Anda di halaman 1dari 12

ANATOMI TEORI, MEMBONGKAR TEORI MARXISME OLEH KARL

MARX
Oleh :
1. Munawaroh (180521100014)

2. Charina Galuh Nur Handayani (180521100025)


Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya,
Universitas Trunojoyo Madura
Pengantar
Karl marx adalah seorang filosof Barat dari Prusia. Dia lahir di Prusia pada tanggal 5 mei
1818 dan meninggal pada usia 64 tahun pada tanggal 14 maret 1883. Pada tahun 1843 dia
menikah dengan Jenny von Westphalen. Marx sering dijuluki sebagai bapak dari komunisme
yang berasal dari kaum terpelajar dan politikus. Ia memperdebatkan bahwa analisis tentang
kapitalisme miliknya membuktikan bahwa kontradiksi dari kapitalisme akan berakhir dan
memberikan jalan untuk komunisme. Marxisme adalah paham yang dianut oleh Mark. Hubungan
antara Marx dan Marxism adalah titik kontroversi. Marxism tetap berpengaruh dan kontroversial
dalam bidang akademi dan politik sampai saat ini. Dalam bukunya Marx, Das Kapital (2006),
penulis biografi Francis Wheen mengulangi penelitian David McLellan yang menyatakan bahwa
sejak Marxisme tidak berhasil di Barat, hal tersebut tidak menjadikan Marxisme sebagai ideologi
formal, namun hal tersebut tidak dihalangi oleh kontrol pemerintah untuk dipelajari.

Untuk memperoleh gambaran tentang struktur bangunan marxisme secara detail sehingga
diperoleh suatu pemahaman yang utuh, maka perlu dilakukan pembedahan anatomi melalui (1)
Konteks sosial yang melatarbelakangi kelahiran teori (2) Realitas social yang melahirkan teori
(3) Aliran pemikiran yang mempengaruhi (4) Latarbelakang pribadi dan Social Karl Marx (5)
Pertanyaan yang di ajukan/fenomena social yang di pertanyakan (6) Penjelasan dan pemahaman
yang ditawarkan (7) Jenis realita social yang di kaji (8) Lingkup realitas social yang di kaji (9)
Lokus realitas social (10) Lokus penjelasan yang di anggap Independen (11) Metodologi (12)
Implikasi keberpihakan/ bias (13) Teori-teori yang mempengaruhi. Marxisme menjadi pilihan
bedah anatomi disebabkan karena peradaban teks pada akhir-akhir ini sedang dalam wacana
sangat menarik dan ingin mengetahui bagian-bagian dari teori marxisme. Berikut bagian-bagian
dari anatomi teori marxisme Karl Marx :
1. Konteks Social Yang Melatarbelakangi Kelahiran Teori

Era industrialisasi memang telah membawa perubahan besar dalam sistem


ekonomi dunia, termasuk memunculkan para pemikir –pemikir baru, seperti Karl Marx
(1818-1883). Karl Marx sesungguhnya adalah ide tentang kebersamaan dalam suatu
komune, layaknya pemikiran para sosialis. Namun, Marx sendiri lebih banyak
mengembangkan ide sosialisme dalam bentuk suatu sistem. Inilah yang menyebabkan,
ketika berbicara tentang sosialisme dalam bentuk sistem, maka yang seringkali digunakan
sebagai rujukan adalah ajaran Karl Marx yang berupa Marxisme. Sejarah Marxisme
sendiri didorong oleh perkembangan industrialisasi pasca revolusi industri di Inggris.
Pemikiran –pemikiran Karl Marx banyak yang merupakan bentuk bantahan terhadap
pemikiran –pemikiran kaum klasik yang berhaluan liberal, yang membangun ekonominya
berdasarkan mekanisme pasar.Melalui ide –idenya, Karl Marx disebut sebagai pelopor
utama gerakan sosialisme ilmiah. Awal mula popularitas Marx diawali ketika ia
menerbitkan buku pertamnya bersama dengan Friederich Engels, sang pendukung
finansial Marx.

Buku tersebut berjudul Communist Manifesto pada 1847. Di dalam buku inilah,
Marx mengungkapkan rentetan kritiknya terhadap ide –ide Adam Smith bersama dengan
konsep kapitalisme yang diusungnya. Di buku ini pula, diuraikan mengenai pertikaian
antar kelas. Marx juga menyebut bahwa negara adalah instrumen penindasan.Selain buku
Communist Manifesto, ide –ide Marx juga banyak dituangkan dalam buku lainnya, yang
keseluruhan isinya mengarah pada konsep sosialis. Salah satu karya Marx yang paling
populer di antaranya adalah buku berjudul Das Capital yang terbit tahun 1867. Karya-
karya Marx inilah yang pada akhirnya menjadi dasar dari kemunculan ideologi marxis
atau Marxisme (Deliarnov, 2005: 52).

2. Realita social yang melahirkan teori

Sebetulnya, Marx sendiri tidak pernah menyatakan secara ekspilisit mengenai


ideologi Marxisme. Konsep-konsep pemikirannya juga tidak pernah dirancang menjadi
sebuah ideologi atau faham yang disebut Marxisme. Sebutan Marxisme sebagai faham
baru mulai dikembangkan setelah kematian Marx 1883. Pemikiran Marx yang cukup
menarik perhatian ini mulai dirangkum sebagai sebuah ideologi baru yang diberi nama
Marxis oleh para pemikir Jerman (Ritzer, 2005: 478).

Secara keseluruhan, marxisme merupakan gagasan yang menyediakan dasar


teoritis yang sudah lengkap dijabarkan untuk perjuangan kelas pekerja untuk mencapai
bentuk masyarakat yang lebih agung - sosialisme. Teori-teori Marxisme menyediakan
sebuah pemahaman bagi para buruh yang berpikir - sebuah benang yang mampu
menuntunnya melalui labirin kejadian-kejadian yang membingungkan, proses-proses
masyarakat, ekonomi, pertentangan kelas, dan politik yang rumit. Bersenjatakan pedang
ini, kaum buruh dapat memotong simpul Gordian yang mengikatnya pada halangan
paling besar untuk memajukan dirinya dan kelasnya - ketidaktahuan. Berdasarkan hal
tersebut maka teori Marxisme lahir dan terus terkenal.

3. Aliran pikiran yang mempengaruhi

Teori kelas Maxisme bertumpu pada pemikiran bahwa sejarah dari masyarakat
yang ada sampai sekarang adalah sejarah perjuangan kelas. Dengan kata lain, teori kelas
berpraanggapan bahwa pelaku utama dalam masyarakat adalah kelas-kelas sosial.
Misalnya saja keterasingan manusia adalah hasil penindasan suatu kelas oleh kelas
lainnya. Teori yang dikemukakan oleh Karl Marx ini bukanlah teori yang eksplisit,
melainkan sebuah latar belakang uraian Marx tentang hukum perkembangan sejarah,
kapitalisme dan sosialisme. Dalam teori ini, Marx membedakan masyarakat berdasarkan
mode produksi (teknologi dan pembagian kerja). Dari masing-masing mode produksi
tersebut lahir sistem kelas yang berbeda dimana suatu kelas mengontrol sistem produksi
(kelas pemilik modal) dan kelas yang lain merupakan produsen langsung serta penyedia
layanan untuk kelas dominan (kelas buruh). Faktor ekonomi inilah yang akhirnya
mengatur hubungan sosial pada masyarakat kapitalisme.

Menurut Lenin, kelas sosial dianggap sebagai golongan sosial dalam sebuah
tatanan masyarakat yang ditentukan oleh posisi tertentu dalam proses produksi. Hal yang
serupa juga dikemukakan oleh Marx bahwa kelas berakar dalam hubungan sosial
produksi, bukan hubungan dalam distribusi dan konsumsi. Menurut Marx, pelaku utama
dalam perubahan sosial bukanlah individu, tetapi kelas-kelas sosial. Dalam setiap
masyarakat terdapat kelas yang menguasai dan kelas yang dikuasai atau dengan kata lain
terdapat kelas atas dan kelas bawah. Marx membagi kelas sosial ke dalam tiga kelas,
yakni kaum buruh, kaum pemilik modal dan tuan tanah. Namun, dalam masyarakat
kapitalis, tuan tanah dimasukkan ke dalam kaum pemilik modal.

 Pemilik modal (borjuis)

Kaum pemilik modal merupakan pemilik alat-alat produksi, membeli dan


mengeksploitasi tenaga kerja serta menggunakan nilai surplus (nilai lebih) dari
pekerja untuk mengakumulasi atau memperluas modal mereka.

 Buruh (proletariat)

Kaum buruh merupakan tenaga kerja yang hanya memiliki kemampuan untuk
bekerja dengan tangan dan pikiran mereka. Para pekerja ini harus mencari
penghasilan kepada para pemilik modal.

Dalam sistem kapitalis, kaum buruh dan pemilik modal memang saling
membutuhkan. Buruh hanya dapat bekerja jika pemilik modal membuka tempat kerja.
Pemilik modal membutuhkan buruh untuk mengerjakan kegiatan usahanya. Akan tetapi,
ketergantungan ini tidak seimbang. Buruh tidak dapat bekerja jika pemilik modal tidak
memberikan lapangan pekerjaan, tetapi pemilik modal masih bisa hidup tanpa buruh
karena ia bisa menjual pabriknya kepada orang lain. Dapat dikatakan bahwa kaum buruh
adalah kelas yang lemah, sedangkan kaum pemilik modal adalah kelas yang kuat.
Pembagian masyarakat dalam kelas atas dan kelas bawah merupakan ciri khas
masyarakat kapitalis. Hubungan antarkelas tersebut pada hakikatnya merupakan
hubungan eksploitasi.

4. Latarbelakang pribadi dan social Karl Marx


Karl Marx (lahir 5 Mei 1818 – meninggal 14 Maret 1883 pada umur 64 tahun)
adalah seorang filsuf, ekonom, sejarawan, pembuat teori politik, sosiolog, jurnalis dan
sosialis revolusioner asal Jerman.
Lahir di Trier dalam keluarga kelas menengah, Marx belajar hukum dan filsafat
Hegelian. Karena publikasi politiknya, Marx menjadi tak bernegara dan tinggal dalam
pengasingan di London, dimana ia tetap mengembangkan pemikirannya dalam kolaborasi
dengan pemikir Jerman Friedrich Engels dan menerbitkan tulisan-tulisannya, melakukan
riset di ruang baca British Museum. Karya terkenalnya adalah pamflet tahun 1848,
Manifesto Komunis, dan karya tiga volume Das Kapital. Pemikiran politik dan filsafatnya
memiliki pengaruh pada sejarah intelektual, ekonomi dan politik pada masa berikutnya
dan namanya dipakai sebagai adjektif, pengucapan dan aliran teori sosial.
Teori-teori Marx tentang masyarakat, ekonomi dan politik—yang secara kolektif
dimengerti sebagai Marxisme—menyatakan bahwa umat manusia berkembang melalui
perjuangan kelas. Dalam kapitalisme, manifes itu sendiri berada dalam konflik antara
kelas pemerintahan (dikenal sebagai burjois) yang mengandalikan alat produksi dan kelas
buruh (dikenal sebagai proletariat) yang dapat diperalat dengan menjual tenaga buruh
mereka sebagai balasan untuk upah.
Marx dianggap sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah
manusia, dan karyanya dipuji sekaligus dikritik. Karyanya dalam ekonomi menjadi dasar
bagi sebagian besar pemahaman tenaga kerja pada saat ini dan hubungannya dengan
kapital, dan kemudian pemikiran ekonomi. Beberapa intelektual, serikat buruh, seniman,
dan partai politik di seluruh dunia dipengaruhi oleh karya Marx, dengan beberapa pihak
memodifikasi atau mengadaptasi gagasan-gagasannya. Marx biasanya disebut sebagai
salah satu arsitek utama dari ilmu sosial modern.
5. Pertanyaan yang diajukan/fenomena social yang dipertanyakan
Sebenarnya konflik antar kelas seperti antara kaum kelas pekerja dan kapitalis
lebih mengarah kepada suatu perlawanan dari kaum pekerja atas marx menginginkan
sebuah perubahan bagi kaum pekerja. Marx sendiri sepertinya mengetahui bahwa sulit
menemukan ide-ide yang nyata dalam memahami kenyataan sosial di masyarakat,
terutama kondisi sosial kaum kelas pekerja. Tidak akan pernah tercipta kaum-kaum
kapitalis dan kaum-kaum feodalis apabila tidak di awali dengan terciptanya kaum kelas
pekerja. Penting diingat bahwa peranan kelas pekerja dan buruh yang begitu besar bagi
kehidupan sosial membuat mereka perlu diberikan imbalan yang setimpal. Dalam hal ini
imbalan bukan berarti uang ataupun upah yang setimpal.
Pada saat itu Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat kelas dan
perjuangannya. Marx tidak mendefinisikan kelas secara panjang lebar tetapi ia
menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada abad ke- 19 di Eropa di mana dia hidup,
terdiri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin sebagai kelas proletar.
Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial hirarkis, kaum borjuis melakukan
eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses produksi. Dalam buku Dahdendrof di
paparkan bahwa konsep eksploitasi kelas pekerja akan tetap berkembang. Dia
menambahkan bahwa eksploitasi ini akan terus berjalan selama kesadaran semu eksis
(false consiousness) dalam diri proletar, yaitu berupa rasa menyerah diri, menerima
keadaan apa adanya tetap terjaga. Ketegangan hubungan antara kaum proletar dan kaum
borjuis mendorong terbentuknya gerakan sosial besar, yaitu revolusi. Ketegangan
tersebut terjadi jika kaum proletar telah sadar akan eksploitasi kaum borjuis terhadap
mereka.
Marx meyakini negara merupakan sebuah alat penindas yang bagi kaum pemodal
dapat diatur sekhendaknya agar apa yang menjadi khendak para pemodal dapat berjalan
secara sah, lebih jauh lagi Marx dengan pandangan ekonominya membahas tentang yang
olehnya disebut sebagai perampokan atas nilai. Artinya dalam perjalanan ekonomi
negara, yang diasumsikan lewar industri ataupun pabrik tidak berperilaku jujur serta adil
dalam memperoleh keuntungan yang didapat, Marx amat yakin, bahwa buruh pekerjalah
yang semata-mata menghadirkan keuntungan tersebut lewat upaya kerja keringat mereka
di industri ataupun pabrik-pabrik, lalu alasan apakah bagi indusri/pabrik untuk tidak
menempatkan buruh atau pekerja agar dapat merasakan nilai/upah yang layak dari nilai
lebih yang didapat industri/pabrik tersebut.
6. Penjelasan dan pemahaman yang ditawarkan
Marxisme pada kaum Gerakan Buruh dapat mendeduksi dua fakta. Pertama,
bahwa para pembela kapitalisme menemukan dalam Marxisme tantangan yang paling
berbahaya untuk sistem mereka, dan secara langsung mengakui kebenaran di dalamnya,
meski mereka tetap saja terus-menerus berusaha “membuktikan kesalahan” Marxisme.
Kedua, bukannya menghilang di bawah tumpukan serangan-serangan, “pengeksposan”
palsu, dan distorsi-distorsi vulgar, teori-teori Marx dan Engels malah semakin menyebar
dengan pasti, terutama di dalam lapisan-lapisan Gerakan Buruh yang aktif, seiring
meningkatnya jumlah buruh, yang di bawah imbas dari krisis kapitalisme berusaha untuk
menemukan arti yang sebenarnya dari kekuatan-kekuatan yang menentukan kehidupan
mereka, supaya mampu secara sadar mempengaruhi dan menentukan nasib mereka
sendiri.
Teori-teori Marxisme menyediakan sebuah pemahaman bagi para buruh yang
berpikir - sebuah benang yang mampu menuntunnya melalui labirin kejadian-kejadian
yang membingungkan, proses-proses masyarakat, ekonomi, pertentangan kelas, dan
politik yang rumit. Bersenjatakan pedang ini, kaum buruh dapat memotong simpul
Gordian yang mengikatnya pada halangan paling besar untuk memajukan dirinya dan
kelasnya - ketidaktahuan. Untuk menjaga simpul ini pada tempatnya, para perwakilan
yang dibayar kelas penguasa berusaha untuk mendiskreditkan Marxisme di mata kelas
buruh. Adalah tugas setiap buruh yang serius dalam Gerakan Buruh untuk menguasai
teori-teori Marx dan Engels untuk dirinya sendiri terlebih dahulu, sebagai syarat penting
sebelum menguasai masyarakat bersama sesama buruh.
7. Jenis realita social yang dikaji

Dalam mengemukakan teori ini, Marx sangat dipengaruhi oleh Hegel. Bahkan
sampai saat ini pun kalangan Marxis masih menggunakan terminologi Hegel. Ada
baiknya jika di sini disebutkan satu persatu ide Hegelianisme yang juga menjadi isi
penting dari Marxisme:

 Pertama, realitas bukanlah suatu keadaan tertentu, melainkan sebuah proses


sejarah yang terus berlangsung.
 Kedua, karena realitas merupakan suatu proses sejarah yang terus berlangsung,
kunci untuk memahami realitas adalah memahami hakikat perubahan sejarah.
 Ketiga, perubahan sejarah tidak bersifat acak, melainkan mengikuti suatu hukum
yang dapat ditemukan.
 Keempat, hukum perubahan itu adalah dialektika, yakni pola gerakan triadik yang
terus berulang antara tesis, antitesis, dan sintesis.
 Kelima, yang membuat hukum ini terus bekerja adalah alienasi-yang menjamin
bahwa urutan keadaan itu pada akhirnya akan dibawa menuju sebuah akhir akibat
kontradiksi-kontradiksi dalam dirinya.
 Keenam, proses itu berjalan di luar kendali manusia, bergerak karena hukum-
hukum internalnya sendiri, sementara manusia hanya terbawa arus bersama
dengannya.
 Ketujuh, proses itu akan terus berlangsung sampai tercapai suatu situasi, di mana
semua kontradiksi internal sudah terselesaikan.
 Kedelapan, ketika situasi tanpa konflik ini tercapai, manusia tidak lagi terbawa
arus oleh kekuatan-kekuatan yang bekerja di luar kendali mereka. Akan tetapi,
untuk pertama kalinya manusia akan mampu menentukan jalan hidup mereka
sendiri dan tentunya mereka sendiri akan menjadi penentu perubahan.
 Kesembilan, pada saat inilah untuk pertama kalinya manusia dimungkinkan untuk
memperolah kebebasannya dan pemenuhan diri.
 Kesepuluh, bentuk masyarakat yang memungkinkan kebebasan dan pemenuhan
diri itu bukanlah masyarakat yang terpecah-pecah atas individu-individu yang
berdiri sendiri seperti dibayangkan oleh orang liberal. Akan tetapi, merupakan
sebuah masyarakat organik, di mana individu-individu terserap ke dalam suatu
totalitas yang lebih besar, sehingga lebih mungkin memberi pemenuhan daripada
kehidupan mereka yang terpisah-pisah.

8. Lingkup realitas social yang dikaji


Teori-teori Marx tentang masyarakat, ekonomi dan politik—yang secara kolektif
dimengerti sebagai Marxisme—menyatakan bahwa umat manusia berkembang melalui
perjuangan kelas. Dalam kapitalisme, manifes itu sendiri berada dalam konflik antara
kelas pemerintahan (dikenal sebagai burjois) yang mengandalikan alat produksi dan kelas
buruh (dikenal sebagai proletariat) yang dapat diperalat dengan menjual tenaga buruh
mereka sebagai balasan untuk upah.
Marx meyakini negara merupakan sebuah alat penindas yang bagi kaum pemodal
dapat diatur sekhendaknya agar apa yang menjadi khendak para pemodal dapat berjalan
secara sah, lebih jauh lagi Marx dengan pandangan ekonominya membahas tentang yang
olehnya disebut sebagai perampokan atas nilai. Artinya dalam perjalanan ekonomi
negara, yang diasumsikan lewar industri ataupun pabrik tidak berperilaku jujur serta adil
dalam memperoleh keuntungan yang didapat, Marx amat yakin, bahwa buruh pekerjalah
yang semata-mata menghadirkan keuntungan tersebut lewat upaya kerja keringat mereka
di industri ataupun pabrik-pabrik, lalu alasan apakah bagi indusri/pabrik untuk tidak
menempatkan buruh atau pekerja agar dapat merasakan nilai/upah yang layak dari nilai
lebih yang didapat industri/pabrik tersebut.
9. Lokus realita social
Pada masyarakat kapitalisme, kontradiksi kelas terjadi antara kaum proletariat
dan borjuis. Borjuis adalah kelas pemilik modal dan alat-alat produksi. Sedangkan
proletariat adalah kelas yang tidak memiliki modal dan hanya menjalankan alat-alat
produksi. Proletariat, yang menjadi lokus utama Marx, adalah kekuatan produktif, yang
diperas tenaganya untuk menciptakan nilai lebih pada relasi produksi yang
menguntungkan kaum borjuis. Jadi, pengertian modal, yang dipahami sebagai uang,
mesin, alat-alat produksi, tidak akan menjadi kapital tanpa adanya tenaga manusia yang
menciptakan nilai lebih. Ringkasnya, tanpa keringat kaum proletariat yang terperas, kaum
borjuis tidak akan memiliki kapital.
Karena pentingnya posisi produksi ekonomi dalam sejarah masyarakat, maka pengertian
materialisme historis dalam pemikiran filsafat sejarah Marxisme, tidak dapat dipisahkan
dari konteks relasi produksi dan kekuatan produktif, yang kemudian menjadi muara dari
segala proses reproduksi ekonomi dan reproduksi sosial. Dialektika materialisme, dalam
pandangan Marxisme, adalah terjadinya kontradiksi secara revolusioner antara relasi
produksi dan kekuatan produktif. Watak revolusioner ini diperlukan agar masyarakat
bergerak ke fase di mana segala kontradiksi kelas dapat melebur, melenyap, dan menjadi
fase komunisme (common, universal), suatu kondisi masyarakat tanpa kelas, tanpa
kontradiksi. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa hakikat sejarah, dalam pandangan
Marxisme, adalah dialektika. Isinya adalah kontradiksi antarkelas, yakni antara
masyarakat kelas borjuis dan kelas proletariat, yang apabila disintesiskan akan
melahirkan masyarakat komunisme, masyarakat tanpa kelas dan tanpa kontradiksi.

10. Lokus penjelasan yang dianggap Independen


Marxisme bukan hanya diwarnai dengan nuansa dogmatisme yang kuat, tetapi juga
dipandang semata-mata sebagai alat bagi kelompok tertentu – khususnya kelompok komunis
– untuk membenarkan kepentingan politik mereka.
Meski demikian, posisi marjinal Marxisme dalam Ilmu HI juga disebabkan oleh
serangkaian permasalahan teoritik yang tercermin dalam perdebatan antara Realisme dan
Marxisme. Sementara Realisme cenderung memahami perilaku negara-bangsa sebagai
sesuatu yang independen dari struktur moda produksi, Marxisme cenderung memahami
perilaku negara-bangsa sebagai efek dari dinamika di dalam struktur moda produksi.
Sebaliknya, sementara Realisme – khususnya Neorealisme – memahami perilaku negara-
bangsa sebagai efek dari struktur internasional yang anarkis, Marxisme cenderung
mengabaikan pengaruh struktur internasional terhadap perilaku negara-bangsa. Dengan kata
lain, bagaimana hubungan antara moda produksi dan sistem negara-bangsa menjadi fokus
perdebatan di antara Realisme dan Marxisme. Pada gilirannya, kemampuan Marxisme untuk
menjawab permasalahan ini akan mempengaruhi posisi Marxisme dalam studi hubungan
internasional.
11. Metodologi
Kebutuhan seperti itu melihat Marxisme sebagai metode, bukan sebagai ilmu
pengetahuan. Ketika Marx mengenggam alienasi dan eknomi politik, maka mengajari
kita tentang bagaimana sebenarnya penyelidikan dalam berbagai aspek dunia. Kita
seharusnya tidak mempercayai Marxisme terkodisikasi sebagai ilmu pengetahuan atau
dogma. Kepentingannya adalah sebuah metode. Sebuah metode yang berlawanan dengan
metode kebiasaan yang berusaha mendekati kenyataan, kebutuhan ini benar, sejak
Marxisme sebagai sebuah metode merefleksikan penggulingan masyarakat berkelas.
Marxisme memposisikan aktifitas kehidupan manusia, bahwa siapapun dapat mengubah
dunianya. Akibatnya perhitungan mengenai sejarah kelas dan perjuangannya, menjadi
kenyataan dialektika yang jernih. Singkatnya, tampaknya boleh jadi sulit untuk dipahami
mengapa psikologi muncul di sekitar abad ini. Seorang penganut Marxisme
menggunakan pendekatan yang memungkinkan seseorang untuk menyelidiki berbagai
alasasn: bahwa kita boleh memulai dengan melibatkan psikologi sebagai manifestasi,
dalam jumlah besar, termasuk teknologi dasar, tentang hubungan ekonomi kapitalis; kita
boleh memahami peran psikiatri dan psikologi sebagai penengah dalam struktur kelas
ekonomi dan struktur emosonal personal. Penyelesaian sengketa dengan menggunakan
metode penengahan ini kemudian bisa diselidiki untuk menunjukkan secara lebih
mendetail; sebagia contoh, teori kepribadian dalam psiologi telah menyajikan paket-paket
yang rapi dalam hal pengembangan manusia (di mata para psikolog), dan pengembangan
itu selalu bertentangan dengan perkiraan yang “abnormal”.
12. Implikasi keberpihakan
Tulisan Karl Marx seringkali merupakan hasil kritikan dari apa yang tampak
dari sekitarnya. Pemikirannya bersifat parasit, menempel pada pemikiran orang lain agar
pernyataan-pernyataannya menjadi hidup. Melalui cara ini, dia dapat
mengkomunikasikan pemikirannya secara bebas. Karl Marx menyampaikan
pemikirannya yang muncul ke buku maupun teks-teks yang dibuatnya, dan
menyampaikan isi pemikirannya dengan kata yang apik sehingga sangat mudah membuat
pembaca setuju dengan apa yang disampaikan.

13. Teori-teori yang mempengaruhi


Ketika kita membahas mengenai sosialisme atau marxisme, maka kita akan
sering bersinggungan dengan konsep liberalisme. Bukan karena kedua ideologi ini
memiliki banyak kesamaan, melainkan sebaliknya, kedua ideologi ini sungguh bertolak
belakang. Bahkan, kemunculan marxisme ini tak lain lantaran penolakannya terhadap ide
–ide liberalisme klasik yang disodorkan oleh Adam Smith.

Awal mula popularitas Marx diawali ketika ia menerbitkan buku pertamnya


bersama dengan Friederich Engels, sang pendukung finansial Marx. Buku tersebut
berjudul Communist Manifesto pada 1847. Di dalam buku inilah, Marx mengungkapkan
rentetan kritiknya terhadap ide –ide Adam Smith bersama dengan konsep kapitalisme
yang diusungnya. Di buku ini pula, diuraikan mengenai pertikaian antar kelas. Marx juga
menyebut bahwa negara adalah instrumen penindasan. Selain buku Communist
Manifesto, ide –ide Marx juga banyak dituangkan dalam buku lainnya, yang keseluruhan
isinya mengarah pada konsep sosialis. Salah satu karya Marx yang paling populer di
antaranya adalah buku berjudul Das Capital yang terbit tahun 1867. Karya-karya Marx
inilah yang pada akhirnya menjadi dasar dari kemunculan ideologi marxis atau Marxisme
(Deliarnov, 2005: 52).
Sebetulnya, Marx sendiri tidak pernah menyatakan secara ekspilisit mengenai
ideologi Marxisme. Konsep-konsep pemikirannya juga tidak pernah dirancang menjadi
sebuah ideologi atau faham yang disebut Marxisme. Sebutan Marxisme sebagai faham
baru mulai dikembangkan setelah kematian Marx 1883. Pemikiran Marx yang cukup
menarik perhatian ini mulai dirangkum sebagai sebuah ideologi baru yang diberi nama
Marxis oleh para pemikir Jerman

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai