Anda di halaman 1dari 12

KONSTRUKSI KESETARAAN GENDER DALAM FILM EMPU

“Sugar on The Weaver’s Chair”


Karya Harvan Agustriansyah
( Sebuah Analisis Framing Menurut Model Robert Entman )

Oleh

Benyamin O. Baba

Email: bababen4417@gmail.com

ABSTRAK

BENYAMIN O. BABA (1303052087) “Konstruksi Kesetaraan Gender dalam Film Empu


“Sugar on The Weaver’s Chair” karya Harvan Agustriyansyah”. Dibimbing oleh : Dr.
Yeremia Djeffri Manafe, S.Sos, M.Si dan Yohanes K. N. Liliweri, S. Sn., M.Sn. terdiri dari
78 halaman, referensi 23 buku, referensi ilmiah 3, dan 7 alamat situs internet.
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan mendeskripsikan konstruksi kesetaraan gender
yang terkandung dalam film Empu “Sugar on The Weaver’s Chair”. Tipe penelitian ini ialah
deskriptif-kualitatif. Film ini merupakan film yang diangkat dari kisah nyata tentang kekuatan
perempuan tanpa menggeser posisi laki-laki dalam kehidupan sosial. Ada tiga (3) tokoh utama
dalam film ini yaitu: Sutringah di Banyumas, Yati di Klaten, dan Maria di Kefamenanu. Film ini
dianalisis menggunakan metode analisis framing menurut Robert N. Entman dengan
menggunakan 4 perangkat framing Entman yaitu, Pendefinisan masalah dalam film Empu berasal
dari tradisi yang masih berlaku dalam lingkungan sosial masyarakat. Dimana memperkirakan
masalah atau sumber masalah muncul dari pola pikir dan sikap laki-laki dan orang tua sebagai
pihak yang tidak peka terhadap kemampuan dan posisi perempuan. Sehingga Keputusan harus
dibuat oleh perempuan itu sendiri untuk memaksimalkan penerimaan dan kesempatan dari
lingkungan, dengan Menekankan Penyelesaian pada upaya membangun komunikasi yang efektif
dan, di lain sisi diberikan kesempatan untuk membuktikan diri. Hasil penelitian menunjukan
bahwa dalam film Empu “Sugar on The Weaver’s Chair terdapat isu kesetaraan gender yang
ditonjolkan pada segmen realitas tertentu, didasarkan pada hasil analisis Framing Entman dengan
menelaah scene-scene yang dipilih peneliti.

Kata kunci : Framing, Film Empu, Robert N. Entman, Kesetaraan Gender, Konstruksi
Realitas
PENDAHULUAN Sutringah (Annisa Hertami) harus
menjadi penopang keluarga ketika
Film merupakan salah satu media
suaminya, penderes nira kelapa, lumpuh
hiburan yang paling diminati oleh
setelah jatuh dari atas pohon kelapa.
masyarakat dari berbagai golongan usia.
Pilihannya adalah bekerja untuk
Sebabnya dalam film disajikan banyak
kelangsungan hidup atau menuruti kata
cerita, mulai cerita anak – anak sampai cerita
suami. Sedangkan Yati (Tiara Arianggi),
yang khusus dikonsumsi oleh orang dewasa.
seorang perempuan difabel, berjuang
Film juga adalah sebagai salah satu media
membuktikan kemampuan dirinya dalam
massa, dimana lewat film informasi dapat
bidang tenun lurik di tengah cibiran dan
dikonsumsi dengan lebih mendalam, sebab
cemooh orang di sekelilingnya, termasuk
sifatnya yang audio visual. Dalam film juga
dari ayahnya sendiri. Sementara itu, Maria
terkandung fungsi informatif, edukatif dan
(Putry Moruk) yang bersama kumpulan
persuasif. Fungsi-fungsi ini akan berjalan
janda lain bertekad melestarikan tenun
dengan
Biboki melalui regenerasi penenun di tengah
baik, karena film memiliki
sengketa lahan rumah tenun tempat mereka
karakteristik yang berbeda jika
berkreasi.
dibandingkan dengan media massa lainnya.
Ketiganya memiliki tantangan dalam
(Trianton, 2013:21). Oleh karenanya selain
kesetaraan, hak dan tradisi, dan ingin
sebagai sarana hiburan dan hobi, film juga
mengubahnya menjadi sebuah kekuatan
merupakan saluran berbagai macam
bagi hidup mereka. Dengan cara yang
gagasan, ide, konsep yang memiliki
sederhana tanpa harus merendahkan pihak
dampaknya sendiri bagi penontonnya.
lain, Sutringah, Yati dan Maria mampu
Film Empu - Sugar on The Weaver’s
menemukan jalan keluarnya.
Chair merupakan karya Harvan
Film ini juga memperlihatkan bahwa
Agustriyansyah yang diambil berdasarkan
perempuan sebagai sosok yang lembut juga
kisah nyata. Film ini berkisah tentang
memiliki peranan penting meski dalam
kekuatan perempuan tanpa menggeser
keseharian dianggap sepele. Bagaimana cara
posisi laki-laki dalam kehidupan sosial. Ada
mereka menempatkan diri, berperilaku,
tiga (3) tokoh utama dalam film ini yaitu:
bertindak dalam menghadapi beragam
Sutringah di Banyumas, Yati di Klaten, dan
situasi dijelaskan dengan sederhana dan
Maria di Kefamenanu.
tegas. Berdasarkan uraian tersebut, terdapat lebih tepat lagi gambar yang bergerak.
alasan peneliti memilih film Empu sebagai Dalam bahasa Indonesia, dahulu dikenal
objek kajian peneliti dan perempuan sebagai istilah gambar hidup, dan memang
sasarannya. Dan untuk menganalisis film gerakan itulah yang merupakan unsur
ini, peneliti menggunakan pendekatan pemberi “hidup” kepada suatu gambar
framing dari Robert N. Entman yang lebih (1982:58). Jadi film adalah gambar yang
fokus kepada kesetaraan gender dengan bergerak atau lebih tepatnya kumpulan
melihat konstruksi gender yang dibangun dari beberapa gambar yang bergerak.
dalam film. Hafied Cangara mendefinisikan dalam
Film adalah karya sastra yang sudah pengertian sempit adalah penyajian
divisualisasikan, sehingga sebuah film dapat gambar lewat layar lebar, tetapi dalam
juga dijadikan objek penelitian, baik kisah pengertian yang lebih luas bisa juga
nyata maupun filmnya langsung. Bahkan, termasuk yang disiarkan di televisi. Di
sinergitas pemisualisasian kisah nyata ke Indonesia, pengertian film dapat dirujuk
film pun, baik melalui kajian script atau dari pendefinisian untuk tujuan hukum,
aspek visual dan teknis produksinya, sebagaimana tercantum dalam Undang-
termasuk langsung mengkomparasikan undang No. 8 tahun 1992 tentang
antara kisah nyata dengan filmnya, dapat Perfilman.
dijadikan objek penelitian. Berkaitan Dari segi durasi waktu, film dibagi
dengan kisah perempuan yang dialami oleh menjadi dua yaitu Film Pendek, biasanya
beberapa tokoh didalamnya, peneliti tertarik di bawah 60 menit, dan Film Panjang
membahas Konstruksi Kesetaraan dengan durasi lebih dari 60 menit,
Gender Dalam Film Empu “Sugar on the lazimnya berdurasi 90 – 100 menit. Film
Weaver’s Chair” Karya Harvan yang diputar dibioskop umumnya
Agustriansyah (Sebuah Analisis Framing termasuk dalam kelompok ini, termasuk
Menurut Model Robert Entman). film Empu - Sugar on The Weaver’s
Chair.
KAJIAN KONSEPTIAL GENRE FILM
PENGERTIAN FILM Sumarno dalam Liliweri (2014)
Menurut Dr. Phil. Astrid S. menggolongkan film ke dalam dua
Susanto, esensi film adalah gerakan atau pembagian dasar, yaitu, film cerita dan
non-cerita. Pendapat lain Konstruksi realitas sosial dipahami
menggolongkan menjadi film fiksi dan bahwa dunia sosial adalah produk
non-fiksi. manusia. Ia adalah konstruksi manusia
Genre Film dapat dikategorikan sebagai itu sendiri dan bukan merupakan sesuatu
berikut: yang terjadi begitu saja tanpa melalui
1) Film Horror proses. Konstruksi sosial atas realitas
2) Film Drama menggambarkan proses sosial melalui
3) Film Romantis tindakan dan interaksinya, yang mana
4) Film Drama Keluarga individu menciptakan secara terus
5) Film Kolosal menerus suatu realitas yang dimiliki dan
6) Film Thriller dialami bersama secara subyektif. Film
7) Film Fantasi sebagai media yang mengkonstruksi
8) Film Komedi realitas, mewakili realitas kelompok
9) Film Misteri tertentu baik khayalan maupun realitas
10) Film Action/ Laga dalam arti sebenarnya. Media berperan
11) Sci – Fi (Science Fiction) besar sebagai alat konstruksi pesan.
12) Film Animasi/ Kartun Begitu pula, dengan film yang termasuk
13) Film Dokumenter dalam media massa. Sebagai representasi
FILM SEBAGAI KONSTRUKSI dari realitas, film membentuk dan
REALITAS menghadirkan kembali realitas
Dalam pandangan paradigma berdasarkan kode-kode, konvensi dan
definisi sosial, realitas adalah hasil ideologi dari kebudayaan sang pembuat
ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan film. Dan semua itu konstruksi dari
konstruksi sosial di sekelilingnya. Dunia sebuah film. Setiap orang memiliki cara
sosial itu dimaksud sebagai yang disebut tersendiri bagiamana mengkonstruksi
oleh George Simmel dalam Bungin sebuah realitas yang ditampilkan dalam
(2006: 201), bahwa realitas dunia sosial sebuah film (Siagian, 2006:17).
itu berdiri sendiri di luar individu, yang Berger dan Luckmann
menurut kesan kita bahwa realitas itu berpandangan bahwa realitas tidak
“ada” dalam diri sendiri dan hukum yang dibentuk secara ilmu, juga tidak
menguasainya. diturunkan oleh Tuhan. Sebaliknya,
realitas itu dibentuk dan dikonstruksi terhadap sebuah peristiwa. Framing
manusia. Pemahaman itu menyiratkan merupakan metode penyajian realitas.
bahwa realitas berpotensi berwajah Kebenaran tentang suatu kejadian
ganda, plural dan dinamis. Setiap orang tidak diingkari secara total, melainkan
bisa mempunyai konstruksi yang dibelokkan secara halus, dengan
berbeda-beda atas suatu realitas. Setiap memberikan penonjolan pada aspek
orang yang mempunyai pengalaman, tertentu. Secara teoritis, sejumlah pakar
preferensi, tingkat pendidikan, yang mengemukakan teori atau model
lingkungan atau pergaulan sosial tertentu framing antara lain Murray Edelman,
akan menafsirkan atau memaknakan Robert N. Entman, William A. Gamson,
realitas berdasarkan konstruksi-nya serta Zhongdang Pan dan Gerald M.
masing-masing. Kosicki. Framing di definisikan sebagai
Dalam hal ini konstruksi realitas proses membuat suatu pesan lebih
sosial yang akan peneliti analisis adalah menonjol, menempatkan informasi lebih
konstruksi film Empu mengenai isu daripada yang lain sehingga khalayak
kesetaraan gender. Dampak konstruksi lebih tertuju pada pesan tersebut. Maka,
sosial tentang perempuan menjadi salah dengan framing ini, peristiwa yang sama
satu realitas yang juga dikonstruksi bisa menghasilkan berita dan presepsi
dalam film Empu. yang berbeda. Framing umumnya
FRAMING DALAM FILM ditandai dengan menonjolkan aspek
Secara harafiah, framing adalah tertentu dari realitas. (Eriyanto, 2002).
pembingkaian yang berasal dari kata Dalam hal ini framing merupakan
frame yang artinya bingkai. Framing penyusunan suatu peristiwa yang
merupakan bagian dari strategi bertujuan membentuk opini atau presepsi
komunikasi media atau komunikasi tersendiri. Dalam konteks film, framing
jurnalistik. Pengertian praktisnya, (pembingkaian) sangat
framing adalah menyusun atau mempertimbangkan beberapa aspek yang
mengemas informasi tentang suatu sangat berpengaruh pada emosi dan
peristiwa dengan misi pembentukan motivasi yang dituju oleh pembuat film.
opini atau menggiring presepsi publik
ANALISIS FRAMING ROBERT N. Dalam penelitian ini perangkat
ENTMAN framing yang digunakan adalah
Menurut Peter L. Berger dan perangkat framing dari Robert N.
Thomas Luckman, dalam menjelaskan Entman. Entman adalah salah seorang
paradigma konstruktivis bahwa realitas ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi
sosial merupakan konstruksi sosial yang analisis framing untuk studi isi media.
diciptakan oleh individu. Individu adalah Konsep framing oleh Entman digunakan
manusia yang bebas yang melakukan untuk menggambarkan proses seleksi dan
hubungan antara manusia yang satu menonjolkan aspek tertentu dari realitas
dengan yang lain. Individu menjadi yang dibangun oleh media massa.
penentu dalam dunia sosial yang Framing dapat dipandang sebagai
dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. penempatan informasi-informasi dalam
Individu bukanlah korban fakta sosial, konteks yang khas, sehingga isu tertentu
namun sebagai media produksi sekaligus mendapatkan alokasi lebih besar
reproduksi yang kreatif dalam daripada isu yang lain (Eriyanto. 2002).
mengkonstruksi dunia sosialnya Robert N. Entman adalah salah
(Basrowi dan Sukidin, 2002: 194). Dalam seorang ahli yang meletakkan dasar-
pandangan konstruksionis, media dasar bagi analisis framing untuk studi isi
bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia media. Pembahasan utama framing dari
menjadi subjek yang mengkonstruksi Entman adalah soal penyeleksian isu dan
realitas, lengkap dengan pandangan, bias, penonjolan isu.
dan pemihakannya. Lewat berbagai Selain itu, framing juga memberi
instrumen yang dimilikinya, media ikut tekanan lebih pada bagaimana teks
membentuk realitas yang tersaji dalam komunikasi ditampilkan dan bagian
pemberitaan (Eriyanto. 2002). Media mana yang ditonjolkan atau di anggap
memilih realitas mana yang diambil dan penting oleh pembuat teks. Dengan
mana yang tidak diambil. Media bukan bentuk seperti itu, sebuah gagasan atau
hanya memilih peristiwa dan informasi lebih mudah terlihat, lebih
menentukan sumber berita, melainkan mudah diperhatikan, diingat, dan
juga berperan dalam mendefinisikan ditafsirkan karena berhubungan dengan
aktor dan peristiwa (Eriyanto. 2002). skema pandangan khalayak. Dalam
konsepsi Entman, framing pada dasarnya dikehendaki oleh wartawan, jalan
merujuk pada pemberian definisi, apa yang dipilih untuk
penjelasan, evaluasi dan rekomendasi menyelesaikan masalah, dan
dalam suatu wacana untuk menekankan penyelesaian itu tergantung kepada
kerangka berpikir tertentu terhadap bagaimana peristiwa itu dilihat dan
peristiwa yang diwacanakan (Eriyanto; siapa yang dipandang sebagai
2002). penyebab masalah (Eriyanto. 2002:
a) Define Problems (Pendefinisan 225 -227).
masalah) adalah elemen pertama Dalam penelitian ini, tujuan
yang dapat dilihat mengenai peneliti menggunakan analisis framing
framing, elemen ini merupakan model Robert Entman karena peneliti
master frame atau bingkai yang menganggap film Empu memiliki
paling utama dan menekankan karakteristik dari keempat perangkat
bagaimana peristiwa dipahami oleh Entman dan peneliti sudah melakukan
wartawan. pra-riset sendiri sebelum memulai
b) Diagnose causes (memperkirakan penelitian ini. Peneliti juga menilai
penyebab masalah) merupakan bahwa analisis framing model Robert
elemen framing untuk membingkai Entman lebih ringkas dan relevan untuk
siapa yang dianggap sebagai actor digunakan dalam menganalisis film
dari suatu peristiwa, penyebab disini Empu.
bisa berarti apa (what), tetapi bisa KESETARAAN GENDER
juga siapa (who). Kesetaraan gender merupakan
c) Make moral judgment (membuat suatu usaha di mana perempuan berjuang
keputusan moral) adalah elemen untuk menyetarakan hak – hak mereka
framing yang dipakai untuk agar dapat berkarya seperti laki – laki.
membenarkan atau memberi Definisi dari USAID menyebutkan
argumentasi pada pendefinisian bahwa “Gender Equality permits women
masalah yang sudah dibuat. and men equal enjoyment of human
d) Treatment recommendation rights, socially valued goods,
(menekankan penyelesaian), elemen opportunities, resources and the benefits
ini dipakai untuk menilai apa yang from development results (kesetaraan
gender memberi kesempatan baik pada dirugikan, siapa yang menindas dan siapa
perempuan maupun laki-laki untuk yang tertindas, kebijakan yang didukung
secara setara/sama/sebanding menikmati atau kebijakan yang tidak didukung
hak-haknya sebagai manusia, secara (Eriyanto. 2002).
sosial mempunyai benda-benda, Model analisis framing Robert N
kesempatan, sumber daya dan menikmati Entman menggunakan empat (4) Perangkat
manfaat dari hasil pembangunan). framing, yang merujuk pada pemberian
Kesetaraan gender merupakan sebuah definisi, penjelasan, evaluasi, dan
gerakan mutual atau bersifat saling rekomendasi dalam suatu wacana untuk
menguntungkan karena gerakan ini tidak menekankan kerangka fikir tertentu
hanya memperhatikan salah satu gender terhadap peristiwa yang direncanakan.
saja tetapi juga kedua gender. OBJEK DAN WAKTU PENELITIAN
Objek dari penelitian ini adalah
METODOLOGI PENELITIAN beberapa scene dari tiga (3) cerita dalam
JENIS PENELITIAN film Empu, yang disertai dengan dialog dan
Penggunaan metode analisis framing adegan lain yang mengandung representasi
Robert Entman bertujuan untuk melihat kesetaraan gender. Penelitian dilaksanakan
bagaimana media mengkonstruksi realitas selama empat minggu dari tanggal 24
dan untuk melihat bagaimana sebuah isu November 2019 – 10 Desember 2019.
atau peristiwa sosial difahami dan dibingkai JENIS DAN SUMBER DATA
oleh media. Analisis framing cocok 1. Data Primer
digunakan untuk melihat konteks sosial Data primer yang berupa softcopy
budaya suatu wacana khususnya antara film Empu berdurasi 60 menit, yang
berita dan ideologi, yaitu proses atau memiliki subtitle atau teks dalam bahasa
mekanisme mengenai bagaimana berita Inggris.
membangun, mempertahankan, 2. Data Sekunder
mereproduksi, mengubah dan meruntuhkan Data sekunder yang berupa
ideologi. Analisis framing digunakan untuk dokumen tertulis yaitu kepustakaan atau
melihat siapa mengendalikan siapa dalam buku, artikel-artikel yang berasal dari
suatu struktur kekuasaan, pihak mana yang internet serta sumber-sumber berita lain
diuntungkan dan pihak mana yang
yang mendukung data dan relevan keputusan moral) lalu treatment
terhadap penelitian ini. recommendation (menekankan
TEKNIK PENGUMPULAN DATA penyelesaian).
Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan metode dokumentasi yakni dengan PEMBAHASAN HASIL
mengumpulkan data berupa tangkapan layar Setelah Peneliti mengamati,
sejumlah scene dari rekaman film Empu. melihat, dan mendengar elemen-elemen
Setelah data dokumentasi terkumpul, film yang ada dalam film Empu akhirnya
kemudian dilakukan metode observasi dan peneliti menemukan data berupa
deskripsi yang instrumennya digunakan dari pemilihan shot, adegan, dialog dan
panduan pengamatan yang diambil dari keterangan yang terkait dengan masalah
pembatasan masalah, tujuan penelitian, dan yang di angkat dalam penelitian ini.
ditinjau dari kajian teoritik dan konsep Temuan data yang disajikan sebelumnya
sebagai pedoman serta lembar pengamatan kemudian dibagi menjadi tiga (3) frame
untuk mencatat hasil pengamatan. analisis, sebab film Empu dibangun
TEKNIK ANALISIS DATA berdasarkan (3) tiga karakter utama
Teknik analisis data dalam penelitian dengan alur cerita yang berbeda. Setelah
ini dimulai dengan proses pengumpulan data itu kemudian penelitian melakukan
dari film Empu mengenai kesetaraan gender, analisis dianalisis menggunakan 4
tepatnya di 3 lokasi berbeda yaitu perangkat framing model Entman yang
Banyumas, Klaten dan Kefamenanu. Untuk mencakup Define Problems, Diagnose
membaca bingkai dari setiap konstruksi Causes, Make Moral Judgement,
kesetaraan gender oleh Harvan dalam Film Treatment Recommendation.
Empu maka metode analisis yang Penelitian ini menunjukan
digunakan ialah framing dari Robert N bagaimana sebuah isu kesetaraan gender
Entman, yang dimana dalam metode ini dikonstruksi dengan cerita yang berbeda
konstruksi kesetaraan gender ditemukan oleh pembuatnya. Tampak meskipun
dengan empat cara yakni define problem terdapat persamaan isu yang diangkat,
(pendefinisian masalah), diagnose causes namun film Empu menyajikannya dengan
(memperkirakan masalah atau sumber tiga cerita kasus yang berbeda-beda.
masalah), make moral judgement (membuat Sutringah dengan masalah sikap dan pola
pikir suami serta kondisi ekonomi PENUTUP
keluarganya, Maria dengan masalah KESIMPULAN
hukum yang membelit usaha melestarikan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian
tradisi tenun, dan Yati yang belum bisa di atas, untuk menjawab tujuan dari penelitian
berinovasi karena terjebak dalam tradisi yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan
warisan keluarga. sebagai berikut:
Hasilnya Film Empu secara tidak
1. Penelitian ini menunjukan bagaimana
langsung tampak ingin memberikan
sebuah isu kesetaraan gender
gambaran mengenai isu kesetaraan gender
dikonstruksi dengan cerita yang
yang terjadi di berbagai keadaan, yaitu
berbeda oleh pembuatnya. Tampak
Keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
meskipun terdapat kesamaan isu,
pekerjaan dan lingkungan sosial
namun film Empu menyajikannya
masyarakat. Gambaran ini menurut
dengan tiga cerita kasus yang berbeda-
peneliti cukup bisa mengkonstruksi posisi
beda. Kesetaraan gender
perempuan dalam menghadapi situasi
direpresentasikan oleh tradisi,
sosial, ekonomi dan hukum yang ternyata
penampilan, lingkungan dan perilaku.
bisa setara, jika perempuan itu mau untuk
Lingkungan mengasumsikan mereka
bersikap dan berpendapat, bahkan
dibelenggu dan dibungkam, terlihat
melawan tradisi tanpa
dari Sutringah dengan masalah sikap
mengesampingkannya secara mutlak.
dan pola pikir suami serta kondisi
Selain itu, melalui adegan-adegan dan
ekonomi keluarganya, Maria dengan
dialog tertentu dalam setiap cerita yang
masalah hukum yang membelit usaha
digambarkan film Empu, ada upaya ingin
melestarikan tradisi tenun, dan Yati
memberikan efek berupa influence atau
yang belum bisa berinovasi karena
pengaruh serta contoh kasus sebuah
terjebak dalam tradisi warisan
tindakan yang dinilai baik dan buruk.
keluarga.
2. Adanya efek berupa influence atau
pengaruh dari tindakan yang dinilai
baik dan buruk pada Film Empu, Hal
tersebut terlihat dari adanya proses
perubahan pola pikir dan perilaku
masyarakat tentang perempuan, bisa mencoba mencari tahu tentang
tanggung jawab, serta adanya semiotika teater dan drama atau
perubahan serta inovasi yang terjadi semiotika visual.
dalam kehidupan keluarga, yang
dirangkum dari 3 cerita kasus tersebut.

SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan pada Film Empu - Sugar on The
Weaver’s Chair, maka ada beberapa saran yang
dapat menjadi masukan untuk berbagai pihak
yakni :
Saran Akademis
1. Bagi calon peneliti yang ingin
melanjutkan penelitian terhadap film ini
dari perspektif yang berbeda dengan
analisis semiotika yang lain seperti
Roland Barthes atau Ferdinand
Saussure.
2. Bagi mahasiswa jurusan Ilmu
Komunikasi, Universitas Nusa Cendana
Kupang untuk menambah wawasan
mengenai studi semiotika.

Saran Praktis
1. Bagi calon peneliti yang ingin meneliti
tentang film agar memilih film yang
tidak hanya kuat dari aspek teknis tetapi
juga plot serta mencari film dengan
gambar HD agar lebih jelas gambarnya.
2. Bagi pembaca yang tertarik dengan
penelitian analisis semiotika pada film
DAFTAR PUSTAKA Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial
Lainnya. Jakarta: Kencana
Arikunto, S. 2006. Metodologi Penelitian. _______. 2012. Analisis Framing:
Yogyakarta: Bina Aksara Konstruksi, Ideologi dan Politik
Basrowi dan Sadikin, Metode Penelitian Media. Yogyakarta: PT LKiS
Perspektif Mikro: Grounded Printing Cemerlang.
theory, Fenomenologi, Hamad, Ibnu. 2004. Kostruksi Realitas
Etnometodologi, Etnografi, Politik dalam Media Massa.
Dramaturgi, Interaksi Simbolik, Jakarta: Garanit.
Hermeneutik, Konstruksi Sosial, Liliweri, Alo. 2014. Pengantar Studi
Analisis Wacana, dan Metodologi Kebudayaan. Bandung: Nusa Media
Refleksi (Surabaya: Insan Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks Media :
Cendekia, 2002) Suatu Pengantar untuk Analisis
_______. 2002. Analisis Framing. Wacana, Analisis Semiotik dan
Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Analisis Framing. Bandung:
Aksara. Remaja Rosdakarya.
_______. 2011. Analisis Isi: Pengantar
Metodologi untuk Penelitian Ilmu

Anda mungkin juga menyukai