Anda di halaman 1dari 15

ASIMILASI BUDAYA MELAYU TERHADAP BUDAYA

PENDATANG DI KECAMATAN SENAPELAN KOTA


PEKANBARU

Akmal Syafii Ritonga


Pembimbing : Drs. Syamsul Bahri, M.Si

Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Riau
Kampus bina widya jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 288293
Telp/Fax. 0761-63277

ABSTRAk
Perkembangan kebudayaan terhadap dinamika kehidupan seseorang atau
masyarakat bersifat kompleks. Memiliki eksistensi, berkesinambungan dan juga
menjadi warisan sosial. Seseorang atau sekelompok orang yang melakukan
inovasi mampu mempengaruhi kebudayaan dan memberikan peluang untuk
terjadinya perubahan kebudayaan. Kebudayaan yang dimiliki suatu kelompok
masyrakat tidak akan terhindar dari pengaruh kebudayaan kelompok-kelompok
lain, dengan adanya kontak-kontak antar kelompok atau melalui proses difusi.
Suatu kelompok sosial akan mengadopsi suatu kebudayaan tertentu bilamana
kebudayaan tersebut berguna untuk mengatasi atau memenuhi tuntutan yang
dihadapinya.
Tujuan Penelitian (1) Untuk mengetahui proses pembauran kebudayaan
atau asimilasi antara Budaya Melayu dengan kebudayaan masyarakat pendatang
di Kecamatan Senapelan Kota Pekanbaru. (2) Untuk mengetahui faktor-faktor
penting yang mendorong dan menghambat terjadinya asimiliasi antara
kebudayaan Melayu dengan Budaya Pendatang di Kecamatan Senapelan Kota
Pekanbaru.
Faktor-faktor yang menjadi pendorong proses asimilasi budaya dalam
kehidupan masyarakat di Senapelan dan Pekanbaru, berdasarkan hasil penelitian
terbukti bahwa faktor sikap toleransi untuk menyesuaikan diri antar etnis,
kemanfaatan secara timbal-balik dalam berbagai aspek kehidupan dan adanya
rasa simpati terhadap antar sesama, ternyata terbukti menjadi faktor pendorong
terjadinya proses asimilasi di Pekanbaru.

Kata Kunci : Asimilasi Budaya Melayu, Budaya Pendatang

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 Page 1


ASIMILASI BUDAYA MELAYU TERHADAP BUDAYA
PENDATANG DI KECAMATAN SENAPELAN KOTA
PEKANBARU

Akmal Syafii Ritonga


Pembimbing : Drs. Syamsul Bahri, M.Si

Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Riau
Kampus bina widya jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 288293
Telp/Fax. 0761-63277

ABSTRACT
The development of culture on the dynamics of one's life or society is
complex. It has existence, sustainability and also become a social heritage. A
person or group of people who innovate can influence the culture and provide
opportunities for cultural change. Culture belonging to a community group will
not escape the cultural influence of other groups, with contacts between groups or
through the process of diffusion. A social group will adopt a particular culture
when it is useful to overcome or meet the demands it faces.
Research Objectives (1) To know the process of assimilation of culture or
assimilation between Malay Culture with the culture of the immigrant community
in Senapelan Sub-district Pekanbaru City. (2) To know the important factors that
encourage and hamper the happening of the assimilation between Malay culture
with the Culture of the Immigrants in Senapelan Subdistrict, Pekanbaru City.
Factors that encourage the process of cultural assimilation in community
life in Senapelan and Pekanbaru, based on the results of research proved that the
tolerance factor to adjust themselves between ethnic, mutual benefit in various
aspects of life and the sympathy towards each other, Become the driving factor of
the assimilation process in Pekanbaru.

Keywords: Assimilation of Malay Culture, Cultural immigrants

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 Page 2


PENDAHULUAN adalah sesuatu yang dipelajari dan
dialami bersama secara sosial oleh
Perkembangan kebudayaan para anggota suatu masyarakat
terhadap dinamika kehidupan (Dalam Horton dan Hunt, (1984).
seseorang atau masyarakat bersifat Setiap daerah, negara dan
kompleks. Memiliki eksistensi, dimanapun masyarakat bermukim
berkesinambungan dan juga menjadi yang terdiri dari beragam suku
warisan sosial. Seseorang atau bangsa, ras dan golongan pasti akan
sekelompok orang yang melakukan mengalami yang namanya
inovasi mampu mempengaruhi pembauran sehingga terjadi suatu
kebudayaan dan memberikan perubahan. Bila pada masarakat asli
peluang untuk terjadinya perubahan atau tempatan maupun pendatang
kebudayaan. Kebudayaan yang yang mengalaminya, itu semua akan
dimiliki suatu kelompok masyrakat menimbulkan fenomena golongan
tidak akan terhindar dari pengaruh mayoritas dan minoritas yang akan
kebudayaan kelompok-kelompok mengalami persentuhan budaya satu
lain, dengan adanya kontak-kontak dengan lainnya. Dalam kajian
antar kelompok atau melalui proses Sosiologi, perpaduan kebudayaan
difusi. Suatu kelompok sosial akan tersebut disebut dengan asmliasi.
mengadopsi suatu kebudayaan Dalam proses asimilasi terjadi
tertentu bilamana kebudayaan peleburan kebudayaan, sehingga
tersebut berguna untuk mengatasi pihak-pihak atau warga-warga dari
atau memenuhi tuntutan yang dua atau tiga kelompok yang sedang
dihadapinya. berasimilasi akan marasakan adanya
Sebagaimana diketahui kebudayaan tunggal yang dirasakan
bahwa komsep kebudayaan adalah sebagai milik bersama.
merupakan hasil cipta, karsa, dan Asimilasi benar-benar akan
rasa manusia, oleh karenanya mengarah kepada lenyapnya
kebudayaan mengalami perubahan perbedaan-perbedaan yang ada dan
dan perkembangan sejalan dengan akan digantikan oleh kesamaan
perkembangan manusia itu sendiri. faham budayawi, dan juga akan
Perkembangan tersebut digantikan oleh kesamaan pikiran,
dimaksudkan untuk memenuhi perilaku dan tindakan. Proses
kepentingan hidup manusia karena asimilasi akan timbul apabila
kebudayaan diciptakan oleh dan terdapat perbedaan kebudayaan
untuk manusia (Koentjaraningrat, antar kelompok, mereka bergaul
dalam Setiadi, 2011). Defenisi yang secara intensif dalam jangka waktu
lebih lengkap dikemukakan oleh tertentu dan demi kelangsungan
E.B. Taylor (1871) yaitu kompleks pergaulan sosial; maka masing-
keseluruhan dari pengetahuan, masing pihak berusaha
keyakinan, kesenian, moral, hukum, menyesuaikan kebudayaan masing-
adat-istiadat dan semua masing sehingga tejadi proses
kemmampuan dan kebiasaan yang pembauran kebudayan yang
diperoleh oleh seseorang sebagai melahirkan kebudayaan berssama
anggota masyarakat. Bila (Narwoko dan Bagong, 2004).
disederhanakan, maka kebudayaan

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 Page i


Pengertian dan Proses Asimilasi langsung dan intensif
untuk waktu yang lama
Bangsa Indonesia yang terdiri sehingga kebudayaan-
dari banyak suku bangsa, memiliki kebudayaan dari
keankeragaman yang tidak terkira. kelompok-kelompok
Keanekaragaman budaya tersebut manusia tersebut masing-
meliputi bahasa, adat istiadat, masing berubah dan saling
ekspresi seni, serta berbagai aspek menyesuaikan diri.
kehidupan yang lain, seperti tata cara (Setyadi, Elly M, 2011).
dalam berpakaian dan makanan,
kegiatan seni budaya, kekerabatan, Syarat Terjadinya Asimilasi
organisasi kemasyarakat dan lain-
lain. Berbagai jenis ragam budaya Asimilasi tidak dapat terjadi
ditemukan di seluruh nusantara yang begitu saja, melainkan harus
memiliki makna dan simbol tertentu, memenuhi syarat-syarat tertentu agar
bahkan kadang-kadang mengandung proses asimilasi berjalan dengan
unsur magis yang menjadi ciri khas baik. Beberapa syarat dapat
dari masing-masing penganut terjadinya proses asimilasi
kebudayaan tertentu dan mencapai diantaranya adalah karena adanya
ratusan jumlahnya. perbedaan kebudayaan antara
Dalam proses asimilasi, orang- kelompok yang satu dan kelompok
orang mengidentifiksikan dirinya lain. Contohnya adalah senu budaya
dengan kepentingan-kepentingan “Gangnam Style” yang semula tidak
serta tujuan-tujuan kelompok. Jika dikenal di Indonesia, tetapi kemudian
dua kelompok manusia mengadakan banyak masyarakat Indonesia yang
asimilasi, batas-batas antara terampil menariknnya. Begitu juga
kelompok-kelompok tadi akan hilang dengan gaya busana. Dulu
dan kebudayaan bersatu menjadi satu masyarakat Indonesia tidak
kelompok. Secara singkat dapat mengenal rok, kemeja, atau jas,
dikatakan bahwa proses asimilasi tetapi sekarang kedua jenis pakaian
ditandai dengan pengembangan tersebut sudah menjadi pakaian
sikap-sikap yang sama walaupun sehari-hari masyarakat Indonesia.
terkadang bersifat emosional dalam
tujuannya untuk mencapai kesatuan Faktor Penghambat dan
atau paling tidak mencapai integrasi Pendorong Proses Asimilasi
dalam organisasi, pikiran dan Budaya
tindakan. Dalam hal ini proses
asimilasi dapat timbul jika : Dalam Sosiologi dengan
a. Proses asimilasi timbul berpijak kepada berbagai sumber
bila ada kelompok- bacaan, diketahui beragam faktpr-
kelompok manusia yang faktor yang mempengaruhi
beda kebudayaan. terjadinya proses asimiliasi budaya
b. Proses asimilasi timbul dalam kehidupan masyarakat.
bila ada orang perorangan Beberapa faktor yang menjadi
sebagai warga kelompok penghambat asimiliasi tersebut
tadi saling bergaul secara

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 Page ii


menurut Soerjono Soekanto (2002) sistem simbol dari kelompok
adalah sebagai berikut : etnik baru.
a. Kurangnya pengetahuan 2. Asimilasi struktural : yaitu
terhadap unsur kebudayaan proses penetrasi kebudayaan
yang dihadapi (dapat) dari satu kelompok etnik ke
bersumber dari pendatang dalam kebudayaan etnik lain
ataupun penduduk asli. dengan melakukan
b. Sifat takut terhadap pembauran dalam kelompok
kebudayaan yang dihadapi. sosial primer seperti,
c. Perasaan ego dan keluarga, teman dekat, dan
superioritas yang ada pada lain-lain.
individu-individu dari suatu 3. Asimilasi perkawinan, atau
kebudayaan terhadap sering disebut asimilasi fisik
kelompok lain. yang terjadi karena
Sementara itu, faktor-faktor perkawinan antar etnik atau
yang menjadi pendorong atau antar ras untuk melahirkan
mempermudah terjadinya proses etnik atau ras baru.
asmiliasi budaya antara lain sebagai (Burhanuddin, 1988).
berikut :
a. Faktor toleransi, kelakuan Differensiasi dan Integrasi Sosial
saling menerima dan
memberi dalam struktur Menurut Svalastoga (1998)
himpunan masyarakat. bahwa Differensiasi Sosial terdiri
b. Faktor kemanfaatan timbal dari tiga (3) bentuk yaitu
balik, memberi manfaat Differensiasi Informasional
kepada dua belah pihak. (pendidikan), Differensiasi
c. Faktor simpati, pemahaman Tingkatan (kelas ekonomoi) dan
saling menghargai dan Differensiasi Sosial Budaya.
memperlakukan pihak lain Differensiasi Sosial budaya
secara baik. merupakan implikasi aspek-aspek
d. Faktor perkawinan. sosial dan budaya yang secara
(Amalgamasi). nyata dapat dilihat sangat beraneka
Contoh atau Jenis-jenis ragam yang menyebar dalam
asimilasi yang terjadi dalam berbagai kebudayaan masyarakat
kebudayaan suatu masyarakat adalah dimanapun. Differensiasi sosial
sebagai berikut : tersebut terlihat dari adanya
1. Asimilasi budaya : yaitu differensiasi agama, differensiasi
proses mengadopsi nilai, klan, differensiasi profesi,
kepercayaan, dogma, differensiasi adat-istiadat,
ideologi, bahasa dan sistem differensiasi budaya dan
simbol dari suatu kelompok sebagainya. Oleh karena itu,
etnik atau beragam kelompok dengan adanya differensiasi sosial
bagi terbentuknya sebuah budaya ini akan berdampak kepada
kelangsungan nilai, kehidupan masyarakat, baik
kepercayaan, dogma, dampak positif maupun negatif.
ideologi, bahasa maupun

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 Page iii


Konsepsi Kebudayaan Universal meliputi berbagai bentuk kebutuhan
teknologi bagi kelangsungan hidup
Sebagaimana diketahui manusia, antara lain pakaian,
bahwa asimilasi merupakan suatu perumahan, alat-alat rumah tangga,
proses sosial yang terjadi pada senjata, alat-alat produksi,
berbagai golongan manusia dengan transportasi dan sebagainya. Dalam
latar belakang kebudayaan yang penelitian ini akan dibatasi dalam
berbeda setelah mereka bergaul beberapa bentuk saja yaitu pakaian,
secara insentif, sehingga sifat khas perumahan dan transportasi saja.
dari unsur-unsur kebudayaan Secara rinci, tanggapan informan
golongan-golongan itu masing- keluarga yang mewakili perkawinan
masing berubah menjadi unsur-unsur campuran terhadap unsur budaya
kebudayaan campuran. peralatan dan perlengkapan hidup ini
Menurut C. Clyde Kluckhorn dapat dilihat pada kutipan
(Dalam Soerjono Soekanto, 1988), wawancara yang telah diolah sebagai
dapat digunakan sebagai berikut : berikut :
1. Peralatan dan perlengkapan “Menurut keluarga informan 1
hidup manusia (pakaian, (Ad) yang berasal dari suku
perumahan, alat-alat rumah bangsa Melayu bahwa
tangga, senjata, alat-alat kebiasaan masyarakat
produksi, transportasi dan Pekanbaru dalam cara
sebagainya). berpakaian terutama dalam
2. Mata pencaharian hidup dan acara-acara resmi seperti
sistem ekonomi (pertanian, acara pesta perkawinan,
peternakan, sistem produksi, acara hari-hari besar
sistem distribusi). keagamaan Idul Fitri bagi
3. Sistem kemasyarakatan orang Islam, Hari Natal bagi
(sistem kekerabatan, pemeluk Kristen, Imlek bagi
organisasi politik, sistem warga keturunan Tionghoa,
hukum, sistem perkawinan). cenderung memakai pakaian
4. Bahasa (lisan maupun melayu yang telah menjadi
tertulis). simbol bagi kebudayaan
5. Kesenian (seni rupa, seni nasional, seperti baju teluk
suara, seni gerak). belanga dan peci bagi laki-
6. Sistem pengetahuan. laki, baju kebaya atau baju
7. Religi. kurung bagi perempuan, baju
batik atau jenis-jenis pakaian
Peralatan dan Perlengkapan biasa lainnya. Sangat jarang
Hidup terlihat penduduk suku
bangsa Jawa, Batak atau
Unsur kebudayaan pertama Tionghoa yang memakai
yang akan diamati dalam penelitian pakaian adat tradisional
ini dalam proses asimilasi budaya mereka dalam acara-acara
antar etnis di Pekanbaru adalah hari-hari besar tersebut,
peralatan dan perlengkapan hidup. kecuali jika ada acara-acara
Peralatan dan perlengkapan hidup ini khusus dalam kekerabatan

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 Page iv


mereka. Dilihat dari aspek dan Batak. Secara rinci, dapat dilihat
perumahan yang dibangun pada kutipan hasil wawancara yang
oleh penduduk Pekanbaru telah disederhanakan sebagai berikut
selama ini juga tidak ada :
yang sengaja membangun “Menurut Keluarga Informan 1
tipe rumah yang (An) asal suku bangsa
mencerminkan simbol rumah Melayu mengatakan bahwa
adat dan budaya yang dianut masalah pekerjaan bagi siapa
masing-masing suku bangsa, saja yang ingin mencari
tapi cenderung membangun nafkah di Pekanbaru terbuka
rumah permanen tipe peluang yang sangat besar
moderen sekarang yang tanpa memandang asal-usul
sederhana dan praktis. suku bangsa dan
Berbeda halnya jika kewarganegaraannya. Di
membangun rumah tempat lingkungan birokrasi
tinggal pribadi dengan tipe pemerintah misalnya,
adat tradisional pasti lebih sekarang sudah banyak diisi
mahal biayanya. Begitu pula oleh pegawai dari berbagai
dengan alat transportasi latar belakang suku bangsa
yang dimiliki penduduk dengan catatan cakap dan
Pekanbaru pada umumnya lulus seleksi. Di sektor swasta
cenderung merasa bangga juga demikian, misalnya di
dengan plat nomor perusahaan minyak bumi
kendaraan Pekanbaru (BM) Pertamina dan Chevron juga
dibanding identitas lainnya bukan monopoli tenaga kerja
dengan plat nomor dari suatu daerah saja tapi
kendaraan dari daerah lain, sudah mencerminkan tenaga
seperti BK, BH, BG, B dan kerja nasional yang berasal
sebagainya yang jumlahnya dari berbagai daerah di
rerlatif sedikit”. Indonesia. Perkebunan
kelapa sawit juga seperti itu,
Mata Pencaharian dan Sistem dahulu mungkin banyak
Ekonomi dilakukan oleh penduduk asal
Dalam unsur kebudayaan suku bangsa Batak dan Jawa
berupa mata pencaharian dan sistem saja, tapi sekarang hampir
ekonomi yang akan ditelusuri semua penduduk suku bangsa
sebagai bentuk adanya proses apa saja termasuk orang
pembauran antar etnis di Pekanbaru, Melayu sudah pandai yang
akan dibatasi pada aspek pekerjaan berkebun kelapa sawit. Kalau
dan makanan saja yang menjadi mengenai makanan khas di
aktifitas sehari-hari bagi penduduk Pekanbaru, sepertinya menu
Pekanbaru. Data akan diperoleh makanan dan masakan yang
melalui hasil wawancara dengan 4 menonjol dikonsumsi oleh
(empat) keluarga informan terpilih penduduk Pekanbaru telah
yang mewakili etnis atau suku mengalami percampuran
bangsa Melayu, Minangkabau, Jawa selerea dan rasa yang dapat

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 Page v


dinikmati oleh berbagai mempersatukan seluruh
kalangan suku bangsa, melayu di Riau pada
seperti gulai asam pedas umumnya dan Pekanbaru
baung, gulai ikan salai, peca- khususnya. Dalam organisasi
lontong, pecal lele, nasi kekerabatan Lembaga Adat
padang, dan lain-lain. Sajian Melayu (LAM) tersebut juga
makanan tersebut terlihat keterlibatan masyarakat
sudah mengalami perpaduan melayu yang terdiri dari
rasa yang cocok untuk semua beragam daerah di Riau juga
lidah warga dari berbagai relatif tidak ada, kecuali
kalangan suku bangsa di kegiatan yang dilakukan oleh
Pekanbaru”. para pengurus organisasi
tersebut. Sedangkan dalam
Sistem Kemasyarakatan organisasi politik, jelas
terlihat bahwa hampir semua
Sistem kemasyarakatan penduduk Pekanbaru dari
merupakan salah satu unsur berbagai latar belakang suku
kebudayaan universal yang ada bangsa, agama dan golongan
dalam setiap kebudayaan masyarakat ikut membaur untuk
dimanapun. Sistem kemasyarakatan berpartisipasi dalam kegiatan
meliputi antara lain sistem politik atau menjadi pengurus
kekerabatan, organisasi politik, organisasi politik tersebut,
sistem hukum, sistem perkawinan. seperti partai politik,
Dalam kajian ini hanya dibatasi pada organisasi kepemudaan dan
sistem kekerabatan dan organisasi organisasi sosial
politik saja, sedangkan sistem kemsyarakatan lainnya di
perkawinan telah dibahas terlebih Pekanbaru”.
dahulu dalam bentuk perkawinan
campuran. Untuk mengetahui lebih Berdasarkan informasi yang
rinci mengenai sistem dipaparkan oleh keluarga informan
kemasyarakatan ini dapat dilihat dari berbagai asal suku bangsa yaitu
kutipan hasil wawancara informan Melayu, Minangkabau, Jawa dan
sebagai berikut : Batak yang ditanyakan tentang
“Menurut Keluarga Informan 1 faktor-faktor penghambat terjadinya
(Ad) asal suku bangsa proses asimilasi budaya antar etnis di
Melayu, bahwa bagi kami Pekanbaru, ternyata hampir semua
orang Melayu Bengkalis tidak informan menjelaskan bahwa
memiliki organisasi kurangnya pengetahuan yang
kekerabatan Melayu dimiliki oleh orang-orang tertentu
Bengkalis, begitu juga dari suatu suku bangsa tentang adat
dengan organisasi dan budaya suku bangsa lainnya,
kekerabatan melayu lainnya bukan merupakan faktor penghambat
kecuali Lembaga Adat terjadinya proses asimilasi budaya,
Melayu (LAM) yang ada karena pengetahuan tentang adat dan
sekarang sebagai organisasi budaya tertentu tidak saja diperoleh
kekerabatan yang dari pendidikan formal tapi dapat

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 Page vi


diketahui dan dimengerti dari misalnya dalam dunia pekerjaan,
pergaulan hidup antar sesama etnis organisasi politik dan organisasi
dalam jangka waktu yang cukup kemasyarakatan lainnya, ternyata
lama. orang-orang Batak sangat adaptif,
Sedangkan faktor perbedaan terbuka dan komit untuk saling
kepercayaan agama terdapat bekerjasama dengan masyarakat dari
sebagian informan masih berbagai kalangan suku bangsa tanpa
menganggap menjadi faktor membedakan agama, suku bangsa
penghambat dalam proses dan golongan. Buktinya, banyak
pembauran antar etnis, khususnya warga keturunan Batak asal daerah
informan asal suku bangsa Melayu Tapanuli Selatan dengan marga
dan Minangkabau yang teguh Lubis, Manurung, Harahap, Nasution
memegang prinsip bahwa dalam dan lain-lain bersedia melakukan
pembauran perkawinan harus kawin campur dengan orang-orang
memiliki kesamaan kepercayaan dari suku bangsa Melayu,
agama, namun dalam pergaulan Minangkabau, Jawa, Tionghoa, dan
sehari-hari bersifat terbuka dengan sebagainya.
siapapun dan dari suku bangsa Bertitik tolak dari
manapun. Sementara itu, bagi pembahasan diatas tentang proses
informan asal Jawa perbedaan agama askimilasi antar etnis di Pekanbaru
bukan menjadi hambatan proses yang dipelajari berdasarkan
pembauran karena tergantung pribadi pembauran budaya antar suku
masing-masing untuk bersedia bangsa Melayu, Minangkabau, Jawa
menerimanya, karena masalah dan Batak di Kecamatan Senepalan,
kepercayaan agama berpulang maka dapat disimpulkan bahwa
kepada hubungan pribadi dengan terdapat beberapa ussur dalam
Tuhannya. kebudayaan yang mengalami proses
Bagi informan asal suku pembauran yang disebut asimilasi.
bangsa Batak, masalah perbedaan Sebagaimana yang dikemkakan oleh
agama juga telah menjadi hambatan Soerjono Soekanto (2004) bahwa
sejak dahulu antara suku bangsa asimilasi mwerupakan suatu proses
Batak dari daerah Tapanulis Selatan sosial yang timbul bila ada : 1)
dengan suku bangsa Batak dari Kelompok-kelompok manusia yang
daerah Tapanuli Utara. Tapi, dalam berbeda kebudayaannya. 2)
perjalanan sejarah belum pernah Individu-individu sebagai anggota
terjadi konflik antar suku bangsa kelompok itu saling bergaul secara
Batak dan antar sesama suku bangsa langsung dan intensif dalam waktu
lainnya tentang masalah perbedaan yang relatif lama. 3) Kebudayaan-
kepercayaan agama yang dianggap kebudayaan dari kelompok manusia
lebih bersifat pribadi. Dalam tersebut masing-masing berubah dan
prakteknya, orang-orang Batak yang saling menyesuaikan diri.
beragama Kristen biasanya Dari hasil pembahasan
melakukan kawin campur dengan diperoleh kesimpulan bahwa dari 7
penduduk suku bangsa lain yang juga (tujuh) unsur-unsur kebudayaan
beragama Kristen. Sedangkan dalam universal yang dijadikan sebagai
pergaulan hidup sehari-hari, konsepsi kebudayaan universal yang

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 Page vii


dibatasi dalam beberapa aspek atau terjadi proses pembauran
bidang kehidupan, maka dapat (Asimilasi) akibat terbukanya
dikatakan dalam kehidupan peluang dan kesempatan kerja
masyarakat Pekanbaru pada yang sama dan bersaing antar
umumnya dan masyarakat di etnis secara sehat, sehingga
Kecamatan Senepalan khususnya, dalam dunia pekerjaan sudah
telah mengalami proses pembauran terjadi percampuran antar etnis,
(Asimilasi) dalam beberapa aspek percampuran keahlian,
sebagai berikut : percampuran kerjasama,
1. Dalam unsur peralatan dan percampuran profesi dan lain
perlengkapan hidup : Proses sebagainya menuju suatu
pembauran budaya dibatasi dalam kepentingan bersama demi
beberapa hal yaitu pakaian, keuntungan bersama pula. Dalam
perumahan dan transportasi. Dari sektor pekerjaan transportasi,
hasil penelitian dapat perkebunan kelapa sawit, sektor
disimpulkan bahwa dalam aspek pertambangan, pertanian,
cara berpakaian dan perumahan pedagang kaki lima, jasa dan
yang menjadi kebutuhan hidup perdagangan serta bidang
masyarakat di Pekanbaru telah restoran dan akomodasi telah
mengalami proses pembauran terjadi pembauran antar etnis di
atau asimilasi, karena cenderung Pekanbaru. Proses pembauran
menggunakan pakaian khas dalam dunia pekerjaan ini juga
beberapa suku bangsa seperti merembes kepada pembauran
Melayu, Minangkabau, Jawa dan jenis makanan dan masakan, yang
Batak, antara lain baju teluk akhirnya menghilangkan tradisi,
belanga, peci, kebaya dan baju rasa dan selera menurut adat dan
kurung, baju batik, jas dan budaya masing-masing menjadi
pakaian nasional lainnya yang suatu makanan dan masakan yang
telah menjadi kekhasan sesuai dengan rasa, selera dan
kebudayaan nasional Indonesia. menu hampir semua lidah yang
2. Dalam unsur Mata Pencaharian sama bagi penduduk Kota
dan Sistem Ekonomi : Proses Pekanbaru. Misalnya, dengan
pembauran budaya yang dibatasi adanya gulai asam pedas ikan
pada aspek pekerjaan dan baung yang tidak manis dan
makanan serta masakan khas pedas, gulai ikan salai yang dapat
masing-masing suku bangsa yang dinikmati semua kalangan, bakso,
ada di Pekanbaru, diperoleh miso dan pecel lele yang bukan
kesimpulan bahwa dalam aspek monopoli lidah dan profesi orang
pekerjaan dan makanan serta Jawa, nasi padang dan rendang
masakan khas yang semula yang bukan milik orang Padang
memiliki keaslian atau kekahasan semata, sambal terasi, gulai
menurut adat dan budaya masing- nangka dan sayur asam serta
masing, ternyata dalam pergaulan jenis-jenis makanan kampung
hidup antar etnis di Pekanbaru maupun makanan laut (sea-food)
yang telah berjalan dalam jangka yang dapat pula dikonsumsi
wakyu yang cukup lama, telah

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 Page viii


semua suku bangsa yang ada di bersama dalam suatu organinisasi
Pekanbaru. kekerabatan tingkat provinsi,
3. Dalam unsur Sistem bersedia kawin campur,
Kemasyarakatan : Proses menggunakan bahasa Indonesia
pembauran budaya dibatasi pada dalam pergaulan sehari-hari,
aspek perkawinan, sistem bersedia bekerjasama dengan
kekerabatan dan organisasi berbagai orang dari suku bangsa
politik dalam kehidupan sehari- lain dalam bidang ekonomi,
hari masyarakat di Pekanbaru, politik, kepemudaan dan
dapat disimpulkan bahwa telah organisasi kemasyarakatan
terjadi pembauran antar etnis lainnya untuk kemanfaatan kedua
berupa asimilasi melalui belah pihak, dan adanya rasa
perkawinan campuran simpati yang mendalam sebagaik
(amalgamasi) yang penduduk Pekanbaru yang telah
menghilangkan identitas adat dan lama menetap dan hidup
budaya masing-masing etnis dan berketurunan di Pekanbaru.
melahirkan suatu kebudayaan 5. Faktor-faktor yang menjadi
baru yang berbeda dengan penghambat terjadi proses
kebudayaan semula, seperti asimilasi antar etrnis di
penggunaan nama menurut Pekanbaru, setelah dipelajari
keturunan dan marga, penggunaan dalam beberapa faktor yang terdiri
bahasa Indonesia sebagai sebagai dari faktor kurangnya
bahasa pengantar kehidupan pengetahuan terhadap etnis lain,
sehari-hari maupun dalam adanya prasangka buruk terhadap
lingkungan resmi pemerintahan etnis tertentu dan adanya
dan kemasyarakatan. perbedaan kepercayaan agama
4. Faktor-faktor yang menjadi yang dianut masing-masing suku
pendorong terjadinya proses bangsa, ternyata dari hasil
pembauran budaya antar etnis di penelitian diperoleh kesimpulan
Pekanbaru, yang dipelajari dari bahwa faktor kurangnya
beberapa faktor yaitu sikap pengetahuan tentang suku bangsa
toleransi setiap etnis, adanya lain dan adanya prasangka buruk
manfaat timbal-balik yang terhadap etnis lain bukan
dimanfaatkan masing-masing merupakan faktor penghambat
etnis dan adanya rasa simpati di karena telah lama memudar akibat
kalangan etnis, membuktikan pergaulan yang intensif antar etnis
bahwa ketiga faktor pendorong selama ini, sedangkan faktor
tersebut terbukti menjadi faktor perbedaan kepercayaan agama,
yang mempercepat terjadi proses sebagian masih melihat menjadi
pembauran antar etnis di faktor penghambat dan sebagian
Pekanbaru. Sikap toleransi lagi tidak menjadikan faktor
ditunjukkan oleh semua pihak penghambat karena kepercayaan
suku bangsa untuk tidak egois agama merupakan hak pribadi
menonjolkan identitas adat dan dengan Tuhannya, faktor ini
budaya masing-masing yang hanya penting bagi kelompok
terlihat dari ikatan kekerabatan etnis tertentu seperti Melayu dan

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 Page ix


Minangkabau hanya dalam semua etnis, tapi mereka
persoalan perkawinan. Sementara cenderung melihat aspek
itu, bagi suku bangsa Jawa dan ini sebagai suatu
Batak sudah tidak lagi menjadi kewajiban penduduk
hambatan karena alasan fragmatis untuk mempermudah
bahwa mereka memiliki prinsip berbagai urusan dan
budaya merantau yang perlu kepentingan.
beradaptasi dengan penduduk - Unsur Mata Pencaharian
setempat demi kelangsungan dan Sistem Ekonomi,
hidup dalam jangka panjang dan telah terjadi proses
saling menguntungkan. pembauran antar etnis
yang disebut asimilasi
Kesimpulan dalam aspek pekerjaan
dan makanan/masakan
Kesimpulan penelitian yang yang dikonsumsi oleh
dapat dirumuskan tentang Proses semua penduduk
Asimilasi antar ertnis atau suku Pekanbaru.
bangsa di Kecamatan Senepalan 2. Unsur Sistem
khususnya dan di Pekanbaru pada Kemasyarakatan, telah terjadi
umumnya sesuai dengan rumusan proses pembauran budaya
masalah penelitian, adalah sebagai antar etnis di Pekanbaru yang
berikut : ditinjau dari aspek
1. Unsur-unsur kebudayan yang perkawinan, sistem
mengalami proses pembauran kekerabatan dan organiasi
antar etnis yang meliputi politik. Faktor-faktor yang
suku bangsa penduduk menjadi pendorong proses
setempat yakni Melayu asimilasi budaya dalam
dengan penduduk pendatang kehidupan masyarakat di
Minangkabau, Jawa dan Senapelan dan Pekanbaru,
Batak, antara lain telah berdasarkan hasil penelitian
berlangsung cukup lama terbukti bahwa faktor sikap
dalam bidang-bidang sebagai toleransi untuk menyesuaikan
berikut : diri antar etnis, kemanfaatan
- Unsur Peralatan dan secara timbal-balik dalam
Perlengkapan Hidup, berbagai aspek kehidupan
telah terjadi proses dan adanya rasa simpati
pembauran yang disebut terhadap antar sesama,
asimilasi dalam aspek ternyata terbukti menjadi
cara berpakaian dan gaya faktor pendorong terjadinya
atau tipe perumahan proses asimilasi di
sebagai tempat tinggal. Pekanbaru.
Sedangkan aspek 3. Faktor-faktor yang menjadi
identitas plat nomor penghambat proses asimilasi
kendaraan lokal (BM) antar etnis dik Senapelan dan
memang telah menjadi Pekanbaru, berdasarkan hasil
suatu kebanggaan bagi penelitian terbukti bahwa

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 Page x


faktor kurangnya kemasyarakatan yang
pengetahuan terhadap etnis berkepentingan, dengan cara
lain dan adanya prasangka memberikan berbagai
buruk (streotipe) terhadap kemudahan prosedur
sukuy bangsa lain ternyata administrasi, biaya
tidak menjadi penghambat perkawinan dan kalau perlu
terjadinya proses pembauran, memberikan hadiah atau
karena akibat bergaul dalam penghargaan tertentu agar
waktu yang lama, adanya menjadi contoh bagi calon-
kawin campur, adanya calon penduduk kawin
kesamaan profesi, kesamaan campur lainnya untuk
tempat tinggal dan kesadaran mengikuti.
sebagai penduduk termpatan 3. Pembauran yang tgerjadi
yang diberi peluang dan dalam suatu organisasi
sumber-sumber yang sama kekerabatan menurut suku
untuk mempertahankan bangsa tertentu, perlu
kelangsungan hidup, maka dikoordinasikan dan dibina
lambat laun menghilangkan serta dikembangkan di bawah
kurangnya pengetahuan dan organisasi Lembaga Adat
prasangka negatif terhadap Melayu, agar terjadi
suku bangsa tertentu. kerjasama yang saling
terbuka dan saling
Saran-Saran bermanfaat secara timbal
Saran-saran penelitian yang balik dengan memperoleh
dapat dirumuskan dalam kajian bimbingan dan arahan
Asimilasi Budaya antar etnis di program dari pemerintah
Pekanbaru, secara rinci adalah daerah agar lebih aktif
sebagai berikut : melaksanakan berbagai acara
1. Untuk mempercepat adat dan budaya untuk
terjadinya proses pembauran mendukung perkembangan
atau asimilasi antar etnis kebudayaan nasional
yang ada di Pekanbaru, Indonesia dan proses
terdapat beberapa cara yang pembangunan daerah yang
dapat ditempuh antara lain lebih menonjolkan asas
adalah; menciptakan peluang kebersamaan dan untuk
kerja dan kesempatan kerja kepentingan umum.
yang selujas-luasnya bagi 4. Bagi lembaga atau organisasi
penduduk Pekanbaru untuk kemasyarakatan yang tumbuh
dapat meningkatkan dan berkembang di
kesejahteraan hidupnya ke Pekanbaru, sebaiknya dapat
arah yang lebih baik. lebih mengadopsi, mengkaji
2. Proses pembauran yang dan mengembangkan
terjadi melalui perkawinan makanan dan masakan khas
campuran antar suku bangsa, masing-masing suku bangsa
perlu lebih didorong oleh untuk menciptakan
pemerintah dan lembaga keanekaragam makanan dan

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 Page xi


masakan khas daerah Riau majemuk, sehingga lambat
yang dapat menjadi identitas laut faktor-faktor penghambat
dan simbol kebudayaan proses asimilasi seperti
nasional Indonesia dari kurangnya pengetahuan
daerah Riau dan Pekanbaru terhadap etnis lain, adanya
sekitarnya. prasangka buruk terhadap
5. Diharapkan bagi organisasi etnis lain dan perbedaan
politik, organisasi ekonomi, faham kepercayaan agama
kepemudaan dan organiasi dapat secara dini dihindari
kemasyarakatan lainnya agar dan diredam serta hilang
dapat merekrut anggota dalam pergaulan sehari-hari
masyarakat untuk menduduki penduduk yang majemuk.
jabatan-jabatan tertentu
dalam organisasi yang DAFTAR PUSTAKA
bersifat nasionalis, tanpa
membedakan kepercayaan Abdurrahmat, Fathoni. 2006.
agama, suku bangsa dan Antropologi Sosial Budaya
golongan secara (Suatu Pengantar). Penerbit,
diskriminatif, karena akan PT.Rineka Cipta, Jakarta.
dapat memicu timbulnya Bungin. Burhan, 2011. Metode
konflik bermuatan SARA Penelitian Kualitatif.
dalam masyarakatg di Penerbit, CV. Rajawali Press:
Pekanbaru, tapi semata-mata Jakarta.
karena pertimbangan yang BPS Kota Pekanbaru, 2015.
rasional seperti keteranpilan Pedaftaran Penduduk dan
dan keahlian, pengalaman Pencatatan Sipil Dalam
kerja, mampu bekerjasama, Angka, 2015. Penerbit, BPS
inovatif dan sebagainya yang Kota Pekanbaru.
akhirnya akan dapat Burhanuddin dkk. 1988. Stereotype
mempercepat terjadinya Etnik, Asimilasi, Integrasi
proses pembauran antar etnis Sosial. Penerbit, PT.Pustaka
dalam berbagai aspek Grafika Kita, Jakarta.
kehidupan di Pekanbaru. BPS Kota Pekanbaru, 2015.
6. Faktor-faktor pendorong Kecamatan Senepalen Dalam
untuk mempercepat proses Angka, Penerbit, Badan
asimilasi antar etnis di Pusat Statistik, Kota
Pekanbaru, seperti sikap Pekanbaru dan Bappeda Kota
toleransi, rasa simpati, sifat Pekanbaru.
terbuka tanpa prasangka Nazir, Mohammad, 1999. Metode
etnis, perlu dipupuk melalui Penelitian, Penerbit, PT.
kegiatan-kegiatan sosialisasi Ghalia Indonesia. Jakarta.
dan pertemuan ilmiah secara Ritzer, George, 2003. Teori Sosiologi
periodik dalam rangka Modern, Edisi Keenam,
mewujudkan rasa persatuan Terjemahan, Alimandan SU,
dan kesatuan bangsa di Penerbit, Kencana, Jakarta.
kalangan penduduk yang

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 Page xii


Soekanto, Soerjono.2002. Sosiologi Ringkas.” Penerbit,
Suatu Pengantar. Penerbit, Gramedia, Jakarta.
PT Raja Grafindo, Jakarta. Harsoyo, Prof. 1999. Pengantar
Soekanto, Soerjono.2004. Lahirnya Antropologi. Penerbit., Putra
Konsep Asimilasi. Penerbit, Bardin, Bandung.
Yayasan Tunas Bangsa, James, P. Spradley, 1989.
Jakarta, Ethnography. Tavistock
Setiadi, Elly M. 2011. Ilmu Sosial Limited, Toronto, New York,
Dan Budaya Dasar. Penerbit, United States of Amerika
PT. Kencana, Jakarta. (USA).
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R Sumber Internet :
& D. Penerbit, Alfabeta, http://journal.unnes.ac.id/nju/index.p
Bandung.’ hp/ijc/article/view/2694
Suparlan, Parsudi, 1992. http://www.pekanbaru.go.id/sejarah-
Kemajemukan dan Identitas, pekanbaru/
Penerbit, Penerbit, https://www.riau.go.id/home/content/
Konsorsium Antar Bidang, 61/data-umum
Derpartemem Pendidikan dan
Kebudayaan RI, Jakarta. Sumber Skripsi :
Rusmin, Tumanggor dkk.2012. Ilmu Wulandari.2013. Asimilasi Antar
Sosial dan Budaya Dasar Etnis Di Desa
(Edisi Revisi). Kencana, Tanjung Sawit
Jakarta. Kecamatan Tapung
Nasikun.2011. Sistem Sosial Kabupaten Kampar.
Indonesia. Penerbit, PT Raja Siti Nurlaila.2015. Pembauran
Grafindo Persada, Jakarta. Budaya Di Desa
Paul B. Horton dan Chester Rantau Sakti
L.Hunt.1984. Sosiologi Jilid Kecamatan Tambusai
II, Terjemahan Aminuddin, Utara Kabupaten
Penerbit, Erlangga, Jakarta. Rokan Hulu.
Koentjaraningrat. Sejarah Teori Adlia Fajrina.2016. Adaptasi
Antropologi II. Jakarta: Masarakat
Universitas Indonesia Press. Palembang Di
1990. Hal: 91. 7 dalam Tanjung Balai
Tundjung W. Sutirto (2000), Karimun.
Perwujudan Kesukubangsaan Hasbi.2011. Akulturasi Antara Etnis
Kelompok Etnik di Indonesia, Melayu dan Jawa Di
UI Press, Jakarta. Desa Pematang
Koentjaraningrat, 2002. Pengantar Manggis Kecamatan
Ilmu Antropologi, Penerbit, Batang Cenaku
PT Rineka Cipta, Jakarta. Kabupaten Indragiri
Munandar, Agus Aris, 2015. Hulu.
”Dinamika Kebudayaan
Indonesia – Suatu Tinjauan

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 – Oktober 2017 Page xiii

Anda mungkin juga menyukai