Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATA KULIAH

DASAR – DASAR ILMU SOSIAL


REVIEW ARTIKEL KEPULAUAN ARU
DOSEN PENGAMPU :
DR. RETNO DYAH KUSUMASTUTI, M.SI.
DR. PRIYONO SADJIJO, M.SI.

KELOMPOK 5
NAMA ANGGOTA :
1. ROYAN FIKRI (2010411107)
2. SALSABILLA (2010411108)
3. MUHAMMAD RIZKY RAMADHAN (2010411109)
4. FADHILA AMANI (2010411110)
5. RIFQI FAKHRI ATHALLAH (2010411132)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“ VETERAN “ JAKARTA
I. PENDAHULUAN
John J Macionis memberikan pengetahuan terhadap siswa untuk memahami dunia di
sekitar mereka melalui lensa sosiologis sehingga mereka dapat lebih memahami sosiologi dan
kehidupan mereka sendiri. Sosiologi edisi 14 ditulis untuk membantu mahasiswa dalam
menemukan dan menggunakan sosiologi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kerangka
teoritis lengkap dan perspektif global, sosiologi menawarkan siswa pengantar sosiologi yang
dapat diakses dan relevan dengan kehidupan. Edisi baru terus berkembang untuk memenuhi
kebutuhan pembaca yang terus berubah. Dengan kerangka kerja pedagogis terintegrasi yang
baru, pembaca dipandu melalui teks dan MySocLab opsional baru untuk membangun
keterampilan berpikir kritis mereka sambil mempelajari dasar-dasar sosiologi. Konsep dasar
sosiologi pasti dimulai dengan apa pengertian dari sosiologi itu sendiri yaitu ilmu sosial yang
erat hubungannya dengan kehidupan manusia dan interaksinya di lingkungan masyarakat.
Sosiologi berasal dari kata yunani “Socius” yang berarti kawan atau teman dan “Logos” yang
berarti ilmu pengetahuan. Secara pengertian sosiologi adalah ilmu yang membahas tentang
berbagai aspek dalam masyarakat dan serta pengaruhnya bagi kehidupan manusia. Dalam
artikel yang ditulis oleh Gecko Project yang berjudul “#SaveAru: Pertempuran Panjang
Menuju Kemenangan Gerakan Rakyat” menceritakan tentang gejolak pasang surut
perjuangan masyarakat Aru menolak pembukaan perkebunan tebu yang dinilai akan merusak
tanah adat dan sumber mata pencaharian mereka. Tidak hanya itu, kurangnya perhatian
media, korupnya pemerintahan daerah, dan mulai timbulnya perpecahan di masyarakat pun
menjadi hambatan dalam perjuangan penduduk Aru menolak pembukaan lahan perkebunan
tebu tersebut. Adapun tujuan tulisan ini dibuat adalah untuk mereview artikel “#SaveAru:
Pertempuran Panjang Menuju Kemenangan Gerakan Rakyat” berdasarkan konsep - konsep
sosiologi.
II. PEMBAHASAN
Pada bagian I diceritakan bagaimana pertempuran Aru dimulai, pertempuran besar di
Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku, provinsi di bagian Timur Indonesia itu dimulai dari
seorang pendeta, segelintir mahasiswa, dan pesan yang terdiri dari dua kata pada selembar
poster. Berawal dari seorang mahasiswa bernama Collin Leppuy yang merasa kampungnya
sedang terancam oleh bupati yang korupsi dan menjual wilayah hutan tropis Aru kepada
perusahaan bernama Menara Group untuk dijadikan lumbung gula. Proyek ini mengancam
keberadaan salah satu hutan tropis terbesar dunia, membuat banyak warga kehilangan mata
pencaharian dan persediaan makanan mereka dan mengancam habitat satwa-satwa. Lalu
sekelompok mahasiswa dipimpin Collin, kelompok Jacky dan pendeta membahas cara untuk
melawan prusahaan ekraktif, mereka menuliskan kata “SOS ARU” di sebuah kertas. Dalam
beberapa bulan pesan tersebut menjadi seruan gerakan rakyat di berbagai penjuru dunia dari
semua kalangan. Jika dilihat dari perspective sosiologi yang menjelaskan bagaimana
kekuatan masyarakat dalam membentuk kehidupan individu bahwa segala pilihan yang kita
ambil setiap hari tidak lepas dari kekuatan sosial. C. Wright Mills menyebut sudut pandang
ini sebagai "imajinasi sosiologis," mengklaimnya mengubah masalah pribadi menjadi
masalah public seperti pada kasus Aru, masalah awalnya dimulai dari rasa cemas seorang
mahasiswa akan bupati yang korup dan menjual wilayah Aru lalu masalahnya menyebar ke
berbagai tempat yang akhirnya masalah Aru menjadi masalah publik.
Penyebaran berita tentang masalah Aru ini dapat dilihat dari global perspective dimana
masyarakat di seluruh dunia sudah semakin saling terhubung dengan teknologi baru yang
memungkinkan orang di seluruh dunia untuk berbagi tren populer. Dari kasus Aru juga dapat
dilihat dari theory sosiologi yaitu dengan The Structural-Functional Approach adalah
pendekatan yang melihat masyarakat sebagai sistem kompleks yang bagian-bagiannya
bekerja sama untuk solidaritas dan stabilitas. Yang mana kasus Aru ini melahirkan kelompok
sosial dari kelompok yang kecil menjadi besar, menurut perspective sosiologi kelompok
sosial adalah dua orang atau lebih yang mengidentifikasi dan berinteraksi satu sama lain.
Kelompok utama kecil, pribadi, dan langgeng.Grup sekunder besar, impersonal dan
berorientasi pada tujuan. Adanya kelompok sosial ini memicu gerakan kolektif local, Dalam
kasus Aru Gerakan kolektif masyarakat ditandakan ketika ada massa dan kerusuhan
penduduk membakar kamp perusahaan yang berada di hutan dan aksi solidaritas dengan
menyalakan lilin. Gerakan kolektif local ini berkembang menjadi gerakan yang lebih luas
menjadi perilaku kolektif dari berbagai penjuru dunia akan kesadaran terhapap masalah Aru.
Kasus Aru ini juga dapat dilihat dari Social-Conflict Approach, pendekatan ini melihat
masyarakat sebagai arena ketimpangan yang menimbulkan konflik dan perubahan. Sosiolog
menggunakan pendekatan konflik sosial dengan melihat konflik antara kategori orang yang
dominan dan yang kurang beruntung. Di kasus Aru yang mana perusahaan besar dan
pemerintah yang dominan yang ingin melindungi hak istimewa, mereka dan rakyat adat atau
pemduduk Aru yang kurang beruntung mencoba untuk mempertahankan yang mereka punya
karena mereka menggantungkan hidupnya kepada alam. Pada bagian II ditulis bagaimana
Pemerintah Indonesia telah “men-desa-kan” masyarakat adat yang tinggal secara berpindah-
pindah di dalam kawasan hutan ke desa-desa permanen di sepanjang sungai dan pesisir
seperti pada bagian I dituliskan bagaimana perusahaan bersama para pejabat dan politisi yang
mendukungnya mengutarakan bahwa masyarakat Aru itu terbelakang dan miskin. Dalam
pendekatan sosiologi hal ini dapat dilihat sebagai Prasangka. Prasangka merupakan
generalisasi yang tidak adil terhadap kolompok orang. Teori konflik dalam prasangka
menyatakan bahwa prasangka adalah alat digunakan oleh orang-orang yang berkuasa untuk
membagi dan mengontrol populasi.
Pada buku Macionis, disebutkan model-model masyarakat Karl Marx’s. Dalam model
Society and Production, Marx menjelaskan dalam Sistem ekonomi, sebagian kecil populasi
menjadi kapitalis yaitu orang-orang yang memiliki dan menjalankan pabrik dan bisnis lain
dengan mengejar keuntungan. Seorang kapitalis mencoba mendapatkan keuntungan dengan
menjual produk dengan harga lebih tinggi daripada biaya produksi. Kapitalisme mengubah
sebagian besar penduduk pekerja industry yang disebut Marx sebagai kaum proletar, orang
yang menjual tenaga mereka untuk mendapatkan upah. Dalam kasus Aru dapat dilihat pada
bagian II bahwa rantai perdagangan umumnya dikendalikan para pedagang Dobo dan
perusahaan asing sehingga orang-orang Aru sendiri hanya mendapatkan sedikit sekali
keuntungan. Perusahaan perkebunan mempekerjakan masyarakat setempat sebagai buruh
kasar yang menduduki posisi penting dan strategis justru diisi dari orang-orang luar yang
dianggap lebih terampil sedangkan hutan malah hancur. Marx menjelaskan bahwa untuk
menjaga untung tinggi, kapitalis menjaga upah tetap rendah tetapi pekerja ingin lebih tinggi
upah karena keuntungan dan upah berasal dari kumpulan dana yang sama dan hasilnya adalah
konflik.
Pada bagian III diceritakan bahwa para pendemo terhadap Theddy Tengko kemudian
dialihkan kepada Menara Group. Situasi di Dobo pun kian memanas, jalan-jalan berubah
menjadi lautan masyarakat adat yang turun ke jalan. Jumlah mereka lebih dari seribu orang.
Berbagai slogan perlawanan diteriakan dengan penuh semangat melalui pengeras suara di
depan kantor-kantor pemerintah. Hal tersebut termasuk kedalam perilaku kolektif
masyarakat, dimana salah satu bentuk utama dari perilaku kolektif adalah kerumunan.
Kumpulan orang-orang yang memiliki fokus perhatian yang sama dan saling memengaruhi.
Kerumunan disini adalah demonstrasi masyarakat adat aru yang menolak PT Menara. Selain
itu, disinggung pula mengenai konflik religion yang pernah terjadi di Kepulauan Maluku
pasca-keruntuhan orde baru. Kala itu terjadi pertikaian karena adu domba antara umat
kristiani dan muslim, memakan korban hingga 5.000 orang tewas dan 700.000 orang terpaksa
mengungksi. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan kegiatan kreatif yang melibatkan
kelompok muda karena jika hanya berbicara dengan pendekatan agama, itu tidak menarik.
Masyarakat masih sangat sensitif dan trauma terkait dengan peran agama di dalam konflik.
Pada bagian III juga terdapat pendirian provokator perdamaian yaitu suatu kelompok
yang bertujuan menyebarkan pesan SMS untuk menyanggah rumor yang berpotensi
memperkeruh keadaan. Maka dari itu, dibentuklah suatu kelompok masyarakat yang bertugas
memperluas kerja-kerja aktivis di Aru dengan mempopulerkan tagar #SaveAru di media
sosial, seperti Facebook, Twitter, dan lain-lain. Pada bagian tersebut juga terdapat Sosialisasi
Jacky dan rekan-rekan kepada Yohanes Balubun, Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara
(AMAN) Maluku untuk bertanya-tanya soal apa dan siapa itu Menara Group. Untuk
menelusuri lebih lanjut, dia dibantu oleh Maichel Koipuy, seorang jurnalistik berusia 23
tahun asal Aru yang berbasis di Ambon. Secara hukum, seharusnya Menara Group wajib
melakukan penilaian terhadap dampak perkebunan bagi masyarakat dan lingkungan Aru
sebelum pemerintah kabupaten mengeluarkan izin usaha. Selain itu, perlu dilakukan
konsultasi dengan setiap desa yang bersinggungan dengan proyek, lalu menggabungkan
pandangan-pandangan warga ke dalam dokumen analisis mengenai dampak lingkungan
(amdal). Hal ini terkait kedalam kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitar kemudian
mengenai perspektif atau pandangan warga.
Pada bagian IV protes menentang Menara Group semakin memuncak. Kini, terungkap
bahwa para anggota DPRD itu sesungguhnya telah bertahun-tahun mengetahui rencana
Menara Group. Pada 12 September 2013, masyarakat Aru mengadakan pawai besar yang
memenuhi jalan-jalan di Dobo. Pada tangga gedung DPRD, mereka ritual dengan
menempatkan sasi (semacam larangan adat) persis di depan pintu masuk. Berbagai kegiatan
formal di dalam gedung DPRD pun tidak bisa dilakukan selama tersemat sasi. Menurut
Anatje Siarukin, tetua adat perempuan, seandainya ada yang melintas sasi itu artinya sama
saja dengan menentang perang. Kegiatan tersebut termasuk ke dalam budaya. Dalam buku
Macionis, budaya adalah cara berpikir, cara bertindak, dan materi benda yang bersama-sama
membentuk cara hidup masyarakat. Namun, budaya tersebut termasuk kedalam budaya yang
terlarang atau larangan adat.
Pada bagian tersebut juga diceritakan bahwa para mama-mama mengeluarkan sedikit
uang untuk memberi makan para pengunjuk rasa dan mama-mama bergabung dalam pawai di
Dobo. Anatje mengatakan bahwa kami tahu jika Menara Group datang, generasi masa depan
akan menderita dan kami sepakat bahwa kami harus ikut berjuang. Salah satu dari para tetua
adalah Mama Constanta Labue dengan rambut memutih dan gemar mengunyah sirih-pinang.
Perempuan berusia 63 tahun itu bercerita tentand kejadian saat berhadapan dengan polisi
ketika demo Theddy. Dalam hal ini dapat dilihat sebagai Penuaan dan Lansia. Penuaan dan
Lansia tidak hanya menyelidiki bagaimana orang berubah seiring bertambahnya usia, tetapi
juga berbagai cara masyarakat di seluruh dunia mendefinisikan usia tua.
Pada bagian V artikel save Aru disebutkan bahwa warga Jelia melakukan musyawarah
selama tiga hari dua malam untuk membicarakan mengenai Menara Group yang masuk ke
hutan dan kampung mereka. Setelah mereka bermusyawarah mereka memutuskan berjalan ke
perbatasan desa untuk melakukan sebuah ritual dengan menempatkan sasi persis di tengah
jalan sebagai tanda bahwa perusahaan dilarang melintas. Selain itu, pada bagian VII Jacky
mengatur beberapa tokoh gereja di Jakarta untuk memasang spanduk save Aru karena ia
menyatakan bahwa kampanye save Aru telah menjadi perhatian di kalangan internasional. Ia
berhasil mendapat dukungan dari Gereja Protestan Maluku. Lalu, pengurus gereja
membentuk komite khusus untuk Aru dan memberitahukan kepada para pemimpin paroki di
Aru untuk mendukung kampanye. Para pengurus gereja masuk ke hutan untuk melakukan
sesi gereja yaitu menggunakan jubah hitam dan ikat kepala merah sebagai simbol bahwa
telah siap untuk berperang.
Bahkan, orang tua yang bertelanjang dada dan berikat kepala merah melihat anggota
parlemen yang mabuk sopi (fermentasi air aren yang berkadar alkohol) sebagai bagian dari
ritual. Terdapat beberapa perempuan yang kesurupan bahkan suaranya berubah sehingga
mereka percaya bahwa leluhur telah merasuki dan memerintahkan agar masyarakat
bersumpah untuk melawan Menara Group. Contoh dari beberapa kasus bagian V dan VII
berdasarkan buku Macionis termasuk sosiologi dalam dasar-dasar masyarakat (the
foundations of society) yaitu culture atau budaya karena budaya adalah suatu cara berpikir,
bertindak, dan hidup masyarakat. Pada bagian VI artikel perwakilan masyarakat Aru
berbicara dengan organisasi masyarakat sipil lingkungan terbesar di Indonesia yaitu AMAN
(Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) dan FWI (Forest Watch Indonesia). AMAN dan FWI
memiliki pendanaan internasional dan staf profesional yang berpengalaman dalam advokasi
dan investigasi dan berjanji untuk memperkuat kampanye save Aru. Hal ini termasuk ke
dalam sosiologi (Group and Organizations) yang terdapat dalam buku Macionis dan
termasuk ke dalam organisasi formal karena termasuk ke dalam perusahaan bisnis dan
instansi pemerintah.
Selain itu, pada bagian yang sama terdapat sebuah analisis oleh Global Witness yang
menyatakan bahwa 95 orang di seluruh dunia dibunuh karena memperjuangkan tanah dan
hutan mereka dari perusahaan pada tahun 2013. Kesuburan, kematian, dan migrasi dapat
memengaruhi ukuran populasi masyarakat. Berdasarkan buku Macionis hal ini termasuk
sosiologi (Population, urbanization, and environment). Pada bagian VII Pemkab Kepulauan
Aru mengundang kepala desa Kepulauan Aru untuk menghadiri pertemuan di Gedung Sita
Kena di Dobo pada Maret 2014. Rapat tersebut bertujuan untuk mensosialisasikan Undang-
undang Desa mengenai tata kelola birokrasi desa. Dalam pertemuan tersebut terdapat
beberapa eksekutif Menara Group, jajaran pejabat pemerintah kabupaten, pasukan aparat, staf
Menara Group.Contoh dari kasus ini termasuk ke dalam interaksi sosial dalam kehidupan
sehari-hari (social interaction in everyday life) yang terdapat dalam buku Macionis yaitu
hubungan sosial yang yang melibatkan hubungan antarperorangan, antarkelompok manusia,
dan individu dengan kelompok manusia. Hal ini termasuk ke dalam bentuk sosial Akomodasi
(acomodation) yaitu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak
lawan.
III. PENUTUP
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa fenomena sosial yang ada di
masyarakat seperti pada kasus kepulauan Aru berkaitan dengan nilai-nilai sosiologi. Hal ini
disebabkan karena sosiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari mengenai suatu
struktur sosial, perubahan sosial, institusi sosial, dan kesenjangan sosial yang ada di
masyarakat. Berdasarkan analisis artikel studi kasus Kep Aru menurut konsep-konsep
sosiologi kita dapat melihat dari sudut pandang sosiologi dalam setiap kehidupan sehari-hari.
Dalam kasus Kep Aru lingkungan sebagai isu sosiologi dilihat dari bagaimana beragam
perilaku sosial seperti konflik dan integrasi yang berkaitan dengan perubahan kondisi
lingkungan, adaptasi terhadap perubahan lingkungan, dan adanya pergeseran nilai-nilai sosial
yang merupakan efek dari perubahan lingkungan. Pada akhirnya, apa yang diperjuangkan
masyarakat Kepulauan Aru dalam menghentikan rencana pembangunan kawasan perkebunan
tebu yang diupayakan oleh sebuah konsorsium perusahaan swasta menuai keberhasilan.
Melalui koalisi #SaveAru, perjuangan yang dirintis sejak tahun 2005 mendapatkan hasil
positif pada tahun 2015. Jika Menara Group diizinkan atas perkebunan tebu tersebut untuk
melanjutkan kegiatannya lebih jauh, hal ini akan menyebabkan hilangnya mata pencaharian
tradisional masyarakat adat Aru di wilayah yang bersangkutan dan mengakibatkan kerusakan
besar pada hubungan spiritual antara masyarakat adat Aru serta lingkungannya. Bahkan,
adanya kerugian besar bagi integritas budaya mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Macionis, John J. 2012. Sociology (Volume 14). United State of America: Pearson Education,
Inc.
The Gecko Project. 2020. #SaveAru: Pertempuran Panjang Menuju Kemenangan Gerakan
Rakyat. https://geckoproject.id/savearu-pertempuran-panjang-fd032dfff3f9. (20
November 2020)

Anda mungkin juga menyukai