2. Materialisme Dialektik
Materialisme Dialektika, merupakan ajaran Marx yang
menyangkut perihal alam semesta secara umum. Menurut
Marx, perkembangan sejarah manusia tunduk pada watak
materialistik dialektika. Jika teori ini diterapkan dalam
masyarakat, maka pemikiran ini disebut materialisme
historis. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa yang
menentukan struktur masyarakat dan perkembangan dalam
sejarah adalah kelas-kelas sosial. Kelas-kelas ini
merupakan upaya manusia untuk memperbaiki kehidupan
dengan mengadakan pembagian kerja. Marx berkeyakinan
bahwa untuk memahami sejarah dan arah perubahan, tidak
perlu memperhatikan apa yang dipikirkan oleh manusia,
tetapi bagaimana dia bekerja dan berproduksi. Dengan
cara itulah manusia itu berpikir.
3. Teori Kelas
Seluruh pemikiran Karl Marx berdasarkan tanggapan
bahwa pelaku utama dalam masyarakat adalah kelas-kelas
sosial. Teori kelas bukanlah sebuah teori eksplisit,
melainkan melatarbelakangi uraian Marx tentang hukum
perkembangan sejarah, tentang kapitalisme dan tentang
sosialisme. Kelas sosial adalah golongan dalam
masyarakat yang di tentukan oleh posisi tertentu dalam
proses produksi.
Bagi Marx sebuah kelas baru dianggap kelas dalam arti
sebenarnya, apabila dia bukan hanya “secara objektif”
merupakan golongan sosial dengan kepentingan tersendiri,
melainkan juga “secara subyektif” menyadari diri sebagai
kelas, sebagai golongan khusus dalam masyarakat yang
mempunyai kepentingan-kepentingan spesifik serta mau
memperjuangkanya. Menurut Marx masyarakat kapitalis
terdiri dari tiga kelas yaitu kaum buruh (mereka hidup dari
upah), kaum pemilik modal (hidup dari laba), dan para
tuan tanah (hidup dari rente tanah). Tetapi, karena dalam
analisis keterasingan tuan tanah tidak dibicarakan dan pada
akhir kapitalisme para tuan tanah akan menjadi sama
dengan para pemilik modal, sehingga saat ini hanya
terdapat dua kelas saja. Dalam sistem produksi kapitalis,
dua kelas saling berhadapan antara kelas buruh dan kelas
pemilik, keduanya saling membutuhkan. Ciri khas
masyarakat kapitalis adalah keterbagian dalam kelas atas
dan kelas bawah. Kelas atas adalah para pemilik alat-alat
produksi dan kelas bawah adalah kaum buruh. Hubungan
antara kelas atas dan kelas bawah pada hakikatnya
merupakan hubungan penghisapan atau eksploitas.
1. Kelas Sosial
Seperti dikatakan oleh Paul Doyle Johnson dalam
bukunya Teori Sosiologi Klasik Dan Modern yang
diterjemahkan oleh Robert M. Z. Lawang (1986) bahwa
Karl Marx bukanlah orang pertama yang menemukan
kelas sosial dalam masyarakat. Meskipun dia sendiri
sering menggunakan konsep itu, namun dia tidak
memberikan analisa yang sistematis dan komprehensif
tentang itu. Walaupun konsep kelas begitu meluasnya
ke hampir seluruh tulisan-tulisan pokoknya, perlu
dikatakan bahwa dia melihatnya sebagai kategori yang
paling mendasar dalam struktur sosial. Jadi sebenarnya
Marx
tidak secara jelas mendefinisikan konsep kelas tetapi dia
lebih kepada memaparkan situasi dan kondisi yang
terjadi pada masa tersebut yang diamatinya.
Kelas-kelas sosial muncul menurut Doyle (1986: 146)
sangat erat kaitannya dengan konsep Marx mengenai
materialisme historis. Di mana kemampuan manusia
untuk memenuhi berbagai kebutuhannya tergantung
pada terlibatnya mereka dalam hubungan sosial dengan
orang lain untuk mengubah lingkungan materil melalui
kegiatan produktifnya. Menurut Marx, kelas-kelas akan
timbul apabila hubungan-hubungan produksi
melibatkan suatu pembagian tenaga kerja yang
beraneka ragam, yang memungkinkan terjadinya
surplus produksi sehingga merupakan pola hubungan
memeras terhadap masa para memproduksi. Dengan
demikian dapat disimpulkan dari pemikiran Marx
bahwa kelas-kelas sosial akan muncul karena faktor
ekonomi terutama kepemilikan dan ketiadapemilikan
alat produksi dan hubungan-hubungan sosial dalam
produksi.
Kutipan dari The Communist Manifesto di pendahuluan
dengan jelas menegaskan model dua kelas dalam
masyarakat, meskipun Marx tidak selalu konsisten
dalam hal ini. Dalam satu bagian dari Das Kapital jilid
ketiga, Marx mulai dengan suatu penjelasan yang
sistematis mengenai konsep kelas itu, dimana dia
mengidentifikasikan tiga kelas utama dalam masyarakat
kapitalis: buruh upahan, kapitalis, dan pemilik tanah.
Kelas-kelas ini dibedakan terutama karena perbedaan-
perbedaan dalam sumber-sumber pendapatan pokok,
yakni upah, keuntungan dan sewa tanah. Tetapi ide
bahwa masyarakat-masyarakat kapitalis di masa Marx
hidup ada pada proses gerak menuju sistem dua kelas
saja, juga dikemukakannya dalam The Communist
Manifesto: “Masyarakat sebagai satu keseluruhan
menjadi semakin terbagi dalam dua kelompok besar
yang saling bermusuhan ke dalam dua kelas yang saling
berhadapan secara langsung: Borjuis dan Proletariat”.
1. Kelas Borjuis
Istilah Borjuis (Bourgeoisie) lebih sering dan lebih
praktisnya diartikan sebagai kelas yang memiliki alat
produksi. Dalam masyarakat kapitalis, kelas yang
paling dominan adalah kelas Borjuis. Kelas borjuis
dikutip dalam Doyle (1986: 148) dapat dibagi lagi ke
dalam borjuis yang dominan dan borjuis kecil.
3. Kesadaran Sosial
Setelah terbentuknya kelas-kelas pada masyarakat
kapitalis, maka akan muncul kesadaran kelas
mengenai kepentingan kelas-kelas mereka. Yang
dimaksud kesadaran kelas itu sendiri menurut Marx
seperti dikutip dalam Doyle (1986) ialah satu
kesadaran subyektif akan kepentingan kelas obyektif
yang mereka miliki bersama orang-orang lain dalam
posisi yang serupa dalam sistem produksi. Konsep
kepentingan mengacu pada sumber-sumber materil
yang aktual yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan atau keinginan individu. Jadi Doyle
memberikan contoh, kepentingan kelas kapitalis
terletak pada keuntungan yang semakin meningkat,
sedangkan kepentingan kelas proletar secara sempit
meliputi kenaikan upah, sedangkan secara luas
meliputi penguasaan terhadap proses produksi yang
lebih luas.
Menurut Marx seperti yang dilansir oleh Giddens
(1986) bahwa kesadaran itu berakar pada praxis
manusia ada gilirannya bersifat sosial. Inilah
pengertian dari yang dikatakan, bahwa bukan
kesadaran yang menentukan eksistensi orang, tetapi
sebaliknya, kehidupan sosial merekalah yang
menentukan kesadaran mereka. Pengaruh ideologi
sangat berhubungan dengan kesadaran kelas, karena
pengaruh ideologi dapat mengakibatkan kurangnya
kesadaran penuh akan kepentingan-kepentingan
kelasnya sendiri. Selain mengakibatkan kurangnya
kesadaran penuh terhadap kepentingan-kepentingan
kelasnya, penerimaan ideologi yang dikembangkan
untuk mendukung kelas yang dominan dan struktur
yang telah ada menurut Doyle juga akan
menimbulkan kesadaran palsu.
4. Alienasi
Konsep alienasi kerja dari Karl Marx adalah manusia
tidak dapat mewujudkan dirinya secara bebas dan
universal dalam bekerja. Kemudian, Karl Marx
menguraikan adanya empat jenis alienasi atau
keterasingan dalam kerja, yaitu alienasi dari hasil
produksi, alienasi dari proses produksi, alienasi dari
kemanusiaan dan alienasi dari manusia lainnya.