Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH

DASAR-DASAR ILMU SOSIAL

Dosen Pengampu KB : Dr. Priyono

“KONSEP ANTROPOLOGI DALAM FILM ASIMETRIS”

Oleh:
Rafii’ Ardi Sambodo
2010412160
Hubungan Internasional/D
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAKARTA SELATAN
2020

Pendahuluan
Kebakaran hutan dan lahan terjadi di wilayah Borneo pada tahun 2015. Di
tahun 1996, pemerintah di Kalimantan Tengah membangun sebuah bendungan di
lahan gambut dimana pembangunan tersebut terbengkalai dan menyebabkan hutan
gundul yang menjadi penyebab kebakaran hutan dan kabut asap di wilayah
tersebut. Maraknya pembukaan hutan atau deforestasi dapat menyebabkan
kejadian yang merugikan itu. Ada juga kaitannya antara industri perkebunan
dengan kebakaran itu. Menurut Bank Dunia wilayah hutan yang terbakar paling
banyak berada pada perkebunan sawit. Tanaman sawit merupakan bahan pokok
penting bagi pembuatan produk untuk kehidupan sehari-hari. Banyak dari
perusahaan domestik maupun asing yang mengambil alih perkebunan kelapa sawit
untuk keperluan mereka.
Akibat dari penguasaan tanah perkebunan itulah banyak terjadi masalah
dari segala bidang, yakni masalah dari kesehatan, sosial, ekonomi dan budaya.
Dengan
pemberian izin yang tidak mengindahkan masalah lingkungan sekitar dapat
menimbulkan masalah baru yang menjadi bencana nasional.
Selain masalah ketimpangan kepemilikan tanah yang ada di sana juga
adanya
pengambilan/penyerobotan (land grabing) lahan yang dilakukan oleh pihak PT
perkebunan kelapa sawit sehingga menimbulkan masalah. Dalam penegakan
pelanggaran ketimpangan dan penyerobotan tanah ini sangat sulit dilakukan.
Adanya aparat yang berwajib yang telah ikut andil dalam terjadinya masalah ini.
Mulai dari pemberian izin yang tidak mengindahkan tata ruang yang ada dan
merusak hutan, serta proyek irigasi untuk mengairi proyek 1 juta sawah juga pun
rusak.

Konsep Antropologi
Terdapat tujuh macam konsep dalam antropologi:
1. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan sikap atau tindakan masyarakat dalam menjalani
kehidupannya sehari-hari. Kebudayaan berisi contoh pengetahuan selektif yang
dapat digunakan dalam lingkungan yang dihadapi. Kebudayaan memiliki ciri
tertentu, yaitu: beragam, dapat dijadikan pembelajaran, bersifat dinamis, bernilai
relatif, dan sebagai integrasi suatu bangsa.
2. Enkulturasi
Enkulurasi merupakan proses dimana individu dapat belajar tentang peran
kebudayaan dalam masyarakatnya. Dipelajari dan disesuaikan dengan pemikiran
yang sesuai dengan sistem adat, norma, dan aturan yang ada dalam
kebudayaannya. Dikenalkan sejak dini supaya anak dapat terbiasa dengan
enkulturasi ini.
3. Alkulturasi
Alkulturasi merupakan proses percampuran dua kebudayaan atau
pertukaran antara dua kebudayaan yang saling berinteraksi. Dilakukan dengan
memadukan budaya yang menghasilkan budaya baru tanpa hilang budaya aslinya.
4. Etnosentrisme
Etnosentrisme merupakan sikap kelompok dalam masyarakat yang
cenderung menganggap budayanya sendiri lebih unggul dari yang lainnya. Dalam
hal ini menganggap rendah kebudayaan orang lain dan membanggakan budaya
sendiri.
5. Tradisi
Tradisi merupakan sikap atau kepercayaan yang sudah lama menjadi dari
bagian suatu kelompok dan diwariskan kepada keturunannya. Sikap dan
kepercayaan itu telah ada dari zaman terdahulu.
6. Ras dan Etnik
Ras merupakan kelompok manusia yang memiki kesamaan serta tujuan
tertentu, sedangkan etnik merupakan sekumpulan manusia dalam suatu kelompok
dengan nilai-nilai sosial, identitas, dan unsur budaya yang sama.
7. Relativitas Budaya
Relativitas budaya merupakan kondisi sikap dalam suatu budaya yang
dipandang abnormal dengan budaya lainnya. Dengan memperhatikan ciri yang
tidak muncul pada kebudayaan lainnya.

Penelaahan Film Asimetris menurut Konsep Antropologi


Menurut film “Asimetris” yang mengambil latar di Sumatera dan
Kalimantan memiliki ras dan suku (etnik) yang sangat berbeda. Pada kalimantan
sendiri, suku yang mendiami wilayah tersebut, yaitu suku Dayak dan suku Banjar.
Sedangkan di wilayah Sumatera suku yang mendiami wilayah tersebut, yaitu suku
Melayu dan Jawa.
Pada film tersebut juga dijelaskan mengenai tradisi yang dikaitkannya
dengan tradisi yang ada di wilayah Papua. Tradisi di Papua yang dijelaskan yaitu
mereka masih mengonsumsi sagu sebagai bahan pokok makanan yang setiap hari
dikonsumsi. Tradisi tersebut masih ada hingga sekarang dan dilestarikan kepada
keturunan mereka.

Penutup
Dari kesimpulan film “Asimetris” itu, kita dapat mengetahui bahwa
banyak dari warga yang mengurus perkebunan sawit namun hasilnya tidak untuk
mereka. Hasil yang didapat tersebut diambil alih oleh pengusaha maupun grup
internasional lain. Dari kejadian itu timbul pelanggaran HAM yang dihiraukan
oleh pemerintah dan pengusaha.
Alih fungsi lahan pun tidak dapat dihindarkan. Kelapa sawit memberikan
dampak tidak langsung kepada masyarakat dan kepada alam. Tidak dipungkiri
lagi bahwa perkebunan kelapa sawit di Indonesia sebagai penopang ekonomi
negara. Karena banyaknya kegunaan dari kelapa sawit itu sendiri. Namun tidak
hanya keuntungan yang diperoleh namun kerugian yang diakibatkan dari
perkebunan kelapa sawit itu sendiri bagi suatu negara atau wilayah penanaman
perkebunan kelapa sawit itu sendiri. Di Indonesia terdapat 25 PT atau perkebunan
yang bergerak di perkebunan kelapa sawit. Seluas 11 juta hektar atau sama dengan
luas pulau jawa untuk pendirian perkebunan kelapa sawit. Lahan perkebunan
sendiri hasil dari lahan gambut dan hutan yang digunakan untuk perkebunan. Pada
tanaman sawit juga dapat merusak lingkungan karena tanaman sawit
membutuhkan air tanah yang sangat banyak, hal ini dapat menguras air tanah yang
ada sehingga menimbulkan kekeringan.
Jika lahan gambut yang seharusnya dapat menyimpan cadangan air telah
diubah menjadi perkebunan sawit. Jika musim kemarau lahan ini mudah terbakar
dan jika musim hujan tidak ada lagi yang menahan air lagi sehingga dapat
menimbulkan banjir. Sehingga jika terdapat lahan perkebunan sawit yang
melebihi batas kemampuan tanah dan dapat menimbulkan bencana alam yang
diakibatkan oleh ulah manusia. Terdapat juga ketimpangan penguasaan tanah
yakni antara kawasan perkebunan yang dikelola oleh PT dan perkebunan yang
dikelola oleh masyarakat.
Masalah tersebut telah menjadi perhatian serius oleh pemerintah sehingga
adanya program landre form. Program landre form dapat dijalankan dengan
koordinasi pemda setempat serta instansi terkait. Namun dengan adanya masalah
diatas yakni adanya pelanggaran terhadap pembuatan izin serta penegak hukum
yang ada didalamnya juga mengambil andil yang besar, maka program ini tidak
akan terealisasi dan berakibat kepada masyarakat Indonesia. Pemerintah
seharusnya dalam pembuatan kebijakan harus mementingkan kesejahteraan
masyarakat sehingga dapat sesuai dengan tujuan negara yakni kesejahteraan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai