ITTIBAUL HAWA
Kita sering secara reflek berkesimpulan manakala seseorang berbuat suatu kesalahan
maka kita lansung mengatakan bahwa daya nafsulah yang menyebabkan kita atau mendorong
kita berbuat salah. Ketika kita membaca berita kriminal di koran, menonton di televisi tentang
berbagai tindak kejahatan yang dilakukan manusia dimana perbuatan tersebut merupakan
perbuatan yang melanggar norma-norma dan didorong oleh hawa nafsunya. Nafsu adalah
bagian dari diri manusia. Nafsu manusia ada tiga macam yaitu nafsu mutmainnah, nafsu
lawwamah dan nafsu amara bissu‟. Pada bagian ini akan dikemukakan apa sebetulnya nafsu,
ittabaul hawa, dalil-dalil serta terapi yang dapat dilakukan dalam mengatasi dampak dari
ittibul hawa.
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah SWT menjadikan manusia sebagai
khalifah di muka bumi. Sebagai kalifah manusia mesti mampu membuat keputusan yang
adil di antara sesama manusia. Manusia dilarang oleh Allah SWT untuk mengikuti hawa
nafsunya atau memperturutkan hawa nafsunya, karena hal tersebut dapat menyebabkan
manusia tersesat dan mengakibatkan atau mendapatkan azab yang berat dari Allah SWT.
1. Nafsu Amarah
Nafsu amarah senantiasa yang mendorong manusia untuk melakukan tindak
kejahatan, seolah olah ada sebuah bisikan agar manusia terus melakukan kejahatan. Bahkan
terdapat ketidak-tenangan dan ketidakstabilan diri bila belum melakukan proyek dosa,
sehingga jika berhasil melakukan maksiat, barulah terasa puas.
Seseorang yang berada pada peringkat nafsu amarah tidak akan peduli pada perasaan
orang lain atau lingkungan sekitarnya, karena perasaan cinta dan kasih sayang telah mati,
sehingga yang muncul adalah bagaimana mencapai kepuasan pribadi walaupun dengan
berbagai cara yang dapat merugikan orang lain. Orang macam ini pada dasarnya tidak
percaya akan hari akhir dari kehidupan dunia ini. Nafsu amarah menutupi nurani atau fitrah
manusia sehingga sound of god tidak pernah mereka rasakan. Bilamana cara pandang didasari
atau didominasi oleh prinsip nafsu amarah maka akan membawa pada kehinaan. Ia akan mudah
merasa kecewa dan tidak tahan dengan ujian. Kadang Allah memanjangkan umur
kehidupannya agar ia merasa puas dengan maksiat dan pada akhirnya dilemparkan pada
proses kehinaan di dunia dan di akhirat.
2. Nafsu Lawwamah
Seseorang yang sudah memiliki kesadaran dan keinsyapan akan menyadari bahwa
kejahatan itu dosa dan kebaikan itu pahala. Ia ingin berbuat kebaikan tetapi itu tidak tahan
lama. Ketika jatuh kedalam kejahatan ia merasa resah dan tidak tentu arah. Walaupun merasa
puas dengan kejahatan, namun hati merasa menderita dengan kejahatan yang dilakukan
itu, meskipun begitu untuk keluar dari kejahatan juga terasa berat.
Pada manusia yang memiliki nafsu lawwamah ini terjadi perebutan pengaruh
dalam dirinya. Nafsu mengajaknya kepada dosa dan kejahatan sedangkan akal mengajaknya
kepada kebaikan. Sehingga orang yang memiliki nafsu lawwamah tidak dapat membuat
keputusan untuk berbuat baik. Ia seperti daun yang tertiup angin, bisa terbang kemana
saja angin bertiup. Dalam dirinya belum ada kekuatan untuk meninggalkan maksiat dan dosa
sehingga ia terombang-ambing dalam melakukan kebaikan dan dosa sekaligus. Kadang-
kadang ia datang ke tempat ibadah untuk melaksnakan ibadah, namun kadang-kadang juga
datang ke tempat maksiat untuk melakukan perbuatan dosa. Hatinya selalu merintih kepada
Allah SWT ketika tidak dapat melawan keinginan nafsunya untuk berbat maksiat dan tidak
dapat istiqomah dalam melakukan amal kebajikan.
3. Nafsu Mutmainnah
Nafsu mutmainnah merupakan nafsu yang dimiliki oleh manusia dimana manusia
tersebut dalam perilakunya sehari-hari akalnya dapat senantiasa mengalahkan nafsunya.
Inilah hamba tuhan yang sebenarnya yang telah sampai pada peringkat nafsu mutmainnah.
Orang yang memiliki nafsu mutmainnah dalam kehidupan sehari-hari nampak
tenang, menyejukkan dan jauh dari perbuatan yang dilarang Allah SWT. Nafsunya yang
mengajak dirinya kepada keburukan senantiasa dapat dikontrol oleh nurani atau akal
pikirannya. Ia senantiasa mampu melahirkan amal-amal shaleh yang bermamfaat bagi dirinya
dan bagi orang lain.
Pemilik nafsu mutmainnah ini jika ia seorang suami, maka ia akan menjadi suami
yang amanah, yang jauh dari perbuatan perselingkuhan, jauh dari perbuatan tercela, dapat
mencari nafkah yang halal bagi anak dan istrinya. Jika pemilik nafsu ini seorang istri, maka
ia akan menjadi istri yang shalihah yang taat pada agama dan suaminya. Ia akan menjaga
dan mendidik anak-anaknya dengan amanah.
Jika ia seorang siswa atau pelajar maka ia akan menjadi siswa yang baik, rajin,
disenangi banyak orang dan berjiwa stabil dan jauh dari kepribadian yang terpecah. Seseorang
yang telah berada pada peringkat nafsu mutmainnah ini, ketika ia dapat melakukan amal
3
kebajikan maka hatinya akan terasa sejuk, tenang dan puas. Ia senantiasa rindu untuk
melakukan kebaikan dan senantiasa menanti-nanti datangnya waktu untuk beribadah kepada
Allah SWT.
Mereka dapat dikatakan pengembara matahari karena senantiasa menunggu
datangnya waktu shalat. Hatinya senantiasa rindu dengan Allah SWT. Jika dibacakan
ayat-ayat yang berkaitan dengan neraka, mereka merasa takut dan cemas bahkan bisa jatuh
pingsan dan mati. Mereka merasa takut dengan dosa-dosanya kepada Allah SWT dan
menganggap dosa itu ibarat gunung yang akan menghimpitnya. Jika diminta untuk
berkorban maka ia akan berkorban dengan habis-habisan dan barulah merasa puas hatinya.
Mereka senantiasa bersabar dengan ujian yang dberikan Allah SWT dan rasa sabar yang
dimilikinya dapat meningkat menjadi ridha dengan qada dan qadar Allah SWT.
Manusia akan bisahidup teratur dengannya. Dan bila semenjak kecil sudah bisahidup teratur,
maka ia akan lebih mampu dan lebih kokoh mengatasi masalah yang mendadak
2. Suka bergaul dengan orang-orang yang mengumbar nafsu dan berteman akrab dengannya.
Sebab, hal itu bisa mendorongnya mengumbar hawa nafsu. Dan barang siapa Suka
bergaul dan berkawan dengan orang yang tidak bisa mengendalikan nafsu, makasedikit
banyak ia terpengaruh oleh mereka. TerIebih lagi bila dia berkepribadian teman sehingga
mudah dipengaruhi orang lain. Oleh sebab itu, orang-orang terdahulu senantiasa berhati-
hati dan waspada dari pergaulan para pengumbar nafsu.
Bahkan mereka tidak mau bermuamalah dengan para pengumbar nafsu, baik dalam
urusan bisnis maupun yang lainnya. Atsar dari Abi Qalabah yang mengatakan: "Jangan
duduk atau bergaul dengan pengikut hawa nafsu dan jangan pula berbicara dengan mereka.
Sesungguhnya hal itu idak akan menjadikan kamu aman. Mereka hendak menenggelamkan
kamu ke dalam kesesatannya. Atau bisa pula mereka merencanakan atas kamu apa yang
telah kamu ketahui, yakni dengan cara mencampur adukkan.
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwasanya Allah SWT mengingatkan manusia
agar benar-benar dapat menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah bukan karena
hal lain. Dan juga dilarang memperturutkan hawa nafsu karena ingin menyimpang dari
kebenaran. Oleh sebab itu sebagai muslim kita mesti berusahan untuk untuk selalu berada di
jalan kebenaran dan tdak tergoda oleh keinginan hawa nafsu yang memang selalu
cenderung menyimpangkan kita dari kebenaran. Allah SWT mengingatkan kita dalam
surat al-Jatsiah: 18, yang artinya: kemudian kami jadikan kamu berada di atas sesuatu
syariat dari urusan itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-
orang yang tidak mengetahui.
kamu mengikuti hawa nafsu, Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat,
Karena mereka melupakan hari perhitungan.
Kalau seseorang selalu mengikuti hawa nafsu yang akhirnya mengarahkan dirinya pada
kesesatan, maka iapun tidak mau sesat sendirian, artinya dia pun selalu berusaha menyesatkan
orang lain secara sungguh-sungguh. Hal ini dinyatakan Allah SWT dalam surat Al An’am
ayat 119 yang artinya “dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia benar-benar hendak
menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya
tuhanmu, dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas”.
Dari ayat di atas semakin jelas dapat kita pahami bahwasanya dampak dari
memperturutkan hawa nafsu sangat buruk sekali dan menyesatkan manusia. Mereka tidak
mau sesat sendiri dan berupaya juga dengan berbagai upaya menyesatkan orang lain.
Bahkan mereka akan berupaya menyesatkan manusia sebanyak mungkin. Seperti orang
yang terlibat kecanduan narkoba, ia akan menjebak orang lain untuk mengkomsumsi narkoba.
Pada awalnya mereka beri narkoba secara cuma-cuma dan kemudian apabila telah
kecanduan baru dijual dengan harga mahal. Jika tidak punya uang maka ia akan melakukan
kejahatan untuk mendapatkannya. Begitulah seterusnya mereka akan melakukan kejahatan
dan kesesatan dan menyesatkan orang lain.
3. Melampaui Batas
Akibat ketiga dari memperturutkan hawa nafsu bisa membuat orang melakukan
sesuatu yang melampau batas. Orang yang memenuhi hawa nafsu menunjukkan sikap
dan melakukan tindakan yang melampaui batas-batas kewajaran. Orang yang selalu
memenuhi hawa nafsunya memang akan bersikap dan berperilaku yang melampaui
batas.Sebagaicontoh kita dilarang untuk berburuk sangka kepada orang lain, namun karena
ada orang yang berburuk sangka kepada orang lain, kitapun mengikutinya dalam opini
yang berburuk sangka itu dan memberikan penilaian yang jelek.
Jangankan orang tersebut melakukan keburukan, bila dia melakukan yang sangat
baik sekalipun kita menganggapnya sebagai sesuatu yang buruk, inilah yang namanya
melampaui batas-batas kewajaran. Jadi orang yang senantiasa mengikuti hawa nafsunya
memang akan selalu bersikap dan dan berperilaku yang melampaui batas. Allah SWT
berfirman yang artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti orang-orang yang hatinya telah
kami lalaikan untuk mengingat kami, serta mengikuti hawa nafsunya karena segala
urusannya suka melampaui batas. (surat al-Kahfi: 28)
Ayat tersebut turun berkaitan dengan kisah Uyainah bin Hisnin yang datang
menghadap Rasulullah saw yang sedang duduk bersama Salman Al-farisi. Ia berkata, “Jika
kami datang hendaknya orang ini dikeluarkan dan baru kami dipersilakan masuk. Maka
turun ayat tersebut untuk mengingatkan Rasulullah agar tidak memenuhi keinginan orang
tersebut, karena hal itu telah melampaui batas.
Bentuk lain dalam soal melampaui batas adalah penggunaan atau membelanjakan
harta yang cenderung boros, padahal Islam melarang orang berperilaku boros, karena yang
diperintahkan adalah berperilaku hemat. Dalam hal ini ada orang yang berlebihan dalam
hal makan dan minum, berpakaian, berkenderaan dan sebagainya. Akibatnya ada kegoncangan
dalam masalah ekonomi yang berakibat pada pergeseran nilai-nilai manakala hal tersebut
tidak dapat dipenuhi secara wajar.
4. Merusak Kehidupan
Rusaknya kehidupan manusia akan terjadi apabila mereka akan selalu menuruti
hawa nafsunya baik kerusakan itu dari segi fisik maupun mental. kehidupan rumah tangga
7
juga akan menjadi rusak apabila orang yang ada di dalamnya selalu menuruti hawa nafsu.
Suatu bangsa dan negara juga akan hancur manakala manusia suka menuruti hawa nafsu.
o Menuruti nafsu dalam hal harta akan dapat merusak sendi-sendi kehidupan ekonomi.
o Menuruti nafsu dalam hal seks akan merusak dalam hal moral dan akhlak mulia.
o Menuruti nafsu dalam hal kekuasaan akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara.