Anda di halaman 1dari 14

95

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
DALAM MASYARAKAT MULTIKULTUR

(Studi Tentang Adaptasi Masyarakat Migran Sunda di Desa Imigrasi Permu Keca-
matan Kepahiang Provinsi Bengkulu)

Hedi Heryadi1, Hana Silvana2


1
Universitas Terbuka
2
Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Tulisan ini bermaksud untuk mengetahui “Bagaimana komunikasi antarbudaya etnis Sunda dalam mas-
yarakat multikultur?”. Untuk mengungkap fenomena tersebut penulis menggunakan metode penelitian kual-
itatif dengan menggunakan model interaksionisme simbolik untuk melihat perilaku dan interaksi manusia
yang dapat diperbedakan karena ditampilkan melalui melalui simbol dan maknanya. Untuk mendapatkan
data, penulis menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara mendalam dan telaah
dokumentasi. Hasil penelitian ini menemukan telah terjadi adaptasi timbal balik antara etnis Sunda sebagai
pendatang dengan etnis Rejang sebagai pribumi. Adanya sikap saling menghargai dan menghormati antara
etnis pendatang dan pribumi memungkinkan setiap kelompok etnis tersebut untuk menjalankan kebudayaan-
nya masing-masing. Masyarakat dari etnis Sunda dengan Rejang saat berdialog dapat menggunakan bahasa
Sunda, bahasa Rejang atau bahasa melayu dialek Bengkulu. Hubungan antara kedua etnis tersebut sejauh
ini telah berlangsung tanpa hambatan yang berarti karena masing-masing etnis telah saling menerima apa
adanya.

Kata Kunci: Komunikasi Antarbudaya, etnis Sunda, etnis Rejang

INTERCULTURAL COMMUNICATION IN MULTICULTURAL SOCIETY


  (STUDY OF SUNDANESE MIGRANT COMMUNITY ADAPTATION IN PERMU
IMIGRATION VILLAGE, KEPAHIANG DISTRICT, BENGKULU PROVINCE)

ABSTRACT

This study tries to explore on “How the intercultural communication of Sundanesse ethnic in the multicul-
tural society?” This phenomenon is being uncovered by using qualitative research method with symbolic
interaction model, by studying the behavior and human interaction which can be differentiated by symbol and
its meaning. Three data collecting techniques undertaken are: observation, depth interview and literature re-
view. The result indicates that mutual adaption has occurred between Sundanesse ethnic as new comers and
Rejang Ethnic as native people. The attitude of mutual respect between newcomer ethnic and native ethnic
enables them to do their own cultural activity. The Sundanesse ethnic use Sundanesse, Rejangnesse or Malay
language with Bengkulu dialect in order to talk with Rejang ethnic. The relation between these two ethnics
has continued without obstacle as both ethnics have accepted each other as it is.

Keywords: Intercultural Communication, Sundanesse ethnic, Rejangnesse ethnic

Korespondensi: Hedi Heryadi, SP., M.Si., Universitas Terbuka Jl. Terbang Layang, Pondok Cabe Tangerang
Selatan. Email: hedi@mail.ut.ac.id
96 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 1, Juni 2013, hlm 95-108

PENDAHULUAN enjangan antara pelapisan atau kelas sosial.


Namun setelah Perang Dunia ke-II, diantara
Komunikasi antarbudaya (intercultural com- para ahli ilmu sosial terdapat perhatian yang
munication) adalah proses pertukaran pikiran meningkat terhadap kajian tentang hubungan
dan makna antara orang-orang berbeda budaya antar sukubangsa (Koentjaraningrat, 1993: 3).
(Maletzke dalam Mulyana, 2005: xi). Komu- Adaptasi yang dilakukan oleh imigran dalam
nikasi antarbudaya pada dasarnya mengkaji masyarakat pribumi yang berbeda akan men-
bagaimana budaya berpengaruh terhadap akti- galami beberapa proses. Interaksi yang terjadi
vitas komunikasi: apa makna pesan verbal dan berlangsung lama maka akan terjadi akulturasi
nonverbal menurut budaya-budaya bersangku- dan resosialisasi. Seperti yang dikemukakan
tan, apa yang layak dikomunikasikan, bagaima- oleh Gudykunst dan Kim (1992): Adaptasi atau
na cara mengkomuni-kasikannya (verbal dan penyesuaian diri suatu kelompok imigran ke
nonverbal) dan kapan mengkomunikasikannya dalam masyarakat pribumi yang berbeda bu-
(Mulyana, 2005: xi). dayanya terjadi melalui beberapa proses. Ke-
Masalah kesukubangsaan merupakan kajian tika imigran berinteraksi dengan lingkungan
yang sangat penting karena sebagian besar dari baru yang berbeda budaya untuk jangka waktu
negara-negara di dunia ini bersifat multietnis. yang lama maka akan terjadi proses resosialisai
Di antara sekitar 175 negara anggota Perserika- atau akulturasi. Secara bertahap imigran akan
tan Bangsa-Bangsa, hanya 12 negara yang pen- menemukan pola baru dalam pemikiran dan
duduknya kurang lebih homogen. Karena itu perilaku. Interaksi yang terjadi setiap hari den-
masalah kesukubangsaan merupakan masalah gan pribumi menyebabkan imigran memahami
global (Koentjaraningrat, 1993: 3). perbedaan dan persamaan dengan lingkungan
Komunikasi antar etnis terjadi apabila terjadi barunya. Pendatang mulai memahami lingkun-
perpindahan tempat atau migrasi dari etnis yang gan barunya dan mengadopsi beberapa norma
berbeda ke wilayah atau daerah yang mempu- dan nilai masyarakat pribumi.
nyai etnis yang berbeda. Disitulah terjadi yang Dalam sejarah kebudayaan manusia proses
dinamakan komunikasi antar etnis. Ketika pen- akulturasi telah terjadi dalam masa-masa yang
datang tersebut bermaksud untuk menetap di silam. Biasanya suatu masyarakat hidup yang
daerah tersebut mereka perlu melakukan adap- bertetangga dengan masyarakat lainnya dan an-
tasi di daerah tersebut baik dari segi adat, ba- tara mereka terjadi hubungan-hubungan, mun-
hasa budaya dan lain-lainnya. Dalam proses gkin dalam perdagangan, pemerintahan dan
adaptasi tersebut akan muncul kesulitan-kes- sebagainya. Saat menjalin hubungan tersebut
ulitan yang akan ditemui, baik secara kognitif akan muncul beberapa masalah, antara lain:
maupun afektif. (1) Unsur-unsur kebudayaan asing manakah
Dalam konteks identifikasi kultural ini, yang mudah diterima; (2) Unsur-unsur kebu-
Suparlan (2002) menilai bahwa isu tentang et- dayaan asing manakah yang sulit diterima; (3)
nis merupakan realitas yang masih tampak da- Individu-individu manakah yang dengan ce-
lam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat pat menerima unsur-unsur yang baru; dan (4)
Indonesia yang majemuk ini. Para anggota et- Ketegangan-ketegangan apakah yang timbul
nis dilahirkan, dididik, dan dibesarkan dalam sebagai akulturasi tersebut (Soekanto, 1982:
suasana askriptif primordial etnistitas mereka. 192).
Sebagai akibatnya perbedaan antara “siapa Beberapa etnis yang berada di Indonesia
saya” dengan “siapa anda” atau “siapa kami” mempunyai perbedaan yang mudah dikenali se-
dengan “siapa mereka” terlihat dengan jelas hingga relatif mudah dibedakan. Seperti Etnis
batas-batasnya. Dalam situasi itu, stereotip Batak, Minang, Jawa, Sunda dan Bali. Contoh
dan prasangka tumbuh dan berkembang den- Dialek Batak mempunyai intonasi yang tinggi,
gan subur (dalam Rahardjo, 2005: 2). Sebelum keras dan lugas. Dialek Sunda dan Jawa relat-
Perang Dunia ke-II terdapat suatu kecenderun- if sama, dari sudut intonasinya yang halus dan
gan di kalangan banyak ahli ilmu sosial untuk lemah lembut hanya saja dalam kosa kata yang
menerangkan konflik sosial dan masalah-ma- relatif berbeda dan cara pelafalannya.
salah sosial umumnya berpangkal pada kes- Schram mengemukakan empat syarat yang
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM MASYARAKAT MULTIKULTUR 97

diperlukan individu untuk berkomunikasi an- tanya masing-masing memiliki latar belakang
tarbudaya secara efektif yaitu: pertama, meng- budaya yang berbeda terlibat dalam suatu kon-
hormati anggota budaya lain sebagai manusia; tak antara satu dengan lainnya, baik secara
kedua, menghormati budaya lain apa adanya, langsung maupun tidak langsung (Kim dalam
bukan sebagaimana yang kita kehendaki; keti- Sendjaja, 2004). Aspek kebudayaan terbagi ke
ga, menghormati hak anggota budaya yang lain dalam tiga pembagian besar unsur-unsur sosial
untuk bertindak berbeda dari cara kita bertin- budaya yang secara langsung sangat mempen-
dak; keempat, komunikator lintas budaya yang garuhi penciptaan makna untuk persepsi, dan
kompeten harus belajar menyenangi hidup kemudian pada gilirannya akan menentukan
bersama orang dari budaya yang lain (dalam tingkah laku komunikasi. Pengaruh-pengaruh
Mulyana dan Rakhmat, 2000: 6). terhadap komunikasi ini sangat beragam dan
Penelitian ini dilakukan untuk melihat mencakup semua segi kegiatan sosial manu-
bagaimana komunikasi yang terjadi dalam pros- sia. Dalam proses komunikasi antarbudaya
es adaptasi pada masyarakat etnis Sunda di desa unsur-unsur yang sangat menetukan ini beker-
Imigrasi Permu dalam suatu masyarakat yang ja dan berfungsi secara terpadu bersama-sama
multikultur. Penelitian ini dianggap menarik karena masing-masing saling berkaitan dan
oleh peneliti karena interaksi yang terbangun membutuhkan, unsur-unsur tersebut adalah:
telah menunjukkan sifat integratif antar suku, Sistem keyakinan, nilai dan sikap; pandan-
namun bagaimana komponen-komponen per- gan hidup tentang dunia serta organisasi sosial
ilaku dan kebudayaan dari etnis Sunda dapat (Samovar dalam Sendjaja, 2004).
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya perlu Istilah komunikasi antarbudaya digunakan
diselami lebih jauh. secara luas untuk semua bentuk komunikasi di
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini antara orang-orang yang berasal dari kelompok
adalah: “Bagaimana proses adaptasi masyarakat yang berbeda, selain itu juga digunakan secara
etnis Sunda dengan masyarakat etnis Rejang di lebih sempit yang mencakup komunikasi antara
Desa Permu Kecamatan Kepahiang Provinsi kultur yang berbeda.
Bengkulu?” Kondisi di sekitar kita yang menyebabkan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi antarbudaya dirasakan semakin
proses adaptasi masyarakat etnis Sunda dengan penting pada saat ini, antara lain karena adan-
masyarakat etnis Rejang di Desa Permu Keca- ya mobilitas manusia, saling kebergantungan
matan Kepahiang Provinsi Bengkulu. ekonomi, teknologi komunikasi, pola imigrasi
Komunikasi antarbudaya (intercultural com- ataupun kesejahteraan politik (DeVito, 1997:
munication) adalah proses pertukaran pikiran 475-477).
dan makna antara orang-orang berbeda budaya. Teori Interaksi Simbolik merujuk pada suatu
Ketika komunikasi terjadi antara orang-orang pendekatan yang telah dipaparkan oleh bebera-
berbeda bangsa, kelompok ras, atau komunitas pa pemikir, misalnya; William James, Charles
bahasa, komunikasi tersebut disebut komunika- H. Cooley, Jhon Dewey, dan lainnya. Tetapi
si antarbudaya. George H. Mead (1934) merupakan tokoh yang
Komunikasi antaretnis juga merupakan ba- memadukan konsep ini kepada suatu perspek-
gian dari komunikasi antarbudaya, sebagaima- tif yang dikaitkan dengan pikiran manusia, diri
na komunikasi antarras, komunikasi antarag- sosial dan struktur masyarakat terhadap pros-
ama dan komunikasi antargender (antara pria es interaksi sosial (dalam Turner, 1991: 373).
dan wanita). Dengan kata lain komunikasi an- Sebagai suatu teori, interaksionisme simbolik
tarbudaya lebih luas daripada bidang-bidang mencoba melihat realitas sosial yang diciptakan
komunikasi yang disebut belakangan. Komuni- manusia. Manusia memiliki kemampuan untuk
kasi antaretnis merupakan komunikasi antarbu- berinteraksi secara simbolik. Manusia dalam
daya, tetapi komunikasi antarbudaya belum ten- dirinya memiliki esensi kebudayaan, saling ber-
tu merupakan komunikasi antaretnik (Mulyana, hubungan, masyarakat dan buah pikiran. Tiap
2005: xi-xii). bentuk interaksi sosial dimulai dan berakhir
Komunikasi antarbudaya menunjuk pada dengan mempertimbangkan diri manusia (Fish-
suatu fenomena komunikasi dimana para peser- er, 1986: 231).
98 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 1, Juni 2013, hlm 95-108

Secara umum interaksionisme simbolik berhubungan dengan kegiatan manusia itu.


dapat dicirikan lewat ide-ide tertentu tentang Ketiga, objek-objek tidak mempunyai makna
masyarakat. Dalam hal ini. Ballis (1995), sep- yang intrinsik; makna lebih merupakan produk
erti dikutip oleh Littlejohn, menguraikan be- interaksi simbolik. Keempat, manusia tidak ha-
berapa ide berikut ini: (1) Orang membuat nya mengenal objek eksternal, mereka dapat
keputusan dan tindakan menurut pemahaman melihat dirinya sebagai objek. Kelima, tindakan
subjektif mereka tentang situasi dimana mereka manusia adalah tindakan interpretatif yang dib-
menemukan dirinya; (2) Kehidupan sosial ter- uat oleh manusia itu sendiri, Keenam, tindakan
diri dari proses interaksi daripada struktur dan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh
kehidupan sosial ini berubah secara konstan; (3) anggota-anggota kelompok; hal ini disebut tin-
Orang memahami pengalaman mereka melalui dakan bersama yang dibatasi sebagai; “organi-
makna-makna yang ditemukan di dalam sim- sasi sosial dari perilaku tindakan-tindakan berb-
bol-simbol kelompok utama mereka dan bahasa agai manusia” (dalam Poloma, 2003: 267).
adalah bagian kehidupan sosial yang penting; Dalam hal ini, Ritzer (2004: 289) menyim-
(4) Dunia dibangun oleh objek sosial yang di- pulkan bahwa ada tujuh prinsip dasar dari te-
namai dan secara sosial ditentukan oleh mak- ori Interaksionisme Simbolik, yakni: (1) Tidak
na-makna; (5) Tindakan orang didasarkan pada seperti binatang, manusia dibekali kemampuan
interpretasi mereka, dimana obyek dan tindakan untuk berpikir; (2) Kemampuan berpikir diben-
yang relevan dalam situasi yang dimengerti dan tuk oleh interaksi sosial; (3) Dalam inteiaksi
didefinisikan; dan (6) Diri seseorang merupa- sosial, manusia mempelajari makna dan sim-
kan suatu objek yang penting dan seperti semua bol yang memungkinkan mereka menggunakan
objek sosial didefinisikan melalui interaksi den- kemampuan berpikir mereka yang khusus itu;
gan yang lainnya. (Littlejohn, 1996: 155). (4) Makna dan simbol memungkinkan orang
Interaksi simbolik, tambah Blumer, merujuk melakukan tindakan khusus dan berinteraksi;
pada karakter interaksi khusus yang berlangsung (5) Manusia mampu mengubah makna dan sim-
antarmanusia. Blumer membela argumen bah- bol yang mereka gunakan dalam tindakan dan
wa metodologi yang khas untuk meneliti per- interaksi berdasarkan penafsiran mereka atas
ilaku manusia, merupakan metode yang tak bisa situasi (6) Manusia mampu memodifikasi dan
digeneralisasi (dalam Soeprapto, 2002). Aktor mengubah. sebagian karena kemampuan mer-
tidak bereaksi terhadap tindakan yang lain tapi eka berinteraksi dengan diri mereka sendiri,
dia menafsirkan dan mendefinisikan setiap tin- yang memungkinkan mereka menguji serang-
dakan orang lain. kaian peluang tindakan, menilai keuntungan
Dengan demikian, bagi Blumer, studi mas- dan kerugian relatifnya dan kemudian memilih
yarakat harus merupakan studi dan tindakan satu di antara serangkaian peluang tindakan itu;
bersama. Masyarakat merupakan hasil interaksi dan (7) Pola tindakan dan interaksi yang saling
simbolik dan aspek inilah yang harus merupa- berkaitan akan membentuk kelompok dan mas-
kan masalah bagi para sosiolog. Keistimewaan yarakat (Ritzer, 2004: 289)
pendekatan interaksionis-simbolis ialah manu- Dari pemahaman yang dijelaskan di atas,
sia dilihat saling menafsirkan atau membatasi bisa diringkaskan bahwa interaksi simbolik
masing-masing tindakan mereka dan bukan ha- sangat menentukan beberapa konsep penting
nya saling bereaksi kepada setiap tindakan dalam kehidupan manusia yaitu konsep diri,
menurut stimulus respons (dalam Poloma, konsep kegiatan, konsep objek, konsep in-
2003: 266). Seseorang tidak langsung memberi teraksi sosial dan konsep aksi bersama. Kon-
respons pada tindakan orang lain, tetapi didasa- sep-konsep ini, dalam kehidupan keseharian
ri oleh pengertian yang diberikan kepada tinda- masyarakat, merupakan basil konstruksi antara
kan itu. Dalam hal ini, Blumer menambahkan pikiran (mind), diri (self) dan masyarakat (soci-
bahwa interaksionisme simbolik mengandung ety), yang keberadaannya saling mempengaruhi
sejumlah root images atau ide-ide dasar, yang dan melengkapi. Masyarakat dibentuk dari in-
dapat diringkas. Pertama, masyarakat terdiri dividu-individu yang memiliki diri sendiri.
dari manusia yang berinteraksi. Kedua, interak- Tindakan manusia merupakan konstruksi yang
si terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang dibentuk oleh individu melalui dokumentasi
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM MASYARAKAT MULTIKULTUR 99

dan interpretasi hal-hal penting di mana ia akan objek itu tidak ditentukan oleh ciri-ciri intrinsi-
bertindak, dan tindakan kelompok terdiri dari knya.melainkan oleh minat orang dan arti yang
tindakan-tindakan individu. dikenakan kepada objek-objek itu. Objek bagi
Sebagai suatu teori, interaksi simbolik men- Mead merupakan sesuatu yang bisa ditunjuk
coba melihat realitas sosial yang diciptakan atau dirujuk, baik yang bersifat nyata maupun
manusia melalui pertukaran simbol. Teori in- abstrak. Interaksionisme simbolik memandang
teraksi simbolik ini berupaya mengkonstruksi kehidupan kelompok manusia adalah sebuah
pengertian tentang diri sendiri, tindakan dan proses di mana objek-objek diciptakan, di-
objek. Kemudian Blumer mengembangkan leb- kukuhkan, ditransformasikan dan bahkan dib-
ih lanjut gagasan-gagasan Mead ini dalam lima uang. Kehidupan dan perilaku manusia secara
konsep dasar yaitu konsep diri, konsep tinda- pasti berubah sejalan dengan perubanan-peru-
kan, konsep objek, konsep interaksi sosial, dan bahan yang terjadi di dalam dunia objek mer-
konsep aksi kolektif (dalam Veeger, 1993: 224- eka.
227). Keempat, konsep ‘interaksi sosial’. Interaksi
Pertama, konsep ‘diri’. Manusia bukan se- berarti bahwa setiap peserta memindahkan diri
mata-mata organisme yang bergerak di bawah mereka secara mental ke dalam posisi orang
pengaruh stimulus baik dari luar maupun dari lain. Manusia mencoba memahami maksud aksi
dalam, melainkan ‘organisme yang sadar akan yang dilakukan orang lain, sehingga interaksi
dirinya’ (an organism having a self). Dalam ber- dan komunikasi dimungkinkan terjadi. Interaksi
interaksi dengan diri sendiri, manusia mampu itu tidak hanya berlangsung melalui gerak-ger-
memandang dirinya sebagai objek pikirannya, ik saja, tetapi juga melalui simbol-simbol yang
bergaul atau berinteraksi dengan diri sendiri. perlu dipahami dan dimengerti maknanya. Da-
Sedang dalam membentuk tindakan, manusia lam interaksi simbolik, orang mengartikan dan
melakukan dialog internal dalam menyusun menafsirkan gerak-gerik orang lain dan bertin-
konsep dan strategi untuk berhubungan dengan dak sesuai dengan makna itu.
dunia di luar dirinya. Dengan demikian, manu- Kelima, konsep ‘aksi kolektif’ yang lahir dari
sia bukanlah makhluk yang beraksi atas pen- perbuatan masing-masing peserta yang kemudi-
garuh lingkungan luar, tetapi bertindak sesuai an dicocokkkan dan disesuaikan satu sama lain.
hasil interpretasi dari dalam dirinya. Hasil dari Inti dari aksi kolektif adalah penyerasian dan
interaksi internal ini akan bermuara pada tinda- peleburan arti, tujuan, pikiran dan sikap. Kare-
kan. nanya, interaksi sosial itu memerlukan banyak
Kedua, konsep ‘tindakan’ yang dibentuk waktu untuk mencapai keserasian dan pelebu-
dalam dan melalui proses interaksi dengan ran (Soeprapto, 2002: 161-164).
diri sendiri. Tindakan manusia itu tidak sema- Teori interaksi simbolik memusatkan per-
ta-mata sebagai reaksi biologis, melainkan hasil hatiannya pada interaksi antara individu dan
konstruksinya. Oleh karena itu, manusia sendi- kelompok, di mana individu-individu tersebut
ri adalah konstruktor kelakuannya. Sebelum berinteraksi secara tatap muka (face to face)
bertindak manusia harus menentukan tujuan, dengan menggunakan simbol-simbol, yang di
menggambarkan arah tingkah lakunya, mem- dalamnya berisi tanda-tanda, isyarat dan yang
perkirakan situasinya, mencatat dan menginter- paling penting melalui kata-kata secara tertu-
pretasikan tindakan orang lain, mengecek dir- lis dan lisan. Suatu kata tidak memiliki makna
inya dan lain sebagainya. Berkaitan dengan hal yang melekat dalam kata itu sendiri, melainkan
inilah, Mead menyimpulkan bahwa manusia di- hanyalah suatu bunyi, dan baru akan memiliki
pandang sebagai organisme aktif yang memiliki makna bisa orang akan sependapat bahwa bunyi
hak-hak terhadap objek yang ia modifikasikan. tersebut mengandung suatu arti khusus. Pe-
Tindakan dipandang sebagai tingkah laku yang mikiran simbolik ini pada dasarnya akan mem-
dibentuk oleh pelaku, sebagai ganti respon yang bebaskan kita dari pembatasan pengalaman ma-
didapat dari dalam dirinya. nusia hanya atas apa yang betul-betul kita lihat,
Ketiga, konsep ‘objek’. Manusia hidup dengar atau rasakan. Teori membuat kita terus
ditengah-tengah objek. Objek itu dapat ber- menerus memikirkan objek secara simbolik
sifat fisik, atau sesuatu yang abstrak. Inti dari (Soeprapto, 2001: 68-70).
100 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 1, Juni 2013, hlm 95-108

Inti dari teori interaksi simbolik adalah teori ran, kontak dan pertukaran informasi, namun
tentang “diri” (self) dari George Herbert Mead, lebih disebabkan oleh adanya proses-proses so-
yang juga dapat dilacak hingga ke definisi diri sial berupa pemisahan dan penyatuan, sehingga
dari Charles Horton Cooley. Cooley (1922) perbedaan kategori tetap dipertahankan walau-
merupakan pemikir modern pertama yang mem- pun terjadi pertukaran peran serta keanggotaan
perkenalkan pengertian “diri yang tampak sep- di antara unit-unit etnis dalam perjalanan hidup
erti cermin”. Menurut Cooley diri menggam- seseorang. Kedua, dapat ditemukan hubungan
barkan suatu persepsi itu sendiri dalam pikiran sosial yang mantap, bertahan lama, dan penting
orang lain dan dalam tingkah laku afeksi. Kita antara dua kelompok etnis yang berbeda, yang
menggunakan orang lain sebagai cermin untuk biasanya terjadi karena adanya status etnis yang
menunjukkan siapa kita. Kita membayangkan berbeda tersebut tidak ditentukan oleh tidak
bagaimana pandangan orang terhadap kita dan adanya interaksi dan penerimaan sosial, tetapi
bagaimana mereka menilai kita, dan penampi- sebaliknya justru karena disadari oleh terben-
lan serta penilaian keputusan ini menjadi gam- tuknya sistem sosial tertentu.
baran tentang diri kita. Dengan kata lain kelompok etnik di tentu-
Dalam disiplin ilmu sosiologi, antropologi, kan oleh batas-batas dan mempunyai atau ber-
psikologi dan sejarah sering dikaji identitas cirikhas yang ditentukan oleh kelompok itu
etnis. Istilah lain yang serupa dengan identitas sendiri yang kemudian membentuk polanya
etnis antara lain etnisitas (ethnicity) atau kon- tersendiri di samping itu batas budaya dapat
sep diri kultural dan rasial. Istilah-istilah ini bertahan walaupun antara dua etnis dapat ber-
kadang-kadang digunakan identik atau punya baur. Adanya perbedaan etnis dalam masyarakat
makna yang sama oleh para ahli. Makna konsep lebih disebabkan oleh proses berupa pemisahan
identitas etnis ini tidak selalu eksplisit dalam dan penyatuan sehingga perbedaan dapat diper-
kajian-kajian tersebut tetapi sering berkaitan tahankan dalam perjalanan hidup seseorang. Di
dengan dan atau tersirat dalam kajian tentang samping itu hubungan sosial dalam masyarakat
akulturasi, asimilasi, adaptasi suatu kelompok yang begitu lama dan berjalan sedemikian rupa
etnis di suatu negeri asing (Mulyana dan Ra- dalam masyarakat yang multi etnis biasanya
khmat 2000: 151). terjadi lebih disebabkan adanya status etnis.
Pendekatan terhadap identitas etnis terpecah Demikian halnya masing-masing kelompok et-
menjadi dua. Pertama adalah perspektif objek nis yang berbeda tersebut didasari oleh terben-
yang melihat sebuah kelompok etnis sebagai tuknya sistem sosial dalam masyarakat.
kelompok yang bisa dibedakan dari kelom- Objek dari penelitian ini adalah etnis Sunda
pok-kelompok lainnya berdasarkan ciri-ciri bu- di Desa Imigrasi Permu yang menjalani proses
dayanya seperti bahasa, agama, atau asal-usul integrasi dan adaptasi dalam lingkungan sosial
kebangsaan. Kedua yaitu perspektif subjektif yang beragam. Untuk menggali data-data lapa-
yang merumuskan etnisitas sebagai suatu pros- ngan secara lebih mendalam dan relevan, infor-
es dimana orang-orang mengalami atau mera- man dipilih secara purposive. Hal ini didasarkan
sakan diri mereka sebagai bagian dari suatu pada kebutuhan data yang diinginkan peneliti.
kelompok etnis dan diidentifikasikan demikian Kriteria informan yang dipilih adalah sebagai
oleh orang lain, dan memusatkan perhatiann- berikut: (1) Informan pokok/pangkal adalah
nya pada keterikatan dan rasa memiliki yang perangkat desa yang secara formal mempunyai
dipersepsi kelompok etnis yang diteliti (Mulya- tugas mengelola wilayah pemerintahannya. In-
na dan Rakhmat 2000: 152). forman ini diharapkan mengetahui hal-hal yang
Selanjutnya budaya minoritas terpengaruhi berhubungan dengan sosial budaya masyarakat-
oleh budaya yang dominan akibat dari tekanan- nya; (2) Informan kunci adalah para tokoh dari
tekanan lingkungan budaya itu sendiri, (Barth, masing-masing etnis yang mengetahui sejarah
1988: 10), disebutkan ada dua pandangan: dan seluk beluk budaya masyarakatnya; dan (3)
Pertama, batas-batas budaya dapat bertahan Informan peserta dipilih dari imigran yang su-
walaupun suku-suku tersebut saling berbaur. dah lama menetap (adaptif) yang bukan tokoh
Dengan kata lain adanya perbedaan antaretnis masyarakat tetapi mengetahui dan memahami
tidak ditentukan oleh tidak terjadinya pembau- budaya masyarakatnya.
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM MASYARAKAT MULTIKULTUR 101

METODE PENELITIAN gamatan berperan-serta pada masyarakat et-


nis Sunda di desa Imigrasi Permu kecamatan
Penelitian ini menggunakan metode kual- Kepahiang. Peneliti akan mengamati fenome-
itatif. Pendekatan kualitatif berguna untuk na komunikasi antarbudaya. Dengan kata lain
menggambarkan suatu realita dan kondisi so- peneliti melakukan pengamatan langsung terh-
sial dalam masyarakat. Menurut Nasution (da- adap masyarakat etnis Sunda serta masyarakat
lam Sudjarwo, 2001: 25) pendekatan kualitatif sekitarnya yang berinteraksi dengan mereka.
merupakan pendekatan yang berdasarkan pada Pada pengamatan berperan-serta ini peneliti
kenyataan lapangan dan apa yang dialami re- akan melakukan percakapan yang tidak diren-
sponden. Untuk mengungkap fenomena komu- canakan dan tidak formal. Percakapan dan pem-
nikasi etnis Sunda dengan etnis lainnya, peneli- bicaraan dengan orang yang dianggap sebagai
ti menggunakan metode penelitian kualitatif informan tersebut dapat dijadikan data yang
dengan pendekatan interaksionisme simbolik. dapat mendukung penelitian yang dimaksud.
Pendekatan subjektif terhadap identitas etnis Dengan adanya pengamatan secara terlibat ini
dapat dilacak hingga ke definisi Cooley (1902) peneliti diharapkan dapat memahami, mempe-
dan Mead (1934) tentang ‘diri’. Pendekatan ini lajari, menjelaskan dan menganalisis apa yang
mengkritik pendekatan positivistik dalam arti mereka lakukan dalam kehidupan keseharian
bahwa ia membatasi kemungkinan perilaku informan yang akan diteliti.
manusia yang dapat dipelajari. Berbeda den- Teknik pengumpulan data dengan wawan-
gan pendekatan positivistik, yang memandang cara terbuka atau mendalam, yang memberi
individu-individu sebagai pasif dan perubaha- keleluasaan bagi informan untuk memberi
nnya disebabkan oleh kekuatan-kekuatan sosial pandangan-pandangan secara bebas (Koent-
di luar diri mereka, pendekatan fenomenologis jaraningrat, 1989: 30). Wawancara demikian
memandang bahwa manusia jauh dari pasif ini memungkinkan si peneliti untuk mengaju-
(Mulyana dan Rakhmat, 2000: 155). kan pertanyaan-pertanyaan secara mendalam.
Inti dari teori interaksi simbolik adalah teori Karena itu, untuk melengkapi data penelitian
tentang ‘diri’ (self) dari George Herbert Mead, ini, khususnya dalam upaya memperoleh data
yang juga dapat dilacak hingga ke definisi dari yang akurat tentang penelitian ini, peneliti akan
Charles Horton Cooley. Mead, seperti juga melakukan wawancara dengan informan. Da-
Cooley, menganggap bahwa konsep diri adalah lam penelitian ini, wawancara yang akan di-
suatu proses yang berasal dari interaksi sosial gunakan adalah wawancara yang mendalam
individu dengan orang lain (Mulyana, 2001: atau wawancara tak berstruktur. Wawancara
73). tak berstruktur mirip dengan percakapan infor-
Teknik pengumpulan data dalam penelitian mal (Mulyana, 2001: 181). Wawancara jenis ini
ini dilakukan dengan tiga cara, yaitu: (1) obser- dilakukan karena bersifat luwes, susunan per-
vasi melalui pendekatan peran serta, (2) wawan- tanyaan atau kata-kata dapat diubah saat waw-
cara mendalam, dan (3) penggunaan dokumen. ancara dilaksanakan, disesuaikan dengan kebu-
Untuk mengungkapkan fenomena di lapan- tuhan, dan kondisi informan yang dihadapi.
gan peneliti menggunakan teknik pengamatan. Peneliti sendiri menjadi instrumen inti di
Pengamatan yang dimanfaatkan adalah pen- dalam pengumpulan data ini. Hal ini dilaku-
gamatan yang berperan serta atau pengamatan kan karena peneliti dapat menggali tentang
yang terlibat. Pengamatan terlibat adalah pen- fokus penelitian yang tidak hanya menerima
gamatan yang dilakukan sambil sedikit banyak- apa yang dikatakan dan dialami oleh informan
nya berperan serta dalam kehidupan orang yang saja, tetapi lebih dalam dari itu, agar dapat me-
diteliti. Pengamatan terlibat mengikuti orang- ngungkapkan hal-hal yang tersembunyi jauh di
orang yang diteliti dalam kehidupan sehari-hari dalam diri informan (implicit knowledge atau-
mereka, melihat apa yang mereka lakukan, ka- pun tacit knowledge). Wawancara dilakukan
pan, dengan siapa, dan dalam keadaan apa, dan dengan beberapa teknik yaitu: pertama, tak
menanyai mereka mengenai tindakan mereka berstruktur, artinya peneliti akan bebas dan le-
(Becker dalam Mulyana, 2001: 162). luasa menanyakan hal yang berkaitan dengan
Dalam hal ini peneliti mengadakan pen- fokus penelitain. Kedua, tidak berterus terang,
102 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 1, Juni 2013, hlm 95-108

artinya dalam mengumpulkan data, kadang- bulkan konflik. Masyarakat desa Imigrasi Per-
kadang dilakukan wawancara pada seorang in- mu dengan latar belakang budaya yang beragam
forman dalam situasi nonformal, tetapi peneliti ini saling menghargai adanya perbedaan budaya
menangkap inti pembicaraan yang berkaitan sehingga terhindar dari konflik yang muncul ke
dengan fokus penelitian. Ketiga, peneliti men- permukaan. Sikap saling menghargai antar etnis
empatkan informan sebagai sejawat, artinya se- ini setidaknya diperlihatkan dengan kesediaan
jak awal peneliti berterus terang dan menjelas- penduduk untuk mempelajari dan menggu-
kan maksud penelitian yang sedang dilakukan, nakan bahasa dari etnis lain.
sehingga informan ikut serta dalam merumus- Seseorang yang hidup di masyarakat yang
kan hasil penelitian. baru ia kenal mempunyai tantangan yang be-
Analisis data penelitian ini dilaksanakan ber- ragam baik secara bahasa, sikap masyarakat,
samaan waktunya dengan tahap pengumpulan sistem kepercayaan serta budaya yang sangat
data di lapangan, bahkan analisis data dilaku- berbeda dengan lingkungan sebelumnya. Untuk
kan sejak awal dan sepanjang proses penelitian beradaptasi dan dapat hidup di masyarakat yang
berlangsung. Seperti penelitian kualitatif pada beragam etnis dan budaya para komunitas mas-
umumnya, analisis data dilakukan pada saat yarakat dituntut untuk menghargai budaya antar
berlangsungnya pengumpulan data. Penelitian warga masyarakat. Adaptasi budaya merupakan
ini menggunakan pendekatan kualitatif yang proses jangka panjang dalam rangka penye-
menuntut telaah rinci atas hal-hal yang bersifat suaian diri dimana tahapan akhir dalam proses
spesifik dari obyek yang diteliti. Teknik analisis ini adalah tercapainya perasaan nyaman dalam
data dilakukan dengan induktif analisis yaitu lingkungan yang baru (Kim dalam Martin dan
suatu rancangan pengumpulan dan pengolah- Nakayama, 2000: 277).
an data untuk mengembangkan teori. Kajian Adaptasi budaya dapat terjadi misalnya pada
demikian dapat dilakukan dengan mengem- mahasiswa yang mengikuti program pertukaran
bangkan teori dan dapat pula dilakukan dengan pelajar internasional, diplomat, misionaris,
mengembangkan teknik penelitian partisipasif ataupun tentara perdamaian. Selain itu adapta-
yang menuntut keterlibatan peneliti secara in- si budaya dapat pula terjadi pada imigran atau
tensif. pengungsi yang berpindah dari suatu tempat
Untuk menarik kesimpulan, data yang dihim- ke tempat yang sama sekali baru. Juga berlaku
pun diolah melalui proses reduksi, sajian data bagi seseorang yang secara individual bermi-
dan verifikasi. grasi dari pelosok pedesaan pindah ke ke kota
yang metropolitan (Gudykunst dan Kim, 1992:
HASIL DAN PEMBAHASAN 214).
Proses di mana invividu-individu mem-
Masyarakat Desa Imigrasi Permu kecamatan peroleh aturan-aturan komunikasi diperoleh
kepahiang Bengkulu ini terdiri dari berbagai melalui tiga proses yaitu proses internalisasi,
macam etnis, dimana etnis Sunda adalah mayor- enkulturasi dan akulturasi (Rumondor, 2005:
itas. Bahasa Sunda di desa Imigrasi Permu tidak 7.40). Proses internalisasi adalah suatu proses
saja digunakan oleh sesama etnis Sunda namun belajar yang panjang sejak seseorang dilahir-
digunakan pula saat penduduk dari etnis Sunda kan hingga hampir meninggal dunia (sepanjang
berdialog dengan etnis lain seperti etnis Rejang, hidupnya), di mana ia belajar menanamkan
Serawai, Minang ataupun etnis Jawa. Banyak pengetahuan kebudayaan masyarakatnya yang
penduduk dari etnis selain Sunda di Desa Imi- diperoleh dari proses sosialisasi (Agusyanto,
grasi Permu ini yang menguasai bahasa Sunda. 2006: 9.22). Sementara itu, enkulturasi mengacu
Sementara itu banyak pula penduduk dari etnis pada proses dengan mana kultur ditransmisikan
Sunda menguasai bahasa Rejang yang merupa- dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita
kan penduduk asli Permu. Sehingga saat pen- mempelajari kultur bukan mewarisinya. Kultur
duduk dari etnis Sunda dan Rejang berdialog ditransmisikan melalui proses belajar, bukan
dapat menggunakan bahasa Sunda atau bahasa melalui gen. Orang tua, kelompok teman, seko-
Rejang. Sejauh ini interaksi antara etnis Sunda lah, lembaga keagamaan dan lembaga pemer-
dengan etnis lainnya berlangsung tanpa menim- intahan merupakan guru-guru utama di bidang
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM MASYARAKAT MULTIKULTUR 103

kultur. Enkulturisasi tersebut terjadi melalui structure a personally relevant adapta-


mereka (Sutaryo, 2002: 6.4). Selanjutnya akul- tion to the host society. Merely handling
turasi menurut Koentjaningrat dalam Ruswanto the transactions of daily living requires
(2004: 3.14) sebagai suatu proses dimana para the ability to detect similarities and difer-
individu atau warga suatu masyarakat dihadap- ences within the new sorrounding. Strang-
kan dengan pengaruh kebudayaan lain dan as- er thereby become acquainted with, and
ing. Dalam proses itu sebagian mengambil alih adopt, some of the norms and values of sa-
secara selektif sedikit atau banyak unsur kebu- lient reference groups of the host society”
dayaan asing itu, dan sebagian berusaha me- (Gudykunst & Kim, 1992: 215).
nolak pengaruh itu. Kultur yang telah terben-
tuk saat terjadi enkulturasi dapat berubah saat (Secara berangsur-angsur, pendatang asing
mendapat pengaruh dari budaya luar melalui mulai menemukan pola baru dalam pemikiran
proses akulturasi. serta perilaku dan pada struktur adaptasi yang
Menurut Kim, proses akulturasi akan mulai secara pribadi relevan pada masyarakat pribumi.
berlangsung apabila seorang imigran memasu- Selalu melakukan transaksi dalam kehidupan
ki budaya pribumi. Proses ini akan terus ber- sehari-hari akan menimbulkan kemampuan
langsung selama imigran mengadakan kontak untuk menemukan persamaan dan perbedaan
langsung dengan sistem sosio-budaya pribumi. dengan lingkungan sekitar yang baru. Dengan
Semua kekuatan akulturatif dan potensi akul- demikian pendatang mempelajarinya, dan men-
turasi para imigran sebelum berimigrasi secara gadopsi, beberapa norma-norma dan nilai dari
interaktif akan mempengaruhi jalannya peru- kelompok referensi yang menonjol dari mas-
bahan pada proses akulturasi imigran. Proses yarakat pribumi).
akulturasi mungkin tidak akan berjalan lurus Bagi para imigran yang pindah ke tempat
dan mulus, tetapi bergerak maju menuju asim- yang sama sekali baru, mereka harus tetap men-
ilasi yang secara hipotetis merupakan asimilasi jaga kelangsungan hidupnya serta senantia-
yang sempurna (Mulyana dan Rakhmat, 2000: sa berupaya untuk mendapat penerimaan dari
146). penduduk pribumi sebagai bagian dari anggota
Adanya kemiripan antara budaya asli imi- masyarakatnya. Bersentuhan dengan budaya
gran dan budaya pribumi merupakan faktor yang sama sekali baru merupakan situasi yang
penting yang dapat menunjang potensi akultur- tidak dapat dihindari oleh para imigran terse-
asi. Seorang imigran dari Kanada ke Amerika, but. Dalam keadaan tersebut tentunya banyak
misalnya akan mempunyai potensi akulturasi masalah yang timbul seperti yang dikemukakan
yang lebih besar daripada seorang imigran dari oleh Mulyana dan Rakhmat:
negara Asia Tenggara. Menurut Kim, usia ses-
eorang saat berimigrasi akan berhubungan den- Kesulitan yang dialami oleh masyarakat
gan potensi akulturasi. Imigran yang usianya pendatang, disamping pola-pola komuni-
relatif tua akan mengalami banyak kesulitan da- kasi verbal dan nonverbal, juga cara men-
lam menyesuaikan diri dengan budaya baru dan genal dan merespon aturan-aturan komu-
mereka lebih lambat dalam memperoleh po- nikasi bersama dalam budaya baru yang
la-pola budaya baru. Latar belakang pendidikan mereka masuki. Pendatang sering tidak
imigran sebelum berimigrasi akan mempermu- tahan dengan dimensi-dimensi budaya
dah akulturasi. Faktor-faktor lain yang mem- penduduk setempat yang tersembunyi yang
perkuat potensi akultarasi adalah kepribadian mempengaruhi apa yang dipersepsikan dan
seperti suka berteman, toleransi, mau mengam- bagaimana mempersepsinya, bagaimana
bil resiko, keterbukaan (Mulyana, 2005: 145). menafsirkan pesan-pesan yang diamati,
Para imigran yang datang pada suatu daer- bagaimana mengekspresikan pikiran dan
ah yang sama sekali baru/asing menurut Gu- perasaan secara tepat dalam konteks rela-
dykunst dan Kim, sional dan keadaan yang berbeda. Perbe-
daan-perbedaan tersebut sering merintangi
“Gradually, strangers begin to detect new timbulnya saling pengertian di antara mer-
patterns of thinking and behavior and to eka yaitu para pendatang dan penduduk
104 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 1, Juni 2013, hlm 95-108

setempat. Seorang atau suatu kelompok fers from assimilation in that it involves a
masyarakat akan menyesuaikan diri pada greater interest in maintaining one’s own
lingkungan baru apabila mereka akan ting- cultural identity. Immigrants can resist as-
gal dalam jangka waktu yang lama migran, similation in many ways – for example, by
misalnya. Mereka perlu membangun suatu insisting on speaking their own language
kehidupan baru dan menjadi anggota mas- in their home. (Martin & Nakayama,
yarakat pribumi. (Mulyana & Rakhmat, 2000: 274)
2000: 138).
(Integrasi terjadi ketika para migran mempu-
Setiap kebudayaan memiliki bahasa agar nyai keinginan untuk memelihara budaya dan
para anggota kebudayaan tersebut dapat saling bahasa asalnya, dilain pihak dalam keseharian-
berkomunikasi. Bahasa dipengaruhi oleh bu- nya mereka tetap berinteraksi dengan kelompok
daya dan demikian pula bahasa merefleksikan lain. Perbedaannya dengan asimilasi adalah
nilai-nilai budaya. Bayi yang masih kecil akan mereka lebih tertarik untuk memelihara identi-
memperhatikan bahwa orang dewasa di sekel- tas budaya mereka. Para migran dapat mengh-
ilingnya menggunakan pola linguistik tertentu. indari diri dari asimilasi dengan berbagai cara
Semakin bertambahnya pengetahuan dan ke- - salah satunya adalah dengan mengupayakan
mampuan dalam penggunaan bahasa, anak- selalu berbicara dengan menggunakan bahasa
anak akan dengan cepat belajar merangkai ka- asalnya saat berada di rumah).
limat yang diajarkan oleh kakaknya yang lebih Bentuk rumah merupakan bagian dari adap-
tua sehingga dia mulai memahami dan berparti- tasi transmigran terhadap lingkungan alamnya.
sipasi dalam budaya sekitarnya (Gudykunst dan Rumah yang dibangun oleh para transmigran
Kim, 1992: 152). pada awalnya adalah rumah panggung seperti
Stonequist menyebutkan proses adaptasi halnya yang terdapat di tempat asal mereka. Di
terbagi dalam tiga situasi, yaitu: (1) asimilasi bawah rumah terdapat kolong yang digunakan
ke dalam kelompok dominan, (2) asimilasi ke sebagai kandang ayam buras. Makanan ayam
dalam kelompok subordinat atau (3) mengako- yang dipelihara berasal dari sisa-sisa makanan
modasi dan merekonsiliasi dua masyarakat (da- keluarga, berupa nasi dan lauk pauknya. Ke-
lam Kim, 2001: 24). Proses asimilasi umumnya biasaan ini merupakan juga penjagaan terhadap
terjadi pada kelompok manusia dari golongan siklus energi dan protein.
sosial mayoritas dan beberapa kelompok dari Dapat dikatakan terjadi diversifikasi peker-
golongan sosial minoritas. Dalam hal ini bi- jaan pada masyarakat transmigran Sunda di
asanya golongan sosial minoritas merubah si- Desa Imigrasi Permu. Orientasi awal mas-
fat-sifat khas dari kebudayaannya dan menye- yarakat transmigran adalah bercocok tanam
suaikannya dengan kebudayaan dari golongan sawah atau menjadi petani penggarap lahan me-
sosial mayoritas sedemikian rupa sehingga lam- netap pada perkembangannya terjadi juga pros-
bat laun kehilangan kepribadiannya dan masuk es industrialisasi walaupun dalam skala mikro
ke dalam kebudayaan mayoritas (Agusyanto, atau kecil. Kehadiran usaha kecil ini berdampak
2006: 9.26). pula panda peningkatan pendapatan keluarga
Untuk melidungi diri dari proses asimilasi transmigran. Semakin banyak industri rumah
beberapa kelompok imigran masih memeliha- tangga yang tumbuh dan berkembang semakin
ra identitas etnis mereka dengan mengadakan besar pula kesempatan para transmigran untuk
pentas budaya yang mereka miliki. Kelompok meningkatkan kualitas hidupnya.
imigran seperti ini lebih memilih untuk berin- Tumbuhnya usaha kecil dapat memberi ke-
tegrasi dari pada berasimilasi seperti diungkap- sempatan kerja atau sebagai penyedia peker-
kan oleh Martin dan Nakayama: jaan, khususnya bagi perempuan. Usaha kecil
rumah tangga di daerah Imigrasi Permu pada
Integration occurs when migrant have an umumnya dikerjakan oleh kaum perempuan.
interest both in maintaining their original Perempuan-perempuan transmigran mendapat-
culture and language and in having daily kan ranah kerja baru, tidak sekedar mengurusi
interactions with other groups. This dif- rumah dan keluarganya, mereka mendapat ke-
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM MASYARAKAT MULTIKULTUR 105

sempatan untuk bekerja di bidang usaha kecil busian daging qurban, pihak pelaksana (panitia)
dan aktif dalam meningkatkan pendapatan kel- yang terdiri dari anggota kelompok-kelompok
uarga tanpa meninggalkan peranan dalam kel- etnis bekerjasama dan berupaya agar dag-
uarganya. Sejalan dengan perkembangan yang ing-daging Qurban tersebut dapat tersampaikan
terjadi pada masyarakat Daerah Imigrasi Per- pada mereka yang membutuhkan. Pada kegia-
mu khususnya, orientasi pemenuhan kebutuhan tan kepanitiaan inilah mereka melakukan ko-
domestik keluarga (subsisten) berubah menja- munikasi yang hangat, bersendagurau, atau-
di surplus untuk dijual. Pada masa kini, daer- pun sedikit melibatkan emosi yang membuat
ah Permu dikenal sebagai produsen beras dan terciptanya suasana akrab diantara anggota
mentimun yang cukup dikenal di Kepahiang. kelompok-kelompok etnis. Dalam penggunaan
Produk unggulan berupa beras ini dikenal den- bahasa, seringkali terjadi campur kode antara
gan beras Permu. Di bawah ini dibahas interaksi bahasa Sunda dengan bahasa Rejang dan baha-
antar etnis sunda dan rejang dari beberapa aspek sa Indonesia dengan maksud memudahkan bagi
yaitu Agama Sebagai Pemersatu, Perkawinan komunikan untuk mengerti apa yang dibicara-
Campur Antara Orang Sunda Dengan Rejang, kan oleh komunikator.
Pemilihan Bahasa yang Digunakan dalam In- Pengajian rutin di Desa Imigrasi Permu mer-
teraksi Antar Etnis, dan Sikap yang Terbangun upakan sarana integrasi yang potensial teru-
dalam Berperilaku Antar Etnis. tama di kalangan orang tua dan dewasa serta
Beberapa momen atau kegiatan yang berkai- anak-anak. Pengajian yang rutin dilakukan dii-
tan dengan agama Islam menjadi faktor yang kuti oleh kelompok perempuan, laki-laki ang-
memperkuat kohesi antar etnis di Desa Imigra- gota kelompok etnis Sunda dan etnis Rejang;
si Permu antara lain Hari Raya Idul Fitri, Hari demikian pula dengan pengajian anak-anak.
Raya Idul Adha, Pengajian Rutin, Tahlilan, Dan Pengajian untuk kaum perempuan biasa dilak-
Marhabaan. sanakan di Balai Desa dengan mengundang
Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal adalah hari penceramah sementara pengajian kaum laki-la-
di mana setiap kelompok etnis melebur untuk ki dilakukan di rumah secara bergiliran dengan
menunaikan shalat sunah Id di lapangan-lapa- acara pengajian yasinan tanpa ada ceramah.
ngan. Di Desa Imigrasi Permu, pembauran an- Melalui pengajian ini penduduk Imigrasi Permu
tar etnis terlihat sangat jelas saat shalat idul fitri saling berkomunikasi satu sama lain secara akr-
baik yang diselenggarakan di lapangan maupun ab dan menjalin hubungan yang lebih erat dan
di mesjid. Tidak ada sekat antara etnis Sunda memperatkan hubungan antar keluarga anggota
dan etnis Rejang. Khatib yang berkhutbah dapat kelompok-kelompok etnis.
berasal dari etnis apapun asalkan merupakan to- Pada anak-anak mereka memiliki kecend-
koh yang berkompeten. erungan untuk bermain dengan siapapun tan-
Pada hari Idul Fitri masyarakat berusaha un- pa melihat status dan etnisitas. Anak-anak dari
tuk saling berkumpul dengan kerabat, mengun- kedua etnis dalam pengajian anak-anak saling
jungi tetangga-tetangga atau handai taulan lain- bersosialisasi dan mentransfer kebudayaan
nya untuk bermaaf-maafan. Tidak jarang suatu yang disandang oleh masing-masing. Banyak
keluarga atau seseorang yang berada dalam per- diantara anak-anak Sunda yang mengerti dan
jalanan menuju kerabatnya seetnis berpapasan mampu berbahasa Rejang dan juga demikian se-
dengan anggota etnis lain kemudian bersala- baliknya. Bagi anak-anak, masa-masa bermain
man dan bermaaf-maafan lalu bercakap-cakap ini sangat penting untuk belajar dan mengenal
sebentar sebelum keluarga atau seseorang itu kebudayaan anak-anak lain, sehingga kelak di
melanjutkan perjalanannya. waktu dewasa mereka telah memiliki kemam-
Peringatan Hari Raya Idul Adha relatif tidak puan untuk menghargai budaya etnis lain.
semeriah hari raya Idul Fitri. Pada hari ini se- Tahlilan adalah ritual/upacara selamatan
bagian masyarakat, terutama orang yang mam- yang dilakukan sebagian umat Islam di Indo-
pu atau orang kaya mengadakan Qurban atau nesia umumnya untuk memperingati dan men-
menyembelih hewan Qurban, seperti sapi atau doakan orang yang telah meninggal. Biasanya
kambing. dilakukan pada hari pertama kematian hingga
Dalam proses penyembelihan dan pendistri- hari ketujuh, dan selanjutnya dilakukan pada
106 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 1, Juni 2013, hlm 95-108

hari ke-40. Ritual/upacara ini berupa berkum- tangga tanpa harus menetap di rumah orang tua.
pul-kumpul di rumah ahli mayit, berzikir dan Penerapan adat semendo rajo sepertinya cocok
membaca sejumlah ayat Al Qur’an, dan kemu- bagi etnis Sunda karena dalam budaya Sunda
dian mendoakan mayit. Upacara tahlilan diten- tidak mengenal adat yang mengharuskan pas-
garai merupakan praktek pada masa transisi angan pengantin harus tinggal di rumah salah
yang dilakukan oleh masyarakat yang baru me- satu orang tuanya (seperti adat pernikahan temi
meluk Islam, tetapi tidak dapat meninggalkan anak) atau adat yang melarang istri bepergian
kebiasaan mereka yang lama. Berkumpul-kum- keluar rumah tanpa seizin suami (seperti adat
pul di rumah ahli mayit sembari membaca tah- bleket). Adanya perkawinan campur antara et-
lil, takbir, tahmid dan tasbih dihadiri oleh para nis Sunda sebagai pendatang dan etnis Rejang
anggota kelompok etnis Sunda dan Rejang se- sebagai pribumi telah menunjukkan bahwa ker-
cara sukarela. ukunan antara etnis Sunda dan Rejang sudah
Marhabaan ritual yang terdapat hampir di tiap sangat kuat yang ditandai adanya amalgamasi
daerah di Tatar Sunda. Acara ini dilaksaknakan dalam wujud perkawinan (Batubara, 2006).
apabila bayi sudah berumur 40 hari, di mana Pasangan yang menikah membawa kebu-
pada acara tersebut dilakukan pemotongan dayaan masing-masing dalam rumah tangga
rambut bayi. Dalam pelaksanaannya, marhaban dan “berkolaborasi” membentuk kebudayaan
dilakukan oleh beberapa orang pria yang ber- baru tanpa menghilangkan ciri-ciri kebudayaan
asal dari lingkungan keluarganya dan tetang- asli masing-masing pasangan. Secara mikro tel-
ga-tetangganya baik seetnis ataupun bukan. ah terjadi suatu proses akulturasi budaya dalam
Pemimpin acara marhaban biasanya Imam mes- kehidupan rumah tangga pasangan tersebut.
jid. Imam tersebut memulai dengan membaca Keturunan mereka akan mewarisi kebudayaan
surat tertentu dari Al-Qur’an yang kemudian baru tersebut yang merupakan sintesa langsung
diikuti oleh kelompok pengajian atau ma’mum. antara kebudayaan Sunda dengan kebudayaan
Seperti yang telah diungkapkan dalam ha- Rejang. Beberapa orang yang telah cukup de-
sil penelitian, pada awalnya masyarakat etnis wasa saat ini yang tinggal di daerah Kepahi-
Sunda sebagai pendatang enggan melakukan ang merupakan hasil dari perkawinan campur
pernikahan campur dengan penduduk asli yaitu antara etnis Sunda dengan etnis Rejang. Mereka
etnis Rejang karena menurut rumor perempuan pada umumnya mampu mengusai kebudayaan
Sunda yang menikah dengan laki-laki dari et- Sunda dan Rejang secara sekaligus, meski ter-
nis Rejang akan diperlakukan seperti kerbau. kadang ada kecenderungan identitasnya “mera-
Menurut peneliti ternyata hal itu memang rumor pat” pada salah satu kebudayaan etnis. Seperti
belaka karena sebenarnya yang menjadi ham- yang diungkapkan oleh Fitri seorang anak hasil
batan dalam pernikahan campur tersebut adalah perkawinan campur dari bapaknya yang berasal
adanya perbedaan adat pernikahan. Menurut dari etnis Rejang dan ibunya dari etnis Sunda
penuturan mang Adul pada awal kedatangan lebih memilih menggunakan bahasa Sunda un-
imigran Sunda pada tahun 1909 kondisinya san- tuk berdialog dengan ayahnya yang berasal dari
gat berat untuk terjadinya kawin campur antara etnis Rejang padahal bahasa Rejang sebenarnya
orang Sunda dengan Rejang karena dalam bu- dia kuasai pula. Namun dalam hal identitas et-
daya Sunda tidak ada adat pernikahan Rejang nis dia merasakan lebih sreg dikatakan sebagai
seperti semendo rajo, temi anak atau bleket, orang Sumatera bukan sebagai orang Sunda
”adat ditu teu kapeser” imbuhnya (Adat Rejang karena dia merasakan telah lahir dan dibesarkan
tersebut tidak dapat diimbangi). Seiring dengan di Sumatera.
perkembangan waktu, rasa enggan ini mulai pu- Hasil dari perkawinan campur tidak hanya
pus dan telah banyak warga Desa Imigrasi Per- membuat anak belajar kedua bahasa etnis. Hal
mu dari etnis Sunda yang melakukan pernikah- ini tergantung pada pola sosialisasi anak yang
an campur dengan etnis Rejang dewasa ini. Hal diterapkan oleh orangtuanya. Sangat mungkin
ini didukung oleh kondisi dimana penerapan terjadi konsensus antara bapak dan ibunya un-
adat pernikahan Rejang dewasa ini lebih men- tuk tidak mengajarkan bahasa-bahasa etnis
garah kepada adat semendo rajo yaitu kedua (Sunda dan Rejang) kepada anak-anaknya, teta-
mempelai dibebaskan untuk membina rumah pi lebih mengajarkan untuk mempraktekkan ba-
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM MASYARAKAT MULTIKULTUR 107

hasa tunggal, yaitu Bahasa Indonesia. Sunda sudah beradaptasi dengan budaya Rejang
Beberapa anggota kelompok etnis Sunda sehingga saat berinteraksi dengan orang Rejang
fasih berbahasa Rejang, demikian pula seba- sudah tidak ada lagi hambatan yang berarti. Hal
gian kelompok etnis Rejang fasih berbahasa ini selaras dengan pernyataan yang penulis per-
Sunda. Hal ini dimungkinkan karena sosialisasi oleh dari semua informan yang menyatakan ti-
sewaktu masa kanak-kanak (fase bermain) yang dak ada hal istimewa yang harus dipersiapkan
dialami sering terjadi sentuhan antara etnis ketika akan berinteraksi dengan orang yang
Sunda dengan etnis Rejang. Bagi orang-orang berbeda etnis. Hal ini dikarenakan masyarakat
yang memiliki kemampuan seperti tersebut di di Imigrasi Permu telah memenuhi syarat yang
atas, hambatan dalam berkomunikasi antar etnis diperlukan dalam melakukan komunikasi antar-
nyaris tidak ada. Orang-orang seperti ini dapat budaya seperti: 1) adanya sikap menghormati
menjadi jembatan hubungan antar etnis. anggota budaya lain sebagai manusia; 2) adan-
Saat penduduk dari etnis Sunda dan etnis Re- ya sikap menghormati budaya lain sebagaima-
jang asal Imigrasi Permu ini berdialog tidak ada na adanya, dan bukan sebagaimana yang kita
pola yang baku dalam pemilihan bahasa yang kehendaki; 3) adanya sikap menghormati hak
akan digunakan. Seorang yang berasal dari et- anggota budaya yang lain untuk bertindak
nis Sunda saat bertemu orang dari etnis Rejang berbeda dari cara kita bertindak; 4) komunika-
dapat memilih bahasa Rejang, Sunda atau Me- tor lintas budaya yang kompeten harus belajar
layu dialek Bengkulu untuk berdialog. Pemi- menyenangi hidup bersama orang dari budaya
lihan bahasa yang digunakan untuk berdialog yang lain (Rumondor dalam Anugrah dan Kres-
berbeda dari satu orang ke orang lain, misalnya nowiati, 2008).
Mang Adul lebih memilih untuk berdialog den-
gan menggunakan bahasa Sunda dengan orang SIMPULAN
Rejang apabila orang Rejang tersebut mengua-
sai bahasa Sunda. Lain halnya dengan Supandi Interaksi antara etnis Sunda sebagai pen-
yang memilih menunggu terlebih dahulu lawan datang dengan etnis Rejang sebagai pribumi di
memilih bahasa yang akan digunakan, bila la- Imigrasi Permu telah berlangsung satu abad la-
wan bicaranya menggunakan bahasa Sunda manya. Setelah melewati kurun waktu tersebut
dia akan mengikutinya demikian pula bila la- telah terjadi adaptasi timbal balik antara kedua
wan bicaranya menggunakan bahasa Rejang etnis tersebut. Masyarakat dari etnis Sunda telah
maka dia akan mengikutinya pula. Sementara menerima kebiasaan etnis Rejang seperti peng-
itu Suherman lebih menyukai berdialog dengan gunaan bahasa Rejang saat berdialog dengan
menggunakan bahasa Melayu dialek Bengkulu orang Rejang, melakukan adat istiadat Rejang,
dengan orang Rejang hanya sesekali menggu- membuat dan mengkonsumsi makanan khas et-
nakan bahasa Rejang. nis Rejang. Sementara masyarakat etnis Rejang
Penduduk dari etnis selain Rejang di Imigra- banyak diantaranya yang menguasai bahasa
si Permu, seperti penduduk dari etnis Serawai, Sunda, bercocok tanam padi sawah, beternak
Jawa, Minang, atau Pasemah saat berdialog ikan di kolam, membuat peganan khas Sunda
dengan etnis Sunda dapat menggunakan baha- dan mengkonsumsinya. Acara kesenian jaipon-
sa Sunda atau bahasa Melayu dialek Bengkulu. gan yang dibawakan oleh etnis Sunda sering
Umumnya etnis pendatang di Imigrasi Permu pula ditonton oleh masyarakat etnis Rejang.
yang lahir dan dibesarkan di daerah tersebut Adanya sikap saling menghargai dan meng-
menguasai bahasa Sunda pula, oleh karena itu hormati antar kelompok yang berbeda etnis me-
saat penduduk dari etnis tersebut saat berdialog mungkinkan setiap kelompok etnis untuk dapat
dengan orang Sunda biasanya menggunakan menjalankan kebudayaannya masing-masing.
bahasa Sunda. Kondisi masyarakat yang telah berintegrasi ini
Etnis Sunda dan Rejang di Imigrasi Permu disokong oleh adanya kesamaan agama yang
telah lama hidup berdampingan hampir satu semakin mempersatukan dua etnis yang berbe-
abad lamanya. Selama kurun waktu tersebut da ditambah adanya pernikahan campur yang
masyarakat dari kedua etnis tersebut sudah sal- menambah kokohnya pilar integrasi.
ing menerima apa adanya. Penduduk dari etnis Penduduk Imigrasi Permu yang berasal dari
108 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 1, Juni 2013, hlm 95-108

etnis selain Sunda umumnya memahami baha- tercultural communication). New York: Mc-
sa Sunda, bahasa Rejang dan bahasa melayu Graw Hill Inc.
dialek Bengkulu. Penduduk etnis Sunda di Koentjaraningrat. (1993). Masalah kesukubang-
Imigrasi Permu biasanya menggunakan baha- saan dan integrasi nasional. Jakarta: Pener-
sa Sunda saat berdialog dengan sesama etnis bit Universitas Indonesia.
Sunda, namun saat berdialog dengan penduduk Littlejohn, S. W. (1996). Theoris of human com-
dari etnis Rejang bahasa yang digunakan bisa munications. USA: Wadsworth Publishing
bahasa Rejang, Sunda atau bahasa melayu di- Company.
alek Bengkulu. Sementara itu apabila penduduk Martin, N. Judith, dan Nakayama, K. T. (2000).
Imigrasi Permu dari etnis Sunda berdialog den- Intercultural communication in contexts.
gan orang dari etnis lain selain etnis Rejang bi- New York: Mc.Graw Hill.
asanya menggunakan bahasa Sunda atau bahasa Mulyana, D. (2000). Ilmu Komunikasi suatu
melayu dialek Bengkulu. pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Interaksi antara etnis Sunda dengan etnis __________. (2001). Metode penelitian kuali-
Rejang sebagai pribumi dan etnis lainnya di tatif, paradigma baru Ilmu Komunikasi dan
desa Imigrasi Permu sejauh ini berlangsung Ilmu Sosial lainnya. Bandung: Remaja Ros-
cukup harmonis tanpa ada konflik yang berarti. dakarya.
Hubungan antaretnis tersebut berlangsung tan- _________. (2005). Komunikasi efektif suatu
pa hambatan yang berarti karena masing-mas- pendekatan lintasbudaya. Bandung: Remaja
ing etnis telah saling menerima apa adanya. Rosdakarya.
Berdasarkan temuan-temuan di lapangan, Poloma, M. M. (2003). Sosiologi kontemporer.
dalam laporan penelitian ini dapat disampaikan Terjemahan Tim Penerjemah Yasogama. Ja-
saran-saran sebagai berikut: (a) Pihak pemer- karta: Rajawali Press.
intah daerah diharapkan dapat memelihara Ritzer, G. dan Goodman, J. D. (2004). Teori so-
hubungan yang harmonis antar berbagai etnis di siologi modern. Jakarta: Prenada Media.
Kepahiang dan menghormati kebudayaan yang Rumondor, A. H. (2005). Komunikasi antarbu-
berasal dari luar Kepahiang seperti yang telah daya. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
berlangsung sejauh ini. (b) Setiap kelompok et- Terbuka.
nis tetap saling menghormati kebudayaan lain, Sendjaja, D. S. (2004). Teori komunikasi. Ja-
keadaam inidiharapkan dapat meredam potensi karta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
konflik. Soekanto, S. (1982). Sosiologi suatu pengantar.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
DAFTAR PUSTAKA Soeprapto, H. R. R. (2002). Interaksionis sim-
bolik. Malang: Averroes Press.
Agusyanto, R. (2006). Pengantar antropologi. Sudjarwo. (2001). Metodologi penelitian so-
Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbu- sial. Bandung: Mandar Maju.
ka. Suparlan, P. (1989). Interaksi antaretnik di be-
Anugrah, D dan Kresnowiati. (2008). Komuni- berapa propinsi di indonesia. Jakarta: Direk-
kasi antarbudaya, konsep dan aplikasinya. torat Jenderal Kebudayaan Depdikbud.
Jakarta: Jala Permata. Turner, J. H. (1991). The structure of sociolog-
Batubara, C. (2006). Interaksi sosial umat be- ical theory. Belmont CA: Wadsworth Pub-
ragama pada tiga desa pertanian di kecamatan lishing Co.
tanjung morawa. Jurnal Penelitian On-line Veeger, K. J. (1993). Realitas sosial: refleksi
IAIN Sumatera Utara (http://litagama.org). filsafat sosial atas hubungan individu-mas-
Gudykunst, W. B. dan Kim, Y. Y. (1992). Com- yarakat dalam cakrawala sejarah sosiolog.
municating with stangers (an approach to in- Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai