebut More menjelaskan bahwa di sebuah pulau khayal bernama utopia, yang
dapat juga ditafsirkan sebagai sebuah negara, semua milik merupakan milik bersama. Semua
orang tinggal dalam suatu tempat bersama, dimana makanan serta segala kebutuhan lainnya
disediakan secara bersama-sama pula.
Untuk menghasilkan barang-barang dan jasa, semua orang harus bekerja. Tetapi karena
masyarakat dianjurkan untuk hidup sederhana, orang tidak perlu bekerja mati-matian dalam
waktu terlalu lama, melainkan cukup sekedar dapat memenuhi kebutuhan dengan bekerja sekitar
enam jam tiap hari. Dalam hidup penuh kebersamaan ini uang tidak perlu. Pakaian semua orang
seragam, dan dengan demikian tidak perlu mengikuti mode. Lebih ekstrem lagi, bahkan perhiasan
emas dan perak tidak dihargai. Toleransi hidup bermasyarakat ditanamkan. Pemerintahan
dijalankan secara “demokratis”, dimana pimpinan untuk seumur hidup adalah merupakan hasil
pemilihan rakyat.
Dari gambarannya tentang negara utopia sebagaimana dijelaskan diatas, tidak sulit ditebak
bahwa Thomas More juga dapat digolongkan sebagai penganut sosialisme/komunisme. Tetapi
jika ditelusuri dari latar belakang penulisan buku, apa yang dimaksudkan More sesungguhnya
adalah menyindir kehidupan sosial-ekonomi masyarakat di Inggris pada abad ke-16, dimana
perbandingan antara yang kaya dengan yang miskin sangat menyolok dan kaum buruh bekerja
sangat keras dalam waktu terlalu lama sehingga tidak ada kemungkinan atau kesempatan bagi
mereka untuk meningkatkan pendidikan, dan melakukan kegiatan-kegiatan sosial lainnya.
Tulisan-tulisan lain yang senada dengan Utopia More cukup banyak, antara lain dapat dilihat
dari karangan Tomasso Campanella(1568-1639), Francis Bacon(1560-1626) dan James
Harrington. Tomasso Campanella dari Itali, menulis sebuah buku berjudul Civitas Solis. Judul
tersebut secara sederhana berarti Kota Matahari (City of the Sun). Buku ini oleh sebagian
kalangan dianggap sangat mirip dengan Respub;ika yang ditulis oleh Plato kira-kira satu abad
sebelumnya. Tokoh Utopis lain, yaitu Francis Bacon, mengarang sebuah buku dengan judul New
Atlantis, atau Nova Atlantis pada tahun 1629. James Harrington, seorang penganjur demokrasi
politik, menerbitkan sebuah karangan dengan judul “Oceana” pada tahun 1656.
Buku-buku yang sifatnya utopia tersebut banyak mempengaruhi pemikir-pemikir sosialis lain
di kemudian hari. Misalnya pandangan-pandangan Comte de Saint Simon(1760-1825), jelas
sangat dipengaruhi oleh pandangan Francis Bacon melalui bukunya New Atlantis. Melalui karya-
karyanya, Saint Simon, seorang bangsawan pra-revolusi Perancis, dipandang sebagai salah
seorang pemikir ulung sosialis. Ia merasa bahwa sistem produksi dalam suatu organisasi sosial
sangat penting artinya, yang waktu itu sangat dikuasai oleh kaum feodal dan berjalan tanpa
kontrol. Agar sistem produksi ini bisa memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi
masyarakat, perlu ada suatu lembaga yang mampu melakukan pengawasan. Lembaga apa dan
oleh siapa? Saint Simon mengusulkan agar fungsi pengawasan tersebut dipegang oleh suatu
badan yang disebut industrial elite, yang anggota-anggotanya terdiri atas pakar-pakar ilmiah
(scientists), para teknisi serta para pimpinan pengusaha.