Kuliah ke-6 : Capitalism Ideology and Socialism Ideology (12 April 2021)
Capaian pembelajaran : Memahami apa itu ideologi kapitalisme dan sosialisme
serta bagaimana pengaruh kapitalisme dan sosialisme di Indonesia.
Pengertian dasar:
1. Political ideologies: Sets of political beliefs involving programmes of
political action which draw on large-scale views about human nature and/or historical development. (Sumber: Barrie Axford dkk, Politics, 1997) 2. Secara historis, perkembangan kapitalisme merupakan bagian dari gerakan individualisme. Dalam sistem kapitalis pemilikan alat-alat produksi (tanah, pabrik, mesin, sumber alam) dikuasi secara perorangan, bukan oleh negara. (Sumber: William Ebenstein, “Isme-Isme Dewasa Ini”, 1985) 3. Sosialisme adalah serangkaian sistem ekonomi dan sosial yang ditandai oleh kepemilikan sosial atas alat-alat produksi dan manajemen mandiri pekerja, serta teori-teori dan gerakan politik yang terkait dengannya (Wikipedia)
Substansi kuliah :
1. Guna memahami ideologi kapitalisme dan sosialisme kita perlu
mempelajari pemikiran-pemikiran Karl Marx. Untuk sedikit mengenal riwayat hidup Karl Marx agar dibaca bahan referensi utama kuliah ini, “Negara : Negara Kelas?” yang ditulis Franz Magnis-Suseno, dalam bukunya “Etika Politik” pada halaman 260-261. 2. Menurut Karl Marx, dari sudut pandang sejarah materialis, yang menjadi motor perkembangan masyarakat adalah ketegangan dalam bidang ekonomi, tepatnya dalam hubungan produksi, yaitu pertentangan kepentingan antara kelas-kelas bawah dan kelas-kelas atas, dan ketegangan itu sendiri ditentukan oleh perkembangan alat-alat produktif. 3. Sejak naskah-naskah yang ditulis tahun 1844 di Paris, Marx menyatakan dapat memastikan secara ilmiah bahwa kapitalisme mesti runtuh dan sosialisme merupakan hasil perkembangan sejarah yang tak terelakkan. 4. Tiga hal yang perlu dipelajari dari pandangan Marx: kapitalisme, revolusi proletariat, dan sosialisme.
Kapitalisme
1. Obsesi Marx ingin membuktikan bahwa sosialisme merupakan hasil
perkembangan sejarah yang niscaya, sehingga kapitalisme, karena dinamikanya sendiri, menuju ke keruntuhannya. 2. Menurut Marx, secara sederhana, tujuan sistem ekonomi kapitalis adalah uang, dan bukan barang yang diproduksi. Barang hanyalah sarana untuk memperoleh uang (kepentingan egoistik). Hukum keras kapitalisme adalah persaingan dengan menekan serendah mungkin biaya produksi
Pembentukan Kelas Proletariat
1. Sementara itu kelas buruh bertambah terus karena kelas menengah
lama kelamaan kehilangan dasar eksistensi mereka. Kelas menengah tidak bisa bertahan dalam persaingan dengan modal besar, akhirnya bangkrut lalu masuk dalam kelas buruh. Pengalaman bersama dalam memperjuangkan kepentingan kelas buruh terhadap para kapitalis menjadikan kaum buruh semakin sadar bahwa mereka merupakan satu kelas senasib sepenanggungan. 2. Kaum buruh mengorganisasikan diri dalam serikat-serikat buruh. Dengan demikian perjuangan proletariat semakin efektif. Revolusi Sosialis
1. Mengingat kaum proletar tidak mempunyai apa-apa lagi, mereka
tinggal memilih antara dua alternatif: mati atau memberontak. Hal ini sejalan dengan kesadaran yang semakin kuat sehingga mereka akan memberontak dan menjalankan revolusi sosialis. Revolusi ini pada mulanya bersifat politik: proletariat merebut kekuasaan negara dan mendirikan “kediktatoran proletariat” untuk menindas kaum kapitalis. 2. Negara lama-kelamaan hilang, masyarakat tanpa kelas tercipta, kemudian timbulah komunisme.
Masyarakat Komunis Masa Depan
1. Jangan memahami cita-cita Marx tentang “sosialisme” atau
“komunisme” dengan cara membandingkan sistem-sistem kekuasaan abad sekarang yang memakai dua label ini. Komunisme Marx tidak sama dengan sistem komunis yang dibangun oleh Lenin 50 tahun kemudian. Yang dimaksud Marx dengan komunisme bukanlah kapitalisme negara, jadi dimana hak milik diadministrasikan oleh negara. Hanya pada permulaan (tahapan nasionalisasi) bahwa negara mengambil alih hak milik pribadi. Ciri-ciri inti masyarakat komunis adalah penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi, penghapusan adanya kelas-kelas sosial, menghilangnya negara, penghapusan pembagian kerja. Namun dalam kenyataan negara bukan hanya tidak menghilang, melainkan malah menjadi adikuasa. 2. Filsafat Soviet membedakan antara sosialisme dan komunisme. Komunisme, keadaan tanpa kelas dan tanpa negara, merupakan tujuan terakhir yang hanya dapat tercapai melalui jalan yang panjang. Filsafat Soviet membedakan 4 langkah: (1) revolusi sosialis, proletariat ambil alih kekuasaan (revolusi Oktober 1917); (2) pembangunan sosialisme (kelas-kelas dan ideologi lain masih ada); (3) tahap terbentuknya sosialisme apabila ideologi lain tidak ada lagi (namun negara masih perlu); (4) negara baru dapat menghilang apabila kapitalisme di seluruh dunia sudah dikalahkan.
Sosialisme di Indonesia (M.C. Ricklefts, Sejarah Indonesia Modern, h. 360)
1. Setelah Indonesia merdeka, para politisi sipil membentuk banyak
partai politik tetapi hanya beberapa partai saja yang benar-benar mempunyai arti penting di Jakarta. Partai Masyumi mewakili kepentingan politik Islam berdiri tahun 1945. Partai Nasional Indonesia (PNI) yang berdiri tahun 1927 dianggap merupakan partai politik terbesar kedua. Sementara itu, Partai Komunis Indonesia (PKI) yang berdiri tahun 1920 dihancurkan namun tidak dilarang pada tahun 1948, bahkan siap untuk muncul kembali. Sutan Sjahrir memimpin Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang didirikan tahun 1948 dan didukung oleh kaum intelektual tetapi hanya mendapat sedikit dukungan. 2. “Kaum Komunis Nasional” yang mengagumi Tan Malaka menjadi anggota Partai Murba (Musyawarah Rakyat Banyak, didirikan 1948); mereka merupakan musuh utama kaum komunis bagi dukungan sayap kiri.
Beberapa Catatan Kritis
1. Apakah kontradiksi-kontradiksi dalam kapitalisme memang pasti
akan membawa ke revolusi sosialis? Premis Marx bahwa pemiskinan kelas buruh tak terelakkan. Namun Marx tidak mempertimbangkan kemungkinan kaum kapitalis, untuk menjaga ketenteraman dalam hubungan kerja dan untuk meningkatkan motivasi kerja buruh, justru menaikkan upah dan memberikan banyak fasilitas. 2. Masalah penghapusan pembagian kerja –yang perlu kalau hak milik pribadi hendak dihapus dalam sosialisme- perlu dipertanyakan. 3. Apakah mungkin negara lama-kelamaan menjadi layu dan mati? Apakah mungkin masyarakat modern tanpa negara? 4. Bagaimana halnya dengan masyarakat tanpa kelas? Bukankah tetap akan ada pembagian kerja ?