Anda di halaman 1dari 6

REVIEW ARTIKEL

“CORES, PERIPHERIES, AND CONTEMPORARY POLITICAL ECONOMY”


ERIK WIBBELS

I. RINGKASAN
Pembangunan adalah contoh empiris dari Ekonomi Politik Kontemporer, pada
artikel ini Erik Wibbles (Penulis) mengangkat isu mengenai ketergantungan
pembangunan negara pinggiran (Peripheries) pada negara maju (Cores). Beberapa
kasus di dalam Ekonomi Internasional menunjukkan bahwa ketika ekonomi
negara maju melemah, maka ekonomi negara pinggiran juga akan melemah
berkali-kali lipat. Tapi sebaliknya, ketika ekonomi negara pinggiran melemah,
belum tentu berpengaruh kepada ekonomi Negara maju.

Dalam Teori Ketergantungan dan Teori Pembangunan, hal tersebut


diartikulasikan sebagai “Ketergantungan”, kedua teori ini menghubungkan
struktur ekonomi internasional dengan aktor – aktor dalam negeri dan tiap-tiap
institusi, dan menggunakan dua konsep kunci yaitu konsep “enclaves (daerah
kantong)” dan “Ketimpangan Nilai Tukar” untuk menggambarkan apa yang
dimaksud ketergantungan.

Penulis sepakat dengan beberapa pendapat terkait kedua teori tersebut yang
mengatakan bahwa integrasi ekonomi internasional bervariasi di setiap negara dan
menghasilkan masalah yang berbeda-beda, bahwa negara berkembang
mengandalkan faktor eksternal secara terus menerus karena tujuannya adalah
untuk produksi dan pembangunan, bahwa ada ruang lingkup politik dalam
ekonomi internasional di beberapa negara. Tapi semuanya itu tidak dapat
menggambarkan dengan jelas hubungan sebab akibat yang terjadi antara negara
maju dan negara pinggiran dan kaitannya dengan ketergantungan, sebuah konsep
yang menitik beratkan kepada gagasan mengenai politik asimetris dan kekuatan
sistem ekonomi internasional.
Banyak Ilmuwan penganut teori ketergantungan telah mencoba mendefinisikan
“Ketergantungan”, Beberapa pendapat tersebut antara lain:
1. Evans, berpendapat bahwa ketergantungan terjadi karena adanya aturan-aturan
dan lembaga internasional yang bias terhadap negara – negara berkembang.
2. Kohli, berpendapat bahwa ketergantungan diciptakan oleh para elit politik
yang berprinsip bahwa negara memimpin pembangunan;
3. Cardoso, berpendapat bahwa ketergantungan terjadi karena negara
berkembang sangat membutuhkan modal internasional dan terus menerus
membutuhkan inovasi teknologi dari negara pusat;
4. Conning dan Robinson, berpendapat bahwa ketergantungan semakin kuat
ketika negara pusat menekankan produksi pada daerah-daerah kantong
(enclaves);
5. Bruszt dan Grekovits, berpendapat bahwa ketergantungan disebabkan oleh
pengaruh internasional yang beragam.

Namun dari beberapa pendapat mengenai ketergantungan tersebut, penulis merasa


belum ada yang dapat menjelaskan secara jelas dan empiris bagaimana
ketergantungan dapat terjadi, apa yang menentukan ketergantungan, kondisi
bagaimana yang dapat dan yang tidak dapat disebut ketergantungan.

Penulis berpendapat bahwa ketergantungan belum dapat terdefinisi dengan baik


karena teori ketergantungan yang telah ada belum memiliki dasar mikro yang
kuat. Karena jika dasar mikro dari teori tersebut telah terbangun maka akan
memberikan dasar untuk dapat mengeksplorasi hubungan antara pasar dan politik
global yang menyebabkan pembangunan menjadi tidak merata.

Untuk membangun dasar mikro dari teori ketergantungan penulis berpendapat


bahwa yang perlu dilakukan adalah mengkaitkan sistem ekonomi internasional
maupun kekuatan politik yang berpartisipasi dalam pasar global dengan
kepentingan pribadi individu yang membentuk kondisi ketergantungan tersebut.
Pendekatan pondasi mikro terhadap ketergantungan akan mengidentifikasi
kecenderungan dan kendala-kendala yang menyebabkan ketergantungan dari
aktor-aktor kunci (Internasional financier, politisi, peserta pasar tenaga kerja, dll).
Teori Ketergantungan yang telah memiliki dasar mikro yang kuat lah yang akan
bisa memberikan pemahaman dan menjelaskan dorongan/kepentingan individu
dan dapat menggambarkan secara spesifik cara kerja pasar yang dapat menjawab
pertanyaan kunci yaitu:
1. Pasar seperti apa yang terkait dengan ketergantungan? (apakah Pasar
pertanian, pasar sumber daya alam, atau pasar keuangan)
2. Kapan dan kenapa kepemilikan asing menjadi masalah?
3. Dalam kondisi apa Politisi memiliki dorongan untuk menyelaraskan dengan
modal asing, modal dalam negeri, tenaga kerja, atau kombinasi dari
ketiganya?
4. Di level manakah pilihan individual dari investor, peserta tenaga kerja, dan
hal-hal lain yang dapat mendorong pembangunan daerah kantong?
5. Keuntungan komparatif apa yang paling mungkin menyebabkan
ketergantungan?

II. PENILAIAN
Dalam membangun kembali teori ketergantungan (revisi teori ketergantungan),
penulis mengajukan beberapa literatur yang dapat di jadikan dasar, yaitu:
1. Teori Geografi Ekonomi
Pendapat Krugman mengenai Teori Geografi Ekonomi baru yang menitik
beratkan pada perdagangan dan geografi. Pendapat Krugman di lakukan
dengan melakukan observasi dengan sangat terkonsentrasi terhadap Produksi.
Ekonomi lokal suatu negara dapat menjadi alat untuk meningkatkan return to
scale/ skala pengembalian. Ketika peningkatan pengembalian telah terjadi,
setiap investasi akan menarik lebih banyak investasi, pekerjaan lokal akan
berkembang dan memicu migrasi, pasar yang sudah besar akan semakin besar.
kepentingan pribadi dari para pelaku pasar akan menghasilkan ekonomi
asimetris yang menggambarkan kaitan erat antara teori ketergantungan negara
pusat, negara semi berkembang, dan negara berkembang.
Untuk menjelaskan hal tersebut, krugman menekankan pada 3 hal:
a) Besar kecilnya pasar lokal;
b) Biaya Transportasi;
c) Eksternalitas.

Ketika pasar lokal semakin besar, mendorong peningkatan produsen lain di


dekatnya. eksternalitas muncul dari pengumpulan pasar tenaga kerja,
limpahan pengetahuan, atau berbagi input (aglomerasi). Dan efek dari
aglomerasi akan memberikan keuntungan ekonomi lokal karena peningkatan
produktivitas dan pertumbuhan meningkat. Dengan meningkatnya skala
ekonomi, mendorong peningkatan produksi di lokasi tertentu dan diikuti
dengan membaiknya jaringan transportasi.

Pendapat Krugman berhubungan erat dengan konsep “distribution of


production” dalam lingkup internasional. Intinya adalah, pentingnya
pengembalian untuk negara, pembagian kerja internasional yang jelas, dan
pembangunan. Negara yang berorientasi pada produksi dalam negeri akan
menghasilkan pembangunan yang luar biasa. Dan ketika produksi tidak hanya
dilakukan oleh negara maju, tetapi berpindah ke negara berkembang akan
tercipta konvergensi/pertemuan ekonomi antara negara pusat dan negara
berkembang. Hal inilah yang lebih menjelaskan perbedaan antara Teori
Ketergantungan dengan teori geografi ekonomi.

Salah satu hal yang diteliti dalam teori geografi ekonomi yang perlu menjadi
perhatian adalah berkaitan dengan “enclaves”. Penelitian membuktikan bahwa
kekayaan alam suatu negara menghasilkan pembangunan dan politik yang
buruk. Awalnya demokrasi, pembangunan, dan sumber daya alam dapat
berjalan bersama, tetapi sekarang ini produksi sumber daya alam di negara
kantong justru memunculkan rent-seeeking, otoritarianism, dan clientilism.

Pada bahasan ini penulis ingin menunjukan teori ketergantungan yang selama
ini berkembang masih bersifat umum. Terbukti bahwa ketergantungan negara
enclave terhadap negara maju ditimbulkan dari adanya investasi atau
penanaman modal dari negara maju. tapi kemakmuran/pembangunan dari
negara enclave sangat di dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dari negara itu
sendiri seperti, para politisi atau tokoh miiter. Sehingga terkadang, kekayaan
sumberdaya yang dimiliki oleh negara enclave tersebut bahkan menjadi
“kutukan”. Aspek-aspek politis inilah yang perlu di tambahkan pada analisis
dalam membangun kembali teori ketergantungan.

Seperti dalam penelitian Mohtar Mas’oed bahwa keberadaan investasi asing


pada negara berkembang dapat menghambat perkembangan demokrasi,
dimana birokrasi hanya dikendalikan oleh kelompok tertentu. Kondisi ini
berakibat tumbuhnya otoritarianisme terutama ketika kelompok yang
mengendalikan pemerintahan berasal dari kalangan militer dan menjamurnya
rent seeker. Hal ini terjadi Indonesia pada masa orde baru.

2. Teori redistribusi
Jika teori geografi ekonomi memberi cara sitematis untuk menganalisis
distribution of production dalam lingkup internasional dan pendapatan, teori
redistribusi akan memberikan model bagaimana politisi membagi kekuatan
fiskal negara untuk menyelesaikan konflik distribusi domestik dalam
berpartisipasi di pasar internasional. Inti dari teori ketergantungan adalah
pentingnya pembagian kerja internasional, maka untuk membangun kembali
terori ketergantungan perlu mengambil dasar logika tentang asuransi dan
redistribusi serta menggabungkannya dengan cara kerja pasar internasional
sehingga menghasilkan gambaran mengenai politik redistributif yang
mencerminkan kondisi nyata dari ekonomi politik kontemporer.

Perubahan orientasi manufaktur yang pada mulanya berorientasi pada konsep


padat karya seperti yang terjadi antara tahun 1950 s.s d1960 yang beralih
menjadi padat teknologi sekitar tahun 2000an, dimana pada fase awal pasar
tenaga kerja jadi dominan hal ini ditandai dengan munculnya serikat pekerja
dan partai politik yang berbasis suara kaum buruh. Pada fase selanjutnya
seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan/serapan tenaga kerja
semakin berkurang, sehingga kecenderungan penerunan tingkat kesejahteraan
/ pendapatan masyarakat semakin tampak.

Disini peran aktor politik suatu negara menjadi sangat penting untuk menjaga
agar penurunan tingkat kesejahteraan dapat dikendalikan atau bahkan tidak
terjadi misalnya melalui kebijakan fiskal (seperti sistem perpajakan) dan
pendistribusiannya, agar tercipta redistribusi kesejahteraan dan pengurangan
resiko yang mungkin timbul bagi pasar tenaga kerja. Misal melalui kebijakan
program bantuan sosial seperti Program Keluarga Harapan, Program Indonesia
Pintar, Program Jaminan Kesehatan Nasional.

III. KESIMPULAN
Yang paling penting dari teori ketergantungan adalah caranya menyatukan analisis
ditingkat internasional dengan analisis politik domestik dalam pembagian kerja
internasional. Dengan menghubungkan dua literatur yaitu Teori Ekonomi
Geografi dan Redistribusi diharapkan teori ketergantungan dapat di bangun
kembali dengan analisis yang lebih mendalam untuk menggambarkan lebih jelas
apa yang dimaksud dengan “ketergantungan”.

Anda mungkin juga menyukai