Anda di halaman 1dari 12

Nama : Zulfa Rizqiyah

Nim/Kelas : A220180070/4B

Mata Kuliah : SPI

Sejarah dan Dinamika Filsafat Anarkisme


Anarkisme sebagai sebuah ide yang dalam perkembangannya juga menjadi sebuah filsafat yang
juga memiliki perkembangan serta dinamika yang cukup menarik.

1. Anarkisme dan Marxisme

Marxisme dalam perkembangannya setelah Marx dan Engels berkembang menjadi 3


kekuatan besar ideologi dunia yang menyandarkan dirinya pada pemikiran-pemikiran Marx.
Ketiga ideologi itu adalah: (1) Komunisme, yang kemudian dikembangkan oleh Lenin
menjadi ideologi Marxisme-Leninisme yang saat ini menjadi pegangan mayoritas kaum
komunis sedunia; (2) Sosialisme Demokrat, yang pertama kali dikembangkan oleh Eduard
Bernstein dan berkembang di Jerman dan kemudian berkembang menjadi sosialis yang
berciri khas Eropa; (3) Neomarxisme dan Gerakan Kiri Baru, yang berkembang sekitar tahun
1965-1975 di universitas-universitas di Eropa.Walaupun demikian, ajaran Marx tidak hanya
berkutat pada ketiga aliran besar itu karena banyak sekali sempalan-sempalan yang memakai
ajaran Marx sebagai basis ideologi dan perjuangan mereka. Aliran lain yang berkembang
serta juga memakai Marx sebagai tolak pikirnya adalah Anarkisme.

Walaupun demikian anarkisme dan Marxisme berada dipersimpangan jalan dalam


memandang masalah-masalah tertentu. Pertentangan mereka yang paling kelihatan adalah
persepsi terhadap negara. Anarkisme percaya bahwa negara mempunyai sisi buruk dalam hal
sebagai pemegang monopoli kekuasaan yang bersifat memaksa. Negara hanya dikuasai oleh
kelompok-kelompok elit secara politik dan ekonomi, dan kekuatan elit itu bisa siapa saja dan
apa saja termasuk kelas proletar seperti yang diimpikan kaum Marxis. Dan oleh karena itu
kekuasaan negara (dengan alasan apapun) harus dihapuskan.
Di sisi lain, Marxisme memandang negara sebagai suatu organ represif yang
merupakan perwujudan kediktatoran salah satu kelas terhadap kelas yang lain. Negara
dibutuhkan dalam konteks persiapan revolusi kaum proletar, sehingga negara harus eksis
agar masyarakat tanpa kelas dapat diwujudkan. Lagipula, cita-cita kaum Marxis adalah suatu
bentuk negara sosialis yang bebas pengkotakan berdasarkan kelas.Selain itu juga, perbedaan
kentara antara anarkisme dengan Marxisme dapat dilihat atas penyikapan keduanya dalam
seputar isu kelas serta seputar metode materialisme historis

2. Pierre-Joseph Proudhon

Pierre-Joseph Proudhon, adalah pemikir yang mempunyai pengaruh jauh lebih besar
terhadap perkembangan anarkisme; seorang penulis yang betul-betul berbakat dan ‘serba
tahu’ dan merupakan tokoh yang dapat dibanggakan oleh sosialisme modern. Proudhon
sangat menekuni kehidupan intelektual dan sosial pada zamanya, dan kritik-kritik sosialnya
didasari oleh pengalaman hidupnya itu. Di antara pemikir-pemikir sosialis pada zamannya,
dialah yang paling mampu mengerti sebab-sebab penyakit sosial dan juga merupakan
seseorang yang mempunyai visi yang sangat luas. Dia mempunyai keyakinan bahwa sebuah
evolusi dalam kehidupan intelektual dan sosial menuju ke tingkat yang lebih tinggi harus
tidak dibatasi dengan rumus-rumus abstrak.

Proudhon melawan pengaruh tradisi Jacobin yang mendominasi pemikiran demokrat-


demokrat di Perancis dan kebanyakan sosialis pada saat itu, dan juga pengaruh negara dan
kebijaksanaan ekonomi dalam proses alami kemajuan sosial. Baginya, pemberantasan kedua-
dua perkembangan yang bersifat seperti kanker tersebut merupakan tugas utama dalam abad
kesembilan belas. Proudhon bukanlah seorang komunis. Dia mengecam hak milik sebagai
hak untuk mengeksploitasi, tetapi mengakui hak milik umum alat-alat untuk ber produksi,
yang akan dipakai oleh kelompok-kelompok industri yang terikat antara satu dengan yang
lain dalam kontrak yang bebas; selama hak ini tidak dipakai untuk mengeksploitasi manusia
lain dan selama seorang individu dapat menikmati seluruh hasil kerjanya. Jumlah waktu rata-
rata yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah benda menjadi ukuran nilainya dalam
pertukaran mutual. Dengan sistem tersebut, kemampuan kapital untuk menjalankan riba
dimusnahkan. Jikalau kapital tersedia untuk setiap orang, kapital tersebut tidak lagi menjadi
sebuah instrumen yang bisa dipakai untuk mengeksploitasi.

3. Internationale pertama

Mikhail Bakunin 1814-1876

Tokoh utama kaum anarkisme adalah Mikhail Bakunin, seorang bangsawan Rusia
yang kemudian sebagian besar hidupnya tinggal di Eropa Barat. Ia memimpin kelompok
anarkis dalam konverensi besar kaum Sosialis sedunia (Internasionale I) dan terlibat
pertengkaran dan perdebatan besar dengan Marx. Bakunin akhirnya dikeluarkan dari
kelompok Marxis mainstream dan perjuangan kaum anarkis dianggap bukan sebagai
perjuangan kaum sosialis. Sejak Bakunin, anarkisme identik dengan tindakan yang
mengutamakan kekerasan dan pembunuhan sebagai basis perjuangan mereka. Pembunuhan
kepala negara, pengeboman atas gedung-gedung milik negara, dan perbuatan teroris lainnya
dibenarkan oleh anarkhisme sebagai cara untuk menggerakkan massa untuk memberontak.[21]

Mikhail Bakunin merupakan seorang tokoh anarkis yang mempunyai energi revolusi
yang dashyat. Bakunin merupakan ‘penganut’ ajaran Proudhon, tetapi mengembanginya ke
bidang ekonomi ketika dia dan sayap kolektivisme dalam First International mengakui hak
milik kolektif atas tanah dan alat-alat produksi dan ingin membatasi kekayaan pribadi kepada
hasil kerja seseorang. Bakunin juga merupakan anti komunis yang pada saat itu mempunyai
karakter yang sangat otoritar.
Pada salah satu pidatonya dalam kongres ‘Perhimpunan Perdamaian dan Kebebasan’
di Bern (1868), dia berkata:

“ Saya bukanlah seorang komunis karena komunisme mempersatukan


masyarakat dalam negara dan terserap di dalamnya; karena komunisme
akan mengakibatkan konsentrasi kekayaan dalam negara, sedangkan saya
ingin memusnahkan negara --pemusnahan semua prinsip otoritas dan
kenegaraan, yang dalam kemunafikannya ingin membuat manusia
bermoral dan berbudaya, tetapi yang sampai sekarang selalu
memperbudak, mengeksploitasi dan menghancurkan mereka. ”

Bakunin dan anarkis-anarkis lain dalam First International percaya bahwa revolusi
sudah berada di ambang pintu, dan mengerahkan semua tenaga mereka untuk menyatukan
kekuatan revolusioner dan unsur-unsur libertarian di dalam dan di luar First International
untuk menjaga agar revolusi tersebut tidak ditunggangi oleh elemen-elemen kediktatoran.
Karena itu Bakunin menjadi pencipta gerakan anarkisme modern. Peter Kropotkin adalah
seorang penyokong anarkisme yang memberikan dimensi ilmiah terhadap konsep sosiologi
anarkisme.

Anarkisme model Bakunin, tidaklah identik dengan kekerasan. Tetapi anarkisme


setelah Bakunin kemudian berkembang menjadi sebuah gerakan yang menjadikan kekerasan
sebagai jalur perjuangan mereka. Dan puncaknya adalah timbulnya gerakan baru yang juga
menjadikan sosialisme Marx sebagai pandangan hidupnya, yaitu Sindikalisme. gerakan ini
menjadikan sosialisme Marx dan anarkisme Bakunin sebagai dasar perjuangan mereka.
Bahkan gerakan mereka disebut Anarko-Sindikalisme.

4. Varian-varian anarkisme

Anarkisme, yang besar dan kemudian berbeda jalur dengan Marxisme, bukan
merupakan suatu ideologi yang tunggal. Di dalam anarkisme sendiri banyak aliran-aliran
pemikiran yang cukup berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan itu terutama dalam hal
penekanan dan prioritas pada suatu aspek. Aliran-aliran dan pemikiran-pemikiran yang
berbeda di dalam Anarkisme adalah suatu bentuk dari berkembangnya ideologi ini
berdasarkan perbedaan latar belakang tokoh, peristiwa-peristiwa tertentu dan tempat/lokasi
aliran itu berkembang.

a. Anarkisme-kolektif

Kelompok anarkisme-kolektif sering diasosiasikan dengan kelompok anti-


otoritarian pimpinan Mikhail Bakunin yang memisahkan diri dari Internationale I.
Kelompok ini kemudian membentuk pertemuan sendiri di St. Imier (1872). Di sinilah
awal perbedaan antara kaum anarkis dengan Marxis, diman sejak saat itu kaum anarkis
menempuh jalur perjuangan yang berbeda dengan kaum Marxis. Perbedaan itu terutama
dalam hal persepsi terhadap negara.

Doktrin utama dari anarkis-kolektif adalah "penghapusan segala bentuk negara"


dan "penghapusan hak milik pribadi dalam pengertian proses produksi". Doktrin
pertama merupakan terminologi umum anarkisme, tetapi kemudian diberikan penekanan
pada istilah "kolektif" oleh Bakunin sebagai perbedaan terhadap ide negara sosialis yang
dihubungkan dengan kaum Marxis. Sedangkan pada doktrin kedua, anarkis-kolektif
mengutamakan penghapusan adanya segala bentuk hak milik yang berhubungan dengan
proses produksi dan menolak hak milik secara kolektif yang dikontrol oleh kelompok
tertentu. Menurut mereka, pekerja seharusnya dibayar berdasarkan jumlah waktu yang
mereka kontribusikan pada proses produksi dan bukan "menurut apa yang mereka
inginkan".

Pada tahun 1880-an, para pendukung anarkis kebanyakan mengadopsi pemikiran


anarkisme-komunis, suatu aliran yang berkembang terutama di Italia setelah kematian
Bakunin. Ironisnya, label "kolektif" kemudian secara umum sering diasosiasikan dengan
konsep Marx tentang negara sosialis.

b. Anarkisme komunis
William Godwin
Ide-ide anarkis bisa ditemui dalam setiap periode sejarah, walaupun masih banyak
penelitian yang harus dilakukan dalam bidang ini. Mereka menemukan ekspresi dari
ajaran-ajaran Gnostics, Karpocrates di Alexandria dan juga dipengaruhi oleh beberapa
aliran Kristen di Zaman Pertengahan di Perancis, Jerman dan Belanda. Hampir semua
dari mereka menjadi korban represi. Dalam sejarah reformasi Bohemia, anarkisme
ditemui dalam karya Peter Chelciky (The Net of Faith) yang mengadili negara dan gereja
seperti yang dilakukan oleh Leo Tolstoy di kemudian hari.
Humanis besar lainnya adalah Rabelais yang dalam karyanya menggambarkan
kehidupan yang bebas dari semua cengkraman otoritas. Sebagian dari pemrakarsa
ideologi libertarian lainnya adalah La Boetie, Sylvan Marechal, dan Diderot. Karya
William Godwin yang berjudul ‘Pertanyaan Mengenai Keadilan Politik dan Pengaruhnya
Terhadap Moralitas dan Kebahagiaan’, merupakan bagian penting dari sejarah anarkisme
kontemporer. Dalam karyanya tersebut Godwin menjadi orang pertama yang memberikan
bentuk yang jelas mengenai filsafat anarkisme dan meletakannya dalam konteks proses
evolusi sosial pada saat itu. Karya tersebut, boleh kita bilang adalah ‘buah matang’ yang
merupakan hasil daripada evolusi yang panjang dalam perkembangan konsep politik dan
sosial radikal di Inggris, yang meneruskan tradisi yang dimulai oleh George Buchanan
sampai Richard Hooker, Gerard Winstanley, Algernon Sydney, John Locke, Robert
Wallace dan John Bellers sampai Jeremy Bentham, Joseph Priestley, Richard Price dan
Thomas Paine.
Godwin menyadari bahwa sebab-sebab penyakit sosial dapat ditemukan bukanlah
dalam bentuk negara tetapi karena adanya negara itu. Pada saat ini, negara hanyalah
merupakan karikatur masyarakat, dan manusia yang ada dalam cengkraman negara ini
hanyalah merupakan karikatur diri mereka karena manusia-manusia ini digalakkan untuk
menyekat ekspresi alami mereka dan untuk melakukan tindakan-tindakan yang merusak
akhlaknya. Hanya dengan cara-cara tersebut, manusia dapat dibentuk menjadi hamba
yang taat. Ide Godwin mengenai masyarakat tanpa negara mengasumsikan hak sosial
untuk semua kekayaan alam dan sosial, dan kegiatan ekonomi akan dijalankan
berdasarkan ko-operasi bebas di antara produsen-produsen; dengan idenya, Godwin
menjadi penemu Anarkisme Komunis.
Errico Malatesta (1853–1932)

Namun, kelompok anarkisme-komunis pertama kali diformulasikan oleh Carlo


Cafiero, Errico Malatesta dan Andrea Costa dari kelompok federasi Italia pada
Internasionale I. Pada awalnya kelompok ini (kemudian diikuti oleh anarkis yang lain
setelah kematian Bakunin seperti Alexander Berkman, Emma Goldman, dan Peter
Kropotkin) bergabung dengan Bakunin menentang kelompok Marxis dalam
Internasionale I.Berbeda dengan anarkisme-kolektif yang masih mempertahankan upah
buruh berdasarkan kontribusi mereka terhadap produksi, anarkisme-komunis memandang
bahwa setiap individu seharusnya bebas memperoleh bagian dari suatu hak milik dalam
proses produksi berdasarkan kebutuhan mereka.

Kelompok anarkisme-komunis menekankan pada egalitarianism (persamaan),


penghapusan hierarki sosial (social hierarchy), penghapusan perbedaan kelas, distribusi
kesejahteraan yang merata, penghilangan kapitalisme, serta produksi kolektif berdasarkan
kesukarelaan. Negara dan hak milik pribadi adalah hal-hal yang tidak seharusnya eksis
dalam anarkisme-komunis. Setiap orang dan kelompok berhak dan bebas untuk
berkontribusi pada produksi dan juga untuk memenuhi kebutuhannya berdasarkan
pilihannya sendiri.

5. Anarko-Sindikalisme

Bendera yang digunakan dalam gerakan Anarko-Sindikalisme.


Salah satu aliran yang berkembang cukup subur di dalam lingkungan anarkisme
adalah kelompok anarko-sindikalisme. Tokoh yang terkenal dalam kelompok anarko-
sindikalisme antara lain Rudolf Rocker, ia juga pernah menjelaskan ide dasar dari pergerakan
ini, apa tujuannya, dan kenapa pergerakan ini sangat penting bagi masa depan buruh dalam
pamfletnya yang berjudul Anarchosyndicalism pada tahun 1938.[25] Pada awalnya, Bakunin
juga adalah salah satu tokoh dalam anarkisme yang gerakan-gerakan buruhnya dapat
disamakan dengan orientasi kelompok anarko-sindikalisme, tetapi Bakunin kemudian lebih
condong pada anarkisme-kolektif.

Anarko-sindikalisme adalah salah satu cabang anarkisme yang lebih menekankan


pada gerakan buruh (labour movement). Sindikalisme, dalam bahasa Perancis, berarti “trade
unionism”. Kelompok ini berpandangan bahwa serikat-serikat buruh (labor unions)
mempunyai kekuatan dalam dirinya untuk mewujudkan suatu perubahan sosial secara
revolusioner, mengganti kapitalisme serta menghapuskan negara dan diganti dengan
masyarakat demokratis yang dikendalikan oleh pekerja. Anarko-sindikalisme juga menolak
sistem gaji dan hak milik dalam pengertian produksi. Dari ciri-ciri yang dikemukakan di atas,
anarko-sindikalisme sepertinya tidak mempunyai perbedaan dengan kelompok-kelompok
anarkisme yang lain. Prinsip-prinsip dasar yang membedakan anarko-sindikalisme dengan
kelompok lainnya dalam anarkisme adalah: (1) Solidaritas pekerja (Workers Solidarity); (2)
Aksi langsung (direct action); dan (3) Manajemen-mandiri buruh (Workers self-
management).

6. Anarkisme individualisme

Anarkisme individualisme atau Individual-anarkisme adalah salah satu tradisi filsafat


dalam anarkisme yang menekankan pada persamaan kebebasan dan kebebasan individual.
Konsep ini umumnya berasal dari liberalisme klasik. Kelompok individual-anarkisme
percaya bahwa "hati nurani individu seharusnya tidak boleh dibatasi oleh institusi atau
badan-badan kolektif atau otoritas publik". Karena berasal dari tradisi liberalisme,
individual-anarkisme sering disebut juga dengan nama "anarkisme liberal".

Tokoh-tokoh yang terlibat dalam individual-anarkisme antara lain adalah Max


Stirner, Josiah Warren, Benjamin Tucker, John Henry Mackay, Fred Woodworth, dan lain-
lain. Kebanyakan dari tokoh-tokoh individual-anarkisme berasal dari Amerika Serikat, yang
menjadi basis liberalisme. Dan oleh karena itu pandangan mereka terhadap konsep
individual-anarkisme kebanyakan dipengaruhi juga oleh alam pemikiran liberalisme.

Individual-anarkisme sering juga disebut "anarkisme-egois", karena salah satu


tokohnya, Max Stirner, menulis buku "Der Einzige und sein Eigentum" (b.Inggris: The Ego
and Its Own / b.Indonesia: Ego dan Miliknya)[26] yang dengan cepat dilupakan, tetapi
mengalami kebangkitan lima puluh tahun kemudian, buku tersebut lebih menonjolkan peran
individu.

Buku Stirner itu pada dasarnya adalah karya filsafat yang menganalisis
ketergantungan manusia dengan apa yang dikenal sebagai ‘kekuasaan yang lebih tinggi’
(higher powers). Dia tidak takut memakai kesimpulan- kesimpulan yang diambil dari hasil
survei. Buku tersebut merupakan pembrontakan yang sadar dan sengaja yang tidak
menunjukan kehormatan kepada otoritas dan karenanya sangat menarik bagi pemikir
mandiri.

7. Anarkisme dan agama

Pada dasarnya, sejak mulai dari Proudhon, Bakunin, Berkman, dan Malatesta sampai
pada kelompok-kelompok anarkis yang lain, anarkisme selalu bersikap skeptik dan anti
terhadap institusi agama. Dalam pandangan mereka, institusi keagamaan selalu bersifat
hierarki dan mempunyai kekuasaan seperti layaknya negara, dan oleh karena itu harus
ditolak. Tetapi dalam agama sendiri (Kristen, Yahudi, Islam, dll) sebenarnya pemikiran akan
“anarkisme” dalam pengertian “without ruler” sudah banyak ditemui.

8. Anarkis-kristen

Dalam agama Kristen, konsep yang dipakai oleh kaum anarkis-kristen adalah
berdasarkan konsep bahwa hanya Tuhan yang mempunyai otoritas dan kuasa di dunia ini dan
menolak otoritas negara, dan juga gereja, sebagai manifestasi kekuasaan Tuhan. Dari konsep
ini kemudian berkembang konsep-konsep yang lain misalnya pasifisme (anti perang), non-
violence (anti kekerasan), abolition of state control (penghapusan kontrol negara), dan tax
resistance (penolakan membayar pajak). Semuanya itu dalam konteks bahwa kekuasaan
negara tidak lagi eksis di bumi dan oleh karena itu harus ditolak. Tokoh-tokoh yang menjadi
inspirasi dalam perkembangan gerakan anarkis-kristen antara lain: Soren Kierkegaard, Henry
David Thoreau, Nikolai Berdyaev, Leo Tolstoy, dan Adin Ballou.

9. Anarkisme dan Islam

Hakim Bey

Dalam agama Islam, kelompok anarkisme melakukan interpretasi terhadap konsep


bahwa Islam adalah agama yang bercirikan penyerahan total terhadap Allah (bahasa Arab
allāhu ‫)هللا‬, yang berarti menolak peran otoritas manusia dalam bentuk apapun. Anarkis-Islam
menyatakan bahwa hanya Allah yang mempunyai otoritas di bumi ini serta menolak ketaatan
terhadap otoritas manusia dalam bentuk fatwa atau imam. Hal ini merupakan elaborasi atas
konsep “tiada pemaksaan dalam beragama”. Konsep anarkisme-islam kemudian
berkembang menjadi konsep-konsep lainnya yang mempunyai kemiripan dengan ideologi
sosialis seperti pandangan terhadap hak milik, penolakan terhadap riba, penolakan terhadap
kekerasan dan mengutamakan self-defense, dan lain-lain. Kelompok-kelompok dalam Islam
yang sering diasosiasikan dengan anarkisme antara lain: Sufisme dan Kelompok
Hashshashin.

Salah seorang tokoh muslim anarkis yang berpengaruh yaitu Peter Lamborn Wilson,
yang selalu menggunakan nama pena Hakim Bey. Dia mengkombinasikan ajaran sufisme
dan neo-pagan dengan anarkisme dan situasionisme. Dia juga merupakan seorang yang
terkenal dengan konsepnya Temporary Autonomus Zones[1].

Yakoub Islam, seorang anarkis muslim, pada 25 Juni 2005 mempublikasikan Muslim
Anarchist Charter (Piagam Muslim Anarkis), yang berbunyi:
 Tiada tuhan selain Allah dan nabi Muhammad adalah utusannya;
“  Tujuan dari hidup ialah untuk membangun sebuah hubungan kasih yang
damai dengan Yang Maha Esa melalui pemahaman untuk bertindak
sesuai ajaran, wahyu, serta tanda-tandanya di dalam Penciptaannya juga
hati manusia;
 Demi tujuan seperti itu kita harus memiliki komitmen yang kuat untuk
mempelajarinya dengan kehendak hati yang bebas, dan secara sadar
menolak setiap bentuk kompromi dengan institusi kekuasaan, entah dalam
bentukbnya yang yuridis, relijius, sosial, korporatik maupun politis;
 Demi tujuan seperti itu kita harus aktif di dalam kegiatan merealisasikan
keadilan yang bertujuan untuk membangun sebuah komunitas-komunitas
dan masyarakat dimana pembangunan jiwa yang spiritual tidak terbatasi
lagi oleh kemiskinan, tirani, dan ketidakpedulian.

Muslim Anarchist Charter menolak:

 Kekuatan fasis yang bertujuan untuk memapankan kebenaran tunggal


yang absolut, termasuk patriarki, kerajaan, dan kapitalisme.

10. Kritik atas anarkisme

Baik secara teori ataupun praktik, anarkisme telah menimbulkan perdebatan dan
kritik-kritik atasnya. Beberapa kritik dilontarkan oleh lawan utama dari anarkisme seperti
pemerintah. Beberapa kritik lainnya bahkan juga dilontarkan oleh para anarkis sendiri serta
ada juga yang muncul dari kalangan kaum kiri otoritarian seperti yang dilontarkan oleh
kalangan marxisme. Kritik biasanya dilontarkan sekitar permasalahan idealisme anarkisme
yang mustahil dapat diterapkan di dunia nyata, seperti apa yang banyak dipecaya oleh para
anarkis mengenai ajaran bahwa manusia pada dasarnya baik dan bisa menggalang solidaritas
kemanusiaan untuk kesejahteraan manusia tanpa penindasan oleh sebagiannya yang hal
tersebut banyak dibantah oleh para ekonom. Dan juga mengenai ajaran bahwa setiap manusia
lahir bebas setara yang juga dibantah oleh para pakar sosiolog.[27]
Kritik juga dilontarkan atas penolakan anarkisme terhadap organisasi sentralis seperti
pemerintahan kaum buruh, partai revolusioner, dan lain sebagainya, yang dianggap oleh
banyak pihak justru akan melemahkan posisi kaum anarkis apabila revolusi terjadi. Hal ini
juga yang dituduhkan kepada para anarkis saat revolusi Spanyol terjadi, paska pengambilan
kekuasaan oleh kaum proletariat atas rezim fasis yang pada saat itu berkuasa di Spanyol.[28]

Anda mungkin juga menyukai