Oleh :
VALERIA PRAMITA
512.107
1
Kata Pengantar
Bismillahirrahmaanirrahim
Puji dan Syukur hanya milik Allah SWT. semata, maka dari itu marilah kita sama
sama memuji dan bersyukur atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sehingga
buku kumpulan makalah Psikologi Sosial II ini dapat diselesaikan.
Salawat dan salam untuk penghulu dari segala nabi, yaitu Nabi Muhammad Saw yang
telah memotivasi manusia agar menuntut dan menggembangkan ilmu pengetahuan
dengan jalan membaca sebagaimana yang terdapat pada surah al Alaq ayat 1 5.
Buku kumpulan makalah Psikologi Sosial ini disusun untuk memenuhi tugas akhir
mata kuliah yang bersangkutan dan juga untuk dijadikan bahan bacaan bagi individu yang
membutuhkan.
Dengan adanya resume akhir dari pembelajaran mata kuliah Psikologi Sosial ini,
mudah mudahan dapat memberikan kontribusi dan kiat yang gigih bagi teman teman.
Valeria Pramita
2
DAFTAR ISI
KATA PEGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........ii
PEMBAHASAN
A. GRANDS THEORIES........................................................................................................1
A. Teori Behavioristik.........................................................................................................2
B. Teori Kognitif.................................................................................................................3
C. Teori Medan...................................................................................................................5
D. Role Theory....................................................................................................................7
B. DERIVATIF THEORY....................................................................................................11
A. Definisi Hubungan.......................................................................................................32
B. Daya Sosial...................................................................................................................33
C. Pengungkapan Diri.......................................................................................................35
D. Cinta.............................................................................................................................37
3
III. PERILAKU SOSIAL..........................................44
A. Prososial.......................................................................................................................49
B. Altruisme......................................................................................................................53
C. Agresifitas....................................................................................................................54
D. Perilaku Sosial Dalam Pandangan Ajaran Islam..........................................................56
A. Kekuatan Sosial............................................................................................................61
B. Konformitas..................................................................................................................62
C. Ketaatan Dan Kepatuhan..............................................................................................63
V. PERILAKU KELOMPOK.......................................................67
A. Jenis Kelamin...............................................................................................................84
B. Perilaku Sosial Pria Dan Wanita..................................................................................85
C. Jenis Kelamin Dan Perubahan Peran............................................................................86
D. Gender Dalam Islam.....................................................................................................88
4
C. Individualisme Dan Kolektifitas................................................................................108
A. Bentuk Prasangka.......................................................................................................174
B. Faktor Yang Mempengaruhi Prasangka...........................................................................
C. Konsekuensi Prasangka....................................................................................................
5
A. Jenis / Bentuk Kejahatan............................................................................................183
B. Penyebab Kejahatan..................................................................................................188
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................193
A. GRANDS THEORIES
6
PETA KONSEP
GRAND THEORY
Berkaitan dengan
Bagaimana Peran Individu.
perilaku
seseorang
mempengaruhi
Lingkungannya.
7
PEMBAHASAN
Grand theory adalah setiap teori yang dicoba dari penjelasan keseluruhan dari
kehidupan sosial, sejarah, atau pengalaman manusia. Pada dasarnya berlawanan
dengan empirisme, positivisme atau pandangan bahwa pengertian hanya mungkin
dilakukan dengan mempelajari fakta-fakta, masyarakat dan fenomena. Bersumber
dari: Quentin Skinner, ed., The Return of Grand Theory in the Human Sciences
(Cambridge, 1985)1.
Grand theory, istilah yang diciptakan oleh C. Wright Mills dalam The
sociological imagination (1959) yang berkenaan dengan bentuk abstrak tertinggi
suatu peneorian yang tersusunan atas konsep-konsep yang diprioritaskan atas dapat
mengerti dunia sosial. Grand Theory menekankan pada konsep keseimbangan,
pengambilan keputusan, sistem dan bentuk komunikasi sebagai sarana dasar
perangkat pengatur (central organizing devices) untuk mengkaji hubungan
internasional. Grand theory adalah teori keseluruhan atau yang secara garis besar
berusaha menjelaskan suatu permasalahan atau kasus.
1. Teori Behavioristik
1
http://rockypermata.wordpress.com/2012/02/01/grand-theory-dan-middle-range-theory/
diakses pada tanggal 05 Maret 2014, Pukul 18.00.
8
Behaviorisme ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat
diukur, dilukiskan, dan diramalkan.
Fokus dari behavioral perspective adalah pada perilaku yang dapat diamati
(observable) yaitu yang dikatakan (saying) dan dilakukan (doing). Perilaku adalah
response, dan lingkungan adalah stimulus/rangsangan. Dalam behavioral perspective
menggunakan pendekatan kotak hitam atal black box theory, yaitu response akan
muncul karena rangsangan. Jadi dalam teori kotak hitam ini terlalu mengabaikan
proses mental. Teori-teori lain yang mungkin dapat digunakan antara lain teori
pembelajaran sosial (social leraning theory) dan teori pertukaran sosial (social
exchange theory)2.
2. Teori Kognitif
4
Sarlito Wirawan, Teori - Teori Psikologi Sosial, (Jakarta : Rajawali Pers, 2004), h. 83.
10
e. Teori perbandingan sosial
Teori ini dikemukakan oleh Festinger, yang dimulai dengan perhatian
dari efek komunikasi sosial pada perubahan opini dalam kelompok sosial yang
selanjutnya diperluas, termasuk evaluasi, baik mengenai kemampuan maupun
evaluasi mengenai opini. Teori ini berorientasi pada kognitif yang mana dasar
teori ini adalah bahwa proses pengaruh sosial berkaitan dengan perilaku
kompetitif yang bertumpu secara langsung pada kebutuhan untuk evaluasi, dan
untuk evaluasi ini orang mendasarkan diri pada perbandingan dengan orang
lain5.
3. Teori Medan
Teori lapangan (Field Theory) atau Teori Medan atau dinamakan juga Teori
Psikodinamika, dikemukakan oleh Tolman(1932),Wheeler (1940),Lashley (1929),dan
Brunswik (1949). Teori Lapangan Lewin sangat dipengaruhi oleh aliran Psikologi
Gestalt. Pandangan Psikologi Gestalt yang terpenting adalah sebagai berikut: Bagian
atau elemen kejiwaan tidak berdiri sendiri-sendiri,melainkan terorganisir menjadi
suatu keseluruhan. Oleh karena itu,tidak mengherankan jika Teori Lapangan dari
Kurt Lewin juga sangat mengutamakan keseluruhan daripada elemen atau bagian
dalam studinya tentang jiwa manusia6.
Walaupun demikian,Kurt Lewin tidak berlama-lama menjadi pengikut
Gestalt.Ada saatnya (1935) dimana Lewin menganggap bahwa Psikologi Gestalt
terlalu bersibuk diri dengan penelitian-penelitian tentang pengindraan saja,padahal
Lewin jauh lebih berminat terhadap Psikologi Kepribadian dan Psikologi
Sosiologi.Oleh karena itu,Lewin memisahkan diri dari aliran induknya dan fokus
kepada Teori Lapangan.
5
Bimo Walgito, Op.cit, h. 55-85.
6
Sarlito Wirawan, Op.cit, h. 43.
11
Konsekuensi yang dilahirkan dari penggunaan metode konstruktif ini dalam
Teori Lapangan adalah :
Metode Konstruktif ini bersifat dinamis. Dinamis, dimaksudkan bahwa Teori
Lapangan harus dapat mengungkapkan forces (daya,kekuatan) yang mendorong
suatu tingkah laku.
Cara pendekatan yang digunakan dalam Teori Lapangan harus selalu bersifat
psikologis. Semua konsep harus didefinisikan secara operasional. Definisi
operasional dalam Teori Lapanagn bersifat subjektif. Situasi dimana terjadi
tingkah laku harus dideskripsikan dari sudut pandang si pelaku,bukan dari sudut
pandang peneliti.
Analisis dalam Teori Lapangan harus berawal dari situasi sebagai keseluruhan
(totalitas),tidak dimulai dari elemen-elemen yang berdiri sendiri.Sehingga bisa
dikatakan Teori Lapangan menggunakan metode induktif dalam penelitiannya.
Tingkah laku harus dianlaisis secara ahistoris dan sistematik.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang eksak dan logis,jadi harus berupa
bahasa matematik.Namun bahasa matematik tidak hanya kuantitatif,bisa juga
kualitatif.Dalam hal ini,Lewin memakai contoh geometri,khususnya tipologi
untuk menerangkan hal-hal psikologik.
Lapangan kehidupan dari seorang individu terdiri dari orang itu sendiri
dan lingkungan kejiwaan (psikologis) yang ada padanya. Demikian pula
lapangan kehidupan suatu kelompok adalah kelompok itu sendiri
ditambah dengan lingkungan tempat kelompok itu berada pada suatu saat
tertentu.
b) Tingkah Laku dan Lokomosi
12
tingkah laku. Namun, sebelum kebutuhan bisa menimbulkan lokomosi,
masih ada satu faktor lagi yaitu batas-batas (barrier) wilayah yang
bersangkutan. Kalau batas itu kaku dan kenyal, maka batas itu akan sukar
ditembus oleh daya (forces) yang ada dalam lapangan kehidupan
seseorang sehingga sulit terjadi lokomosi.
c) Daya (Forces)
4. Teori Role
Persepektif dasar dari teori ini adalah bahwa tingkah laku dibentuk oleh
peranan-peranan yang diberikan masyarakat bagi individu-individu untuk
melaksanakannya. Menurut teori ini peranan yang berbeda akan membuat jenis
tingkah laku yang berbeda pula, tetapi apa yang membuat tingkah laku itu sesuai
dalam suatu situasi dan tidak sesuai dalam situasi lain relatif bebas pada seseorang
yang menjalankan peranan tersebut. Masing-masing peranan diasosiasikan dengan
sejumlah harapan mengenai tingkah laku apa yang sesuai dan dapat diterima dalam
peran tersebut (role expectation). Implikasi dari teori peran adalah jika kita memiliki
13
informasi tentang role expectation untuk suatu posisi tertentu, maka kita dapat
meramalkan bagian dari perilaku yang bermakna dari orang yang melaksanakan posisi
itu.7.
Ketidakberhasilan Peran
Dalam kaitannya dengan peran yang harus dilakukan, tidak semuanya mampu
untuk menjalankan peran yang melekat dalam dirinya. Oleh karena itu, tidak jarang
terjadi kekurangberhasilan dalam menjalankan perannya. Dalam ilmu sosial,
ketidakberhasilan ini terwujud dalam role conflict dan role strain.
7
http://www.slideshare.net/elmakrufi/teori-teori-dasar-dalam-psikologi-sosial diakses pada
tanggal 06 Maret 2014, Pukul 04.23.
8
Bimo Walgito, Op.cit, h. 120-121.
14
PENUTUP
KESIMPULAN
Grand theory, istilah yang diciptakan oleh C. Wright Mills dalam The
sociological imagination (1959) yang berkenaan dengan bentuk abstrak tertinggi
suatu peneorian yang tersusunan atas konsep-konsep yang diprioritaskan atas dapat
mengerti dunia sosial. Fokus dari Teori behavioral perspective adalah pada perilaku
yang dapat diamati (observable) yaitu yang dikatakan (saying) dan dilakukan (doing).
Perilaku adalah response, dan lingkungan adalah stimulus/rangsangan. Teori Kognitif
merupakan teori mengenai keseimbangan atau balance. Teori lapangan (Field
Theory) atau Teori Medan atau dinamakan juga Teori Psikodinamika, Persepektif
dasar dari teori Role (Teori Peran) ini adalah bahwa tingkah laku dibentuk oleh
peranan-peranan yang diberikan masyarakat bagi individu-individu untuk
melaksanakannya.
15
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Walgito Bimo, Teori Teori Psikologi Sosial, Yogyakarta : Andi Yogyakarta, 2011.
http://irwan-wicaksono.blogspot.com/2012/05/review-grand-theory-psikologi-
sosial.html diakses pada tanggal 05 Maret 2014, Pukul 14.00.
http://rockypermata.wordpress.com/2012/02/01/grand-theory-dan-middle-range-
theory/ diakses pada tanggal 05 Maret 2014, Pukul 18.00.
http://www.slideshare.net/elmakrufi/teori-teori-dasar-dalam-psikologi-sosial diakses
pada tanggal 06 Maret 2014, Pukul 04.23.
16
B. DERIVATIF THEORY
PETA KONSEP
DERIVATIF THEORY
Tokoh : Heider
menjelaskan bahwa
perilaku seseorang
dibentuk oleh faktor
dalam (keturunan) dan
Tokok : Bandura faktor luar (lingkunganj)
Teori ini
membentuk
perilaku sosial
dari proses belajar
atau pencontohan
Teori Self
Teori Psikologi
Lingkungan
17
PEMBAHASAN
18
Soal hukuman (punishment) baru terlihat pada eksperimen Skinner yang
sebenarnya mengandung sifat eksperimen Pavlov, yaitu adanya kepunahan
eksperimental, dan ada eksperimen Thorndike, yaitu hewan harus berbuat
untuk memperoleh hadiah. Karena itu, Skinner juga termasuk dalam
pengondisian operan.
Pendekatan Bandura dalam hal ini bertujuan untuk mempelajari perilaku
yang dibentuk dan berubah dalam situasi sosial melalui interaksi dengan orang
lain.
b. Proses Belajar Sosial
Proses belajar sosial menurut Bandura dilakukan dalam empat tahap, yaitu :
1) Attentional Processes
Attentional processes atau proses perhatian. Ada dua faktor yang
menimbulkan atau menentukan perhatian pengamat. Apa yang dipelajari
pengamat adalah hal yang menarik perhatian pengamat, yaitu model yang
menjadi stimuli dan karakteristik pengamat.
2) Retention Processes
Retention Processes atau proses retensi. Faktor-faktor yang berperan
dalam proses retensi ini adalah pengodean simbolis, organisasi kognitif,
latihan simbolis dan mental, dan proses ini berkaitan dengan sistem
representasi, termasuk didalamnya sistem imaginal dan verbal.
3) Motor Reproduction Processes
Motor reproduction processes atau proses reproduksi motor. Proses
perhatian dan retensi berkaitan dengan pengodean dan representasi
simbolis perilaku model. Proses ini berkaitan dengan konversi representasi
simbolis ke dalam tindakan tampak (overt action) dengan dua fase. Fase
pertama merupakan fase seleksi respons dalam hal pola perilaku yang
merupakan unit-unit, kemudian diorganisasikan oleh kognisi. Fase kedua
merupakan fase proses reproduksi motor ini sama dengan hampiran
suksesif dari Skinner yang berarti pengalaman respon pengamat diseleksi
dan diorganisasikan, pemunculan pertama mungkin akan tidak sesuai
dengan model dan versi simbolis. Karena itu, isu belajar observasional
yang tepat adalah mengenai penyesuaian yang korektif dari perilaku
pengamat dengan usaha yang berkelanjutan (suksesif) untuk memproduksi
model.
19
4) Motivasional Processes
Reinforcement and Motivasional Processes atau proses penguatan dan
motivasi. Penguatan merupakan dampak utama pada pengamat
performansi rangkaian model9.
a. Teori Gestalt
Menurut teori gestalt, proses persepsi dan kognisi manusia lebih penting
dari pada mempelajari perilaku yang tampak (overt behaviour). Bagi gestalt
perilaku manusia lebih disebabkan oleh proses-proses persepsi. Dalam
kaitannya dengan psikologi lingkungan, maka persepsi lingkungan merupakan
salah satu aplikasi dari teori gestalt.
b. Teori Behavoristik
Teori yang berorientasi lingkungan dalam psikologi lebih banyak dikaji
oleh behavioristik. Perilaku terbentuk karena pengaruh umpan balik (pengaruh
positif dan negatif) dan pengaruh modeling. Dilukiskan bahwa manusia
sebagai black-box yaitu kotak hitam yang siap dibentuk menjadi apa saja.
Dalam psikologi lingkungan, teori yang berorientasi lingkungan, salah satu
aplikasinya adalah geographical determinant yaitu teori yang memandang
perilaku manusia lebih ditentukan faktor lingkungan di mana manusia hidup
yaitu apakah di pesisir, di pegunungan, ataukah di daratan. Adanya perbedaan
lokasi di mana tinggal dan berkembang akan menghasilkan perilaku yang
berbeda.
Kedua orientasi tersebut bertentangan dalam menjelaskan perilaku
manusia. Orientasi ketiga merupakan upaya sintesa terhadap orientasi pertama
dan kedua. Premis dasar dari teori ini menyatakan bahwa perilaku manusia
selain disebabakan faktor lingkungan, juga disebabkan faktor internal. Artinya
manusia dapat mempengaruhi lingkungan dan lingkungan dapat dipengaruhi
oleh manusia. Salah satu teori besar yang menekankan interaksi manusia-
lingkungan dalam psikologi adalah teori medan dari Kurt Lewin dengan
9
Bimo Walgito, Teori-teori Psikologi Sosial, ( Yogyakarta : Andi Offset, 2011), h. 32-39.
20
formula B=F (E,O). Perilaku merupakan fungsi dari lingkungan dan
organisme.
c. Teori Beban Lingkungan (Environmental Load Theory)
Premis dasar dalam teori ini adalah manusia mempunyai kapasitas terbatas
dalam pemrosesan informasi. Asumsi dasar teori ini adalah:
1) Manusia mempunyai kapasitas terbatas dalam pemrosesan informasi.
2) Ketika stimulus lingkungan melebihi kapasitas pemrosesan informasi,
proses perhatian tidak akan dilakukan secara optimal.
3) Ketika stimulus sedang berlangsung, dibutuhkan respon adaptif.
Artinya, signifikasi stimulus akan dievaluasi melalui proses
pemantauan dan keputusan dibuat atas dasar respon pengatasan
masalah. Jika stimulus yang merupakan stimulus yang dapat diprediksi
dan dapat dikontrol, stimulus tersebut semakin mempunyai makna
untuk diproses lebih lanjut. Tetapi jika stimulus yang masuk
merupakan stimulus yang tidak dapat diprediksi atau tidak dapat
dikontrol, perhatian kecil atau mungkin pengabaian perhatian akan
dilakukan. Akibatnya, pemrosesan informasi tidak akan berlangsung.
4) Jumlah perhatian yang diberikan seseorang tidak konstan sepanjang
waktu, tetapi sesuai dengan kebutuhan.
d. Teori Hambatan Perilaku (Behaviour Constraints Theory)
Premis dari teori ini adalah stimulasi yang berlebihan atau tidak
diinginkan, mendorong terjadinya arousal atau hambatan dalam kapasitas
informasi. Akibatnya orang merasa kehilangan kontrol terhadap situasi yang
sedang berlangsung. Perasaan kehilangan kontrol merupakan langkah awal
dari teori kendala perilaku.
Istilah hambatan berarti terdapat sesuatu dari lingkungan yang
membatasi apa yang menjadi harapan. Hambatan dapat muncul, baik secara
aktual dari lingkungan ataupun interpretasi kognitif.
Ada beberapa tipe kontrol terhadap lingkungan yaitu kontrol perilaku,
kontrol kognitif, dan kontrol lingkungan. Kontrol lingkungan mengarahkan
perilaku untuk mengubah lingkungan misalnya mengurangi suasana yang
bising, membuat jalan tidak berkelokkelok, membuat tulisan atau angka
dalam tiap lantai di gedung yang bertingkat, atau membuat pagar hidup untuk
membuat nuansa ramah lingkungan. Kontrol kognitif dengan mengandalkan
21
pusat kendali di dalam diri, artinya mengubah interpretasi situasi mengancam
menjadi situasi penuh tantangan. Kontrol kepuasan, dalam hal ini orang yang
mempunyai kontrol terhadap alternatif pilihan yang ditawarkan. Semakin
besar kontrol yang dapat dilakukan, akan lebih membantu keberhasilan
adaptasi.
e. Teori Level Adaptasi
Teori ini pada dasarnnya sama dengan teori beban lingkungan. Menurut
teori ini, stimulasi level yang rendah maupun level tinggi mempunyai akibat
negatif bagi perilaku. Level stimulasi yang optimal adalah yang mampu
mencapai perilaku optimal pula. Dengan demikian teori ini dikenal perbedaan
individu dalam level adaptasi. Adaptasi dilakukan ketika terjadi suatu
disonansi dalam suatu sistem, artinya ketidakseimbangan antara interaksi
manusia dengan lingkungan, tuntutan lingkungan yang berlebih atau
kebutuhan yang tidak sesuai dengan situasi lingkungan. Dalam hal ini,
adaptasi merupakan suatu model modifikasi kehadiran stimulus yang
berkelanjutan.
Salah satu teori beban lingkungan adalah teori adaptasi stimulasi yang
optimal oleh Wohwil yang menyatakan bahwa ada 3 dimensi hubungan
perilaku lingkungan yaitu:
1) Intensitas
Terlalu banyak orang atau terlalu sedikit orang di sekeliling kita, akan
membuat gangguan psikologis. Terlalu banyak orang menyebabkan
perasaan sesak (crowding) dan terlalu sedikit menyebabkan orang merasa
terasing (socialisolation).
2) Keanekaragaman
Keanekaragaman benda atau manusia berakibat terhadap pemrosesan
informasi. Terlalu beraneka membuat perasaan overload dan kekurangan
keanekaragaman membuat perasaan monoton.
3) Keterpolaan
Keterpolaan berkaitan dengan kemampuan memprediksi. Jika suatu
setting dengan pola yang tidak jelas dan rumit menyebabkan beban dalam
pemrosesan informasi sehingga stimulus sulit diprediksi, sedangkan pola-
pola yang sangat jelas menyebabkan stimulus mudah diprediksi.
22
3. Teori Atribusi
23
yang dipilih oleh individu yang bersangkutan, dan perilaku yang lain
dikesampingkan, serta pada perilaku yang menimbulkan keunikan atau non-
commom effect, merupakan efek yang tidak dihasilkan orang lain.
Menurut teori John dan Davis untuk memperoleh inferensi atau
kesimpulan yang cocok, yang merupakan perilaku yang mencerminkan sifat-
sifat seseorang, orang memusatkan atau melihat pada perilaku yang (1) dipilih
sendiri oleh individu yang bersangkutan; (2) non common effect; dan (3)
perilaku yang social desirability-nya rendah atau perilaku yang social
undesirable.
Kelley juga mengembangkan teori atribusi ini, yang mana menurutnya
perilaku manusia itu dapat disebabkan oleh faktor internal, faktor eksternal,
atau kedua faktor tersebut, yaitu faktor internal dan eksternal secara bersama-
sama. Oleh karena itu, menurut Kelley ada atribusi internal, atribusi eksternal
dan atribusi internal-eksternal. Kelley menggunakan tiga determinan untuk
menentukan perilaku, apakah atribusi internal, eksternal atau internal-
eksternal, yaitu konsensus, konsistensi, dan distinctiveness.
- Konsensus, yaitu bagaimana seseorang bereaksi bila dibandingkan dengan
orang lain terhadap stimulus tertentu. Misalnya, bila seseorang berperilaku
tertentu, sedangkan orang lain tidak berbuat demikian, maka dapat
dikatakan bahwa konsensus orang yang bersangkutan rendah.
- Konsistensi, yaitu bagaimana seseorang berperilaku atau bereaksi terhadap
stimulus yang sama dalam situasi atau keadaan yang berbeda. Bila
seseorang mereaksi dengan cara yang sama terhadap stimulus yang sama
pada kesempatan yang berbeda, maka orang yang bersangkutan
mempunyai konsistensi yang tinggi.
- Distinctiveness, yaitu bagaimana orang bereaksi terhadap stimulus atau
situasi yang berbeda-beda. Bila seseorang memberikan reaksi yang sama
terhadap stimulus yang berbeda-beda, maka dapat dikatakan orang yang
bersangkutan mempunyai distinctiveness rendah.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka Keley berpendapat bahwa
atribusi internal, eksternal dan internal-eksternal mempunyai corak determinan
yang berbeda-beda. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
24
Macam atribusi Atribusi Atribusi Atribusi internal-
Determinan internal eksternal ekstrenal
4. Teori Self
10
Bimo Walgito, Psikologi Sosial Suatu Penghantar, (Yogyakarta : Andi Offset. 2003), h.
59-62.
26
Istilah self di dalam psikologi mempunyai dua arti, yaitu :
1) Sikap dan perasaan seseorang terhadap dirinya sendiri
2) Suatu keseluruhan proses psikologis yang menguasai tingkah laku
dan penyesuaian diri.
Arti yang pertama itu dapat disebut pengertian self sebagai objek, karena
pengertian itu menunjukkan sikap, perasaan pengamatan dan penelitian seseorang
terhadap dirinya sendiri sebagai objek. Dalam hal ini self itu berarti apa yang
dipikirkan orang tentang dirinya. Arti yang kedua dapat kita sebut pengertian self
sebagai proses. Dalam hal ini self adalah suatu kesatuan yang terdiri dari proses-
proses aktif seperti berpikir, mengingat dan mengamati.
Self, yaitu bagian medan fenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari
pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada I atau me.
Beberapa macam sifat self :
a) Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungannya.
b) Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan
mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar.
c) Self mengejar (menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan)
d) Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan
self
e) Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan struktur self diamati
sebagai ancaman.
f) Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) dan
belajar.11
11
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, ( Jakarta : Rajawali Pers, 2012), h. 247-249
27
PENUTUP
KESIMPULAN
28
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Walgito Bimo, Teori Teori Psikologi Sosial, Yogyakarta : Andi Offset, 2011.
29
I. DAYA TARIK INTERPERSONAL
PETA KONSEP
Karakteristik Pribadi
Keakraban
Kedekatan
30
PEMBAHASAN
B. Karakteristik Pribadi
C. Kesamaan (Similarity)
Sikap, nilai, minat, latar belakang dan kepribadian yang sama, bisa
menyebabkan inividu tertarik dengan orang lain. Dalam membangun satu
12
http://mariasaridian8.blogspot.com/2013/11/makalah-psikologi-sosial-daya-tarik.html
diakses pada tanggal 27 Juni 2014, Pukul 14.40.
31
hubungan kesamaan bisa menjadi dasar untyuk membangun hubunga yag lebih
baik danpositif. Itulah sebabnya mengapa kita bisa cepat akrab denga orang
sedaerah, padahal baru saja kita kenal.
D. Keakraban(Familiarity)
E. Kedekatan (Proximity)
Ada beberapa teori yang bisa menjelaskan mengapa manusia bisa saling
tertarik satu dengan yang lain. Teori-teori tersebut adalah:
a) Teori kognitif > Teori kognitif menekankan proses berpikir sebagai dasar
yang menentukan tingkah laku. Tingkah laku sosial dipandang sebagai
suatu hasil atau akibat dari proses akal. Jika seseorang berpikir bahwa
orang lain dapat memberikan keseimbangan terhadap apa yang kita cari
maka kemungkinan besar kita akan menyukainya.
b) Teori penguatan > Teori penguatan berusaha menemukan bagaimana
ketertarikan datang untuk pertama kalinya. Dasar teori ini cukup sederhana,
yaitu bahwa orang ditarik oleh hadiah dan ditolak oleh hukuman. Semua
ketertarikan antar pribadi diterangkan dalam hal belajar di mana untuk
berhubungan secara positif dengan hadiah, dan untuk berhubungan secara
negatif dengan perangsang hukuman. Kita kemudian akan lebih suka
menjadi tertarik kepada orang orang yang menghadiahi atau menghargai
kita daripada orang-orang yang menghukum kita dengan kritikan atau
menghina kita.
32
c) Teori interaksionis > Teori ini dikembangkan di dalam situasi alamiah di
mana suatu keputusan selalu dihubungkan kepada situasi sosial di mana
seseorang menemukan dirinya. Teori ini lebih menitikberatkan pada
ketertarikan antar pribadi sebagai suatu konsep.
D. Atribut Personal
1. Kehangatan > Orang dapat mengkomunikasikan kehangatan dengan
perilaku non verbal seperti tersenyum, menatap penuh perhatian, dan
mengapresiasikan perasaan.
2. Kompetensi > Orang yang kompeten biasanya memberikan lebih
banyak manfaat ketimbang orang yang tak kompeten. Orang yang
kompeten biasanya memberikan lebih banyak manfaat ketimbang orang
yang yang tak kompeten.
33
d. Sikap mendukung bukan sikap bertahan > Sikap zaman berarti
memberikan persetujuan terhadap orang lain. Sedangkan sikap
bertahan, berawal dari adanya perbedaan pendapat. Apabila dua orang
saling bertahan, apalagi salah satu pihak terang-terangan menyeerang
pertahanan pihak lain, maka ada kemungkinan karakteristik hubungan
menjadi renggang.
e. Sikap terbuka > Sikap terbuka adalah sikap untuk membuka diri,
mengatakan tentang keadaan dirinya secara terbuka dan apa adanya.
Keterbukaan dalam komunikasi akan menghilangkan kesalahpahaman
dan kecurigaan. Keadaan seperti inilah yang akan menciptakan
hubungan Interpersonal yang baik.
f. Kepercayaan > Kepercayaan adalah bahwa tidak ada bahaya dari
orang lain dalam suatu hubungan. Kepercayaan berkaitan dengan
keteramalan (prediksi), artinya ketika kita dapat meramalkan bahwa
seseorang tidak akan menghianati dan dapat bekerjasama dengan baik,
maka kepercayaan kita pada orang tersebut lebih besar.
g. Respon > Ketepatan dalam memberikan tanggapan. Hukum alam
mengatakan kalau ada aksi maka maka akan ada reaksi. Hukum dalam
berkomunikasi menyepakati kalau ada pertanyaan maka perlu ada
jawaban. Jawaban dalam berkomunikasi adalah respon.
Ketika ditanya apa yang mereka cari dalam diri partner jangka panjang,
orang biasanya tidak mengutamakan penampilan fisik dan lebih
mempertimbangkan kualitas personal yang sesuai. Kita menginginkan pasangan
yang hangat, baik, dan dapat dipercaya. Kita mengutamakan responsivitas dan
selera humor yang baik. Di sisi lain ternyata sebuah analisis membandingkan
responden mengurutkan berbagai macam tipe-tipe mulai dari tampang menawan
sampai kesetiaan. Dalam setiap periode, orang dewasa muda sangat ingin memiliki
pasangan yang dapat diandalkan dan dewasa secara emsional, latar belakang
politik, pendidikan, atau agama.
34
PENUTUP
KESIMPULAN
Daya tarik interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan
daya tarik seseorang. Makin tertarik kita dengan orang lain maka semakin besar
kecenderungan kita untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pengertian daya tarik
sering terlalu sempit,sekali lagi, terbatas pada daya tarik fisik. Padahal daya tarik
fisik hanya merupakan salah satu bagian daya tarik. Namun ada baiknya jika hal ini
dijadikan contoh untuk mengembangkan pemahaman tentang daya tarik.
Factor-faktor yang mempengaruhi hubungan Interpersonal adalah toleransi,
kesempatan-kesempatan yang seimbang, sikap menghargai orang lain, sikap
mendukung bukan sikap bertahan, sikap terbuka, kepercayaan, respon , suasana
emosional.
Daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk
mengarahkan kemampuan dalam bentuk keahlian dan keterampilan, tenaga dan
waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan
berbagai sasaran kegiatan yang telah ditentukan sebelumnya dalam hidup sehari-
hari.
35
DAFTAR KEPUSTAKAAN
http://mariasaridian8.blogspot.com/2013/11/makalah-psikologi-sosial-daya-
tarik.html diakses pada tanggal 27 Juni 2014, Pukul 14.40.
36
II. HUBUNGAN YANG ERAT (RELATIONSHIP)
PETA KONSEP
HUBUNGAN
YANG ERAT
Cinta
Definisi
Hubungan
Reaksi emosional
Sesuatu yang yang sama
terjadi bila dikenalnya dan
seseorang sama mendasarnya
saling dengan rasa
mempengaruh marah, kesedihan,
i satu sama kegembiraan dan
lain, bila yang rasa takut
satu
bergantung
pada yang lain
Pengung
Daya
kapan
Sosial
Diri
Kemampuan
seseorang untuk
mempengaruhi Kegiatan
prilaku, fikiran dan membagi
perasaan orang lain perasaan dan
dengan sengaja informasi yang
akrab dengan
orang lain
37
PEMBAHASAN
E. Definisi Hubungan
Bila dua manusia menjalin suatu hubungan ( relationship ), kehidupan mereka
akan saling terjalin satu dengan yang lain, apa yang dilakukan oleh yang satu akan
mempengaruhi yang lainnya. Orang lain dapat membuat kita sedih atau gembira,
atau mengkritik pendapat kita, membantu kita melakukan sesuatu, memberikan
nasehat atau saran kepada kita, memberi kita hadiah atau malah membuat kita
kehabisan uang. Pada contoh-contoh diatas tergambarnya beberapa faktor yang
berperan dalam suatu hubungan, yaitu keyakinan, perasaan, dan prilaku.
Berdasarkan hal tersebut dapat didefenisikan hubungan sebagai Sesuatu yang
terjadi bila seseorang saling mempengaruhi satu sama lain, bila yang satu
bergantung pada yang lain ( Kelly 1983 ).13
Suatu hubungan dapat dikatakan hubungan yang erat bila didalamnya terdapat
interdependensi, yang kuat. Semua hubungan yang erat apakah itu hubungan
dengan orang tua, sahabat karib, guru atau pasangan hidup.
Model interdependesi antara dua orang dikembangkan oleh Levinger dan
Snoek ( 1972). Dalam model tersebut digambarkan dua orang P dan O, dalam
kondisi Saling bergantung antara yang satu dengan yang lain yang terus meningkat.
Disatu pihak kedua orang itu sama sekali tidak menyadari kehadiran satu sama
lain . Mereka berada dititik yang disebut zero contact. Pada tahap menyadari salah
satu mulai merasakan atau mempelajari sesuatu tentang yang lain, tetapi belum
terjadi kontak lansung. Sering kali kita membentuk kesan tentang seseorang
dengan mengamati penampilan dan prilakunya. Kadang-kadang kita mencari
informasi tentang seseorang melalui pihak ketiga, seperti bila seorang teman yang
membuat janji kencan secara diam-diam dan memberi tahukan waktunya kepada
kita sebelum pergi.
Tahap menyadari dapat bersifat sepihak, atau dua pihak misalnya bila dua
orang yang masih saling kenal kebetulan bertatapan. Fungsi mengamati ini dapat
menjadi amat penting. Bila kita memperoleh kesan yang baik tentang seseorang,
mungkin kita akan mengambil inisiatif untuk berinteraksi dengannya.14 Kadang-
kadang beberapa orang memiliki pengalaman yang amat mengesankan pada tahap
ini. Misalnya, seorang amat memuja penyanyi atau seorang bintang film tertentu
13
Sears David, Psikologi Sosial, (Jakarta; Erlangga, 1985) jilid 1. Edisi ke 5, h. 236.
14
Ibid, h. 237.
38
yang sebenarnya belum pernah dijumpainya. Tahap berikutnya disebut kontak
permukaan dasar.
Disini kedua orang itu mulai berinteraksi, mungkin melalui percakapan atau
surat menyurat. Kontak dasar ini merupakan awal dari interdepedensi, dan bahkan
dari suatu hubungan. Bila kita berbasa-basi dengan seorang pelayan pasar swalayan
yang ramah, atau bercakap cakap dengan penumpang yang sekursi dengan kita
dipesawat terbang, kita telah menciptakan kontak dasar. Interaksi ini bisanya
singkat, topic pembicaraan dangkal, dampak yang ditimbulkan terhadap masing
masing pihaknya terbatas, dan kontak itu biasanya dibatasi oleh peran sosial
tertentu.
Banyak hubungan yang tidak berkembang melebihi tahap interdependensi.
Bila derajat interpendensi bertambah orang memasuki tahap mutualitas ( kesalinga
). Menurut Levinger dan Snoek, mentualitas merupakan suatu continuum
interdependesi, mulai dari yang intensitasnya kurang kuat. Contoh yang
sederhananya adalah meningkatnya pengalaman metualitas dari dua orang yang
mula mula berkenalan biasanya lalu menjadi sahabat karib. Hubungan erat
memiliki beberapa ciri khas ( Kelly 1983 ) yaitu15:
1. Ada frekuensi interaksi yang kerap untuk waktu yang relative panjang
2. Hubungan yang erat melibatkan bermacam-macam bentuk kegiatan atau
peristiwa
3. Saling pengaruh yang kuat mewarnai orng tersebut
F. Daya Sosial
Daya sosial adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi prilaku, fikiran
dan perasaan orang lain dengan sengaja ( Huston 1983). Para ahli psikologi sosial
merasa tertarik pada cara yang digunakan orang untuk saling mempengaruhi dan
terhadap keseimbangan daya yang dihasikan dalam suatu hubungan.16
Enam dasar daya yaitu sebagai berikut :
1. Otoritas yang sah
Kadang kadang orang memiliki wewenang atau otoritas untuk meminta
oerang lain agar berprilaku secara tertentu. Dalam keluarga orang merasa
berhak memberitahu anak anaknya yang masih kecil kapan waktunya tidur, dan
15
Ibid, h. 237.
16
Ibid, h. 249.
39
biasanya anak anak merasa bertanggung jawab untuk mematuhinya. Salah satu
persyaratan yang dibutuhkan untuk menjamin berfungsinya otoritas itu secara
efektif adalah bahwa kedua pihak menyetujui norma-norma dalam hubungan
itu.
2. Ganjaran
Salah satu daya yang lain adalah kemampuan untuk memberikan sesuatu
yang positif bagi orang lain untuk membantu usaha orang itu mencapai tujuan
yang dicita- citakan atau memberikan ganjaran yang berharga.17
3. Kekerasan
Bentuknya dapat beragam, mulai dari kekuatan fisik sampai ancaman
hukuman atau pertanda ketidak setujuan yang samar samar. Setelah sia sia
menyuruh anaknya tidur siang, sang ibumungkin akan menempatkan anaknya
yang bandel diranjang, keluar dan mengunci pintu. Atau mungkin seseorang
mengancam bercerai karna pasangannya tidak mau diajak kepenasehat
perkawinan.
Ganjaran dan perkawinan tidak benar benar bertentangan. Untuk
memperoleh ganjaran orang dimotivasi untuk melakukan sesuatu agar
prilakunya yang baik dilihat orang, sebaliknya sasaran kekerasan akan
melakukan akan melakukan apa yang diinginkan selama dia diawasi kekerasan
lebih mungkin akan menimbulkan rasa terpaksa dari pada kerelaan.
4. Keahlian
Pengetahuan, latihan dan keterampilan khusus, merupakan sumber sumber
daya. Kita akan patuh pada orang yang ahli mengikuti nasehat mereka karna
kita yakin bahwa pengetahuan mereka dapat membantu kita untuk mencapai
tujuan. Bila seorang dokter yang dipecaya mengsnjurkan untuk makan tiga pil
untuk alergi setiap hari, kemungkinan kita akan mengikutinya tampa
mempedulikan kerja pil tersebut.
5. Informasi
Seringkali kita memberikan imformasi yang menurut pendapat kita dapat
membuat seeorang berprilaku tertentu. Contohnya seorang anak berusaha
17
Ibid, h. 249.
40
membujuk ibunya supaya makan malam lebih lambat dari biasanya, karna pada
jam malam yang sudah terjadwal akan ada acara pendidikan yang bermanfaat
ditelevisi.
6. Daya meniru
Pengaruh dasar yang mempunyai relavansi tertentu dengan hubungan yang
erat adalah daya meniru. Daya ini muncul bila kita mengagumi atau meniru
seseorang dan ingin menjadi seperti dia. Untuk itu kita kan meniru prilaku
mereka atau melakukan segala sesuatu yang mereka minta, karna dengan
melakukan itu kita mengharapkan dapat menjadi semakin menyerupai mereka.
G. Pengungkapan Diri
Pengungkapan diri atau keterbukaan diri merupakan kegiatan membagi
perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Pengungkapan diri dapat
bersifat deskriptif dan evaluative (morton, 1978).18 Dalam pengungkapan diri
deskriptif kita melukiskan berbagai fakta mengenai diri kita yang mungkin belum
diketahui pendengar pekerjaan, tempat tinggal kita dan sebagainya.
Sedangkan pengungkapan evaluative kita mengemukakan pendapat atau
perasaan pribadi bahwa kita menyukai orang orang tertentu bahwa kita merasa
cemas karna terlalu gemuk. Pengungkapan diri memiliki beberapa fungsi. Menurut
derlega dan grzelak ( 1979) ada lima fungsi pengungkapan diri adalah sebagai
berikut.
1. Ekspresi
Dengan pengungkapan diri semacam ini, kita dapat kesempatan untuk
mengekspresikan perasaan kita.
2. Penjernihan diri
Sambil memberi perasaan atau pengalaman kita kepada orang lain, kita
dapat semakin memahami dan menyadari siapa diri kita sebenarnya.
Dengan membicarakan masalah yang kita alami kepada teman, fikiran kita
akan semakin jernih sehingga kita dapat melihat duduk persoalannya
dengan lebih baik.
18
Ibid, h. 254.
41
3. Keabsahan sosial
Dengan mengati bagaimana reaksi pendengar sewaktu kita sedang
mengungkapkan diri, kita memperoleh informasi tentang ketepatan
pandangan kita. Ketika setelah selesai berbicara, mungkin pendengar kita
akan memberikan tanggapan bahwa reaksi kita terhadap atasan semacam itu
memang wajar-wajar saja , atau kita sudah melebih lebihkan kenyataan.
4. Kendati sosial
Kita dapat mengemukakan atau menyembunyikan informasi tentang diri
kita sebagai peranti kendali sosial. Misalnya, dengan sengaja kita berbicara
berulang ulang tentang sesuatu untuk melindungi kepentingan pribadi kita.
Kita akan mengatakan sesuatu yang dapat menimbulkan kesan baik tentang
diri kita, dalam kasus yang ekstrim orang sengaja berbohong untuk
memanfaatkan orang lain.
5. Perkembangan hubungan
Saling berbagi informasi dan saling mempercayai merupakan sarana
yang paling penting dalam usaha merintis suatu hubungan dan semakin
meningkatkan keakraban. Bagi sepasang kekasih yang baru mulai saling
jatuh cinta, pengungkapan diri dapat dilakukan dengan bertukar informasi
tentang diri dan latar belakang masing masing, mencoba mengetahui
kesenangan masing masing, sampai kemudian saling menyatakan aku
cinta pada mu untuk yang pertama kalinya.
Atman dan taylor (1973) mengemukakan suatu model perkembangan
hubungan dan pengungkapan diri sebagai media utamanya. Mereka
menyebut proses utama mencapai keakraban hubungan antar pribadi
sebagai penetrasi sosial. Sejalan dengan perkembangan suatu hubungan dari
yang dangkal sampai hubungan yang akrab. Hubungan juga akan berubah
dari sempit menjadi lebih luas, sejalan dengan waktu, topic pembicaraan
akan semakin banyak, kegiatan yang diikuti semakin beragam.19
19
Ibid, h. 259.
42
yang lebih menarik adalah bagai mana pengaruh prilaku mengungkapkan
diri terhadap rasa suka. Atman dan taylor berpendapat bahwa
pengungkapan diri dapat menimbulkan rasa suka bila langkah langkahnya
dijaga sebaik mungkin. Tahap tahap pengungkapan diri itu harus cukup
lambat agar kedua pihak tidak merasa terancam. Bila perkembangan
berlansung terlampau cepat orang akan merasa cemas dan akan cendrung
melindungi diri.
Timbal balik
Proses pengungkapan diri yang berlangsung secara bertahap, semakin
lama semakin cepat, akan semakin mempererat suatu hubungnan. Atman
dan taylor mengatakan bahwa kita akan jauh lebih menyukai seseorang
yang mengungkapkan dirinya dalam tingkat yang setara dengan yang kita
lakukan terhadapnya. Seseorang yang mengungkapkan informasi pribadi
yang lebih lebih akrab dari pad apa yang kita lakukan akan membuat kita
merasa terancam dan kita akan lebih senang mengakhiri hubungan
semacam itu. Banyak bukti yang menunjang pendapat bahwa sifat timbal
balik dalam pengungkapan diri merupakan faktor yang menentukan apakah
kita akan menyukai seseorang atau tidak.
H. Cinta
Cinta adalah reaksi emosional yang sama dikenalnya dan sama
mendasarnya dengan rasa marah, kesedihan, kegembiraan dan rasa takut (shaver,
morgan, & wu, 1996)20. Mungkin cinta baik bagi anda, karrena aron, paris dan aron
(1995) mnemukan bahwa jatuh cinta mendorong terjadinya peningkatan self-
efficacy dan self-esteem. Paling tidak, penelitian menunjukkan cinta adalah sesuatu
yang lebih dari sekedar pertemanan biasa dan melebihi rasa tertarik secara romantis
atau seksual dengan seseorang. Pengertian lain cinta adalah suatu kombinasi emosi,
kognisi dan perilaku yang dapat terlibat dalam hubungan intim.
a. Cinta membara
Aron dan rekan-rekannya (1989) menunjukkan bahwa banyak orang jatuh
cinta, tetapi tampaknya tidak pernah ada orang yang jatuh berteman. Tidak
seperti ketertarikan, pertemanan atau bahkan percintaan, cinta membara
20
Robert Baron, Psikologi Sosial, (Jakarta : Erlangga, 2005), jilid 2, h. 25.
43
(passionate love) melibatkan reaksi emosional yang intensif dan sering tidak
realistic terhadap orang lain.
Cinta membara biasanya timbul sebagai reaksi positif yang menggelora, dan
menghabiskan energy, terhadap orang lain. Orang yang sedang dilanda cinta
trepreokupasi dengan yang dicintainya dan hanya sedikit memikirkan hal yang lain.
b. Cinta karib
Hattfield mendeskripsikan cinta karib (companionate love) sebagai afeksi yang
kita rasakan terhadap orang-orang yang sangat dekat kaitannya dengan hidup
kita.21 Tidak seperti cinta membara, cinta karib didasarkan pada persahabatan yang
sangat karib dimana dua orang secara seksual tertarik, memiliki banyak hal yang
sama, saling mempedulikan kesejahteraan satu sama lain, dan menampilkan rasa
saling suka dan saling menghargai (caspi&herbener,1990). Cinta inilah yang dapat
mempertahankan hubungan dari waktu ke waktu.
Perasaan-Perasaan Cinta
salah satu gambaran yang digunakan sebagai titik acuan untuk
membedakan hubungan cinta dan persahabatan adalah pengalaman gejala fisik.
Oleh bercheid dan walter, cinta birahi dilukiskan sebagai keadaan emosional yang
menggebu-gebu: perasaan seksual dan perasaan yang elmbut, elasi dan rasa nyeri
dan kecemburuan. Emosi memainkan peranan utama dalam cinta birahi. Orang
sering digoyahkan oleh nafsu yang tidak terkendalikan, yang mengarahkan mereka
pada orang yang dicintai. Elemen lain dari cinta birahi adalah perasaan terhanyut
bersama orang lain. Mereka terobsesi oleh pikiran-pikiran tentang cinta. Banyak
yang mengatakan bahwa cinta ini akan muncul dengan tiba-tiba dan kemudian
hilang begitu saja.
Cinta persahabatan diartikan sebagai afeksi yang kita rasakan terhadap
seseorang yang kehidupannya saling berjalin dengan kehidupan kita. Kelley
(1983) mengatakan, cinta persahabatan akan tumbuh perlahan-lahan sehingga
kedua pihak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang
memuaskan.22
21
Ibid,h. 27.
22
Sears David, Op.cit, h. 265.
44
Teori Stenberg
INTIMACY
Liking
Consummate love
PASSION Fatuous Love COMMITMENT
Infatuation Empty Love
Triangular theory of love dari Robert Stenberg menyebutkan bahwa setiap
cinta itu terdiri dari tiga unsur. Ketiga unsur tersebut adalah:
a. Intimacy: merupakan komponen emosional yang melibatkan kedekatan
emosional, saling pengertian, dan dukungan emosional.
b. Passion: merupakan komponen motivasional yang melibatkan ketertarikan
fisik, romantisme dan ketertarikan seksual.
c. Commitment: merupakan komponen kognitif yang meliputi pengambilan
keputusan untuk menyatakan cinta dan seberapa jauh komitmen untuk
mempertahankan komitmennya tersebut.
45
7. Cinta sejati yang ditandai passion, commitment dan intimacy disebut
consummate love.
I. Hubungan Cinta Dalam Pandangan Islam
Cinta merupakan dasar kasih sayang diantara manusia dan pembentukan
hubungan persahabatan sesame manusia. Cinta merupakan pengikat yang erat yang
menguhubungkan manusia dengan Rabb-nya serta membuatnya ikhlas dalam
beribadah kepada-Nya, mengikuti manhaj-Nya dan berpegang pada syariat-Nya.23
Cinta mendorong kaum muslimin berpegang teguh pada sunnahnya, mengikuti
ajaran-ajarannya dan perintah-perintahnya, serta menjadikan beliau sebagai anutan
paling agung yang segala perilakunya diikuti.
23
Muhammad Ustman, Psikologi Dalam Al-Quran, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2005), h.
120.
46
Cinta kepada Allah SWT adalah tujuan setiap mukmin. Cinta kepada Allah
SWT merupakan kekuatan pendorong untuk taat kepada allah swt dan rasul-nya
saw. 24 Firman Allah dalam Surat Ali-Imran: 31
24
Ibid,hal 134.
47
PENUTUP
A. Saat Diskusi
1. Bagaimana cara menjaga hubungan yang erat dengan anak yang abnormal ?
Hal ini pada umumnya, berkaitan pada pola asuh orang tua, dimana orang tua
ataupun yang mengasuh si anak tersebut harus menjalinkan ikatan kasih sayang
terhadap anak tersebut, sehingga si-anak akan dapat percaya dan terbuka terhadap
orang orang yang telah dipercayainya tersebut.
2. Apakah hubungan yang erat selalu dilandasi oleh rasa cinta ?
Hubungan yang erat akan selalu dilandasi rasa cinta, rasa cinta disini
memberikan makna kepada rasa cinta yang membuat seseorang tersebut merasa
nyaman dan akan naik ke atas menjadi hubungan yang erat. Dalam hal ini ada 3
ciri ciri dari hubungan yang erat diantaranya 1. Kedekatan emosional,
2.Memenuhi kebutuhan pasangannya, 3.Tergantung dan pengaruh, mempengaruhi
sangat kuat.
3. Bagaimana aplikasi hubungan yang erat dalam Islam ?
Hubungan yang erat dalam Islam terdiri dari, Sakinah artinya Ketentraman,
Mawadah artinya Mengebu gebu, Rahmah artinya berkasih sayang.
B. Kesimpulan
48
DAFTAR KEPUSTAKAAN
49
III. PERILAKU SOSIAL
PETA KONSEP
PERILAKU
SOSIAL
Suasana saling
ketergantungan yang
merupakan keharusan
untuk menjamin
keberadaan manusia.
Prososial
Prilaku Sosial
Dalam Ajaran Islam
Altruisme
Agresifitas
50
PEMBAHASAN
51
kesehariannya. Pada saat bersosialisasi maka yang ditunjukkannya adalah perilaku
sosial25.
Pembentukan perilaku sosial seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Pada aspek eksternal situasi
sosial memegang peranan yang cukup penting. Situasi sosial diartikan sebagai tiap-
tiap situasi di mana terdapat saling hubungan antara manusia yang satu dengan
yang lain. Dengan kata lain setiap situasi yang menyebabkan terjadinya interaksi
sosial dapatlah dikatakan sebagai situasi sosial. Contoh situasi sosial misalnya di
lingkungan pasar, pada saat rapat, atau dalam lingkungan pembelajaran pendidikan
jasmani.
25
Robert Baron, Psikologi Sosial, ( Jakarta : Erlangga, 2005), h. 94.
26
Ibid, h. 96.
52
pembelajaran penjas maka ia memiliki sikap positif terhadap aktivitas jasmani
yang ditunjukkan oleh perilaku sosialnya yang akan mendukung teman-
temannya untuk beraktivitas jasmani dengan benar.
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial seseorang.
Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa
berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula, ketika berada
di lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalam bertutur kata.
4. Latar Budaya Sebagai Tempat Perilaku Dan Pemikiran Sosial Itu Terjadi
Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin akan
terasa berperilaku sosial aneh ketika berada dalam lingkungan masyarakat yang
beretnis budaya lain atau berbeda. Dalam konteks pembelajaran pendidikan
jasmani yang terpenting adalah untuk saling menghargai perbedaan yang
dimiliki oleh setiap anak.
D. Prososial
55
Terdapat beberapa macam aspek-aspek perilaku prososial. Menurut Mussen
dkk (dalam Rufaida, 2009) aspek-aspek perilaku prososial27 antara lain :
a. Berbagi (sharing), yaitu kesediaan untuk berbagi perasaan dengan orang lain
dalam suasana suka maupun duka.
b. Menolong (helping), yaitu kesediaan memberikan bantuan atau pertolongan
kepada orang lain yang sedang mengalami kesulitan, baik berupa moril maupun
meteriil. Menolong meliputi membantu orang lain atau menawarkan sesuatu yang
menunjang berlangsungnya kegiatan orang lain.
c. Kerjasama (cooperating), yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang
lain demi tercapainya suatu tujuan. Cooperating biasanya saling menguntungkan,
saling memberi, saling menolong dan menenangkan.
d. Bertindak jujur (honesty), yaitu kesediaan untuk melakukan sesuatu seperti apa
adanya, tidak berbuat curang terhadap orang lain.
e. Berderma (donating), yaitu kesediaan untuk memberikan secara sukarela
sebagian barang miliknya kepada orang yang membutuhkan.
f. Mempertimbangkan kesejahteraan orang lain, yaitu memberi sarana bagi orang
lain untuk mendapatkan kemudahan dalam segala urusan, punya kepedulian
terhadap orang lain dengan mengindahkan dan menghiraukan masalah orang lain.
27
Agus Abdul Rahman, Psikologi Sosial, Integrasi Pengetahuan Wahyu dan
Pengetahuan Empirik, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2013), h. 220 223.
56
a. Self-gain: harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari kehilangan
sesuatu, misalnya ingin mendapatkan pengakuan, pujian atau takut dikucilkan.
b. Personal values and norms: adanya nilai-nilai dan norma sosial yang
diinternalisasikan oleh individu selama mengalami sosialisasi dan sebagian nilai-
nilai serta norma tersebut berkaitan dengan tindakan prososial, seperti
berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan serta adanya norma timbal
balik.
c. Empathy: kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau
pengalaman orang lain.
2) Suasana Hati
Individu lebih terdorong untuk memberikan bantuan bila berada dalam suasana
hati yang baik, dengan kata lain, suasana perasaan positif yang hangat
meningkatkan kesediaan untuk melakukan perilaku prososial.
3) Rasa Bersalah
Keinginan untuk mengurangi rasa bersalah bisa menyebabkan individu
menolong orang yang dirugikannya, atau berusaha menghilangkannya dengan
melakukan tindakan yang baik.
2. Distres dan Rasa Empatik
Distres diri (personal distress) adalah reaksi pribadi individu terhadap
penderitaan orang lain, seperti perasaan terkejut, takut, cemas, perihatin, tidak
berdaya, atau perasaan apapun yang dialaminya. Sebaliknya, rasa empatik
(empathic concern) adalah perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain,
khususnya untuk berbagi pengalaman atau secara tidak langsung merasakan
penderitaan orang lain. Distres diri terfokus pada diri sendiri yaitu memotivasi diri
untuk mengurangi kegelisahan diri sendiri dengan membantu orang yang
membutuhkan, tetapi juga dapat melakukannya dengan menghindari situasi
tersebut atau mengabaikan penderitaan di sekitarnya. Sebaliknya, rasa empatik
terfokus pada si korban yaitu hanya dapat dikurangi dengan membantu orang yang
berada dalam kesulitan dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya.
c. Orang yang membutuhkan pertolongan, meliputi :
1) Menolong orang yang disukai
Rasa suka awal individu terhadap orang lain dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti daya tarik fisik dan kesamaan. Karakteristik yang sama juga mempengaruhi
pemberian bantuan pada orang yang mengalami kesulitan. Sedangkan individu
yang memiliki daya tarik fisik mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk
menerima bantuan. Perilaku prososial juga dipengaruhi oleh jenis hubungan antara
orang seperti yang terlihat dalam kehidupan seharihari. Misalnya, individu lebih
suka menolong teman dekat daripada orang asing.
58
2) Menolong orang yang pantas ditolong
Individu membuat penilaian sejauh mana kelayakan kebutuhan yang diperlukan
orang lain, apakah orang tersebut layak untuk diberi pertolongan atau tidak.
Penilaian tersebut dengan cara menarik kesimpulan tentang sebab-sebab timbulnya
kebutuhan orang tersebut. Individu lebih cenderung menolong orang lain bila yakin
bahwa penyebab timbulnya masalah berada di luar kendali orang tersebut.
E. Altruisme
Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa
memperhatikan diri sendiri. Altruisme adalah lawan dari sifat egois yang
mementingkan diri sendiri.
Kata altruisme pertama kali muncul pada abad ke-19 oleh sosiologis Auguste
Comte. berasal dari kata yunani alteri yang berarti orang lain. Menurut Comte,
seseorang memiliki tanggung jawab moral untuk melayani umat manusia
sepenuhnya. Sehingga altruisme menjelaskan sebuah perhatian yang tidak
mementingkan diri sendiri untuk kebutuhan org lain. Jadi, ada tiga komponen dlm
altruisme, yaitu loving others, helping them doing their time of need, dan making
sure that they are appreciated.
Menurut Baston (2002), altruisme adalah respon yang menimbulkan positive
feeling, seperti empati. Seseorang yang altruis memiliki motivas.
59
4. Inisiatif
Seseorang yang altruis memiliki inisiatif untuk melakukan tindakan
menolong dengan cepat dan tepat.
5. Rela berkorban
Ada hal yang rela dikorbankan dari seseorang yang altruis untuk melakukan
tindakan menolong.
F. Agresifitas
Agresi menurut Murray didefinisikan sebagai suatu cara untuk melawan
dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh atau menghukum
orang lain baik secara fisik ataupun psikis. Sedangkan menurut Baron dan Byrne
(1997) mendefinisikan agresi sebagai perilaku yang diarahkan dengan tujuan untuk
membahayakan orang lain. Atau secara singkatnya agresi adalah tindakan yang
dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain. Agresi
merupaan perilaku yang dimaksudkan menyakiti orang lain, baik secara fisik
maupun psikis.28
Dalam hal ini, jika menyakiti orang lain karena unsur ketidaksengajaan, maka
perilaku tersebut bukan dikategorikan perilaku agresi. Rasa sakit akibat tindakan
medis misalnya, walaupun sengaja dilakukan bukan termasuk agresi. Sebaliknya,
niat menyakiti orang lain tetapi tidak berhasil, hal ini dapat dikatakan sebagai
perilaku agresi. Pengertian agresi merujuk pada perilaku yang dimaksudkan untuk
membuat objeknya mengalami bahaya atau kesakitan. Juga agresi adalah setiap
bentuk keinginan (drive-motivation) yang diarahkan pada tujuan untuk menyakiti
atau melukai seseorang.
Agresi dapat dilakukan secara verbal atau fisik. Perilaku yang secara tidak
sengaja menyebabkan bahaya atau sakit bukan merupakan agresi. Pengerusakan
barang dan perilaku destruktif lainnya juga termasuk dalam definisi agresi.
Secara umum islam merupakan agama yang melarang kekerasan. Bagi islam,
membunuh seseorang yang bukan karena membunuh orang lain atau karena
membuat kerusakan dimuka bumi, sama dengan membunuh semua orang yang ada
di bumi (Q.S al-Maidah [5] : 32).
28
Ibid, h. 197.
60
oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi,
Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa
yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang
kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang
jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui
batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.
Beberapa ayat bahkan disampaikan-Nya dengan penegasan (muakkad) seperti
pada surat Al-Baqarah ayat 60, Al-Araf ayat 74, Hud ayat 85, dan Asy-Syuara
ayat 183.
....dan janganlah kamu membuat kejahatan dimuka bumi dengan membuat
kerusakan.29
Faktor Penyebab Perilaku Agresi
1. Amarah
Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas sistem saraf
parasimpatik yang tinggi dan ural yang mengendalikan agresi.
2. Kesenjangan Generasi
Adanya perbedaan atau jurang pemisah (Gap) antara generasi anak dengan
orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin
minimal dan seringkali tidak nyambung. Kegagalan komunikasi orang tua dan
anak diyakini sebagai salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak.
Permasalahan generation gap ini harus diatasi dengan segera, mengingat bahwa
selain agresi, masih banyak permasalahan lain yang dapat muncul seperti
masalah ketergantungan narkotik, kehamilan diluar nikah, dan seks bebas.
29
Ibid, h. 200.
61
2. Agresi instrumental (instrumental aggression)
Pada umumnya tidak disertai emosi. Perilaku agresif hanya merupakan
sarana untuk mencapai tujuan lain selain penderitaan korbannya. Agresi
instrumental mencakup perkelahian untuk membela diri, penyerangan terhadap
seseorang ketika terjadi perampokan, perkelahian untuk membuktikan
kekuasaan atau dominasi seseorang. Perbedaan kedua jenis agresi ini terletak
pada tujuan yang mendasarinya. Jenis pertama semata- mata untuk
melampiaskan emosi, sedangkan agresi jenis kedua dilakukan untuk mencapai
tujuan lain.
Teori-Teori Agresi
1. Teori Frustrasi Agresi
Teori frustrasi-agresi atau hipotesis frustrasi-agresi (frustration-aggression
hypothesis) berasumsi bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan, akan timbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan
memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau objek yang
menyebabkan frustrasi.
2. Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial lebih memperhatikan faktor tarikan dari luar. Bandura
mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari- hari pun perilaku agresif dipelajari
dari model yang dilihat dalam keluarga, dalam lingkungan kebudayaan
setempat atau melalui media massa.
3. Teori Kualitas Lingkungan
Strategi yang dipilih seseorang untuk stimulus mana yang diprioritaskan
atau diabaikan pada suatu waktu tertentu akan menentukan reaksi positif atau
negatif terhadap lingkungan. Berikutnya adalah teori Kualitas Lingkungan yang
salah satunya meliputi kualitas fisik (ambient condition). Berbicara mengenai
kualitas fisik (ambient condition).
Dalam Ajaran Islam, perilaku sosial lebih dititikberatkan pada sikap saling
tolong menolong yang terdapat dalam surat Al Maidah ayat 2,
62
)2(
Melalui ayat ini Allah swt. menyuruh umat manusia untuk saling
membantu, tolong menolong dalam mengerjakan kabaikan/kebajikan dan
ketaqwaan. Sebaliknya Allah melarang kita untuk saling menolong dalam
melakukan perbuatan dosa dan pelanggaran. Sebagai makhluk sosial, manusia tak
bisa hidup sendirian. Meski segalanya ia miliki: harta benda yang berlimpah
sehingga setiap apa yang ia mau dengan mudah dapat terpenuhi, tetapi jika ia
hidup sendirian tanpa orang lain yang menemani tentu akan kesepian pula.
Kebahagiaan pun mungkin tak pernah ia rasakan. Lihat saja betapa merananya
(nabi) Adam ketika tinggal di surga. Segala kebutuhan yang ia perlukan disediakan
oleh Tuhan. Apa yang ia mau, saat itu juga dapat dinikmatinya. Tetapi lantaran ia
tinggal sendirian di sana , ia merasa kesepian. Segala yang di sediakan oleh Sang
Pencipta bak terasa hampa menikmatinya. Dalam kesendirian yang diselimuti rasa
kesepian itu Adam berdoa pada Tuhan agar diberikan seorang teman. Allah pun
mengabulkannya. Maka sebagaimana diceritakan dalam al-Quran, Allah pun
menciptakan Hawa (Eva dalam Al-Kitab) untuk menemani Adam. Sebagai
makhluk social pula manusia membutuhkan orang lain. Tak hanya sebagai teman
dalam kesendirian, tetapi juga partner dalam melakukan sesuatu. Entah itu aktivitas
63
ekonomi, social, budaya, politik maupun amal perbuatan yang terkait dengan
ibadah kepada Tuhan. Di sinilah tercipta hubungan untuk saling tolong menolong
antara manusia satu dengan yang lainnya.
64
PENUTUP
A. Saat Diskusi
1. Perbedaan Prososial dengan Altruisme ?
Prososial cendrung menolong orang lain dengan menggunakan atau adanya
motif tertentu, contohnya relawan penanganan korban gunung merapi, motif dari
pelaku bermacam macam seperti ingin melihat langsung kejadian, ingin
merasakan derita korban langsung dan lain lain walaupun ada iklasnya,
sedangkan Altruisme lebih kepada menolong seseorang dengan rasa ikhlas tanpa
pamrih tanpa memepedulikan keselamatan dirinya sendiri, contohnya saat terjadi
kebakaran rumah,di dalamnya terdapat seorang nenek yang terkurung api dan
seorang pemuda menerbos api serta menyelamatkan sinenek tanpa mempedulikan
keselamatnya.
2. Apa perbedaan kriminalitas dengan agrecivitas ?
Agrecivitas lebih didominankan kepada ego dari individu sedangkan
kriminalitas lebih ditekankan kepada kesempatan untuk melakukan
B. Kesimpulan
65
DAFTAR KEPUSTAKAAN
66
IV. PENGARUH SOSIAL
PETA KONSEP
PENGARUH
SOSIAL
Pengertian
Pengaruh Sosial
Kekuatan Sosial
Merujuk pada
perubahan
sikap atau
perilaku, Tekanan untuk
sebagai hasil menyesuaikan
dari interaksi diri yang timbul
dengan orang dari kekuatan
lain sebuah kelompok
sosial.
Konformitas Ketaatan
Dan
Kepatuhan
Berubahnya
sikap atau Kepatuhan :
perilaku seseorang
melaksanakan
perintah
Ketaatan : dengan
seseorang kedongkolan
melaksanakan
perintah
dengan iklas
tanpa
kedongkolan
67
PEMBAHASAN
Pengaruh sosial merujuk pada perubahan sikap atau perilaku, sebagai hasil
dari interaksi dengan orang lain. Pengaruh sosial juga berpengaruh pada perilaku
komunikasi, baik secara individual maupun komunikasi dalam kelompok.
B. Kekuatan Sosial
Yaitu tekanan untuk menyesuaikan diri yang timbul dari kekuatan sebuah
kelompok sosial. atau kekuatan dari pemberi pengaruh yang menyebabkan
perubahan sikap dan perilaku seseorang.
Terbagi atas tiga macam :
1. Kekuatan imbalan (Reward Power)
Pengaruh karena adanya pengakuan dari orang lain bahwa mereka punya hak untuk
melakukannya disebabkan wewenang, status atau kedudukan sosial yang mereka
miliki.
68
4. Kekuatan Rujukan (Referent power)
Pengaruh yang diberikan oleh seseorang yang memiliki pengetahuan yang tinggi.
atau keahlian disuatu bidang tertentu yang berkaitan. Seperti dokter, dosen ,
professor, dan sebagainya.
6. Kekuatan Informasional (Informational Power)
Seseorang yang tidak ahli sekalipun dapat mempunyai pengaruh sosial jika ia
memiliki informasi tertentu yang mendukung terjadinya perubahan seperti yang
diinginkan. Informational power ini terlihat dari si pemberi pengaruh yang
menanamkan kesan atau meyakinkan sasaran.
Kekuatan sosial tergantung pada kualitas, strategi atau modal yang dimiliki oleh
pemberi pengaruh, yang dapat membuat perintah menjadi lebih efektif.
C. Konformitas
Yaitu berubahnya sikap atau perilaku yang disebabkan adanya tekanan dari
kelompok (group pressure). Sebagaian besar orang hampir selalu bertingkah laku
seseuai dengan norma sosial dengan kata lain orang-orang menunjukkan
kecendrungan yang kuat terhadap konformitas. Konformitas pertama kali dipelajari
secara sistematis oleh Solomon Asch, yang penelitian klasiknya mengindikasikan
bahwa banyak orang akan mengikuti tekanan sosial dari kelompok yang bersuara
bulat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas.
a. Pembentukan Norma
69
Ini berarti norma dapat dan akan berubah, dan individu harus terus mempelajari
untuk menentukan norma apa yang ada dan bagaimana harus berperilaku.
b. Tekanan Kelompok (Group pressure)
70
permintaan secara langsung atau perintah. Hal ini, secara nalar, adalah bentuk
yang paling langsung dari pengaruh sosial.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan:
a. Sosok berwenang
Semakin dekat subjek dengan seseorang yang berwenang, semakin tinggi
kemungkinan individu untuk patuh. Beberapa studi menyatakan bahwa subjek akan
menuruti perintah dari orang yang diyakini mempunyai wewenang, dengan menilai
dari pakaian (misal seragam) atau petunjuk lain (seperti tanda pangkat, bahasa atau
gelar).
b. Dukungan kelompok
Dukungan kelompok berpengaruh terhadap kepatuhan. Makin banyak anggota
kelompok yang patuh, makin besar individu lain untuk juga patuh.
Kekuatan sosial yang memiliki kualitas dan memiliki efek yang besar dapat
menimbulkan ketaatan. Ketaatan yaitu pengaruh yang diberikan seseorang kepada
orang lain sehingga orang tersebut melakukan perintah tersebut entah itu dengan
kerelaan atau tidak. Ketaatan dapat ditingkatkan dengan cara mengajukan
permintaan yang ringan dan baru yaitu efek teknik foot in the door.
Secara umum ketaatan dapat terjadi karena:
1. Karena adanya otoritas yang sah yang menuntut ketaatan. Harapan dari
orang yang menduduki posisi tertentu dalam otoritas yang menimbulkan
ketaatan, contoh kepala pemerintahan dalam suatu negara.
2. Karena adanya ganjaran, hukuman dan ancaman. Untuk meningkatkan
tekanan terhadap individu untuk menampilkan perilaku yang diinginkan
melalui ganjaran. Dalam batas-batas tertentu, semakin besar ganajran,
ancaman atau hukuman, semakin besar ketaatan yang ditimbulkan.
Ketaatan juga dapat dipengaruhi melalui peniruan atau imitasi.
3. Karena adanya haraoan orang lain.
E. Pengaruh sosial dalam islam
Dalam islam tidak diterangkan secara jelas bahwa adanya pengaruh sosial
dalam masyarakat. Tapi perihal mengenai pengaruh sosial disiratkan dalam
beberapa ajaran agama islam, sperti dalam hadis Nabi SAW.
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari
mereka. (HR.Ahmad dan Abu Daud)
71
Dalam hadis ini menyiratkan bahwa adanya pengaruh sosial dalam lingkungan
masyarkat.
PENUTUP
A. Saat Diskusi
1. Apa yang menyebabkan seseorang melakukan konformitas ?
Penyebab nya adalah karna seseorang berada dalam tekanan sehingga ia
melakukan konformitas dan ada juga pembentukan norma yang berlaku dalam
kehidupan bermasyarakat.
2. Apa perbedaan konformitas dengan adaptasi ?
Konformitas dan adaptasi sama dalam pengertian secara sempit yakni sama
sama menyesuaikan diri, tetapi dalam artian luas adaptasi didominankan pada hal
penyesuaian diri yang lebih bersifat fungsi fisiologis dan biologis dari individu
sedangkan konformitas lebih mendominankan pada fungi hubungan bermasyarakat
atau sosial.
B. Kesimpulan
Pengaruh sosial merujuk pada perubahan sikap atau perilaku, sebagai hasil
dari interaksi dengan orang lain. Pengaruh sosial juga berpengaruh pada perilaku
komunikasi, baik secara individual maupun komunikasi dalam kelompok.
Pengaruh sosial memiliki peran yang penting dalam pembentunkan kelompok atau
pun dalam kehidupan sosial masyarakat.
Kekuatan sosial yaitu tekanan untuk menyesuaikan diri yang timbul dari
kekuatan sebuah kelompok sosial. atau kekuatan dari pemberi pengaruh yang
menyebabkan perubahan sikap dan perilaku seseorang.
Memiliki beberapa bentuk seperti, kekuatan imbalan, kekuatan hukuman, kekuatan
legitimasi, kekuatan rujukan, dan kekuatan ahli.
72
Kepatuhan yaitu tekanan untuk menyesuaikan diri yang timbul dari
kekuatan sebuah kelompok sosial. atau kekuatan dari pemberi pengaruh yang
menyebabkan perubahan sikap dan perilaku seseorang.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Baron Robert, Psikologi sosial jilid 2, Edisi Kesepuluh, Jakarta : Erlangga, 2005.
Shelley Taylor, Psikologi Sosial, Edisi Kedua Belas, Jakarta : Kencana, 2009
73
V. PERILAKU KELOMPOK
PETA KONSEP
74
PEMBAHASAN
E. Pengertian Perilaku Kelompok
(1)Pengertian Perilaku
30
Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta : CV.Andi Offset, 2003), h. 79.
31
J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (diterjemahkan oleh Kartini Kartono), (Jakarta,
2005), h. 43.
32
Ibid, h. 53.
75
pendapat untuk menunjukkan aksi
menolak penolakkan
pembangunan terhadap rumah
rumah sakit sakit tersebut hanya
(
tersebut ada tinggal separuh dari
-
banyak. Dan itu yang memberikan
)
merupakan contoh pendapat untuk
dari sikap menolak, atau bisa
S
seseorang terhadap dikatakan hanya
i
suatu kasus sebagian orang dari
k
yang berpendapat
a
tadi untuk berdemo
p
menunjukkan aksi
penolakan terhadap
=
pembangunan
rumah sakit
t
tersebut. Dari
i
contoh diatas, maka
n
inilah yang
d
dinamakan perilaku
a
3 Kesimpulan Sikap identik Perilaku diatas dari
k
dengan sesuatu hal tingkatan sikap
a
yang masih yakninya
n
direncanakan dan perwujudan dari
/
belum terwujud sesuatu hal tersebut
p
aktualisasinya. sudah tampak dan
e
sudah
n
diaktualisasikan.
(
-) Perilaku = Tingkah Laku = Tindakan = Kelakuan = tindak tanduk =
perangai33.
33
Ibid, h. 54.
76
(2)Pengertian Kelompok
34
Sarlito Wirawan, Psikologi Sosial, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), h. 2-4.
35
Ibid, h. 4 6.
77
Shaw (1979) seorang ahli dalam dinamika kelompok memberikan
pengertian mengenai kelompok itu as two or more people who interact with
and influence one another. Menurut Shaw satu ciri yang dipunyai oleh
semua kelompok, yaitu anggotanya saling berinteraksi satu dengan yang
lain, dan karenanya saling mempengaruhi. Sebagai contohnya dua orang
Fredy dan Nina, merupakan suami-isteri yang saling berinteraksi, ini
merupakan suatu kelompok, tetapi sejumlah orang yang naik bus karena
mereka antara satu dengan yang lain tidak saling berinteraksi, dan tidak
saling mempengaruhi hanya merupakan kumpulan individu-individu36.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kelompok adalah : sekelompok orang
yang saling berhubungan dan setidaknya memiliki potensi untuk melakukan
interaksi bersama sama.
Struktur Kelompok
Social norms (norma sosial) adalah aturan dan ekspektasi mengenai
bagaimana anggota kelompok seharusnya berperilaku. Norma menentukan
tindakan dan keyakinan individu yang disetujui atau tidak disetujui oleh
kelompok sosial. Contoh : studi terhadap mahasiswa yang mengikuti kursus
jarak jauh yang diajarkan melalui internet. Instruktur menugaskan
mahasiswa membentuk tim dan kemudian mengamati kemunculan aturan
tim. Anggota tim dengan cepat menciptakan berbagai macam norma,
seperti anggota tim harus sama sama aktif bekerja, mau mengerjakan
tugas tanpa harus dipaksa, mengecek email dua kali sehari pagi dan sore,
berbagi nomor telepon anggota, memberi informasi kelompok jika mereka
berencana keluar kota, dan sebagainya37.
Di dalam pertemanan, norma sosial biasanya bersifat informal dan
diciptakan melalui interaksi tatap muka. Tetapi dalam setting lainnya,
struktur dasar dari suatu kelompok sudah ditentukan sebelumnya. Misalnya
dalam organisasi kemahasiswaan, mungkin ada posisi seperti presiden,
sekretaris dan bendahara, yang mana untuk masing masing posisi tersebut
sudah ada aturan yang harus dipatuhi, tanggung jawab yang harus diemban.
36
Bimo Walgito, Op.cit, h.. 79.
37
Taylor Shelley, Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas, (Jakarta : Kencana, 2009), h. 380
78
Kalster (sederetan) norma yang berlaku pada orang orang dalam
posisi tertentu, seperti partner hukum senior atau asisten administrasi,
merupakan social role (peran sosial) mereka. Peran ini mendefinisikan
pembagian kerja dalam kelompok.
Social status (status sosial) : perbedaan suatu latar belakang/back
ground yang dimiliki oleh setiap anggota dalam sebuh kelompok. Posisi
posisi dalam kebanyakan sistem sosial akan berbeda dalam hal prestise dan
level otoritasnya.
Expectation States Theory (teori keadaan ekspektasi) dikembangkan
oleh Jhoseph Berger (1986), menganalisis penciptaan perbedaan status
dalam kelompok. Menurut teori ini, anggota kelompok ingin mencapai
tujuan tertentu dan mau memberi status tinggi kepada anggota lain yang
dapat membantu menyukseskan kelompok.
F. Fasilita Sosial
38
Fattah Hanurawan, Psiologi Sosial Suatu Penghantar,( Bandung : PT.Remaja Rosdakarya,
2010), h. 92.
79
mereka akan lebih produktif apabila ada lima orang di satu ruang ketimbang
jika mereka sendirian di ruangan39.
(1) Zajonc : adanya tendensi bawaan untuk bangkitnya motivasi ketika ada
orang lain.
(2) Orang lain dapat membangkitkan motivasi seseorang karena kita
memikirkan bagaimana orang lain itu akan menilai kita dan kita ingin
memberikan kesan yang positif Reaksi ini dinamakan sebagai
evaluation apprehension (pemahaman evaluasi).
(3) Kehadiran orang lain itu menganggu perhatian. Pada tugas mudah yang
tidak memerlukan perhatian khusus, kita bisa mengkompensasi
gangguan itu dengan berkonsentrasi lebih keras dan maka dari itu
kinerja kita menjadi lebih baik. Tetapi, gangguan dari orang lain akan
merugikan kinerja pada tugas yang kompleks perluasaan ide ini
39
Taylor, Op.cit, h. 365.
80
adalah distraction-conflict model (model gangguan konflik) yang
menyatakan bahwa kehadiran orang lain menciptakan konflick antara
dua tendasi dasar, diantaranya :
40
Ibid, h. 396.
81
permainan menunjukkan bahwa bila struktur ganjaran suatu situasi bersifat baur
atau bermakna ganda, para mahasiswa sering memilih strategi kompetitif yang
menimbulkan hambatan bagi mereka untuk memperoleh ganjaran maksimal. Tetapi
dalam situasi dimana struktur ganjaran lebih nyata dan lebih penting daripada
permainan simulasi, ganjaran dapat meningkatkan kerja sama para mahasiswa yang
dalam permainan truk berusaha mengalahkan rekannya mungkin menunjukkan
perilaku yang sangat koperatif dalam keluarga mereka atau dengan teman
sebenarnya dalam keadaan di mana kerja sama diharapkan dan diberi ganjaran.
Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa faktor situasional yang
mempengaruhi persainngan, diantaranya41 :
KEPEMIMPINAN
1. Kepemimpinan
2. Struktur kepemimpinan
41
Ibid, h. 396 400.
82
3. Kepemimpinan Dalam Islam42
42
Veithzal Rivai, Psikologi Dakwah Islamic Leadership, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2000),
h. 57.
83
H. Wabah Sosial
1. Kohesivitas
2. Proses Disosiatif
43
https://prari007luck.wordpress.com/tag/wabah-sosial/, diakses pada tanggal 19 Mareti
2014, Pukul 11.10.
44
Robert A.Baron, Psikologi Sosial Jilid-2, Jakarta, Penerbit Erlangga, 2003, h. 179.
84
Proses-proses yang disosiatif sering pula disebut sebagai oppositional
processes. Seperti halnya kerjasama, ia dapat ditemukan pada setiap
masyarakat, meskipun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan
sistem sosial masyarakat yang bersangkutan.
Islam adalah agama samawi terakhir dibawa oleh Nabi Muhammad SAW
dengan ajaran yang bersumber pada Al-Quran dan Sunnah. Islam dalam
konteks bahasa ini dimaksudkan sebagai suatu cara dan pandangan terhadap
hidup, atau lebih tepatnya cara pandangan terhadap wujud. Hal ini seringkali
disebut dengan istilah worldview. Perilaku Kelompok dalam Islam, berarti
perilaku tersebut menurut ajaran dan berdasarkan worldview Islam. Dalam
pandangan Islam, prilaku dan aktivitas apapun dalam suatu wadah organisasi,
kelompok (atau wadah apapun lainnya) tidak bisa hanya diatur berdasarkan
keinginan pengalaman manusia. Tuhan, melalui wahyu-Nya, telah memberikan
85
pedoman, pandangan, bimbingan dan rambu-rambu untuk diikuti, sebagaimana
termuat dalam al-Quran dan Sunnah rasul45.
Contohnya QS : al-Hujurat 11
45
Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah,( Jakarta : Prenada Media Group, 2009), h.129.
86
PENUTUP
KESIMPULAN
87
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arifin Veithzal Rivai, Psikologi Dakwah Islamic Leadership, Jakarta : PT. Bumi
Aksara, 2000.
88
VI. PSIKOLOGI SOSIAL : APPLIED GENDER ISSUESS
PETA KONSEP
Jenis kelamin
APPLIED GENDER ISSUESS Pengertian gender
Mengidentifikasi
perbedaan laki-laki dan
perempuan dari segi
Jenis kelamin sosial budaya
Perilaku sosial
pria dan wanita
membedakan antara laki -
istilah biologis laki dan perempuan yang
berdasarkan didasarkan pada aspek
perbedaan konsepsi sosiokultural
guna
persamaan
kedudukan antara
perempuan dan laki-
laki
untuk mengurangi
diskriminasi
terhadap
perempuan
menjawab isu isu
yang telah
dilemparkan oleh
kaum feminis
tentang
diskriminasi
Status terhadap mereka
kejadian
Pengabdian
kemanusiaan
89
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gender
Istilah gender berasal dari bahasa inggris yaitu gender yang berarti jenis
kelamin.Artinya ini merancukan pengertian gender karena seks juga berarti jenis
kelamin, sementara pengertian seks dan gender secara mendasar berbeda. Untuk
menghilangkan kerancuan itu ,perlu dibedakan pengertian dasar dari kedua istilah
tersebut .Nasaruddin Umar mengemukakan bahwa gender secara umum digunakan
untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial budaya ,
sedangkan seks digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan
perempuan dari segi anatomi biologis.46
Istilah gender dikembangkan sebagai alat analisis ilmu sosial untuk
memahami berbagai permasalahan terhadap perempuan secara umum .Gender dan
jenis kelamin mempunyai perbedaan yang mendasar .Jenis kelamin lebih mengarah
pada pembagian fisiologis atau anatomis manusia secara biologis .Dalam hal ini
,jenis kelamin sebagai ciri biologis merupakan gejala yang permanen sebagai
kodrat yang merupakan takdir tuhan .
Gender merupakan istilah yang digunakan untuk membedakan antara laki -
laki dan perempuan yang didasarkan pada aspek sosiokultural .Isu gender muncul
sebagai akibat suatu kondisi yang menunjukkan kesetaraan gender .Sebab itu ,
sebagian perempuan masih kental dipengaruhi oleh gambaran ideal gender ,akan
sulit sekali keluar dari gambaran ideal .Hal tersebut dikarenakan semua ini sudah
menjadi budayanya.
Dengan demikian ,terminasi gender dilatarbelakangi oleh kondisi dari jenis
kelamin yang menimbulkan status dan peranan yang berbeda .Pembagian status
dan peran yang secara kultural dianggap tidak adil dimana status dan peran laki-
laki dianggap superior sedangkan perempuan diposisi inferior akan memunculkan
gejala diskriminatif gender .
Gender dipahami dan dianalisis dari perbedaan yang bukan alami dan
bahkan sering diterjemahkan dalam pengertian diskriminasi atau perbedaan yang
dianggap membawa kerugian dan penderitaan bagi perempuan .Artinya gender
telah memosisikan perempuan menjadi tidak setara dn menjadi sub ordinat oleh
pihak laki-laki .Munculnya permasalahan gender dilatarbelakangi oleh situas
46
Nelhayati, Bias Gender dalam Memahami Hadis, (Padang : Hayfa Press), 2006, h. 9-10.
90
kultural dimana fungsi dan peran perempuan yang dibatasi oleh sistem nilai dan
norma47 .
B. Jenis Kelamin
Jenis kelamin didefenisikan sebagai istilah biologis berdasarkan perbedaan
konsepsi. Sedangkan gender merujuk pada semua hal yang berhubungan dengan
jenis kelamin seseorang, termasuk peran, tingkah laku, kecenderungan dan atribut
lain yang mendefenisikan arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam
kebudayaan yang ada. Perbedaan gender dapat didasarkan pada faktor biologis,
proses belajar atau kombinasi keduanya.48
Asal perbedaan gender sering kali diperdebatkan, tetapi kita sepakat
menyatakan bahwa berbagai atribut gender yang seluruhnya berdasarkan pada apa
yang diajarkan, seperti hubungan antara rambut panjang dengan femininitas.
Barbara mackoff menyatakan bahwa ...perbedaan terbesar antara perempuan dan
laki-laki adalah cara kita memperlakukan mereka, dan juga berdasarkan
determinan biologis, seperti ada atau tidak adanya kumis.
Sebuah analogi dari seorang antropolog, Kathryn March jenis kelamin
terhadap gender seperti sinar terhadap warna. Maksudnya adalah, bahwa jenis
kelamin dan cahaya merupakan fenomena fisik, sementara gender dan warna
merupakan kategori yang dibentuk berdasarkan budaya, dimana secara tegas
membagi jenis kelamin dan cahaya dalam subkelompok tertentu.
Berikut beberapa tema umum dalam penggambaran jenis kelamin :
1. Pria ditunjukkan dalam berbagai macam peran sosial dan aktivitas sosial,
sedangkan wanita lebih terbatas pada peran keluarga dan domestik.
2. Pria umumnya digambarkan sebagai ahli dan pemimpin; wanita sebagai
subordinat.
3. Pria digambarkan lebih aktif dan berpengaruh ketimbang wanita.
4. Meski populasi wanita lebih banyak, mereka lebih sedikit ditampikan
media.49
47
Elly Setiadi,Pengantar Sosiologi:pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan
Sosial:Teori,Aplikasi dan Pemecahannya,(Jakarta : Kencana), h. 872-873.
48
Robert Baron, Donn Byrne, Social Psychology, (Jakarta : Erlangga, 2003), h.187.
49
Taylor, Shelly, Social Psychology, (Jakarta : Kencana, 2009), h.414.
91
Setiap orang memiliki identitas gender (gender identity), yaitu bagian kunci
dari konsep diri dalam label sebagai laki-laki atau perempuan. Pada sebagian
besar orang, jenis kelamin biologis dan identitas gender berkorespondensi,
walaupun proporsinya kecil dalam populasi, identitas gender mereka berbeda dari
jenis kelamin mereka.
Hal pertama yang ditanyakan orang dewasa tentang seorang bayi adalah
apakah bayi tersebut laki-laki atau perempuan. Pengumuman akan kelahiran
seorang bayi dimulai dengan informasi tentang itu, lalu dipilihlah nama yang
berbau laki-laki atau perempuan, baju merah muda atau biru yang dibeli, kamar
bayi didekorasi baik dengan gaya feminin atau maskulin, mainan dan pakaian yang
sesuai dengan gender pun dibeli. Seperti yang dinyatakan angier, masyarakat
masih berasumsi bahwa anak laki-laki akan tetap kekanak-kanakan, sementara
perempuan tidak.50
Walaupun penekanan yang luas terhadap defenisi gender, bayi dan anak-
anak lain pada umumnya tidak menyadari baik jenis kelamin atau gender mereka
sampai mereka berusia dua tahun. (di prasekolah, salah satu anak perempuan
melihat alat genital temannya dan bertanya mengapa ia dan henry tidak sama).
Berbagai alasan muncul, dua tahun adalah usia pada umumnya anak belajar untuk
menyatakan dirinya adalah perempuan atau laki-laki, sering kali tanpa pengertian
yang benar terhadap kata itu sendiri. Secara bertahap, identitas gender diperoleh
pada saat anak mengembangkan kesadaran diri (a sense of self) yang mencakup
kelaki-lakian /maskulinitas atau keperempuan /femininitas.
51
Taylor, op. cit. h. 445.
93
D. Jenis Kelamin Dan Perubahan Peran
Perilaku orang sangat dipengaruhi oleh peran sosial. Kehidupan orang
dewasa ditata berdasarkan berbagai peran, seperti anggota keluarga, pekerja dan
anggota komunitas atau masyarakat. Ide utamanya disini adalah bahwa banyak
peran sosial yang penting didefenisikan secara berbeda untuk wanita dan pria.
Dalam keluarga orang biasanya punya ekspektasi berbeda untuk ibu dan ayah,
untuk suami dan istri dan untuk anak perempuan dan anak laki-laki. Dalam dunia
kerja, peran okupasional (pekerjaan) sering didasarkan pada jenis kelamin.
Perawat, juru ketik, dan guru tk atau sd biasanya adalah wilayah perempuan;
sedangkan pengobatan, konstruksi dan guru olahraga sma biasanya adalah wilayah
pria. Dalam organisasi bisnis, pekerjaan wanita sering berada pada status rendah,
kurang prestise dan lebih kecil kekuasaannya ketimbang pria. Lelaki adalah bos
dan wanita adalah asisten.
Peran sosial tradisional memengaruhi perilaku wanita dan pria dalam
beberapa hal. Perbedaan ini melanggengkan pembagian kerja berdasarkan gender,
dimana perempuan bekerja dirumah dan mengasuh anak sedangkan lelaki adalah
pencari nafkah. Peran juga memengaruhi keahlian dan minat seseorang yang
muncul sejak masa kecil dan kemudian dikembangkan dimasa dewasa, misalnya
anak gadis biasanya bermain masak-masakan dan boneka sebagai persiapan
menjadi ibu rumah tangga.
Menurut teori peran sosial, pebedaan perilaku wanita dan lelaki terjadi
karena dua jenis kelamin itu menempati peran sosial yang berbeda dalam
kehidupan sehari-harinya. Orang biasa menyesuaikan diri dengan norma yang
diasosiasikan dengan peran spesifik dan berprilaku yang tepat secara sosial. Jadi,
suami yang ingin menjadi pemberi nafkah yang baik, mungkin menunjukkan
ambisi dan dedikasi pada kariernya. Istri yang ingin menjadi ibu yang baik,
mungkin akan sering membaca buku tentang pengasuhan anak dan mencurahkan
waktunya untuk mengurusi anaknya. Peran yang berbeda menyebabkan wanita dan
pria memiliki minat berbeda mengembangkan keterampilan yang berbeda dan
menghabiskan waktu dalam aktivitas yang berbeda.52
Sebaliknya, ketika wanita dan pria menduduki peran yang sama, sikap dan
perilaku mereka sering mirip. Ini diilustrasikan dalam sebuah studi terhadap ayah
52
Ibid, h. 435.
94
tunggal yang karena bercerai atau istrinya meniggal, bertanggung jawab untuk
mengasuh anaknya yang berusia dibawah 13 tahun. Sebagai pengasuh anak, si ayah
memiliki keahlian yang mirip dengan keahlian ibu, tetapi ayah ini berbeda sekali
dengan ayah yang tidak menempati peran semacam itu.
Riset lintas kultural memberikan bukti jauh dari cara-cara peran sosial
memengaruhi perilaku. Diantara penduduk luo di kenya, anak laki-laki dan
perempuan biasanya diberi tugas yang berbeda, dimana anak lelaki mengerjakan
tugas berat, sedangkan anak perempuan diberi tugas pengasuhan. Akan tetapi,
ketika tidak ada anak gadis dalam keluarga yang menjalankan tugas perempuan,
anak lelakilah yang diserahi tugas itu. Sehingga, anak lelaki yang menjalankan
tugas perempuan cenderung menjadi kurang agresif, kurang dominan, dan lebih
tergantung pada orang lain. Secara biologis ia tidak berbeda dengan anak laki-laki
lainnya, namun tugas feminin mereka telah mempengaruhi personalitas dan
perilakunya.
E. Gender Dalam Islam
95
terjadi penciptan tetesan (nutfah ) yang kemudian disempurnakan dalam proses
embrionik didalam rahim ibu.
bukankah dulu ia adalah tetesan (nutfah )yang di tumpahkan (ke dalam rahim)
kemudian tetesan itu menjadi segumpal darah (alaqoh ), lalu allah menciptakannya
dan menyempurnakannya, dan allah menjadikan dari padanya sepasang :laki-laki
dan perempuan. (qs.al-qiyamah[75]:37-39 )
Dan dialah yang menciptakan berpasang pasangan laki-laki dan perempuan. Dari
tetesan (nutfah )yang di pancarkan.(qs an-najm [53]:45-46 )53
Pandangan islam tentang gender guna untuk mengurangi diskriminasi
terhadap perempuan juga untuk menjawab isu isu yang telah dilemparkan oleh
kaum feminis tentang diskriminasi terhadap mereka, sehingga tidak muncul lagi
kesalahpahaman tentang kedudukan perempuan.secara kusus dapat dikatakan apa
sebenarnya perbedaan dan persamaan kedudukan antara laki-laki dan perempuan
dalam al-quran.persamaan kedudukanantara peremuan dan laki laki di antaranya:
1. Tentang status kejadian
Al-quran menerangkan bahwa penciptaan laki-laki dan
perempuan sama antara zat yang di gunakan,seperti firman allah
dalam surat an-nisa ayat1hai sekalian manusia,bertaqwalah kepada
tuhanmu yang telahmenciptakan kamu dari jenis yang sama, dan
dari pada allah menciptakan pasangan,dan darinya allah
memperkembangkan laki-laki di antaranya:
Ayat di atas merupakan penegasan dari allah bahwa status kejadian
laki-laki dan perempuan sama.allah tidak pernah menyebutkan
bahwa hawa mempunyai martabat yang lebih rendah dari adam
2. Tentang pengabdian
53
Aliah,Psikologi Perkembangan Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Perseda), 2006 , h.58-59.
96
Allah tidak membedakan balasan kepada laki-laki dan
perempuan yang mengabdi kepadanya terdapat dalam surat an-nahl
ayat 97
3. Tentang kemanusian
Allah menolak pandangan yang membedakan antara laki-
laki dan perempuan dalam kemanusian sebagaimana ditegaskan
allah dalam surat an-nahl ayat 58-59. 54
54
Nelhayati, Bias Jender Dalam Memahami Hadis,Padang,Hayfa Press, 2006 ,hlm.37-39
97
PENUTUP
Kesimpulan
98
DAFTAR KEPUSTAKAAN
99
VII. ENVIRONMENTAL HUBUNGAN SOSIAL PSYCHOLOGY
PETA KONSEP
RUANG PRIBADI
DAN TERITORIAL 1.KEBISINGAN
2. TATA RUANG
3. KEHIDUPAN DI
KOTA BESAR
100
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi Sosial Dan Psikologi Lingkungan
55
Bimo Walgito, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Andi Offset), h.7.
56
Anne Anastasi, Bidang Bidang Psikologi Terapan, (Jakarta : CV.Raja Wali,) h.337.
101
B. Perilaku Spasial Manusia
Istilah spasial berasal dari kata spatial yang mempunyai arti segala sesuatu
yang berkenan dengan ruang (space), tetapi bukan ruangan yang di artikan sebagai
Room ( bahasa inggris ). Oleh karena itu, penggunaan terjemahan spatial menjadi
spasial dalam bahasa Indonesia untuk menghindari kerancuhan pengertian yang
sempit sebagai room. Jadi pengertian menurut istilah merupakan segala sesuatu
mengenai ruang. psikologi merupakan ilmu tentang prilaku atau aktivitas
aktivitas individu. Perilaku atau aktivitas aktivitas tersebut dalam pengertian
yang luas, yaitu perilaku yang menampak dan atau perilaku yang tidak
menampak.57
Maka, inilah satu pertanyaan yang di ajukan oleh para peneliti lingkungan,
yang menggunakan istilah proksemik untuk menyatakan penelitian tentang
prilaku spasial manusia ( Hall, 1959 ). Selanjudnya membahas dua aspek dari
penggunaan ruang oleh manusia yaitu:
Ruang Pribadi
Ruang Pribadi adalah daerah di sekitar tubuh seseorang, dengan batas yang
tidak tampak , dimana orang lain tidak boleh msuk ( Sommer, 1969 ).
Kemudian ruang pribadi sering di ukur melalui jarak fisik yang di pertahankan
seseorang terhadap orang lain. Tetapi ruang pribadi juga menyangkut hal lain
selain jarak fisik. Pada jarak yang sangat dekat, kita dapat menyentuh dan
membaui orang lain, berbisik dan melihat roman muka mereka dengan jelas.
Teritorialitas
Teritori ( wilayah kekuasaan ) adalah daerah yang di kuasai oleh individu
atau kelompok tertentu. Perilaku territorial menyangkut tindakan yang di
rancang untuk memancang atau menandai sesuatu teritori dan mmenuntut
pemiliknya. Seperti yang di kemukakan dalam contoh perpustakaan, orang
sering mencoba menjaga teritori mereka dari gangguan ketika mereka tidak ada
di tempat.
57
Bimo walgito, Op.cit, h.15.
102
Menurut Altman ( 1975 ), membedakan tiga jenis teritori manusia yang utama
yaitu:
1. Teritori primer, dimiliki dan digunakan secara ekslusif oleh seorang
individu atau suatu kelompok.
2. Teritori sakunder, adalah ruang yang di gunakan secara teratur, tetapi
bersamaan dengan orang lain.
3. Teritori public, adalah tempat sebuah taman atau ruang tunggu
dimana setiap orang tampak memiliki hak masuk yang sama.
C. Crowding
Suatu bentuk kumpulan (collection) individu individu, dalam kumpulan
itu tidak terdapat interaksi dan tidak terdapat adanya struktur, dan pada umumnya
berjumlah banyak orang dan berlangsung tidak lama. Dikemukakan oleh Gustave
Le Bon bahwa massa itu merupakan suatu kumpulan orang banyak, berjumlah
ratusan atau ribuan, yang berkumpul dan mengadakan hubungan untuk sementara
waktu, karena minat dan kepentingan bersama pula. Misalnya orang yang melihat
petandingan sepak bola, orang yang melihat bioskop dan sebagainya.58
58
Ibid, h. 117 - 118 .
59
Anne Anastasi, Op.cit, h.376.
103
Kesesakan (crowding) dan kepadatan (densitiy) merupakan fenomena yang
akan menimbulkan permasalahan bagi setiap negara di dunia di masa yang akan
datang. Hal ini dikarenakan terbatasnya luas bumi dan potensi sumber daya alam
yang dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia, sementara perkembangan jumlah
manusia di dunia tidak terbatas. Kesesakan dan kepadatan yang timbul dari
perkembangan jumlah manusia di dunia pada masa kini telah menimbulkan
berbagai masalah sosial di banyak Negara (misalnya : Indonesia, India, Cina, dan
sebagainya), baik permasalahan yang bersifat fisik maupun psikis dalam perspektif
psikologis. Contoh permasalahan sosial yang nyata dalam perspektif psikologis
dari kesesakan dan kepadatan penduduk adalah semakin banyaknya orang yang
mengalami stres dan berperilaku agresif destruktif. Berdasarkan fenomena yang
muncul dari dari realitas kini dan perkiraan berkembangnya dan timbulnya masalah
di masa yang akan datang, maka dalam perspektif psikologi lingkungan kiranya
dipandang tepat untuk menjadikan kesesakan dan kepadatan menjadi argumen bagi
suatu pengkajian secara lebih dini dan lebih mendalam dalam usaha mengantisipasi
persoalan-persoalan sosial yang pasti akan timbul pada masa kini dan masa yang
akan datang.
104
pekanbaru dalam satu tahun hanya dinikmati udara bersih selama 22 sampai
62 hari saja. Kerusakan lingkungan hidup memberi efek yang besar bagi
kelangsungan hidup manusia itu sendiri.
Pencemaran air
Penelitian pada 22 sungai di jawa barat tahun 2000 menunjukan
bahwa angkanyan melebihi ambang batas. Limbah indusri, pertanian, dan
rumah tangga merupakan penyumbang terbesar dari pencemaran air
tersebut. Kualitas air permukaan danau, dan perairan umumnya juga
nenunjukan kondisi yang memprihatinkan. Umumnya di sebabkan karena
tumbuhnya fitoplankton secara berlebihan sehingga menyebabkan
terjadinya timbunan senyawa fosfat yang berlebihan. Kondisi air tanah,
kususnya di perkotaan mengkuatirkan terjadinya intrusi air laut dan banyak
di temukan bakteri dan logam berat yang melebihi ambang batas.
Cuaca
Teori teori yang membahas efek iklim terhadap tingkah laku
manusia dan perkembangan peradapan dapat di telusuri kembali dalam
pandangan Aristoteles dan bahkan lebih awal dari masa itu. Dengan adanya
cuaca yang tidak memungkinkan bias berpengaruh terhadap tingkah laku
manusia sehingga menimbulkan stress, dengan keadaan seperti itu akan
menimbulkan tingkah laku manusia seperti penurunan performens,
kecelakan, kejahatan dengan kekerasan, kerusuhan, bunuh diri, dan
penrimaan pasien di rumah sakit psikiatris.
Beberapa penelitian menunjukan adanya hubungan antara jumlah
pemasukan dan catatan suhu yang nyata selama periode periode tertentu.
Bahwa naihnya temperature dan bertambahnya lamanya jam siang dapat
menambah stress bagi orang orang yang sudah berada dalam ketegangan
emosional sebelunnya.
60
Herimanto,Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, (Sinar Grafika Offset), h.184 186.
61
Anne Anastasi, Op.cit, h.362 364 .
106
menyejahterakan warga kota dalam menyediakan tempat tinggal, tempat kerja,
bermain, belajar, memperbaiki dan menyembuhkan diri.62
62
DK halim, Psikologi Lingkungan Perkotaan, (bumi aksara), h. 209.
63
Ibid, h. 123 - 125
107
PENUTUP
Kesimpulan
Psikologi sosial dalam memberikan defenisi ternyata diantara para ahli
terdapat perbedaan satu dengan yang lainnya. Sekalipun adanya perbedaan namun
ada satu hal yang tidak dapat lepas dari pengertian psikologi sosial, yaitu tidak
dapat lepas dari masalah situasi sosial.
108
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Herimanto Winarno, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, Jakarta : Bumi aksara, 2010.
109
VIII. PSIKOLOGI SOSIAL DAN PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA
PETA KONSEP
Psikologi Sosial
Dan Psikologi
Lintas Budaya
Pengertian
Psikologi Sosial
Dan Psikologi
Lintas Budaya
Psikologi Sosial : Individualisme dan Koektifitas
Telaah tentang cara
berfikir, merasa, dan
bertindak dalam
lingkungan sosial
dan pengaruh
lingkungan sosial
terhadap fikiran,
perasaan, dan
tindakan. Individualisme : Perilaku
kompelks yang didasarkan
pada kepentingan anggota Kolektivisme : perilaku
kelompok dari pada yang didasarkan pada
kelompok lain. nilai - nilai tradisi.
Perilaku Sosial
Dalam Konteks
Budaya
Akukturasi
dan
Inkulturasi
Prilaku manusia
dalam kaitannya
dengan lingkungan Alkulturasi :
merupakan tinjauan kelompok manusia
dari antropologi yang dengan suatu
pada khususnya kebudayaan yang
antropologi budaya tertentu
dihadapkan ada Inkulturasi : tindakaan untuk
ini meninjau prilaku mengkulturasikan
manusia tidak lepas suatu unsur -
unsur kebudayaan (membudayakan) kembali
dari segi kebudayaan dengan kebudayaan asli
yang asing yang
membelatarbelakingi berbeda
nya. sedemikian rupa.
110
PEMBAHASAN
64
Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: CV.Andi Offset, 2003), h. 15.
65
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Penghantar,(Jakarta : Rajawali Pers, 2012), h. 13.
66
David Matsumoto, Psikologi Lintas Budaya,( Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2008), h. 6.
111
budaya) ataukah khas budaya (culture spscific, berlaku bagi orang-orang tertentu di
budaya-budaya tertentu).
67
Bimo Walgito, Op.cit, h. 13.
68
Jacobos Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia,( Bogor : Ghalia Indonesia, 2006), h.
31.
113
sesderhanadapat digunakan untuk melengkapi pabrik-pabrik
penggiling.
69
Ibid ,h. 32 33.
114
perbedaan dari dari akulturasi individu telah terbukti tidak hanya terkait dengan
perubahan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga berhubungan dengan tindakan
psikologis dan kesejahteraan fisik. Enkulturasi (pembudayaan) digunakan untuk
menggambarkan proses pertama dari pembelajaran budaya, akulturasi dapat
dianggap sebagai pembelajaran budaya kedua.
Konsep dari akulturasi telah dipelajari secara ilmiah sejak 1918. Akulturasi
telah di dekati pada waktu yang berbeda dari beberapa bidang psikologi,
antropologi dan sosiologi, sejumlah teori dan definisi telah muncul untuk
menggambarkan unsure-unsur dari proses akulturasi. Meskipun definisi dan bukti
bahwa akulturasi memerlukan proses dua arah agar terjadi perubahan, penelitian
dan teori utama difokuskan pada penyesuaian dan adaptasi yang dilakukan oleh
minoritas seperti para imigran, pengungsi dan masyarakat adat dalam
berkomunikasi dengan mayoritas yang dominan. Riset kontemporer memiliki
fokus utama pada strategi yang berbeda dari akulturasi dan bagaimana variasi
dalam sebuah akulturasi budaya mempengaruhi sejauh mana individu-individu
beradaptasi dengan masyarakatnya.
2. INKULTURASI
Inkulturasi adalah : penggabungan kebudayaan Asing dengan
kebudayaan Lokal (Indonesia) atau pembinaan kebudayaan berlangsung
mulai proses proses asasi, dalam ilmu International dan Modernisasi yang
mempunyai hubungan timbal balik dan berganti ganti. Inkulturasi adalah
tindakan untuk mengkulturasikan kembali (merekonstruki) kebudayaan
asli/pribumi atau lebih sering disebut indigenization.
Fungsi Sosial
1. Pengawasan
2. Menjembatani
3. Sosialisasi nilai
4. Menghibur
116
F. Individualisme Dan Kolektifitas
117
Kolektivisme adalah pola sosial yang menempatkan nilai tertinggi pada
kepentingan kelompok. Ketika pribadi tujuan bertentangan dengan norma-norma
kelompok, kolektivis cenderung sesuai dengan norma-norma kelompok.
70
http://psikologyUNP.jurnal.com/2011/03/psikologi-lintas-budaya-dan-perilaku.html,
diakses pada tanggal 19 Maret 2014, Pukul : 21.00.
118
PENUTUP
KESIMPULAN
Hakikat dari perbedaan yang ada dimuka bumi ini adalah selalu mengenal
sesamanya adanya latar belakang budaya yang berbeda tentu akan melahirkan perbedaan
pemikiran dan tingkah laku. Akulturasi merupakan campuran dua budaya yang tidak
mengakibatkan perubahan secara total budaya tersebut.sdangkan inkulturasi merupakn
kebangkitan kembali budaya budaya yang telah hilang dan mengembalikan budaya asli.
Dalam memahami diri sebagai aspek dari tingkahlaku terdapat pula konsep diri
individualism dan kolektifitas, konsep diri individualism lebih menekankan kepada
keberhasilan diri yang tidak ada dengan hubungan orang lain. sedangkan konsep diri
kolektifitas lebih menekjankan aspek kebersamaan dan keterkaitan dengan orang lain
dalam mencapai sebuah keberhasilan.
119
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Shiraev Erick, Psikologi Lintas Kultural Pemikiran Kritis Dan Terapan Modern,
Jakarta : Kencana, 2012.
http://psikologyUNP.jurnal.com/2011/03/psikologi-lintas-budaya-dan-
perilaku.html, diakses pada tanggal 19 Maret 2014, Pukul : 21.00
120
IX. PSIKO SOSIAL DAN RESOLUSI KONFLIK
PETA KONSEP
Pengertian Konflik
Jenis-Jenis Konflik
Bentuk-Bentuk Konflik
KONFLIK
Manajemen Konflik
121
PEMBAHASAN
Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan sosial,
sehingga konflik bersifat inheren, artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap
ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja.
Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin yaitu con yang
berarti bersama dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Dengan demikian
konflik dalam kehidupan sosial berarti benturan, kepentingan, keinginan, pendapat,
dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih.
Di dalam International Encyclopedia of the Social sciences vol.3 diuraikan
mengenai pengertian konflik dari aspek antropologi, yakni ditimbulkan sebagai akibat
dari persaingan antara dua pihak, dimana tiap-tiap pihak dapat berupa perorangan,
keluarga, kelompok kekerabatan, satu komunitas, atau mungkin satu lapisan kelas
sosial pendukung ideologi tertentu, satu organisasi politik, satu suku bangsa, atau satu
pemeluk agama tertentu. Dengan demikian, pihak-pihak yang terlibat dalam konflik
meliputi banyak macam bentuk dan ukurannya.71
Konflik adalah proses yang terjadi ketika tindakkan satu orang yang
menganggu tindakkan orang lain. Potensi konflik meningkat bila dua orang menjadi
saling interdependen. Saat interaksi lebih sering terjadi dan mencakup lebih banyak
aktivitas dan isu, ada lebih banyak peluang terjadinya perbedaan pendapat. 72
Menurut Putman & Pool, konflik di defenisikan sebagai interaksi antara
individu, kelompok atau organisasi yang membuat tujuan atau arti yang berlawanan,
dan merasa bahwa orang lain sebagai pengganggu yang potensial terhadap pencapaian
tujuan mereka. Selanjutnya menurut Mullins mendefenisikan konflik merupakan
kondisi terjadinya ketidaksesuaian tujuan dan munculnya berbagai pertentangan
perilaku, baik yang ada dalam diri individu, kelompok maupun organisasi.73
Konflik dianggap sebagai suatu golongan dari frustasi, yaitu golongan yang
ditandai oleh suatu dorongan yang bergerak kedua arah pada waktu yang sama. Situasi
71
Elly M Setiadi, Pengantar Sosialogi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial:
Teori, Aplikasi dan Pemecahannya, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 347.
72
Shelley E. Taylor, dkk, Psikologi Sosial, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009),
h. 346.
73
Sutarto Wijono, Psikologi Industri dan Organisasi: Dalam suatu bidang Gerak Psikologi
Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 177.
122
konflik adalah semacam situasi antara wajah penggorengan dengan api, atau situasi
keledai diantara tumpukkan-tumpukkan jerami yang banyak. Situasi itu mengharuskan
seseorang untuk memilih atau mengambil keputusan. Beberapa situasi koflik
melibatkan kebutuhan-kebutuhan pokok yang penting yang bertentangan satu sama
lainnya, yang mana pertentangannya tidak dapat dihindarkan. Konflik-konflik
semacam ini dapat menimbulkan suatu ancaman yang nyata bagi kepribadian. Konflik
ekstrim dapat melibatkan dua kebutuhan fisik pokok yang kritis: kebutuhan akan
makanan dan kebutuhan untuk menghindari rasa sakit. Tidak ada pembebasan fisik dan
kebutuhan-kebutuhan itu akan meningkat kekuatannya dengan bertambahnya waktu.74
E. Jenis Konflik
1. Konflik Gender
Istilah gender bukan merujuk pada aspek perbedaan jenis kelamin dimana laki-
laki ditunjukkan dengan identitas diri dan dimana laki-laki memiliki alat kelamin yang
berbeda dengan perempuan, akan tetapi gender lebih berorientasi pada aspek sosio-
kultural. Gender lebih memerhatikan pada aspek status dan peranan manusia dilihat
dari jenis kelamin. Didalam struktur masyarakat tradisional istilah gender tidak
memunculkan persoalan yang berpangkal tolak pada status dan peranan. Akan tetapi,
di dalam struktur masyarakat modern, istilah gender menjadi permasalahan yang
cukup penting, terutama isu-isu emansipasi yang diluncurkan oleh kaum perempuan
menjadi pembahasan yang penting di dalam kehidupan sosial.
2. Konflik Rasial dan antar Suku
Istilah ras sering kali diidentikkan dengan perbedaan warna kulit manusia,
diantaranya ada sebagian kelompok manusia yang berkulit putih, sawo matang, dan
hitam. Pada masa lalu perasaan superior kaum kulit putih, dimana segala bentuk
eksploitasi terhadap kaum kulit hitam oleh kaum kulit putih telah memicu konflik
rasial.
Selain konflik rasial ada pula konflik antar etnis yang berdampak pada
lenyapnya suatu negara. Yugoslavia sebagai salah satu negara di kawasan Eropa timur
yang hancur pada dekade 90-an, mengalami kehancuran akibat pertentangan etnis.
74
Harold J. Leavitt, Psikologi Manajemen, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1992), h.
47-49.
123
3. Konflik antar Umat Agama
5. Konflik Kepentingan
Didalam dunia politik; tiada lawan yang abadi dan tiada pula kawan abadi,
kecuali kepentingan abadi. Dengan demikaian, konflik kepentingan identik dengan
konflik politik. Realitas politik selalu diwarnai oleh dua kelompok yang memiliki
kepentingan yang saling berbenturan. Benturan kepentingan tersebut dipicu oleh gejala
satu pihak ingin merebut kekuasaan dan kewenangan di dalam masyrakat, dipihak lain
terdapat kelompok yang berusaha mempertahankan dan mengembangkan kekuasaan
maupun kewenangan yang sudah ada ditangan mereka.
6. Konflik antar Pribadi (Intrapersonal)
Konflik antar pribadi adalah konlik sosial yang melibatkan individu didalam
konflik tersebut. Konlik ini terjadi karena adanya perbedaan, pertentangan atau juga
ketidakcocokkan antara individu satu dan individu lain. Masing-masing individu
bersikukuh dan mempertahankan tujuan atau kepentingannya masing-masing.
124
7. Konlik antar Kelas Sosial
Konlik yang terjadi antar kelas sosial biasanya berupa konflik yang bersifat
vertikal, yaitu konflik antar kelas sosial atas dan kelas sosial bawah. Konlik ini terjadi
karena kepentingan yang berbada antara dua golongan atau kelas sosial yang ada.
8. Konlik antar Negara atau Bangsa
Konlik antar negara adalah konflik yanag terjadi antara dua negara atau lebih.
Mereka memiliki perbedaan tujuan negara dan berupaya memaksakan kehendak
negaranya kepada negara lain.
Konflik antar negara pada masa lalu dipicu oleh adanya nafsu ekspansi negara-
negara kuat (adidaya) ke negara-negara yang lemah. Akan tetapi konflik antar negara
dewasa ini lebih luas cakupannya. Jika pada msa lalu sering kali konflik ini berujung
pada perang dan kekerasan, tetapi dewasa ini ada sebagian besar konflik tidak berakhir
dengan perang, tetapi justru memlih menyelesaikannya melalui perundingan atau
adjudication di pengadilan internasional.75
9. Konlik Interpersonal
Konflik yang timbul antara dua orang atau lebih dan saling bertentangan satu
dengan yang lainnya.
10. Konflik Intragruop dan Intergruop
Konlik intragruop merupakan konflik yang ada dalam kelompok antara anggota
satu dengan yang lain, sehingga kelompok dapat mengalami perpecahan.
Sedangkan konflik intergroup adalah konflik yang timbul antara kelompok satu
dengan kelompok lain dan dapat terjadi antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat.76
F. Bentuk-Bentuk Konflik
Dalam setiap organisasi tidak terlepas dari konflik karena pada dasarnyan
konflik itu muncul melalui tiga bentuk, yaitu:
1. Konflik dalan Diri Individu
75
Elly M Setiadi, Opcit, h.347-357.
76
Bimo Walgito, Psikologi Kelompok, (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2008), h. 148.
125
Muncunya konflik yang ada dalam diri individu mempunyai kecenderungan
berkaitan dengan yaitu:
a. Konflik yang Berkaitan dengan Tujuan yang Hendak Dicapai (Goal Conflict)
Ada tiga bentuk konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak di capai
(goal conflict) yaitu:
1) Konflik mendekat mendekat (aproach conflict)
77
Sutarto Wijono, Op.cit, h. 180-181.
78
Darwis Hude, Emosi:Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia didalam Al-
quran, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 258.
79
Sutarto Wijono, Op.cit., h. 182.
80
Darwis Hude, Op.cit., h. 260.
126
3) Konflik menghindar (avoidance conflict)
Individu didorong untuk mengindari dua atau lebih hal yang negatif, tetapi
tujuan-tujuan yang dicapainya saling terpisah satu sama lain81. Atau konflik yang
melibatkan dua hal negatif pada saat bersamaan. Contohnya: seseorang harus
melakukan pekerjaan yang sangat tidak disukai, atau kehilangan pendapatan karena
berhenti kerja. Kedua hal ini negatif, jika salah satu dipilih akan menimbulkan
ketidaksenangan pada hal yang lain.82
b. Konflik yang Berkaitan dengan Peran dan Ambiguitas
Konflik dalam diri ini muncul ketika sering kali terjadi adanya perbedaan
peran dan ambiguitas dalam tugas dan tanggung jawab yang diampu oleh individu.
Filley & House memberikan kesimpulan atas hasil penelitian
keperpustakaan mereka tentang konflik peran dalam organisasi, yang dicatat
melalui berbagai indikasi yang dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:
1) Mempunyai kesadaran akan terjadinya konflik peran (awareness of role conlict
)
Pada saat individu mengalami ketidak cocokkan atas peran yang
dimainkannya, maka perlu mempunyai kesadran melalui intropeksi bahwa peran
yang dimainkannya akan membuat dirinya mengalami konflik peran yang dapat
menganggu dirinya dan organisasi.
2) Menerima kondisi dan situasi jika muncul konflik yang dapat membuat tekanan
dalam pekerjaan ( acceptence of conflicting job pressures)
3) Memiliki kemampuan untuk mentoleransi stress (ability to tolerance stress)
4) Memperkuat sikap/sifat pribadi lebih tahan dalam menghadapi konflik yang
muncul dalam organisasi.
81
Sutarto Wijono, Op.cit., h. 183.
82
Darwis Hude, Op.cit., h. 259.
127
a. Persaingan terhadap sumber-sumber (competittion for resources)
b. Ketergantungan terhadap tugas-tugas (task interdependence)
c. Kekaburan diskripsi tugas (jurisdictional ambiguity)
d. Masalah status (status problems)
e. Rintangan-rintangan komunikasi (communication barriers)
f. Sifat-sifat individu (individu traits)
3. Konlik oraganisasi (organization conflict)
Konflik ini muncul ketika hubungan antara garis wewenang dan tanggung
jawab keduanya saling tumpang tindih dan tidak jelas.
d. Konflik kelompok formal dan kelompok informal (formal-nonformal conflict)
Muncul ketika ada dua kelompok, yaitu formal dan informal mempu yai
perbedaan kepentingan dalam memcapai tujuannya.83
83
Sutarto Wijono, Op.cit., hlm.180-201.
128
G. Akar Penyebab Konflik
129
ditunjukkan kepada kelompok lain bahwa kelompoknya adalah paling baik, ideal,
beradab diantara kelompok lain.
84
Elly M Setiadi, Op.cit., hlm.360.
85
Shelley E. Taylor, Op.cit., hlm. 347.
130
Ada banyak akibat konflik, akan tetapi para sosiolog sepakat menyimpulkan
akibat dari konflik tersebut kedsalam lima poin berikut ini;
1. Bertambah kuatnya rasa solidaritas kelompok.
Antara nilai-nilai dan norma sosial dengan konflik terdapat hubungan yang
bersifat korelasional, artinya bisa saja terjadi konflik berdampak pada hancurnya
nialai-nilai dan norma sosial akibat dari ketidakpatuhan anggota masyarakat akibat
dari konflik, atau bisa juga hancurnya nilai-nilai dan norma sosial berakibat konflik.
I. Conflict Management
131
dapat ditiadakan tanpa menyisahkan kondisi yang memendam antagonisme
sehingga setiap saat bisa menyulut konflik baru.
2. Menciptakan suasan yang dapat memicu timbulnya konflik, yaitu mengambil
tindakan yang bersifat preventif. Artinya akan lebih baik mencegah berperilaku
menyimpang daripada menekan yang berperilaku menyimpang untuk kembali
berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Pengaturan konflik konsiliasi akan berjalan efektif jika memenuhi empat
faktor, yaitu:
a. Lembaga-lembaga harus bersifat otonom yang berkewenagan mambuat keputusan
tanpa campur tangan dari pihak luar.
b. Kedudukan lembaga harus bersifat monopolistik, artinya lembaga itulah yang
berfungsi mengatur konflik.
c. Peran lembaga-lembaga harus memilki kekuatan mengikat, sehingga pihak-pihak
yang sedang bersengketa merasa terikat kepada keputusan lembaga tersebut.
d. Lembaga harus bersifat demokratis, artinya aspirasi dari pihak-pihak yang
bertiakai harus didengarkan dan diberikan kesempata yang sama untuk
menyatkan pendapatnya.
86
Elly M Setiadi, Op.cit., hlm. 360-387.
132
Untuk memberi solusi terhadap konflik intraindividual diperlukan strategi
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengenalan Diri
Usaha paling awal adalah mengenal diri sendiri tentang kekuatan dan
sekaligus kelemahannya yang dirasakan sebagai suatu yang tersembunyi atau laten.
Individu dapat mengenal kekuatannya secara tepat seperti emosi positif yang
dimilikinya, yaitu bangga, bahagia, kasih, kelegaan, dan lain-lain, nilai-nilai
tentang kemanusiaan, ciri-ciri pribadi seperti, asertif, kreatif, inovatif, dan lain-lain.
Dan mengenal kelemahan dirinya seperti, iri, takut cemas, curiga dan lain-lain.
2. Meningkatkan Kekuatan
133
Ada beberapa strategi yang digunakan untuk mengantisipasi terjadinya konflik
organisasi, yaitu:
Konflik lateral ini muncul ketika ada masalah pribadi antara staf, sehingga
pemimpin sebagai atasannya melakukan pendekatan intervensi otoritatif, yaitu
memberikan nasihat kepada kedua stafnya yang terlibat konflik.
3. Pendekatan Sistem (system approach)
134
d. Negosiasi (negotiation)
87
Sutarto wijono, Opcit., hlm.213-238
135
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi konflik adalah suatu interaksi antara individu, kelompok atau
organisasi yang membuat tujuan atau arti yang berlawanan, dan merasa bahwa
orang lain sebagai pengganggu yang potensial terhadap pencapaian tujuan mereka.
Dan untuk memanajemen konflik tersebut seseorang membutuhkan strategi yaitu
berupa:
1. Strategi Mengolah Konflik dalam Diri Individu (Intraindividual Conflict), yang
berupa, Pengenalan Diri, Meningkatkan Kekuatan dan Memilih Berbagai
Alternatif.
2. Strategi Mengolah Konflik Antarpribadi (Interpersonal conflict), yang berupa:
untuk penyelesaian konflik antar-individu/kelompok ada kecendrungan untuk,
melakukan kompromi atau mengambil jalan tengah, membayar sekelompok orang
yang terlibat dalam konflik, pada umumnya pembayarannya berbentuk materi,
misalnya uang pelicin, menggunakan jasa orang lain atau sekelompok orang ketiga
(lawyer), untuk dijadiakan sebagai pihak penengah, dan menggunakan peraturan
yang berlaku sebagai cara penyelesaian konflik antar pribadi atau antar kelompok.
3. Strategi Mengolah Konflik Organisasi, yang berupa, Pendekatan Birokrasi,
Pendekatan Intervensi Otoritatif dalam Konflik Lateral, Pendekatan Sistem, dan
Reorganisasi Stuktural.
4. Negosiasi (negotiation)
136
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Taylor Shelley, Psikologi Sosial, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.
Wijono, Sutarto, Psikologi Industri dan Organisasi: dalam Suatu Bidang Gerak
Psikologi Sumber Daya Manusia, Jakarta: Kencana, 2011.
137
X. PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN HUKUM, KRIMINALITAS DAN DEFISIEN
MORAL
PETA KONSEP
138
PEMBAHASAN
Berdasarkan status sosial, hukum diisi struktur aktor yang diberi sebutan
yang berbeda, yaitu hakim, jaksa, polisi, advokat. Seperti halnya dalam setiap
struktur sosial dalam masyarakat, dimana masing-masing komponen atau
kelompok memiliki status masing-masing. Norma sosial adalah sebuah
peraturan yang menggambarkan bagaimana seharusnya para aktor itu
bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari88.
Norma hukum yaitu peraturan atau kaidah yang diciptakan oleh kekuasaan
resmi atau negara yang sifatnya mengikat dan memaksa. Hukum pada dasarnya
adalah bagian dari norma, yaitu norma hukum. Perbedaan norma hukum
dengan norma lainnya adalah sebagai berikut:
88
Ramdani Wahyu, Sosiologi Hukum (Perspektif Baru Studi Hukum Dalam Masyarakat),
(Bandung : , 2006), h.56-59.
139
a. Norma hukum datangnya dari luar diri sendiri, yaitu dari kekuasaan
atau lembaga yang resmi dan berwenang.
b. Norma hukum dilekati sanksi pidana atau pemaksa secara fisik.
c. Sanksi pidana atau sanksi pemaksa dilaksanakan oleh aparat negara.
Norma hukum berasal dari norma agama, kesusilaan, dan kesopanan. Isi
ketiga norma tersebut dapat diangkat sebagai norma hukum.89
2. Pengertian Kriminal
Kriminalitas atau kejahatan bukan merupakan peristiwa herediter (bawaan
sejak lahir, warisan) dan bukan warisan biologis. Tingkah laku kriminal bisa
dilakukan oleh siapapun juga, baik wanita maupun pria, dapat berlangsung
pada usia anak, dewasa ataupun lanjut umur. Tindakan kejahatan bisa
dilakukan secara sadar yaitu dipikirkan, direncanakan, dan diarahkan pada satu
maksud tertentu secara sadar.
Tapi bisa juga dilakukan secara setengah sadar misalnya, didorong oleh
implus implus yang hebat, didera oleh dorongan-dorongan paksaan yang
sangat kuat, dan oleh obsesi-obsesi. Kejahatan atau kriminal bisa juga
dilakukan secara tidak sadar sama sekali. Misalnya, karena terpaksa untuk
mempertahankan hidupnya, seseorang harus melawan dan terpaksa membalas
menyerang. Sehingga terjadi tindakan kriminal.
89
Herimanto Winarno, Ilmu sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta : Bumi aksara,2011), h.
133-134.
140
sehat. Dambaan pemenuhan kebutuhan materil yang melimpah-limpah
misalnya, untuk memiliki harta kekayaan dan barang-barang mewah tanpa
mempunyai kemampuan untuk mencapainya dengan jalan wajar, mendorong
individu untuk melakukan tindak kriminal.
Kriminal atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan
melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya.
141
Kriminal sebagai perbuatan dosa yang jahat sifatnya. Setiap orang normal
bisa melakukan kejahatan sebab didorong oleh roh-roh jahat dan godaan
setan/iblis atau nafsu-nafsu, dan melanggar kehendak Tuhan90.
3. Pengertian Psikologis
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari kata-kata Yunani psyche
yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi
berarti ilmu jiwa.91 Psikologi merupakan salah satu macam ilmu dari berbagai-
bagai macam ilmu yang ada. Sebagai suatu ilmu, psikologi mempunyai ciri-ciri
atau sifat-sifat yang dimiliki ilmu lainnya. Psikologi merupakan ilmu tentang
prilaku atau aktivitas-aktivitas, dan perilaku atau aktivitas-aktivitas tersebut
merupakan manifestasi dari kehidupan kejiwaan. 92
90
Kartini kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2005), h.139-157.
91
Sarlito Wirawan, Pengantar Psikologi Umum,( Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 3
92
Bimo walgito, Psikologi Sosial (suatu pengantar),(Yogyakarta: Andi Offset, 1978), h. 4-6
93
Kartini Kartono, Op.cit, h.160.
142
Pribadinya cendrung psikotis dan mengalami regresi, dengan
penyimpangan-penyimpangan relasi kemanusiaan. Sikap orang-orang yang defek
mentalnya ialah: dingin, beku, tanpa afeksi. Emosinya steril terhadap sesama
manusia: munafik, jahat, sangat egoistis, self-centered, tidak menghargai orang
lain. Tingkah laku selalu salah dan jahat (misconduct) sering melakukan kekerasan,
kejahatan, penyerangan. Ia selalu melanggar hukum.
Para narapidana yang defisien moral itu pada umunya tidak bisa diperbaiki
lagi. Mereka menjadi recidivist-recidivist yang selalu melakukan kriminalitas
dengan menuruti instink-instink, impuls-impuls dan kebiasaan-kebiasaan
animalistic yang primitif dan rendah.
a. Anak-anak bubrah
Anak-anak bubrah (rusak, damaged children) adalah anak-anak dengan
perkembangan pribadi yang regresif serta kerusakan pada fungsi
intelek, sehingga interrelasi kemanusiannya menjadi miskin, beku,
steril, tanpa afeksi, disertai penolakan terhadap super-ego dan hati
nurani sendiri, sehingga muncul kebekuan moral.
Ciri khas anak bubrah dan orang dewasa yang defek moral itu adalah:
a) Secara fisik dan organik mereka biasa. Tapi mereka keras kepala, banyak
tingkah, tidak bisa diperhitungkan, mudah berubah, dan sangat munafik.
b) Tidak toleran, suka melanggar aturan
c) Sangat sombong, penilaian lebih terhadap diri, tidak tahu malu, tudak tahu
harga diri
d) Tidak tahu belas kasih
e) Tidak punya kesadaran bertanggung jawab secara asusila.
b. Anak-anak delinkuen
Juvenile deliquncy (juvenilis: muda, bersifat kemudaan, delinquere:
jahat, durjana, pelanggar, nakal) iaah anak-anak muda yang selalu
144
melakukan kejahatan, dimotivir untuk mendapatkan perhatian, status
sosial dan penghargaan dari lingkungannya.
94
Kartini kartono,Op.cit, h.191-196.
145
Qodhi atau hakim syariat harus berpegang padahukum yang telah
ditetapkan dalam kasus Al-Uqubaat, dan ketika dia tidak boleh menggunakan
hukuman lain selain yang telah ditetapkan oleh Hukum Allah sesuai dengan
perintah Al-Quran dan Al-Sunnah, bila tidak demikian maka dia dianggap sebagai
seorang yang melakukan kejahatan.95
95
Abdur Rahman Doi, Tindak Pidana Dalam Syariat Islam, (Jakarta : Rineka Cipta,1992),
h.5-6.
146
PENUTUP
Kesimpulan
Hukum adalah media masyarakat yang memberikan petunjuk untuk
mencapai kerukunan sosial dengan cara mengontrol, rekonsiliasi, mediasi antara
beragam kelompok sosial dan konflik yang terjadi. hukum sebagai alat untuk
menjaga nilai-nilai yang ada dalam masyarakat tanpa menjatuhkan satu kelompok
pun.
147
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Doi Abdur Rahman, Tindak Pidana Dalam Syariat Islam, Jakarta : Rineka
Cipta,1992.
Winarno Herimanto, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, Jakarta : Bumi Aksara,
2011.
148
XI. INTERGRASI PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN AJARAN ISLAM
(INFORMASI AL QURAN TENTANG KELOMPOK)
PETA KONSEP
Pengertian Kelompok
Struktur Kelompok
INTEGRASI Integrasi
PSIKOLOGI SOSIAL Psikologi Sosial
Dengan Ajaran
DENGAN AJARAN
Islam Tujuan Kelompok
ISLAM (Informasi Al-
(INFORMASI AL- quran Tentang
QURAN TENTANG Kelompok)
KELOMPOK) Jenis-Jenis Dalam
Kelompok
Fanatisme
Kelompok
Macam-Macam
Kelompok
149
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INTEGRASI
Secara bahasa (etimologi), kata integrasi berasal dari bahasa latin yakni
integer yaitu berarti menyeluruh (utuh). Dalam bahasa Inggris Integrasi atau
integration berarti kesempurnaan atau keseluruhan.sedangkan secara istilah
(terminologI), kata integrasi bisa diartikan sebagai pembauran hingga menjadi
kesatuan yang utuh atau bulat. Integrasi sosial merupakan suatu kesadaran dimana
kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap konformitas terhadap
kebudayaan mayoritas masyarakat, yang masih mempertahankan kebudayaan
mereka masing-masing. Adapun integrasi bangsa adalah suatu proses penyatuan
dari berbagai kelompok sosial dan budaya kedalam kesatuan wilayah dalam rangka
pembentukan suatu indentitas nasional.sedangkan integrasi sosial dapat diartikan
sebagai suatu proses penyesuaian antara unsur-unsur yang berbeda pada suatu
kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang
memilki keserasian atau kesamaan fungsi.
150
(13 : )
Artinya :
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Kata ()syuub adalah bentuk jamak dari kata ( )syab. kata ini
untuk menunjukan kumpulan dari sekian ( )qabilah yang biasa
diterjemahkan suku. Qabilah/suku pun terdiri dari sekian banyak kelompok
keluarga yang dinamai ( )imarah, terdiri dari banyak sekelompok yang
dinamai bathn. Di bawah bathn terdapat sekian fakhdz hingga akhirnya
sampai pada himpunan keluarga yang terkecil.
Allah menjelaskan bahwa Ia menciptakan manusia secara berkelompok-
kelompok dari kata menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-
suku. Dari penjelasan tersebut dapat kita lihat pada kehidupan kita saat ini,
dimana terdapat begitu banyak negara,bangsa, maupun suku-suku di dunia
.Begitu halnya pada Negara kita ini dengan kependudukan ratusan juta
manusia, pada satu Negara yaitu Indonesia. Yang memiliki begitu banyak
kebudayaan serta suku-suku yang tersebar di seluruh penjuru NKRI. Dari
sanalah terlihat jelas bahwasanya kita diciptakan secara berkelompok-
kelompok dan berbeda-beda. Yang mana akan hal itu kita diperintahkan untuk
dapat saling mengenal, sehingganya dapat saling membantu dan menjalankan
tujuan dari penciptaan manusia dimuka bumi yaitu sebagai khalifah Allah swt,
serta agar kita dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.
2. Ciri-ciri Kelompok
Interaksi > Interaksi adalah individu satu dengan individu lain(mutual
invluences) interaksi dapat berlangsung dengan secara fisik,non-
ferbal,emosional. Yang merupakan salah satu sifat dari kehidupan
kelompok.
tujuan (goals) > tujuan dapat bersifat intrinsic, seperti tergabung dalam
kelompok yang memberikan rasa senang bagi individu. Namun juga
151
dapat bersifat ekstrensik, yaitu bahwa untuk mencapai suatu tujuan
tidak dapat dicapai secara sendiri, teteapi dapat dicapai dengan cara
bersama. Ini merupakan tujuan bersama (common goals). Common
goals merupakan yang paling kuat dan factor pemersatu kelompok.
Struktur > Kelompok mempunyai suatu struktur yang berarti adanya
peran, norma dan hubungan antar anggota. Peran dari masing-masing
anggota kelompok, berkaitan dengan posisi individu dalam kelompok.
Peran dari masing-masing anggota kelompok akan tergantung pada
posisi ataupun kemampuan individu masing-masing.
groupness > kelompok terdiri dari beberapa orang yang menjadi satu-
kesatuan, karna itu kelompok merupakan suatu kesatuan, merupakan
objek yang unified. Jadi satu anggota dengan yang lain tidak saling
lepas, tetapi kelompok merupakan satu-kesatuan dari anggota.
Salah satu ciri kelompok yang menyatakan adanya interaksi,
pernyataan tersebut telah disampaikan Allah swt dalam Surat Al-
Hujurat ayat 13( sama dengan diatas), bagian surat yang berbunyi
supaya kamu saling kenal-mengenal.
3. Struktur Kelompok
Unsur-unsur dari struktur sosial yaitu :
a) Norma sosial adalah suatu aturan dan ekspektasi mengenai bagaimana anggota
kelompok seharusnya dalam berprilaku.
b) Peran sosial adalah norm yang berlaku pada orang-orang dalam posisi tertentu,
seperti partner hukum senior atau asisten administrasi.
c) Status sosial
Misalnya dalam sebuah organisasi formal seperti perusahaan software,
pemilik akan menempati status tertinggi, gaji terbesar, dan juga punya otoritas
terbesar untuk mengambil keputusan demi perusahaan itu.
4. Tujuan Kelompok
Tujuan mempunyai pengertian motivating power. Artinya suatu tujuan
mendorong seseorang untuk mencapai tujuannya, demikian pula dalam kelompok.
Ada hubungan yang positif antara motif dengan tujuan. Semakin jelas suatu tujuan,
semakin kuat motif yang ada, demikian sebaliknya
152
Sebagai individu, seseorang akan terikat pada tujuan pribadinya dan tujuan
kelompok mempunyai tempat tersendiri dalam kehidupan seseorang. Kurt Lewin
menyatakan bahwa kelompok berbeda dengan individu. Kelompok sebagai suatu
system tidak dapat dipandang hanya sebagai kumpulan individu. Dan dalam suatu
kelompok selain ada tujuan kelompok, ada pula tujuan individu. Namun dalam
kelompok yang bersifat kompetitif, disamping adanya tujuan individu, ada pula
tujuan kelompok.
Tujuan Kelompok Dalam Pandangan Agama Islam
Pada dasarnya Allah swt telah menyatakan tujuan dari suatu kelompok dengan
berfirman dalam surat yang sama yaitu Surat Al-Hujurat ayat 13, yang berbunyi:
(13 : )
Artinya :
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Kata ( )taarafu berasal dari kata ()arafa yang berarti mengenal. Kata
yang digunakan ayat ini adalah timbal balik, dengan demikian itu berarti saling
mengenal. Semakin kuat pengenalan satu pihak pada pihak lainnya. Semakin terbuka
peluang untuk saling memberi manfaat. Sebagai mana juga terdapat pada Hadist yang
berbunyi:
:
:
154
5.Kelompok agresif: mahasiswa tawuran, penumpang demonstran, pengunjuk rasa.
Kelompok konvensional(menaati peraturan): jamaah haji, jamaah shalat jumat,
6.Kelompok dengan identitas bersama: keluarga, kesatuan ABRI, perusahaan,
sekolah, universitas.
Kelompok tanpa identitas bersama: penonton, jamaah, penumpang bus.
7.Kelompok individual-otonomus: masyarakat kota besar
Kelompok kolektif-relational:masyarakat pedesaan, keluargabesar. Kelompok ini
mempunyai identitas kelompok yang kuat.
8.Kelompok yang berbudaya tunggal (adat, tata susila, agama, hukum atau norma
lainnya seragam): masyarakat pedesaan tradisional,
Kelompok berbudaya majemuk: masyarakat perkotaan, parta politik, keluarga antar
agama.
9.Kelompok laki-laki: tim sepak bola, pasukan komando, geng laki-laki, jamaah
shalat jumat.
Kelompok perempuan: tim sepak bola perempuan, polisi wanita, himpunan wanita
karya.
10.Kelompok konsumen: yayasan lembaga konsumen, persatuan penggemar mobil,
Kelompok produsen, pengusaha atau profesi: asosiasi kayu,
11.Kelompok persahabatan: arisan, teman bermain, kumpulan sahabat
Kelompok yang telibat dalam tujuan bersama: perusahaan, yayasan, instansi
pemerintah.
6. Macam-Macam Kelompok
Terdapat kelompok yang secara otomatis seseorang masuk kedalamnya, misalnya
kelompok keluarga. Seseorang akan sendirinya masuk dalam kelompok keluarga yang
bersangkutan, kelompok yang demikian disebut ascribed group, sedangkan kelompok
atas dasar pemilihan seseorang disebut acquired group (Penner,1978)
Berkaitan dengan macamnya,kelompok dapat dibedakan atas :
1. Besar kecilnya kelompok atau ukuran kelompok,ada kelompok yang kecil dan ada
kelompok yang besar. Menurut Shaw (1979) kelompok kecil : terdiri atas 20 orang
atau kurang, walaupun dalam banyak penelitian lebih dipusatkan kepada anggota
kelompok terdiri 5 atau kurang. Kelompok yang terdiri dari lebih 20 orang
termasuk kelompok besar.
155
2. Tujuan : Orang-orang yang memiliki tujuan yang sama akan membentuk suatu
kelompok sendiri, contoh : kelompok belajar
3. Value (nilai): orang yang mempunyai nilai sama, akan membentuk suatu
kelomok,contoh : keagamaan
4. Duration (waktu lamanya): dalam hal ini, ada kelompok yang jangka waktunya
pendek, contoh: kelompok belajar yang relatif pendek,bila tujuan tercapai
kelompok tersebut akan bubar. Berbeda dengan kelompok keluarga yang relative
cukup lama.
5. Scope of activities: misalnya, keluarga merupakan kelompok yang mengandung
banyak aktivitas. Hal ini berbeda dengan kelompok belajar yang aktifitannya
terbatas.
6. Minat: orang orang yang mempunyai minat yang sama akan membentuk
kelompok tersendiri, missalnya kelompok pemancing.
7. Daerah asal : orang-orang yang berasal dari daerah yang sama akan membentuk
kelompok,misalnya : kelompok mahasiswa daerah Kabupaten.
8. Formalitas: terdapat kelompok yang formal, misalnya: kelompok dalam institusi
dan informal,misalnya: kelompok orang yang jalan pagi.
156
Jenis dan Macam Kelompok Dalam Pandangan Agama Islam
Dilihat dari segi Iman dan tidaknya, manusia terbagi menjadi tiga kelompok :
1) Mukmin, yaitu manusia yang meyakini makna Dua Kalimat Syahadat, melafalkannya
dengan lisan, dan melakukan konsekuensi pelafalannya itu dengan anggota badan.
2) Munafiq, yaitu manusia yang sebenarnya di dalam hati dia tidakmeyakini makna Dua
Kalimat Syahadat, namun dia mau melafalkannya dengan lisan. Dia ini layaknya
serigala berbulu domba. Orang Kafir yang pura-pura Mukmin.
3) Kafir, yaitu manusia yang tidak meyakini, atau bahkan mengingkari makna Dua
Kalimat Syahadat, dan juga tidak melafalkannya dengan lisan.
Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampur
baurkan perkerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk.Mudah-mudahan Allah
menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Qs. at-Taubah/9: 102)
157
Kelompok ini berciri menjalankan kewajiban-kewajiban dari Allh Ta'ala dan
menjauhi muharramt (larangan-larangan). Selain itu, keistimewaan yang tidak lepas
dari mereka adalah kemauan untuk menjalankan amalan-amalan ketaatan yang bukan
wajib (sunnat) untuk mendekatkan diri mereka kepada Allh Ta'ala. Atau mereka adalah
orang-orang yang mengerjakan kewajiban-kewajiban, amalan-amalan sunnah lagi
menjauhi dosa-dosa besar dan kecil.
159
C. FANATISME
Fanatisme berasal dari bahasa latin yaitu fanaticus yang dalam bahasa
inggris yang berarti fanatic yang artinya gila-gilaan atau mabuk. Dari pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa fanatic bisa diartikan dengan sikap seseorang yang
melakukan atau mencintai sesuatu secara serius dan sungguh-sungguh. Secara
psikologi seseorang yang fanatic biasanya tidak mampu memahami apa yang ada
diluar dirinya, tidak paham terhadap masalah orang lain atau kelompok lain.
Maksudnya disini adalah dia hanya bisa memahami apa yang dia yakini.
Dapat kita perhatikan apa yang ada pada saat itu begitu banyak munculnya
berbagai organisasi Islam dalam mengusung dakwah dan amar maruf nahi munkar
memang sangat menggembirakan bagi kita. Semua ormas Islam tersebut akan
berdampak positif dalam mengajak ummat pada Islam. Akan tetapi juga ada dampak
negatifnya yang timbul yaitu sikap fanatik terhadap organisasinya dan merasa benar
sendiri tanpa melihat kebenaran kelompok lain. Sikap fanatik atau disebut juga
ashobiyah ini memiliki dampak yang sangat berbahaya. Yaitu menolak kebenaran
yang datang dari organisasi atau kelompok lain padahal sesuai dengan syariat Islam.
Sikap menolak kebenaran inilah yang diancam oleh nabi sallahu alaihi wasallam
dalam hadistnya:
- -
. .
Dari Abdullah bin Masud dari Nabi swt bersabda : tidak akan masuk jannah
seseorang yang terdapat dalam hatinya seberat biji sawi dari kesombongan. Berkata
( para sahabat ) bagaimana jika seseorang senang dengan pakain dan sendal yang
bagus ?. bersabda : sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan, sombong
adalah menolak kebenaran dan meremehkan seseorang. [ HR. Muslim ].
160
segi status sosial. Inilah yang disebut sombong. Pengertian ashiyah atau fanatik
kelompok Ashobiyah diartikan sebagai sikap yang fanatik secara berlebihan kepada
kelompoknya, yang kalau dahulu barangkali kepada kabilahnya, sukunya, atau jika
sekarang ini antara organisasinya, alirannya, atau mungkin harakahnya. Tidak ada
satupun yang lebih berbahaya bagi dawah Islamiyah dewasa ini ketimbang Fanatisme
Hizbiyah (Fanatik Golongan). Ia merupakan penyakit berbahaya yang bakal
mencerai-beraikan ukhuwah Islamiyah. Ia pasti akan memutuskan ikatan-ikatan kuat
tali ukhuwah, dan akhirnya akan mengotori kesuciannya. Apabila seorang di antara
anggota kelompok ini anda beri peringatan karena suatu kesalahan atau berfikirnya
menyimpang (munharif), maka ia akan segera memberikan pembelaan-pembelaan
dengan dalih : Ini hanyalah kekeliruan, tetapi tidak merusak prinsip.
161
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al-Quranul Karim
Deliani Nurfarida, Psikologi Sosial, The Minang Kabau Foundation, Jakarta, 2005.
Shelley Taylor, Psikologi Sosial, Edisi Kedua Belas, Jakarta : Kencana, 2009.
Walgito Bimo, Psikologi Sosial (suatu pengantar), Yogyakarta : Andi Offset, 2003.
162
XII. INTERGRASI PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN AJARAN ISLAM (INFORMASI
AL QURAN TENTANG LINGKUNGAN)
PETA KONSEP
LINGKUNGAN
PENGARUH TIMBAL
lINGKUNGAN nON BALIK ANTARA
SOSIAL LINGKUNGAN
DENGAN MANUSIA
163
PEMBAHASAN
A. LINGKUNGAN
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup, menyebutkan pengertian lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain (Pasal 1 ayat 1). Lingkungan atau sering juga disebut lingkungan hidup adalah
jumlah semua benda hidup dan benda mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang
yang kita tempati96.
Dari perspektif psikologi, lingkungan berkaitan erat dengan proses belajar. Proses ini
menunjuk pada efek kumulatif dari respon-respon individu terhadap ransangan
lingkungan yang dihadapi oleh individu sepanjang hidupnya. Praktek pengasuhan anak,
pendidikan di sekolah serta hubungan antarpribadi merupakan bagian-bagian utama dari
lingkungan dalam artian ini. Hal ini menitikberatkan pada interaksi manusia dengan
aspek-aspek tertentu dari lingkungan fisik termasuk lingkungan alami maupun
lingkungan buatan97.
Yang disebut lingkungan sosial adalah segala faktor eksternal yang mempengaruhi
perkembangan pribadi manusia, yang berasal dari luar diri pribadi.
Secara konsepsional, lingkungan sosial mencakup unsur-unsur sebagai berikut :
1. Proses Sosial
Proses sosial sebanarnya merupakan inti dinamika lingkungan sosial. Inti
proses sosial adalah interaksi sosial, yang merupakan proses hubungan timbal balik
antar pribadi, antar kelompok dan antar pribadi dengan kelompok. Proses sosial itu
sendiri mencakup hubungan antara berbagai bidang kehidupan manusia, seperti
misalnya, bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahan-keamanan dan hukum.
2. Struktur Sosial
Struktur sosial menjadi landasan lingkungan sosial, oleh karena mencakup aspek-
aspek sosial yang pokok. Aspek-aspek itu merupakan abstraksi proses sosial. Aspek-
aspek tersebut sebagai berikut :
- Kelompok sosial
- Kebudayaan
96
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29937/3/Chapter%20II.pdf, di akses pada
tanggal19 Maret 2014, pukul 09.37.
97
Anne Anastasi, Bidang-bidang Psikologi Terapan, Jakarta : Rajawali, 1989, h. 337.
164
- Stratifikasi sosial
- Kekuasaan dan wewenang
Kaitan antara aspek-aspek diatas merupakan landasan pokok lingkungan sosial
karena menjadi syarat mutlak integrasi lingkungan sosial.
Sudah tentu, bahwa setiap struktur sosial akan mengalami perubahan pada saat
tertentu. Biasanya hal ini disebabkan oleh perkembangan kebutuhan yang ada,
terutama kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, yang terdiri dari :
- Kebutuhan akan sandang, pangan dan papan
- Kebutuhan akan keselamatan jiwa dan harta benda
- Kebutuhan akan harga diri
- Kebutuhan akan pengembangan potensi diri
- Kebutuhan akan kasih sayang
Sebagaimana dikatakan diatas, maka inti dinamika lingkungan sosial adalah
proses sosial,yang selanjutnya berintikan interaksi sosial.98
Secara sosiologi, lingkungan sosial mencakup lingkup yang sangat luas, oleh
karena berintikan pada lingkungan sosial. Lingkungan sosial merupakan faktor
penting dalam pembentukan kepribadian seseorang.
Lingkungan pendidikan formal, yakni sekolah, sangat mempengaruhi pola hidup
anak-anak. Sebab, kelompok sepermainan biasanya tumbuh dilembaga-lembaga
pendidikan formal tersebut. Selain dari itu mutu sekolah dan guru-gurunya juga
mempengaruhi perkembangan kepribadian anak-anak. Pola hidup yang berkembang
di sekolah dewasa ini terutama memberikan tekanan pada materialisme, kemudian
dibawa kerumah.
Lingkungan pekerjaan membentuk sebagian kepribadian suami dan istri (ayah dan
ibu). Para suami yang menjadi pegawai negeri, anggota ABRI atau wiraswasta, rata-
rata membawa pola hidup pekerjaannya kerumah. Bagi istri yang tidak bekerja, pola
hidup pekerjaan suami akan sangat mempengaruhinya. Akan tetapi kalau istri bekerja
juga dilain bidang maka akan ada kemungkinan terjadi dualisme dalam keluarga
apabila tidak ada penyerasian.99
98
Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), h. 80.
99
Ibid, h. 25-26.
165
B. PENGARUH TIMBAL BALIK ANTARA LINGKUNGAN DENGAN
MANUSIA
B.F Skinner, tokoh utama aliran behaviorisme dalam teorinya menjelaskan bahwa,
manusia sangat ditentukan oleh lingkungannya. Manusia berperilaku adalah
disebabkan oleh lingkungan dan juga bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan. 100
Pendukung aliran behaviorisme memandang bahwa manusia itu ketika dilahirkan
tidak mempunyai kecendrungan baik maupun jahat. Teori seperti ini yang kemudian
disebut dengan Teori Tabula Rasa, lingkunganlah yang memainkan peranan dalam
membentuk kepribadiannya. Menurut Skinner, lingkungan menentukan kehidupan
manusia ketika manusia ini melibatkan dirinya dengan lingkungan sekitar. Agama
sebagaimana aspek-aspek lain dari tingkah laku manusia dapat diwujudkan ke dalam
terma-terma mengenai faktor-faktor lingkungan sekitar. Periode yang panjang
memberikan kemungkinan orangtuanya memberikan pengaruh yang sangat besar bagi
putra-putrinya.
C. BENTUK-BENTUK LINGKUNGAN
Sejak individu lahir ke dunia, individu secara langsung berhadapan dengan lingkungan
yang ada di sekitarnya. Lingkungan yang dihadapi individu, pada pokoknya dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik Yaitu lingkungan yang berupa alam di sekitar kita yang
meliputi tumbuh-tumbuhan, hewan, keadaan tanah, keadaan musim, rumah, jenis
makanan, benda gas, cair, padat dan lain-lain. Lingkungan alam yang berbeda akan
memberikan pengaruh yang berbeda pula kepada individu. Misalnya, daerah
pengunungan akan memberikan pengaruh yang lain bila dibandingkan dengan daerah
pantai. Begitupun dengan daerah yang mempunyai musim dingin akan memberikan
pengaruh yang berbeda dengan daerah yang mempunyai musim panas.
b. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial yaitu lingkungan yang di dalamnya terdapat interaksi
individu satu dengan individu lain. Keadaan masyarakat pun akan memberikan
100
Baharuddin, Aktualisasi Psikologi Islam, Pustaka Pelajar, hal. 82.
166
pengaruh tertentu terhadap perkembangan individu. Lingkungan sosial ini biasanya
dibedakan menjadi :
1) Lingkungan Sosial Primer
Lingkungan sosial primer yaitu lingkungan sosial di mana terdapat hubungan
yang erat antara anggota satu dengan anggota lain, anggota satu saling kenal
mengenal dengan baik dengan anggota lain.
2) Lingkungan Sosial Sekunder
Yaitu lingkungan sosial yang mana hubungan anggota satu dengan anggota
lain agak longgar.
c. Lingkungan Budaya
Yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh manusia, baik yang berupa kebendaan
maupun yang spiritual, misalnya masjid, gereja, sekolah, ilmu pengetahuan, nilai-nilai
dan sebagainya.
Taylor mengemukakan bahwa :
Lingkungan kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta
kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
d. Lingkungan Dalam
Sertain, mengemukakan sebagian dikutip oleh M. Ngalim Purwanto, bahwa
lingkungan dalam adalah segala sesuatu yang tarmasuk lingkungan luar/alam,
berupa makanan dan air yang telah berada di dalam pembuluh-pembuluh darah atau
di dalam cairan limpa. Mereka saling mempengaruhi tiap-tiap sel di dalam tubuh.
e. Lingkungan Spiritual
Yaitu lingkungan yang berupa agama, keyakinan yang dianut masyarakat di
sekitarnya, dan ide-ide yang muncul dalam masyarakat di mana anak hidup101.
101
Di poskan oleh Muhammad Zainal Abidin, pada 21 Juni 2011. (di akses oleh penulis pada
tanggal 19 Maret 2014, jam 10.05)
167
D. BEBERAPA BENTUK PERSOALAN LINGKUNGAN
Beberapa persoalan lingkungan yang kerap kali disoroti adalah polusi air dan udara serta
menyusutnya sumber-sumber alam, hingga pada desain perkantoran, ruang rumah sakit dan
tempat atau lapangan untuk bermain.
Masalah yang secara nyata dikaji oleh para ahli psikologi lingkungan beraneka ragam dan
dapat kita identifikasikan dengan jelas. Kita bisa membedakan antara riset mengenai efek-
efek dari faktor lingkungan terhadap tingkah laku dan riset mengenai efek tingkah laku
manusia terhadap lingkungannya. Jenis riset yang kedua ini berkenaan dengan hal-hal yang
diperbuat manusia, misalnya buang sampah, menimbulkan kebakaran hutan dan membuang
sisa-sisa bahan bakar. Tujuan yang praktis adalah mengupayakan cara-cara bagaimana
mengubah tingkah laku demikian pada manusia.
Ada dua hal utama dalam psikologi lingkungan, yaitu dampak kebisingan dan kepadatan
terhadap perilaku manusia, sbb :
a. Kebisingan
Suatu hal yang logis bila kita lebih menyukai kedamaian dibandingkan dengan
keramaian. Kebisingan yang dihadapi manusia untuk jangka waktu pendek hanya
akan berdampak sementara, namun yang lebih dikhawatirkan adalah hidup dari hari
kehari yang penuh dengan kebisingan kronis dapat menimbulkan dampak yang serius
dan berkepanjangan. Kerasnya suara tidak begitu penting bila dibandingkan dengan
daya ramal. Kebisingan yang tidak dapat diramalkan jauh lebih mengganggu daripada
kebisingan yang dapat diramalkan.
b. Kepadatan Manusia
Kepadatan mengacu kepada perasaan subjektif bahwa terlalu banyak orang
berdesakan dalam suatu tempat. Kebisingan hanya merupakan sebagian fungsi
kepadatan penduduk, yang mengandung arti jumlah manusia dalam suatu daerah
tertentu. Kepadatan jumlah penduduk luar (jumlah orang dalam setiap kilometer
persegi) tampaknya tidak sangat menimbulkan dampak negatif. Kepadatan dalam
(jumlah orang dalam satu rumah) terbukti berkaitan dengan penyakit sosial dalam
beberapa telaah penelitian. Kehidupan yang berkepadatan tinggi tampaknya paling
168
mungkin menimbulkan masalah bila hal itu menyebabkan adanya perasaan tidak
berdaya dalam mengendalikan jumlah dan kualitas interaksi sosial.102
Pada era ini kuatnya pengaruh lingkungan terhadap pembentukan perilaku manusia
diakui oleh semua orang. Dunia pendidikan mengenal tiga lingkaran pendidikan, yaitu rumah
tangga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Bagi anak yang lingkungan keluarganya tidak
sehat, maka sepenuhnya anak itu akan dibentuk oleh lingkungan masyarakatnya dibanding
oleh sekolahnya. Sebuah penelitian psikologi menunjukkan bahwa , 83% perilaku manusia,
dipengaruhi oleh apa yang dilihat, 11% oleh apa yang didengar dan sisanya oleh berbagai
stimulus campuran. Dari penelitian ini dapat dipahami bahwa perilaku anak-anak dan remaja
akan lebih terbentuk oleh televisi dan realitas perilkau masyarakat dibanding oleh nasehat
orangtua atau gurunya, apalagi jika nasehat itu bertentangan dengan apa yang dilihat dalam
kenyataan masyarakat luas. Hanya anak-anak yang sejak dini telah dapat dibentuk
perilakunya melalui pendidikan keluarga, yang dapat selektif menyerap pengaruh lingkungan.
Sebagaimana ulama memandang bahwa pembentukan perilaku manusia itu cukuplah
hingga anak itu mancapai usia baligh (sekitar usia 15 tahun). Setelah itu biarlah ia merespon
sendiri terhadap lingkungan, sementara masyarakat umum dewasa ini justru banyak yang
mengeluh tentang perilaku anaknya yang menginjak remaja (15-18). Pandangan ulama itu
merujuk pada pendidikan konservatif keluarga yang justru sangat efektif dalam membentuk
perilaku. Pendidikan ini dimulai justru semenjak anak dalam kandungan (pra natalia
education). Ketika bayi dalam kandungan, psikologi ibunya dijaga ketat agar jangan
mengalami kesedihan, dan dijaga dari mengkonsumsi dari barang yang tidak halal, sementara
ayahnya banyak berdoa kepada Tuhan dan melakukan kebaikan yang diniatkan supaya
menurun menjadi kelakuan anaknya yang masih dalam kandungan. Setelah lahir, bayi yang
baru lahir dalam keadaan fitrah itu langsung dididik spiritualnya dengan akidah, yakni
dengan diazani. Selanjutnya, sejak bayi hingga remaja, anak itu dibentuk secara ketat oleh
lingkungan keluarga, dengan menghadirkan secara optimal fungsi psikologis ibu sebagai
gerbang kasih sayang (rahim) dan fungsi psikologis ayah sebagai idola yang mumpuni
(gagah, hebat, dan serba bisa). Jika seorang anak beruntung memperoleh pembentukan
102
Rita L. Atkinson dan Richard C. Atkinson, Pengantar Psikolog (eight edition), Jakarta :
Erlangga, 1983, hal. 430-438
169
pribadi dalam keluarga seperti itu maka pada usia akil baligh ia sudah siap berjalan sendiri
menjelajahi lingkungan masyarakat luas tampa takut larut didalamnya (dengan merantau atau
sekolah jauh dari orangtua), karena benteng perilaku yang terbentuk dalam pendidikan
keluarga itu akan dengan sendirinya menolak pengaruh lingkungan yang negatif. Dalam
perantauan jauh dari pengawasan orangtua itu sang anak tetap merasa diayomi oleh
kelembutan kasih sayang ibunya dan tetap merasa dipacu menggapai cita-cita oleh keidolaan
ayahnya.
Jadi lingkungan yang sangat efektif membentuk perilaku manusia adalah lingkungan
psikologis, sementara lingkungan fisik sangat besar pengaruhnya pada anak yang kurang
memperoleh pendidikan keluarga.103
Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan lingkungan (eco-friendly) dan
keberlanjutan kehidupan di dunia. Banyak ayat al-Quran dan Hadist yang menjelaskan,
menganjurkan bahkan mewajibkan setiap manusia untuk menjaga kelangsungan
kehidupannya dan kehidupan makhluk lain di bumi, walaupun dalam situasi yang sudah
kritis. Ayat yang berkaitan dengan alam dan lingkungan (fisik dan sosial) ini dalam al-Quran
bahkan jauh lebih banyak dibandingkan dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan ibadah
khusus (mahdhoh). Dalam Islam, ada beberapa pilar yang menjadi bangunan dasar
pengelolaan lingkungan yaitu Tauhid, khilafah, amanah, adil dan istishlah. Dan dua rambu
yaitu halal dan haram.
Bangunan dasar pengelolaan lingkungan ini seharusnya menjadikan orang Islam dapat
memahami bahwa ketika mereka melakukan keputusan atau kebijakan dalam lingkungan
maka berarti mereka sedang menjalankan pengesaan Tuhan yang mengandung arti bahwa
mereka sedang melakukan totalitas peribadatan kepada satu-satunya Tuhan yang telah
menciptakan alam semesta ini sehingga jika mereka membuat kebijakan atau keputusan yang
merusak lingkungan maka berarti manusia telah melakukan perbuatan yang berdosa karena
melanggar perintah Tuhan.
19. Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan
Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.
103
Achmad Mubarok, Akhlak Mulia, Jakarta : GMPAM-YPC-WAP, 2009, hal. 67-69
170
20. dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (kami
menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki
kepadanya.
21. dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami
tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.
22. dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami
turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali
bukanlah kamu yang menyimpannya. (Q.S Al-Hijr : 19-22).
22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,
dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (Al-Baqarah : 22).
Ayat diatas menggambarkan mengenai amanat besar yang diemban manusia ketika
mereka dijadikan Tuhan sebagai wakil-Nya dimuka bumi (Khalifah). Mereka harus bisa
membuktikan bahwa kekhawatiran malaikat bahwa manusia akan merusak bumi adalah
salah. Dan ketika manusia membaca kembali perintah-perintah Allah yang
mengharuskannya mengelola alam dengan baik maka berita-berita bencana alam yang
diakibatkan karena rusaknya lingkungan oleh tangan manusia yang sering terdengar
belakangan ini akan berkurang. Dengan nilai-nilai diatas, maka organisasi keagamaan
sebagai bentuk pengaruh luar yang dapat menekan individu seharusnya dapat
memastikan bahwa setiap anggotanya memahami nilai-nilai ini.
56. dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
171
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-
orang yang berbuat baik. (Al-Araaf : 56)
183. dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu
merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan; (Al-Syuaraa : 183)
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan
untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Dan kembali
ditemukan keselarasan pemahaman antara nilai yang dianut dalam aspek legal dalam
Undang-undang dengan aspek moral didalam Alquran.
204. dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia
menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya,
Padahal ia adalah penantang yang paling keras. (Al-Baqarah : 204)
Dari pengertian ayat al-Quran tersebut diatas menunjukkan bahwa Islam sangat
memperhatikan lingkungan, konsep islam sangat jelas dalam hal memelihara lingkungan
adalah kewajiban yang bernilai ibadah, dan sudah banyak konsep yang menerangkan
tentang hal tersebut, kini saatnya umat islam mengamalkan atau mempraktekkan konsep-
konsep tersebut.
Selain menjadikan sikap diatas menjadi bagian ibadah. Islam juga memberikan
kecaman terhadap para perusak lingkungan seperti termaktub pada ayat berikut ini :
41. telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Q.S Al-Rum : 41)104
104
Semua ayat dari al-Quran al-Karim
172
Ayat tersebut diatas menjelaskan bahwa kerusakan yang kita rasakan saat ini baik
di darat maupun dilaut merupakan akibat dari kegiatan, aktivitas atau kebijakan manusia
yang tidak mengindahkan pada keberlangsungan kehidupan.
Makna ayd pada ayat tersebut diatas jamak/plural dari yad yang berarti: tangan,
kemampuan dan juga kekuasaan. Jika kita maknai dengan tangan berarti kerusakan yang
terjadi akibat dari perbuatan manusia melakukan kerusakan dengan menggunakan
tangannya hal ini bisa dikategorikan oleh rakyat atau masyarakat. Jika kita maknai
dengan kemampuan berarti kerusakan yang terjadi akibat dari perbuatan seorang atau
sekelompok orang yang memiliki kemampuan untuk mengeksploitasi kekayaan alam
tanpa memperhatikan keseimbangan ekosistem dan hanya bertujuan pada keuntungan
materi semata, ini bisa dikategorikan sebagai koorporasi. Adapun makna ayd yang ketiga
yaitu kekuasaan, yang berarti kerusakan yang terjadi akibat dari kebijakan, per-undang-
undangan atau regulasi yang kurang menyentuh pada kesejahteraan umat atau rakyatnya,
dan lebih bertujuan pada nilai ekonomi semata tanpa memperhatikan dampak atau akibat
yang ditimbulkan.
Manusia telah diperingatkan Allah SWT dan Rasul-Nya agar jangan melakukan
kerusakan di bumi, akan tetapi manusia mengingkarinya. Allah SWT berfirman : Dan
bila dikatakan kepada mereka: Janganlah membuat kerusakan di muka bumi, mereka
menjawab: Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan. (QS. 2 :
11). Keingkaran mereka disebabkan karena keserakahan mereka dan mereka
mengingkari petunjuk Allah SWT dalam mengelola bumi ini. Sehingga terjadilah
bencana alam dan kerusakan di bumi karena ulah tangan manusia. Allah SWT berfirman:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah : Adakan perjalanan
di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu.
Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah). (QS.
Ar-rum : 41-42).
Dengan banyaknya perintah Tuhan dalam al-Quran yang mewajibkan umat Islam
untuk menjaga kelestarian lingkungan dan menjauhi perilaku yang merusak lingkungan,
hal ini merupakan bagian dari menjalankan hukum Allah dan menjadi nilai yang dianut
dalam gelanggang yang bernama Agama Islam.
173
b. Informasi Dari Hadits Tentang Lingkungan
1. Hadits mengenai pengaruh lingkungan terhadap perilaku
Mengenai bagaimana lingkungan mempengaruhi perilaku individu, bukti
yang terkenal berkaitan dengan hal ini adalah hadits dimana Rasulullah SAW
mengatakan bagaimana orangtua mempengaruhi agama, moral, dan psikologi umum
dari sosialisasi dan perkembangan anak-anak mereka. Hadits ini merupakan bukti
tekstual yang paling terkenal dari pengaruh lingkungan terhadap seseorang. Haditsnya
berbunyi :
: :
, , , ,
( :
. )
Dari abu Hurairah RA, dia berkata, Rasullullah SAW telah bersabda,
Seorang bayi tidak dilahirkan {kedunia ini} melainkan ia berada dalam kesucian
{fitrah}. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi,
Nasrani, ataupun Majusi sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan
selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat?
Lalu Abu Hurairah berkata, apabila kalian mau, maka bacalah firman Allah
SWT yang berbunyi: ...tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah. Qs. Ar-ruum (30): 30).
{Muslim 8/52}.105
Asbab al-Wurud Hadits
Sebagaimana terdapat dalam riwayat Imam Ahmad, Darimi, Nasai, Ibn Juraij, Ibn
Hibban, Thabrani dalam al-Kabir dan al-Hakim dari Aswad bin Suwaid ra, sebab dari
hadits tersebut muncul adalah suatu ketika Rasulullah di hasud untuk
mengistimewakan satu kelompok terhadap yang lainnya, orang tersebut berusaha
membunuh orang-orang pada hari itu. Peristiwa tersebut kemudian sampai kepada
Rasulullah saw. beliau bersabda, bagaimana keadaan yang membuat kalian
menimbang untuk membunuh pada hari itu sampai anak-anakpun dibunuh. Laki-laki
tersebut menjawab, wahai Rasulullah sesungguhnya anak-anak mereka adalah orang-
105
Muhammad Nashiruddin al-Albani, Mukhtasar Shahih Muslim, Jakarta : Pustaka Azzam,
2008 , hal. 555
174
orang musyrik. Beliau bersabda, ingatlah, jangan bunuh anak-anak, kemudian beliau
juga bersabda, setiap bayi lahir dalam keadaan suci, orangtuanyalah yang
mempengaruhinya menjadi Yahudi, Nashrani, atau Majusi sebagaimana ia tumbuh
dan berkembang sampai jadi kakek-kakek.
Dalam hadits lain, Nabi Muhammad SAW menunjukkan bagaimana teman dapat
mempengaruhi seluruh perilaku, karakter dan perbuatan seseorang dengan
memberikan perumpamaan, Nabi Muhammad SAW bersabda :
Persamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti pedagang minyak
kesturi dan peniup api tukang besi. Si pedagang minyak kesturi mungkin akan
memberinya padamu, atau engkau membeli kepadanya atau setidaknya engkau dapat
memperoleh bau yang harum darinya, tapi si peniup api tukang besi mungkin akan
membuat pakaianmu terbakar, atau kamu akan mendapatkan bau yang tidak sedap
dari padanya. (HR Bukhari)
Dari hadits di atas dapat kita lihat bahwa Nabi Muhammad SAW mengingatkan
kita bagaimana persahabatan yang baik dapat mempengaruhi karakter seseorang
menjadi baik dan bagaimana teman yang jahat dapat membuat orang melakukan hal
yang buruk. Dengan demikian, lingkungan dapat mempengaruhi keseluruhan
perkembangan psikologi seseorang, termasuk tentunya perkembangan kognitif.106
106
Aliyah B. Purwakania, Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta : Gajah Mada Press, hal.
38.
175
PENUTUP
Kesimpulan
Lingkungan dan berbagai permasalahannya yang terjadi dewasa ini tidak
terlepas dari peran manusia didalamnya. Peranan ini bisa berupa peran kebaikan
seperti pelestarian lingkungan maupun peran keburukan seperti perusakan
lingkungan. Agama melalui kitab sucinya memberikan petunjuk-petunjuk Ketuhanan
yang merupakan salah satu bentuk kontrol moral bagi manusia dalam menjalani
peranannya di muka bumi. Dan Alquran adalah kitab suci umat Islam. Didalam
Alquran banyak terdapat ayat-ayat yang membahas mengenai lingkungan,
pengelolaan lingkungan, dampak kerusakan lingkungan yang bisa menjadi petunjuk
bagi manusia untuk menjalankan tugas dan perannya bagi lingkungan, begitu juga
denga hadits Rasulullah SAW. Pentingnya memperhatikan lingkungan karena ia dapat
mempengaruhi kepribadian dan tingkah laku kita yang berada dalam suatu lingkungan
tersebut.
176
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al-Quran Al-Karim.
Purwakania, Aliyah B., Psikologi Perkembangan Islami, Gajah Mada Press : Jakarta
Di poskan oleh Muhammad Zainal Abidin, pada 21 Juni 2011. (di akses oleh penulis
pada Tanggal 19 Maret 2014, jam 09.45).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29937/3/Chapter%20II.pdf, di akses
19 Maret 2014, jam 09.37.
177
XIII. INTERGRASI PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN AJARAN ISLAM (INFORMASI
AL QURAN TENTANG PRASANGKA)
PETA KONSEP
Pengertian prasangka
178
PEMBAHASAN
A. BENTUK PRASANGKA
Prasangka atau prejudice berasal dari kata Latin Prejudicium, yang pengertiannya
sekarang mengalami perkembangan sebagai berikut (Soelaeman, 1987) :107
1. Semula diartikan sebagai suatu preseden, artinya keputusan diambil atas dasar
pengalaman yang lalu.
Secara harfiah prasangka dapat diberi arti atau diberi pandangan dengan
prapendapat, anggapan dasar, purbasangka, pendapat pendahuluan.
Prasangka menurut Sherif &Sherif (1969, dalam Koeswara, 1988) adalah suatu
istilah yang menunjuk pada sikap yang tidak menyenangkan (unfavourable attude) yang
dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok terhadap kelompok lain berikut anggota-
anggotanya yang didasarkan atas norma-norma yang mengatur perlakuan terhadap
orang diluar kelompoknya.
Prasangka bisa juga di pahami sebagai penilaian pendahuluan terhadap sesuatu
(Garner, 1940) yang boleh jadi bersifat positif maupun negative (Nelson, 2002). 108
Menurut Baron dan Byrne (1997), prasangka adalah salah satu bentuk sikap yang
umumnya bersifat negative terhadap anggota dari suatu kelompok social. Sebagi mana
sikap menurut pandangan three-componem, prasangkapun terdiri dari aspek kognitif,
afektif, dan kecendrungan berprilaku.
Menurut Nelson (2002) kita cendrung membangun ikatan yang kuat dengan
kelompok sendiri, dan menaruh kecurigaan dan penolakan terhadap kelompok lain.
Dalam firman Allah surat al-Muminun ayat 53 dan Ar-Ruum ayat 32
107
Alex sobur, Psikologi Umum. Bandung: Pustaka setia, (2009) h. 387
108
Rahman abdul , Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo, (2013) h.239
179
53. Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan agama mereka
terpecah belah menjadi beberapa pecahan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan
apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).
Jadi, tampak bahwa sikap dan perilaku kita terhadap orang lain dipengaruhi oleh
identitas social kita dan identitas orang lain. Kita menilai positif ataupun negative
terhadap orang lain sering kali berkaitan dengan identitas social kita dan identitas
orang lain. Sikap kita pada orang lain berdasarkan identitas sosialnya disebut dengan
prasangka.
B. Bentuk-Bentuk Prasangka
a. Kompleks
Kompleks sebenarnya suatu objek jiwa yang tidak disadari, tetapi merupakan
faktor yang penting untuk turut menentukan sikap seorang. .109
Bedanya dengan sikap ialah bahwa sikap pada umumnya selalu disadari, sedang
kompleks itu terletak dibawah kesadaran. Istilas kompleks ini pertama-tama dipakai
oleh S. Frued ahli ilmu jiwa dalam alirannya disebut psycoanalisis. Kompleks
terdorong biasanya turut mnentukan sikap orang
Misalnya: tau boneka takut, tahu darah takut, masuk ruang tertutup takut, dan
sebagainya. Maka dari itu kalau ada hal-hal yang tidak disukai dalam diri manusia,
maka hal itu harus diletakkan kebawah sadar, supaya tidak timbul.
b. Propaganda
Di dalam mengubah sikap sesorang hubungannya dengan ideologi sering
dipergunakan metode propoganda. Propoganda adalah alat untuk membuat orang lain
menjadi yakin akan kebenaran suatu cita-cita. Adapun maksud utama adapun maksud
109
Ahmadi Abu, Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta, (2009) hal: 202
180
utama dari propoganda adalah menarik perhatian dan dan mencari penganut untuk
menjadi pembela dan pejuang, agar cita-cita itu dapat tercapai.110
Propoganda ada yang ditujukan kepada umum, dan ada pula yang ditujukan kepada
orang seorang.
Pada umumnya dalam lapangan propoganda kita bedakan adanya tiga
propoganda, yaitu:
1. Propaganda progresif; yaitu propaganda untuk mengganti kondisi-kondisi dan
ideologi yang sudah ada dengan ideologi yang baru. Pokoknya perubahan yaang
lama menjadi yang baru.
2. Propoganda Reaksioner; yaitu propaganda yang berwujud selalu mencegah
perkembangan sosial dan timbulnya idiologi baru. Dengan cara mengusahakan
kembali idiologi lama.
3. Propoganda Konverkatif yaitu propoganda yang beersifat status quo, ialah selalu
mempertahaankan apa yang ada, jangan sampai berubah.
C. Desas- Desus
Desas-desus adalah suatu gejala ssosial psikologis yang sangat menarik perhatian
bagi ahli psikologi, karena:111
110
Ibid h. 203
181
1. Desas-desus itu terjadi dimana saja di dalam tiap-tiap masyarakat, baik pada
masyarakat sederhana maupun modren. Desas- dsus ini terjadi pada zaman apapun
jadi sejak dulu hingga sekarang.
2. Desas-desus mempunyai pengaruh besar begi kehidupan masyarakat, dan orang
seorang dalam masyarakat. Lagi pula dalam kenyataannya desas-desus ini
menimbulkan akibat-akibat yang bisa merusak nama orang, dan sebaliknya bisa
menunjang nama orang /golongan orang. Dengan kata lain: ada yang bersifat
merusak dan ada yang bersifat membangun.
111
Ibid h. 205
182
Prasangka atau prejudice berasal dari kata Latin Prejudicium, yang pengertiannya
sekarang mengalami perkembangan sebagai berikut (Soelaeman, 1987) :112
4. Semula diartikan sebagai suatu preseden, artinya keputusan diambil atas dasar
pengalaman yang lalu.
Secara harfiah prasangka dapat diberi arti atau diberi pandangan dengan
prapendapat, anggapan dasar, purbasangka, pendapat pendahuluan.
Prasangka menurut Sherif &Sherif (1969, dalam Koeswara, 1988) adalah suatu
istilah yang menunjuk pada sikap yang tidak menyenangkan (unfavourable attude) yang
dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok terhadap kelompok lain berikut anggota-
anggotanya yang didasarkan atas norma-norma yang mengatur perlakuan terhadap
orang diluar kelompoknya.
Prasangka bisa juga di pahami sebagai penilaian pendahuluan terhadap sesuatu
(Garner, 1940) yang boleh jadi bersifat positif maupun negative (Nelson, 2002). 113
Menurut Baron dan Byrne (1997), prasangka adalah salah satu bentuk sikap yang
umumnya bersifat negative terhadap anggota dari suatu kelompok social. Sebagi mana
sikap menurut pandangan three-componem, prasangkapun terdiri dari aspek kognitif,
afektif, dan kecendrungan berprilaku.
Menurut Nelson (2002) kita cendrung membangun ikatan yang kuat dengan
kelompok sendiri, dan menaruh kecurigaan dan penolakan terhadap kelompok lain.
Dalam firman Allah surat al-Muminun ayat 53 dan Ar-Ruum ayat 32
53. Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan agama mereka
terpecah belah menjadi beberapa pecahan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan
apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).
32. Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka[1169] dan mereka
menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada
pada golongan mereka.
112
Alex sobur, Psikologi Umum. Bandung: Pustaka setia, (2009) h. 387
113
Rahman abdul , Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo, (2013) h.239
183
Maksudnya: meninggalkan agama tauhid dan menganut pelbagai kepercayaan menurut
hawa nafsu mereka.
Jadi, tampak bahwa sikap dan perilaku kita terhadap orang lain dipengaruhi oleh
identitas social kita dan identitas orang lain. Kita menilai positif ataupun negative
terhadap orang lain sering kali berkaitan dengan identitas social kita dan identitas
orang lain. Sikap kita pada orang lain berdasarkan identitas sosialnya disebut dengan
prasangka.
184
PENUTUP
KESIMPULAN
185
DAFTAR KEPUSTAKAAN
http://www.minbarindo.com/_Dunia_Minbar/Akhlak_Dan_Moral/Hindari_Prasangka
_Buruk.aspx
186
XIV. INTERGRASI PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN AJARAN ISLAM (INFORMASI
AL QURAN TENTANG KEJAHATAN)
PETA KONSEP
1. Kejahatan 1. Tindak
ekonomi
Pidana Zina
2. Kejahatan
politik 2. Tindak
3. Kejahatan
Pidana
kesusilaan
4. Kejahatan Pencurian
terhadap jiwa
3. Perampokan
orang
5. Kejahatan harta 4. Pembunuhan
benda
dan
penganiayaan
187
PEMBAHASAN
A. Pengertian Integrasi Sosial
Secara bahasa (etimologi), kata integrasi berasal dari bahasa latin yakni
integer yaitu berarti menyeluruh (utuh). Dalam bahasa Inggris Integrasi atau
integration berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Sedangkan secara istilah
(terminologI), kata integrasi bisa diartikan sebagai pembauran hingga menjadi
kesatuan yang utuh atau bulat.
Maurice Duverger (1881) memberikan defenisi sebagai berikut : integrasi
adalah dibangunnya interdependensi yang lebih rapat antara bagian-bagian dari
organisme hidup atau antara anggota-anggota di dalam masyarakat. Paul B. Horton
menyatakan bahwa integrasi merupakan suatu proses pengembangan masyarakat
dimana segenap kelompok ras dan etnik mampu berperan serta secara bersama-sama
dalam kehidupan budaya dan ekonomi. Sedangkan integrasi sosial adalah proses
penyesuian diantara unsur-unsur yang saling berbeda yang ada dalam kehidupan
sosial sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang serasi fungsinya bagi
masyarakat yang bersangkutan114.
114
Abu Ahmadi, Psikologi sosial.( Jakarta: PT. Rineka Cipta).
115
Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 139.
188
Sampsom, Raudenbush, dan Earls 1997 melakukan studi yang menerapkan
prosedur sampling bertingkat untuk menguji korelasi antara lingkungan dan
kriminalitas. Mereka menemukan bahwa korelasi antara karakteristik-karakteristik
stuktural lingkungan dengan kriminalitas dimediasikan oleh proses sosial lingkungan
yang disebut juga sebagai proses evikasi kolektif yaitu tingkat koneksi sosial dalam
lingkungan dikombinasikan dengan kontrol sosial informal warga dalam memonitor
prilaku warga lain sehinggan dapat mengawasi anak-anak dan memelihara tatanan
publik yang ada.
Penelitian menyatakan bahwa kriminalitas bukan saja mempengaruhi
kesehatan dan perkembangan korban, tetapi juga bagi mereka yang menyaksikan
tindak kekerasan terhadap teman atau anggota keluarga yang menjadi korban.
Menyaksikan tindakan kekerasan dan tinggal dilingkungan dengan tingkat
kriminalitas tinggi juga memengaruhi prilaku orang dewasa. Tidak mengherankan jika
warga yang tiggal dalam lingkungan yang buruk merasa lebih takut terhadap
kriminalitas dan tindak kekerasan (Perkins dan Taylor, 1996; Skogan dan Maxfield,
1981). Rasa takut akan kriminalitas berkolersi dengan stress, kecemasan dan berbagai
jenis gangguan mental (Taylor dkk, 1990; white dkk, 1987). Tingkat kriminalitas
yang tinggi dan lingkungan berbahaya seringkali menjadi ancaman dan membuat
orang tua menjadi lebih waspada serta melakukan kontrol ekstra terhadap anak
mereka.116
C. Defenisi kejahatan
116
DK halim. Psikologi lingkungan perkotaan. Jakarta Timur: Bumi aksara, 2008.
189
mencuri memenuhi bunyi pasal 362 KUHP sedang kejahatan penganiayaan
memenuhi pasal 351 KUHP.
Undang-undang di luar KUHP, seperti perundang-undangan subversi,
perpajakan, ekonomi, pelanggaran kesusilaan juga merumuskan macam-macam
perbuatan sebagai bentuk kejahatan yang diancam hukum pidana. Secara yuridis
formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang melanggar hukum pidana.Sumber
hukum lainnya yang harus ditaati oleh setiap warga negara ialah keputusan-keputusan
praktik pengadilan (yurispudensi).
Secara sosiologis, kejahatan adalah semua bentuk ucapan, perbuatan, dan
tingkah laku yang secara ekonomis, politis dan sosial psikologis sangat merugikan
masyarakat, melanggar norma-norma susila, dan menyerang keselamatan warga
masyarakat (baik yang telah tercangkup dalam undang-undang, maupun yang belum
tercantum dalam undang-undang pidana).
D. Jenis-Jenis Kejahatan
Kejahatan ada dua yaitu kejahatan fisik dan non fisik. Kejahatan fisik adalah
kejahatan yang dilakukan kepada orang lain yang merugikan fisik orang lain. Ini
biasanya sering kali dilakukan ketika seseorang sedang merampok, membunuh orang
lain, tawuran dan lain-lain, sedangkan kejahatan non fisik adalah kejahatan yang
dilakukan kepada orang lain tanpa menggunakan fisik. Ini biasanya dilakukan tanpa
menggunakan fisik, seperti ketika seorang suami melakukan poligami terhadap
istrinya.
Menurut Objek Hukum, jenis-jenis kejahatan juga dapat di bagi Dapat Dibagi
Dalam:
1) Kejahatan ekonomi: fraude, penggelapan, penyelundupan,
perdagangan barang-barang terlarang (bahan narkotik, buku-
buku dan bacaan pornografis, minuman keras), penyogokan dan
penyuapan untuk mendapatkan monopoli-monopoli tertentu.
2) Kejahatan politik dan pertahanan-keamana, pelanggaran
ketertiban umum, pengkhianatan, penjualan rahasia-rahasia
negara pada agen-agen asing, berfunsi sebagai agen-agen
subversi, pengacauan, kejahatan terhadap keamanan negara dan
kekuasaan negara, penghinaan terhadap martabat pemimpin-
pemimpin negara.
190
3) Kejahatan kesusilaan seperti: pelanggaran seks, perkosaan,
fitnah-an
4) Kejahatan terhadap jiwa orang dan harta benda.117
E. Bentuk-bentuk kejahatan
1. Tindak Pidana Zina
Zina adalah hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan diluar nikah.
Perzinaan adalah perbuatan yang sangat dikutuk oleh Allah. Allah telah mengariskan
ketentuan didalam al-Quran surat An-nur ayat 2:
Artinya: perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina maka deralah
tiap-tiap orang dari keduannya seratus kali dera, dan jaganlah belas kasihan kepada
keduannya sehingga mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jia kamu
beriman kepada Allah dan hari Akhirat. Dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka
disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman (QS An-Nur: 2).
Kalau kita lihat ketentuan tersebut maka terasa sangat berat. Pertama,
hukuman fisik dengan cambuk sebanyak seratus kali tentu saja sangat menyakitkan
tubuh. Kedua, pelaksanaan hukuman tersebut disaksikan oleh sekumpulan orang-
orang yang beriman. Ketentuan ini sangat memberatkan, karena orang harus
menagngung malu atas perbuatannya. Dengan hukuman yang seperti itu orang-orang
akan takut berbuat zina.
Syariat islam melarang zina karena zina itu banyak bahayanya, baik terhadap
akhlak dan agama, jasmani atau badan, disamping terhadap masyarakat dan keluarga.
Bahaya terhadap agama dan akhlak dari perbuatan zina sudah cukup jelas. Seseorang
yang melakukan perbuatan zina, pada waktu itu mereka merasa gembira dan senang,
sementara dipihak lain perbuatannya itu menimbulkan kemarahan dan kutukan Tuh-
an, karena Tuhan melarangnya dan menghukum perilakunya. Disamping itu,
perbuatan zina itu mengarah kepada lepasnya keimanan dari hati pelakunya, sehingga
andai kata ia mati pada saat melakukan zina tersebut maka ia mati dengan tidak
membawa iman.
117
Kartini Kartono, Op.cit,
191
2. Tindak Pidana Pencurian
Pencurian adalah mengambil harta milik orang lain dengan cara diam-diam, yatu
dengan jalan sembunyi-sembunyi. Salah satu bentuk kerusakan di dunia ini adalah
pencurian hak orang lain. Islam melindugi hak orang lain, dengan memberikan
ketentuan hukuman yang keras terhadap pencurian.
Artinya: laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri potonglah
tangan keduannya sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai
siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS Al-Maidah :
38)
3. Perampokan
Perampokan adalah hal yang lebih mengerikan daripada pencurian, karena di
dalam perampokan orang yang hak miliknya diambil menyaksikan secara langsung
apa yang terjadi. Selain itu seringkali perampokan ini menjurus pada penganiayaan
terhadap korban. Ketentuan al-Quran tentang hukuman bagi pelaku perampokan
sangat keras. A. Wardi Muslich (1986) merujuk surat Al-maidah ayat 33, sebagai ayat
yang melandasi hukum pidana untuk perampokan, yakni :
Artinya : sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi
Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka itu
dibunuh atau disalib atau di potong tangan dan kakinya dengan bertimbal balik, atau di
buang dari negri kediamannya. Yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk
mereka di dunia dan di akhirat, mereka mendapat siksa yang besar (QS Al-Maidah
:33)
192
a. Pembunuhan sengaja
b. Pembunuhan menyerupai sengaja
c. Pembunuhan karena kesalahan atau pembunuhan sengaja
Hukum untuk tindak pidana pembunuhan dan penganiayaan yang berlaku di
beberapa negara memang sudah berat. Di beberapa negara di bagian Amerika Serikat
berlaku hukuman mati untuk mereka yang membunuh. Di Indonesia beberapa
penjahat yang membunuh telah pula dijatuhi hukuman mati, salah seorang
diantaranya adalah Kusni Kasdut. Kerasnya hukuman buat si pembunuh telah
digariskan oleh kitab suci.
Artinya : hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash
berkenaan dengan orang- orang yang di bunuh. Orang merdeka dengan orang
merdeka, hamba dengan hamba, wanita dengan wanita. Maka barang siapa mendapat
suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan mengikuti dengan cara
yang baik dan hendaklah yang diberi maaf membayar diat kepada yang memberi maaf
dengan cara yang baik pula. Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari
Tuhanmu dan suatu rahmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu, maka
baginya siksa yang sangat pedih.
Hukuman untuk pembunuhan dan penganiayaan ini agak berbeda dengan
hukuman untuk tindak pidana yang disebut diatas. Di dalam ketentuan hukuman
untuk pembunuhan dan penganiayaan apabila pihak keluarga memaafkan perbuatan
tersebut, maka si pembunuh akan bebas dari balasan hukuman mati. Disini kelihatan
bahwa hukum Islam lebih luwes dari hukuman mati seperti yang berlaku di beberapa
negara yang tidak mengacu pada hukum Islam. Pada hukuman mati yang tidak
mengacu pada Islam, tidak ada kesempatan untuk memperoleh kebebasan walaupun
pihak keluarga korban sesudah memaafkannya.118
Menurut cara kejahatan dilakukan, dapat dikelompokkan sebagai berikut:
118
Djamaluddin Ancok dan Fuat Nashori Suroso. Psikologi Islami, (Yokyakarta. 2004).
193
1. Mengunakan alat-alat bantu: senjata, senapan, bahan-bahan
kimiadan racun, instrument kedokteran, alat pemukul, alat jerat dan
lainnya.
2. tanpa menggunakan alat bantu, hanya dengan kekuatan fisik belaka,
bujuk rayu dan tipu daya.
3. Redivisi, yaitu penjahat-penjahat yang berulang-ulang masuk
keluar penjara.
4. Penjahat berdarah dingin, yang melakukan tindak durjana dengan
melakukan pertimbangan-pertimbangan dan persiapan yang
matang.
5. Penjahat kesiapan atau situasional, yang melakukan kejahatan
dengan menggunakan kesempatan-kesempatan kebetulan.
6. Kejahatan dengan dorongan-dorongan impuls yang timbul seketika.
7. Penjahat kebetulan, misalnya karena lupa diri, tidak disengaja, lalai,
ceroboh, acuh tak acuh, semberono.119
F. Penyebab Kejahatan
Faktor-faktor penyebab kejahatan :
1) Kejahatan yang disebabkan oleh sifat-sifat hereditas (bawaan sejak lahir),
kelainan-kelainan bentuk jasmani, bagian badan yang abnormal. Misalnya
bentuk tengkorak yang luar biasa, dengan keanehan-keanehan susunan otak
mirip dengan binatang.
2) Kejahatan yang disebabkan oleh kelainan jiwa, Misalnya : gila, setengah gila,
idiot, lemah pikiran, dan lain- lain.
3) Kejahatan yang di rangsang oleh libido seksualis atau nafsu-nafsu seks.
Misalnya: homoseks, sadisme, sadomasokhisme, pedofilia dan pemerkosaan.
4) Kejahatan yang di sebabkan oleh kesempatan. Misalnya terpaksa melakukan
kejahatan karena keadaan yang luar biasa, dalam bentuk pelanggaran-
pelanggaran kecil.
5) Kejahatan yang di sebabkan oleh organ-organ jasmani yang normal, namun
mempunyai pola kebiasaan buruk, asosiasi sosial yang abnormal atau yang
119
Kartini KartonoOp.cit, h. 150-151.
194
menyimpang dari pola kelakuan umum, sehingga sering melanggar undang-
undang dan norma sosial, lalu banyak melakukan kejahatan.
6) Kejahatan yang sudah menjadi profesioal atau sudah menjadi pekerjaan sehari-
hari karena sikap hidup yang keliru.
7) Kejahatan karena kurang memiliki disiplin kemasyarakatan. Misalnya para
pengemudi mobil dan sepeda motor yang tidak bertanggung jawab, tidak
menghiraukan etik lalu lintas dan peraturan-peraturan keamanan lalu lintas.
8) Kejahatan karena mengalami krisis jiwa. Misalnya kejahatan yang dilakukan
anak-anak puber, membakar rumah sendiri karena ingin mendapatkan uang
asuransi, membunuh pacar sendiri karena sudah dihamili atau karena cintanya
tidak terbalas.ibu muda yang membunuh bayinya karena tidak kawin, dan lain-
lain.
9) Kejahatan karena sifat angresif dan memiliki mental yang sangat labil, yang
sering melakukan penyerangan, penganiayaan, dan pembunuhan.
10) Kejahatan karena kelemahan batin dan dikejar-kejar oleh nafsu materil yang
berlebih-lebihan.
11) Kejahatan karena indolensi psikis dan segan bekerja keras. Daripada
bersusah-susah bekerja mencari nafkah, mereka itu lebih suka menggunakan
cara yang mudah dengan berbuat jahat.
12) Kejahatan karena kecenderungan-kecenderungan kriminal yang kuat, namun
bukan karena bakat. Mereka yang berkemauan kuat, dengan sengaja berbuat
jahat menjadi penjahat profesional dan penjahat kebiasaan yang aktif.
Faktor lain yang memainkan peranan besar dalam membentuk pola kriminal, sebagai
berikut:
1) Jenis makanan, memberikan efek dietetis yang memberikan pengaruh terhadap
agresifitas manusia. Individu-individu kelompok suku bangsa pemakan daging
yang intensif, pada umumnya lebih agresif dan lebih ganas daripada mereka
pemakan bahan tumbuh-tumbuhan. Maka, kecendrungan berbuat kriminal itu
lebih banyak terdapat pada kelompok-kelompok pemakan daging.
2) Lingkungan alam yang teduh, damai, di daerah-daerah pedesaan dan
pegunungan yang subur memberikan pengaruh yang menenangkan.
Sedangkan daerah-daerah kota dan industri yang penuh padat dan bising
penuh hiruk pikuk yang memekakkan, memberikan pengaru membingungkan,
195
mengacau, menekan/mencekam dan menstimulasi penduduknya menjadi
kanibal-kanibal(kejam, bengis,mendekati kebiadaban), dan jahat.
3) Masyarakat primitif dan masyarakat desa dengan kelompok-kelompok face to
face yang masih intim memberika kontrol sosial dan sanksi-sanksi sosial
lebih ketat kepada segenap warga masyarakat. Sedangkan masyarakat urban
yang kompleks, sangat heterogen atau atomistik itu membuat norma-norma
sosial dan sanksi-sanksi sosial menjadi sangat longgar, sehinnga orang
cendrung bertingkah laku semaunya sendiri yang menjurus kepada pola-pola
yang kriminal.
120
Ibid, h. 152-156.
196
PENUTUP
Kesimpulan
197
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Halim DK, Psikologi Lingkungan Perkotaan, Jakarta Timur : Bumi Aksara, 2008.
Kartono Kartini, Patologi Sosial, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
198
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quranul Karim.
Ahmadi Abu, Psikologi Sosial, Jakarta : Rineka Cipta, 2002.
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, Mukhtasar Shahih Muslim, Jakarta : Pustaka
Azzam, 2008.
Aliah,Psikologi Perkembangan Islam, Jakarta : Raja Grafindo Perseda, 2006.
Ancok Djamaludin, Integrasi Psikologi Dengan Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2005.
Ancok Djamaluddin dkk, Psikologi Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004.
Annastasi Anne, Bidang Bidang Psikologi Terapan, Jakarta : CV.Raja Wali,1989.
Armando Siti, Psikologi Komunikasi, Jakarta : Andi 2008.
Atkinson Rita L, Pengantar Psikologi, Jakarta : Erlangga, 1983.
Baharuddin, Aktualisasi Psikologi Islam, Pustaka Pelajar.
Baron, Psikologi Sosial, Jakarta : Erlangga, 2003.
Baron Robert, Psikologi Sosial, Jakarta : Erlangga, 2005.
Bungin Burhan, Sosiologi Komunikasi, Jakarta : Kharisma Putra Utama, 2011.
Chaplin J.P., KAMUS LENGKAP PSIKOLOGI (diterjemahkan oleh Kartini
Kartono), Jakarta, 2005.
David Sears, Psikologi Sosial, Jakarta : Erlangga, 1985.
Deliani Nurfarida, Psikologi Sosial, The Minang Kabau Foundation, Jakarta, 2005.
Halim, DK, Psikologi Lingkungan Perkotaan, Jakarta : Bumu Aksara, 2008.
Hanurawan Fattah, Psiologi Sosial Suatu Penghantar, Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya, 2010.
Hude Darwis, Emosi : Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia
didalam Al-quran, Jakarta: Erlangga, 2006.
Leavitt Harold J, Psikologi Manajemen, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1992.
Kartono Kartini, Patologi Sosial, Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2005.
Kartono Kartini, Patalogi Sosial (Gangguan Gangguan Kejiwaan), Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada,2013.
Matsumoto David, Psikologi Lintas Budaya,Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2008.
Mubarok, Achmad, Akhlak Mulia, Jakarta : GMPAM-YPC-WAP, 2009.
Mubarok Achmad, Psikologi Dakwah, Jakarta : Prenada Media Group, 2009.
Nelhayati, Bias Gender dalam Memahami Hadis, Padang : Hayfa Press, 2006.
Rahman Abdur, Tindak Pidana Dalam Syariat Islam, Jakarta : Rineka Cipta,1992.
199
Rahman Agus Abdul, Psikologi Sosial, Integrasi Pengetahuan Wahyu dan
Pengetahuan Empirik, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2013.
Ranjabar Jacobos, Sistem Sosial Budaya Indonesia,Bogor : Ghalia Indonesia, 2006.
Rivai Veithzal, Psikologi Dakwah Islamic Leadership, Jakarta : PT. Bumi Aksara,
2000.
Sobur Alex, Psikologi Umum, Bandung : Pustaka Setia, 2003.
Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Penghantar, Jakarta : Rajawali Pers, 2012.
Setiadi Elly, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan
Sosial:Teori,Aplikasi dan Pemecahannya,(Jakarta : Kencana, 2011.
Shelley Taylor, Psikologi Sosial, Edisi Kedua Belas, Jakarta : Kencana, 2009.
Shihab M Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Tangerang : Lentera Hati, 2007.
Suryabrata Sumadi, Psikologi Kepribadian, Jakarta : Rajawali Pers, 2012.
Usman Muhammad, Psikologi dalam Al-quran, Bandung : Pustaka Setia, 2005.
Wahyu Ramdani, Sosiologi Hukum (Perspektif Baru Studi Hukum Dalam
Masyarakat), Bandung : , 2006.
Walgito Bimo, Psikologi Kelompok, Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2008.
Walgito Bimo, Psikologi Sosial Suatu Penghantar, Yogyakarta : Andi Offset, 2003.
Walgito Bimo, Teori Teori Psikologi Sosial, Yogyakarta : Andi Offset, 2011.
Wijono Sutarto, Psikologi Industri dan Organisasi: Dalam suatu bidang Gerak
Psikologi Sumber Daya Manusia, Jakarta: Kencana, 2011.
Winarno Herimanto, Ilmu sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Bumi aksara,2011.
Wirawan Sarlito, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: Bulan Bintang, 1991.
Wirawan Sarlito, Psikologi Sosial, Jakarta : Balai Pustaka, 2005.
Wirawan Sarlito, Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta : RajaGrafindo, 2010.
Di poskan oleh Muhammad Zainal Abidin, pada 21 Juni 2011. (di akses oleh penulis
pada Tanggal 19 Maret 2014, jam 09.45).
http://irwan-wicaksono.blogspot.com/2012/05/review-grand-theory-psikologi-
sosial.html diakses pada tanggal 05 Maret 2014, Pukul 14.00.
http://rockypermata.wordpress.com/2012/02/01/grand-theory-dan-middle-range-
theory/ diakses pada tanggal 05 Maret 2014, Pukul 18.00.
http://www.slideshare.net/elmakrufi/teori-teori-dasar-dalam-psikologi-sosial diakses
pada tanggal 06 Maret 2014, Pukul 04.23.
https://prari007luck.wordpress.com/tag/wabah-sosial/, diakses pada tanggal 19
Mareti 2014, Pukul 11.10.
200
http://psikologyUNP.jurnal.com/2011/03/psikologi-lintas-budaya-dan-perilaku.html,
diakses pada tanggal 19 Maret 2014, Pukul : 21.00.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29937/3/Chapter%20II.pdf, di akses
pada tanggal19 Maret 2014, pukul 09.37.
http://www.minbarindo.com/_Dunia_Minbar/Akhlak_Dan_Moral/Hindari_Prasangka
_Buruk.aspx
201