Anda di halaman 1dari 15

Abstrak

A. Biografi Karl Marx


Karl Heinrich Marx adalah seorang filsuf, ekonom, sejarawan,
pembuat teori politik, sosiolog, jurnalis dan sosialis revolusioner
asal Jerman. Lahir pada 5 Mei 1818 di Kota Trier, wilayah
tenggara Jerman yang saat itu masih menjadi bagian dari
Provinsi Rhine Hilir, Kerajaan Prusia. Marx dilahirkan dalam
keluarga beragama Yahudi dengan kondisi ekonomi kelas
menengah.

Ia merupakan anak ketiga dari sembilan bersaudara yang


dimiliki oleh pasangan Heinrich Marx dan Henrietta Marx.
Meski berasal dari keluarga keturunan Yahudi, sang ayah pada
tahun 1816 memutuskan untuk dibaptis menjadi seorang Kristen
di usia ke-36 tahunnya. Heinrich merupakan seorang pengacara
yang cukup sukses di Prusia. Ayah Marx juga seorang aktivis
reformasi pada masanya. Keputusan ayahnya memeluk agama
Kristen karena pada tahun 1815, terdapat peraturan yang
melarang orang Yahudi untuk menduduki posisi krusial di
masyarakat. Meski begitu, ayahnya dibaptis oleh seorang
Lutheran, bukan seorang Katolik yang merupakan iman utama
di Trier. Alasannya, karena ayah Marx merupakan seseorang
dengan kepercayaan yang menyamakan Protestanisme dengan
kebebasan intelektual.
Karl Marx sendiri dibaptis saat ia menginjak usia 6 tahun,
beserta saudara-saudaranya. Sementara ibunya baru ikut dibaptis
setelah sang ayah wafat. Meskipun Trier dikenal sebagai salah
satu kota Katolik di Jerman kala itu. Akan tetapi, pengaruh
gagasan liberal jadi lebih mudah masuk karena letaknya yang
berbatasan dengan Prancis. Hingga usia 12 tahun, Karl Marx
belajar di rumah alias homeschooling. Namun, akhirnya ia
melanjutkan pendidikannya di sekolah Jesuit, Trier yang waktu
itu waktu itu dikenal sebagai Gymnasium Friedrich-Wilhelm.
Marx bersekolah selama 5 tahun, dari tahun 1830 hingga 1835.
Selama sekolah, Marx sendiri hanyalah seorang siswa biasa,
seperti kebanyakan siswa pada umumnya.
Satu hal yang tak disangka dari sekolah barunya. Ternyata
kepala sekolahnya saat itu adalah teman ayahnya yang
merupakan seorang dengan pandangan liberal. Kepala
sekolahnya adalah Kantian yang dihormati oleh orang-orang
Rhineland, tetapi dicurigai oleh pihak berwenang. Sebab
kecurigaan-kecurigaan yang ada. Akhirnya sekolah itu pun
berada di bawah pengawasan dan digerebek pada tahun 1832.
Lahir di Trier dalam keluarga kelas menengah, Marx belajar
hukum dan filsafat Hegelian.
Karena publikasi politiknya, Marx menjadi tak bernegara dan
tinggal dalam pengasingan di London, di mana ia tetap
mengembangkan pemikirannya dalam kolaborasi dengan
pemikir Jerman Friedrich Engels dan menerbitkan tulisan-
tulisannya, melakukan riset di ruang baca British Museum.
Karya terkenalnya adalah pamflet tahun 1848, Manifesto
Komunis, dan karya tiga volume Das Kapital. Pemikiran politik
dan filsafatnya memiliki pengaruh pada sejarah intelektual,
ekonomi dan politik pada masa berikutnya dan namanya dipakai
sebagai adjektif, pengucapan dan aliran teori sosial.
Teori-teori Marx tentang masyarakat, ekonomi dan politik yang
secara kolektif dimengerti sebagai Marxisme menyatakan bahwa
umat manusia berkembang melalui perjuangan kelas. Dalam
kapitalisme, manifes itu sendiri berada dalam konflik antara
kelas pemerintahan (dikenal sebagai Borjuis) yang
mengendalikan alat produksi dan kelas buruh (dikenal sebagai
proletariat) yang dapat diperalat dengan menjual tenaga buruh
mereka sebagai balasan untuk upah. Memajukan kesepakatan
kritikal yang dikenal sebagai materialisme sejarah, Marx
memprediksi bahwa, seperti sistem sosio-ekonomi sebelumnya,
kapitalisme memproduksi ketegangan internal yang akan
berujung pada penghancuran diri dan digantikan oleh sistem
baru: sosialisme. Bagi Marx, antagonisme kelas di bawah
kapitalisme, yang merupakan bagian dari ketidakstabilan dan
alam kecenderungan krisis, kemudian akan membuat kelas
buruh mengembangkan masyarakat tanpa kelas, yang berujung
pada penaklukan mereka terhadap kekuasaan politik dan
kemudian menghimpun ketiadaan kelas, masyarakat komunis
yang diatur oleh asosiasi produsen bebas. aktif mendorong
penerapannya, berpendapat bahwa kelas tenaga kerja harus
mengadakan tindakan revolusioner untuk menggulingkan
kapitalisme dan mengirim emansipasi sosio-ekonomi.
Marx dianggap sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh
dalam sejarah manusia, dan karyanya dipuji sekaligus dikritik.
Karyanya dalam ekonomi menjadi dasar bagi sebagian besar
pemahaman tenaga kerja pada saat ini dan hubungannya dengan
modal, dan kemudian pemikiran ekonomi. Beberapa intelektual,
serikat buruh, seniman, dan partai politik di seluruh dunia
dipengaruhi oleh karya Marx, dengan beberapa pihak
memodifikasi atau mengadaptasi gagasan-gagasannya. Marx
biasanya disebut sebagai salah satu arsitek utama dari ilmu
sosial modern.

B. Teori-teori Pemikiran Karl Marx


1. Materialisme Historis
Materialisme Historis merupakan istilah yang sangat
berguna untuk memberi nama pada asumsi-asumsi dasar
mengenai teorinya. Dari The Communist Manifesto dan
Das Kapital, dimana Marx adalah pada kebutuhan materil
dan perjuangan kelas sebagai akibat dari usaha-usaha
memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Menurut pandangan ini,
ide-ide dan kesadaran manusia tidak lain daripada refleksi
yang salah tentang kondisi-kondisi materil. Perhatian ini
dipusatkan Marx sebagai usaha Marx untuk meningkatkan
revolusi sosialis sehingga kaum proletariat dapat
Menikmati sebagian besar kelimpahan materil yang
dihasilkan oleh industrialisme. Menurut Marx, suatu
pemahaman ilmiah yang dapat diterima tentang gejala
sosial menuntut si ilmuwan untuk mengambil sikap yang
benar terhadap hakikat permasalahan itu. Hal ini
mencakupi Pengakuan bahwa manusia tidak hanya sekedar
organisme materil, sebaliknya manusia memiliki
kesadaran diri. Dimana, mereka memiliki suatu kesadaran
subyektif tentang dirinya sendiri dan situasi-situasi
materialnya.
Penjelasan Marx pada Materialistis tentang perubahan
sejarah, diterapkan pada pola-pola perubahan sejarah yang
luas, penekanan materialistis ini berpusat pada perubahan-
perubahan cara atau teknik-teknik produksi materil sebagai
sumber utama perubahan sosial budaya. Dalam The
German Ideology Marx menunjukkan bahwa manusia
menciptakan sejarahnya sendiri selama mereka berjuang
menghadapi lingkungan materilnya dan terlibat dalam
hubungan-hubungan sosial yang terbatas dalam proses-
proses ini. Tetapi kemampuan manusia untuk membuat
sejarahnya sendiri, dibatasi oleh keadaan lingkungan
materil dan sosial yang sudah ada.
Ketegangan-ketegangan yang khas dan kontradiksi-
kontradiksi yang menonjol akan berbeda-beda menurut
tahap sejarahnya serta perkembangan materil sosialnya.
Tetapi dalam semua tahap, perjuangan individu dalam
kelas-kelas yang berbeda untuk menghadapi lingkungan
materil dan sosialnya yang khusus agar bisa tetap hidup
dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, merupakan
sumber utama perubahan untuk tahap berikutnya. Marx
mengandaikan bahwa pemilikan daya-daya produksi
masyarakat secara komunal dan suatu distribusi yang lebih
merata yang didasarkan pada kebutuhan manusia, bukan
kerakusan Borjuis.

2. Materialisme Dialektik
Materialisme Dialektika, merupakan ajaran Marx yang
menyangkut perihal alam semesta secara umum. Menurut
Marx, perkembangan sejarah manusia tunduk pada watak
materialistik dialektika. Jika teori ini diterapkan dalam
masyarakat, maka pemikiran ini disebut materialisme
historis. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa yang
menentukan struktur masyarakat dan perkembangan dalam
sejarah adalah kelas-kelas sosial. Kelas-kelas ini
merupakan upaya manusia untuk memperbaiki kehidupan
dengan mengadakan pembagian kerja. Marx berkeyakinan
bahwa untuk memahami sejarah dan arah perubahan, tidak
perlu memperhatikan apa yang dipikirkan oleh manusia,
tetapi bagaimana dia bekerja dan berproduksi. Dengan
cara itulah manusia itu berpikir.

3. Teori Kelas
Seluruh pemikiran Karl Marx berdasarkan tanggapan
bahwa pelaku utama dalam masyarakat adalah kelas-kelas
sosial. Teori kelas bukanlah sebuah teori eksplisit,
melainkan melatarbelakangi uraian Marx tentang hukum
perkembangan sejarah, tentang kapitalisme dan tentang
sosialisme. Kelas sosial adalah golongan dalam
masyarakat yang di tentukan oleh posisi tertentu dalam
proses produksi.
Bagi Marx sebuah kelas baru dianggap kelas dalam arti
sebenarnya, apabila dia bukan hanya “secara objektif”
merupakan golongan sosial dengan kepentingan tersendiri,
melainkan juga “secara subyektif” menyadari diri sebagai
kelas, sebagai golongan khusus dalam masyarakat yang
mempunyai kepentingan-kepentingan spesifik serta mau
memperjuangkanya. Menurut Marx masyarakat kapitalis
terdiri dari tiga kelas yaitu kaum buruh (mereka hidup dari
upah), kaum pemilik modal (hidup dari laba), dan para
tuan tanah (hidup dari rente tanah). Tetapi, karena dalam
analisis keterasingan tuan tanah tidak dibicarakan dan pada
akhir kapitalisme para tuan tanah akan menjadi sama
dengan para pemilik modal, sehingga saat ini hanya
terdapat dua kelas saja. Dalam sistem produksi kapitalis,
dua kelas saling berhadapan antara kelas buruh dan kelas
pemilik, keduanya saling membutuhkan. Ciri khas
masyarakat kapitalis adalah keterbagian dalam kelas atas
dan kelas bawah. Kelas atas adalah para pemilik alat-alat
produksi dan kelas bawah adalah kaum buruh. Hubungan
antara kelas atas dan kelas bawah pada hakikatnya
merupakan hubungan penghisapan atau eksploitas.
1. Kelas Sosial
Seperti dikatakan oleh Paul Doyle Johnson dalam
bukunya Teori Sosiologi Klasik Dan Modern yang
diterjemahkan oleh Robert M. Z. Lawang (1986) bahwa
Karl Marx bukanlah orang pertama yang menemukan
kelas sosial dalam masyarakat. Meskipun dia sendiri
sering menggunakan konsep itu, namun dia tidak
memberikan analisa yang sistematis dan komprehensif
tentang itu. Walaupun konsep kelas begitu meluasnya
ke hampir seluruh tulisan-tulisan pokoknya, perlu
dikatakan bahwa dia melihatnya sebagai kategori yang
paling mendasar dalam struktur sosial. Jadi sebenarnya
Marx
tidak secara jelas mendefinisikan konsep kelas tetapi dia
lebih kepada memaparkan situasi dan kondisi yang
terjadi pada masa tersebut yang diamatinya.
Kelas-kelas sosial muncul menurut Doyle (1986: 146)
sangat erat kaitannya dengan konsep Marx mengenai
materialisme historis. Di mana kemampuan manusia
untuk memenuhi berbagai kebutuhannya tergantung
pada terlibatnya mereka dalam hubungan sosial dengan
orang lain untuk mengubah lingkungan materil melalui
kegiatan produktifnya. Menurut Marx, kelas-kelas akan
timbul apabila hubungan-hubungan produksi
melibatkan suatu pembagian tenaga kerja yang
beraneka ragam, yang memungkinkan terjadinya
surplus produksi sehingga merupakan pola hubungan
memeras terhadap masa para memproduksi. Dengan
demikian dapat disimpulkan dari pemikiran Marx
bahwa kelas-kelas sosial akan muncul karena faktor
ekonomi terutama kepemilikan dan ketiadapemilikan
alat produksi dan hubungan-hubungan sosial dalam
produksi.
Kutipan dari The Communist Manifesto di pendahuluan
dengan jelas menegaskan model dua kelas dalam
masyarakat, meskipun Marx tidak selalu konsisten
dalam hal ini. Dalam satu bagian dari Das Kapital jilid
ketiga, Marx mulai dengan suatu penjelasan yang
sistematis mengenai konsep kelas itu, dimana dia
mengidentifikasikan tiga kelas utama dalam masyarakat
kapitalis: buruh upahan, kapitalis, dan pemilik tanah.
Kelas-kelas ini dibedakan terutama karena perbedaan-
perbedaan dalam sumber-sumber pendapatan pokok,
yakni upah, keuntungan dan sewa tanah. Tetapi ide
bahwa masyarakat-masyarakat kapitalis di masa Marx
hidup ada pada proses gerak menuju sistem dua kelas
saja, juga dikemukakannya dalam The Communist
Manifesto: “Masyarakat sebagai satu keseluruhan
menjadi semakin terbagi dalam dua kelompok besar
yang saling bermusuhan ke dalam dua kelas yang saling
berhadapan secara langsung: Borjuis dan Proletariat”.
1. Kelas Borjuis
Istilah Borjuis (Bourgeoisie) lebih sering dan lebih
praktisnya diartikan sebagai kelas yang memiliki alat
produksi. Dalam masyarakat kapitalis, kelas yang
paling dominan adalah kelas Borjuis. Kelas borjuis
dikutip dalam Doyle (1986: 148) dapat dibagi lagi ke
dalam borjuis yang dominan dan borjuis kecil.

a). Borjuis yang dominan terdiri dari kapitalis-


kapitalis besar dengan perusahaan raksasa yang
mempekerjakan banyak buruh. Di antara kapitalis-
kapitalis yang dominan, juga dapat dibedakan antara
kapitalis uang dan kapitalis industri .

b). Borjuis kecil dapat terdiri dari pengusaha-


pengusaha toko, pengrajin-pengrajin kecil, dan
semacamnya, yang kegiatan operasinya jauh lebih
kecil.

2. Kelas Proletar (Proletariat)


Proletariat merupakan „suatu kelas yang memiliki
mata rantai yang radikal‟; proletariat merupakan
suatu lingkungan masyarakat yang mempunyai suatu
sifat universal, karena penderitaan universalnya,
yang tidak menuntut satu hak khusus pun karena
ketiadaan kesalahan khusus universalnya, yang tidak
menuntut satu hak khusus pun karena ketiadaan
kesalahan khusus namun malah kesalahan tanpa
syarat yang dibebankan kepadanya. Proletariat
melokalisasi diri di
dalam dirinya sendiri semua keburukan yang paling
dahsyat dalam masyarakat. Proletariat hidup dalam
kondisi kemiskinan alamiah yang diakibatkan oleh
kekurangan sumber-sumber daya, akan tetapi
merupakan hasil „buatan‟ organisasi kontemporer
dari produksi industri. Sebab proletariat merupakan
penerima dari ketidakrasionalan dalam masyarakat
yang terkonsentrasi, akibatnya ialah emansipasi
proletariat pada saat yang sama juga merupakan
emansipasi masyarakat dalam keseluruhannya.
Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa
proletariat itu merupakan kelas yang masyarakatnya
tidak memiliki alat produksi yang tertindas sehingga
Ia hanya bisa menjadi buruh bagi kaum pemilik
modal atau alat produksi. Seperti dikutip Doyle
dalam Tucker bahwa dalam masyarakat kapitalis
masih terdapat kategori proletar selain buruh proletar
yang tingkat upahnya di bawah buruh proletar yaitu
kategori dropout dan ne‟er-do-well‟s yang Marx
istilahkan sebagai Lumpen proletariat (proletariat
yang tidak laku); kategori ini mencakup “pencuri,
penjahat dari segala jenis, yang hidup dari remah-
remah masyarakat, pedagang tak menentu,
gelandangan, tunawisma. Sebenarnya Marx tidak
hanya terpaku kepada model dua kelas ataupun tiga
kelas saja, tetapi Marx berpandangan tentang struktur
sosial yang terus menerus mengalami perubahan dan
variasi dalam periode sejarah yang berbeda-beda
mengakibatkan munculnya model-model kelas baru
terutama di kelas sekunder atau menengah. Seperti
analisis Marx dalam karyanya Class Struggle In
France yang dikutip oleh Lefebvre (121) di situ Marx
mengelompokkan masyarakat ke dalam tujuh kelas
yang berbeda-beda yaitu: “Borjuis pemodal, Borjuis
Industri, Pedagang, Borjuis Kecil, Petani, Kaum
Proletar, Proletar yang tidak laku.

3. Kesadaran Sosial
Setelah terbentuknya kelas-kelas pada masyarakat
kapitalis, maka akan muncul kesadaran kelas
mengenai kepentingan kelas-kelas mereka. Yang
dimaksud kesadaran kelas itu sendiri menurut Marx
seperti dikutip dalam Doyle (1986) ialah satu
kesadaran subyektif akan kepentingan kelas obyektif
yang mereka miliki bersama orang-orang lain dalam
posisi yang serupa dalam sistem produksi. Konsep
kepentingan mengacu pada sumber-sumber materil
yang aktual yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan atau keinginan individu. Jadi Doyle
memberikan contoh, kepentingan kelas kapitalis
terletak pada keuntungan yang semakin meningkat,
sedangkan kepentingan kelas proletar secara sempit
meliputi kenaikan upah, sedangkan secara luas
meliputi penguasaan terhadap proses produksi yang
lebih luas.
Menurut Marx seperti yang dilansir oleh Giddens
(1986) bahwa kesadaran itu berakar pada praxis
manusia ada gilirannya bersifat sosial. Inilah
pengertian dari yang dikatakan, bahwa bukan
kesadaran yang menentukan eksistensi orang, tetapi
sebaliknya, kehidupan sosial merekalah yang
menentukan kesadaran mereka. Pengaruh ideologi
sangat berhubungan dengan kesadaran kelas, karena
pengaruh ideologi dapat mengakibatkan kurangnya
kesadaran penuh akan kepentingan-kepentingan
kelasnya sendiri. Selain mengakibatkan kurangnya
kesadaran penuh terhadap kepentingan-kepentingan
kelasnya, penerimaan ideologi yang dikembangkan
untuk mendukung kelas yang dominan dan struktur
yang telah ada menurut Doyle juga akan
menimbulkan kesadaran palsu.

4. Alienasi
Konsep alienasi kerja dari Karl Marx adalah manusia
tidak dapat mewujudkan dirinya secara bebas dan
universal dalam bekerja. Kemudian, Karl Marx
menguraikan adanya empat jenis alienasi atau
keterasingan dalam kerja, yaitu alienasi dari hasil
produksi, alienasi dari proses produksi, alienasi dari
kemanusiaan dan alienasi dari manusia lainnya.

Contoh Materialisme Historis Dalam Kehidupan Bermasyarakat


Materialisme historis gagasan ini sangat penting karena menjadi dasar
dari hampir keseluruhan gagasan Marx yang lain. Nah ketika
berbicara tentang perubahan sosial Marx ini mengambil posisi yang
berhadapan dengan Weber. Kalau menurut Weber perubahan sosial
itu dimulai dari ide. Ide inilah yang menggerakkan perubahan sosial
dan itu kemudian dibuktikan dengan teori Weber tentang etika
Protestan dan semangat kapitalisme. Bagi Weber etika Protestanlah
yang memulai sebuah perubahan besar dalam sejarah kehidupan
manusia, yaitu kemunculan dan perkembangan awal dari kapitalisme
yang kemudian menyapu hampir seluruh dunia.
Berbeda bagi Marx, ide tidak bisa menggerakkan perubahan. Ide itu
hanya bagian dari kesadaran, padahal bagi Marx kesadaran itu tidak
bisa menggerakkan perubahan sosial. Yang bisa menggerakkan
perubahan sosial itu adalah keadaan manusia. Jadi bukan kesadaran
manusia yang menentukan keadaan mereka tetapi sebaliknya keadaan
sosiallah yang menentukan kesadaran manusia atau yang menentukan
kesadaran masyarakat. Nah apa itu keadaan masyarakat?, menurut
Marx keadaan masyarakat itu berkaitan dengan aspek produksi
ekonomi. Jadi yang dimaksud dengan keadaan masyarakat itu yang
tak lain dimana mereka memproduksi dan di mana mereka seharusnya
memposisikan diri di dalam struktur produksi ekonomi. Menurut
Marx itulah yang kemudian menentukan kesadaran, jadi kalau kita
ingin mempelajari tentang arah perubahan masyarakatnya jangan
pelajari pikiran manusia. Jangan mempelajari ide-ide yang ada di
pikiran manusia, tapi pelajarilah bagaimana cara dia bekerja dan
bagaimana dia berproduktif dalam suatu kerja. Karena menurut Max
setiap orang itu akan selalu berpikir sesuai kepentingannya,
sedangkan kepentingan manusia itu akan ditentukan oleh posisi dia di
dalam struktur produksi ekonomi. Jadi posisi manusia didalam
struktur produksi ekonomi itu akan menentukan kepentingan-
kepentingannya dan lewat kepentingannya itu kemudian menentukan
bagaimana cara dia berpikir. Oleh karena itu bukan cara berfikir yang
kemudian menentukan perubahan keadaan manusia, tapi keadaan
manusia yang berupa cara-cara produksi ekonomi itulah yang
kemudian menentukan pikiran – pikiran manusia. Jadi paham
keagamaan, hukum, politik dan hal-hal lain yang diciptakan oleh
pikiran manusia itu sebetulnya adalah akibat saja, dari berbagai
macam kepentingan ekonomi yang ada di dalam masyarakat. Gagasan
ini kemudian dituangkan dalam, Apa yang disebut Max sebagai basis
dan bangunan atas basis. Basis itu bisa disebut dengan bangunan
bawah. Bagi Marx basis itulah yang menentukan bangunan atas. jadi
bangunan bawah itu menentukan bangunan atas bukan sebaliknya.
Menurut Marx basis itu ditentukan oleh dua faktor yaitu tenaga
produktif dan hubungan produksi. Berikut adalah pembahasan singkat
mengenai 2 faktor tersebut.
1. Tenaga produktif itu meliputi alat-alat kerja, lalu manusia dan
kecakapannya serta pengalaman-pengalaman di dalam produksi
ekonomi. Itulah yang disebut sebagai tenaga-tenaga produktif.
2. Hubungan produksi adalah pembagian kerja antar manusia yang
terlibat di dalam proses produksi.
Menurut Marx hubungan-hubungan produksi yang dilakukan oleh
manusia itu tidak dibutuhkan oleh kemauan manusia itu sendiri. Jadi
yang menentukan bagaimana manusia akan berhubungan dalam
konteks hubungan produksi itu bukan keinginan manusia sendiri,
bukan kesadaran manusia sendiri, bukan kemauan manusia sendiri.
Tetapi yang menentukan hubungan produksi itu adalah tenaga-tenaga
produktif seperti alat yang mereka pakai misalnya.
Contoh-contoh sederhananya, begini kalau ada orang yang mau
menangkap ikan dengan memakai perahu lalu alat yang dipakai itu
adalah jala misalnya maka tentu hubungan produksinya akan
ditentukan oleh alat yang dipakai oleh jala Itu. Jadi jala itulah yang
kemudian menentukan bagaimana cara mereka berhubungan, biar
kerja mereka menjadi efektif. Misalnya kemudian ada salah satu
orang yang bertugas untuk memberikan komando, ini harus seperti
apa. Karena jala itu harus ditebar oleh lebih dari satu orang, sehingga
kemudian harus ada yang memberikan komando kapan saatnya jala
itu dilempar misalnya. Kalau tidak ada yang memberikan komando
nanti tidak efektif kerjanya. Beda lagi kalau misalnya alat tangkap
yang dipakai itu adalah pancing. Karena pancing itu dipegang oleh
masing-masing orang sehingga tidak perlu kemudian ada orang yang
memberikan komando. Jadi tenaga produktif yang dalam contoh ini
adalah alat produksinya, itulah yang kemudian menentukan
bagaimana cara mereka berhubungan dalam konteks produksi. Itulah
yang oleh Marx disebut dengan basis atau bangunan bawah.

Anda mungkin juga menyukai